Oleh:
Roza Edlabora
H1AP12001
Pembimbing:
Dr. Sri Hastuti, Sp.JP
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Rheumatic Heart Disease
(RHD). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dr. Sri Hastuti. Sp. JP selaku pembimbing yang telah membantu
penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................. 3
BAB I
Pendahuluan..................................................................................................4
BAB II
Laporan Kasus...............................................................................................5
BAB III
Pembahasan.......................................................................................... 24
BAB IV
Kesimpulan..................................................................................................38
Daftar Pustaka.........................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 ANAMNESIS
2.1.1 IDENTIFIKASI
Nama
: Nn. A
Umur
: 16 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Status
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Nomor RM
: 72 69 03
Masuk RS
: 14 September 2016
Ruang Rawat
keluhan berdebar-debar.
Riwayat gigi berlubang dan riwayat demam tinggi usia <10 tahun
Riwayat penyakit paru seperti asma disangkal
Riwayat konsumsi obat TB disangkal
6
di dalam keluarga
Kesadaran
: kompos mentis
Gizi
: cukup
Dehidrasi
: (-)
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,5 o C
Tinggi Badan
: 158cm
Berat Badan
: 45 Kg
IMT
: 45
(1,58)2
: 45
(2,49)
: 18,025 ( Berat Badan Kurang)
2.2.2 STATUS GENERALIS
Kulit
: warna kulit sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit(-),
sianosis (-), scar (-), keringat (++), pucat pada telapak tangan dan kaki
(+), pertumbuhan rambut normal, ruam kemerahan (-).
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
: discharge (-)
Mulut
: tonsil tidak ada pembesaran (T1-T1), pucat pada lidah (-), atrofi papil
(-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), bau pernapasan khas (-).
Leher
Thorax:
a. Paru-paru
I : Statis,dinamis simetris dextra = sinistra, retraksi sela iga dan
supraklavikula (-), penggunaan otot bantu napas (-).
P : Stem fremitus dextra = sinistra, ekspansi dinding dada dextra sinistra
simetris
P : Sonor kedua lapangan paru
A: Vesikuler (+) /(+), ronkhi basah halus (+)/(+) di basal paru,
wheezing (-)/(-).
b. Jantung
I : Ictus cordis terlihat di sekitar ICS VI linea aksilaris anterior
P : Ictus codis teraba pada ICS VI linea axilaris anterior sinistra, thrill(+),
kuat angkat.
P : Batas jantung atas ICS II
Batas jantung kanan linea sternalis dextra
Batas jantung kiri ICS VI linea axillaris anterior sinistra
A : BJ 1 dan 2 sulit dinilai, murmur sistolik (+) di katup mitral
penjalaran ke lateral axilla anterior, murmur diastolik (+) di katup aorta,
gallop (-).
Abdomen :
I : datar, bekas luka (-)
P : Lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, turgor kulit normal.
P : timpani di semua regio abdomen, Shiftting Dullness (-)
A : BU (+) normal
Ekstremitas atas : nyeri sendi (+), edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, akral hangat, turgor kembali cepat, clubbing finger (-),
CRT< 2 detik.
Ekstremitas bawah: nyeri sendi (+), edema pretibial (-/-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, akral hangat, clubbing finger (-), turgor
kembali cepat.
Hematokrit
: 27 vol % (N :40-46%)
9
Leukosit
: 12.400/mm (N :5000-10000/ul)
LED
Trombosit
: 425.000/mm (N:200.000-500.000/ul)
GDS
: 88 (N :70-120 g/dl)
CRP
: (+) N(-)
ASTO
: (-) N(-)
Ureum
Creatinin
Irama
Frekuensi
Gel P
PR Interval
Axis
QRS Kompleks
: sinus takikardi
: 1500/12 = 125 x/ menit, reguler
: normal lebar 0,08 detik ( N= 0,08-0,11) ; tinggi 0,04
detik (N<2,5 mm)
: 0,20 secon
: Lead I (+7) , aVF (+1), normoaksis
: 0,12 detik
10
Gel Q patologis
: tidak ada
QT Interval
: 0,32 secon
ST Segmen
: ST elevasi dan ST depresi tidak ada
Gel T Inverted
: tidak ada
LV strain pada V1 dan V 5, nilai s pada V1 +V5 >35 mm
Interpretasi :
Irama sinus takikardi, HR 125x /menit, normoaksis, gelombang Q
patologis tidak ada dan Gel T inverted tidak ada, ST depresi dan ST elevasi tidak
ada. LV strain pada V1 dan V 5, nilai s pada V1 +V5 >35 mm
11
18/09/2016
17/09/2016
15/09/2016
16/09/2016
15/09/2016
12
Deskripsi
Dimensi ruang jantung : LV dilatasi
LVH
: Fungsi sistolik LV global : rendah EF: 31 %
Kontraktilitas RV
: baik
K Aorta
: Ao 3 kuspis, AR severe, AS(-)
K Mitral
: MR severe, Ms moderate, MVA 2.0 cm2, MVG
19 mmHg LVESD = 52 mm, LVEDD = 61mm
K Pulmonal
: normal
K Trikuspid
: TR Mild
Doppler
: E/A : fusi DT: m/sec
Ao Vmax
: 1,8 m/s
Konklusi
Congestive Heart Failure f.c NYHA III e.c Multivalve Moderate - Severe Insufisiency
Because of RHD (Rheumatoid Heart Disease)
13
2.5 RESUME
Nn. N 16 tahun masuk Rumah Sakit 14 September 2016 dengan keluhan utama
sesak bertambah hebat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Dari anamnesis
didapatkan 2 bulan yang lalu pasien mengeluh demam tinggi disertai nyeri saat
menelan, selain itu pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak dan sesak. Sesak
dipengaruhi oleh aktivitas misalnya setelah berjalan beberapa meter dan sesak tidak
dipengaruhi cuaca maupun debu. Sesak terasa berkurang jika berada dalam posisi
duduk, Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri di persendian seperti pergelangan
tangan, siku, paha, lutut dan sendi jari kaki dan jari tangan. BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Pasien telah mendapatkan pengobatan dari RSUD Kepahiang dan dirawat
selama 3 hari, kemudian dilanjutkan dengan rawat jalan. Satu minggu sebelum masuk
rumah sakit, sesak yang dialami pasien semakin bertambah berat, sesak bertambah
setelah melakukan aktifitas yang tidak terlalu berat seperti keluar dari toilet dan
berjalan beberapa meter. Pasien lebih sering terbangun pada malam hari karena sesak
dan batuk. Sesak berkurang saat pasien duduk dan lebih nyaman tidur dengan dua
bantal. Pasien juga mengeluhkan berdebar-debar, berkeringat banyak,kadang- kadang
nyeri dada tembus ke punggung , demam tidak ada, mual ada, muntah tidak ada,
BAK dan BAB biasa, tidak ada keluhan. Pasien berobat di RSUD Kepahiang
kemudian dirujuk ke Rumah Sakit M. Yunus Bengkulu.
Sekitar 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak bertambah hebat, semakin
sering terbangun pada malam hari karena sesak. Sesak timbul tiba-tiba walaupun
pasien sedang istirahat, dan semakin memberat saat pasien batuk dan setelah berjalan
dari toilet. Pasien juga mengeluhkan munculnya batuk kering dan nyeri dada kiri
tembus hingga ke punggung seolah-olah ditusuk pisau, berkeringat berlebihan,
jantung berdebar-debar, demam tidak ada, muntah tidak ada dan lemas (+) dan pasie
cepat merasa lelah.
Riwayat penyakit dahulu didapatkan riwayat demam tinggi nyeri sendi
berpindah, dan adanya riwayat nyeri tenggorokan dan pernah berobat ke poli jantung
saat pasien berusia 11 tahun.
14
Ureum : 27 mg/dl,
Insufisiency + anemia
Rheumatic Heart Disease (RHD)
2.7.1 Congestive Heart Failure NYHA fc III e.c Multivalve Moderate- Severe
Insufisiency + anemia
Pasien merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit Umum Kepahiang.
Sejak 2 hari SMRS Pasien berobat ke Poli Penyakit Dalam RSUD Kepahiang
dengan keluhan sesak napas dan berdebar-debar yang terus menerus. Pasien
mengeluhkan sesak napas dan sering terbangun pada malam hari karena sesak.,
sesak bertambah setelah beraktifitas ringan misalnya berjalan menuju toilet,
pasien juga mengeluhkan batuk kering, nyeri dada dan jantung berdebar-debar.
Batuk semakin membuat pasien bertambah sesak, pasien juga sering
mengeluhkan cepat merasa kelelahan setelah beraktifitas. Pasien juga mengaku
menggunakan 2 bantal saat tidur.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan nadi >100 kali / menit (takikardi),
peningkatan JPV, batas kiri jantung melebar dan adanya ronkhi basah halus di
kedua basal paru dan auskultasi terdengar mur-mur jantung. Pasien belum pernah
melakukan Rontgen Thoraks, hasil pemeriksaan EKG ditemukan adanya LV
strain pada V5 dan V6 dengan interpretasi LVH, hasil pemeriksaan lab Hb = 9,0
mg/dl, keadaan ini menunjukan anemia. Dari ECHO didapatkan mur-mur
jantung. Berdasarkan hasil anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang maka diagnosis mengarah ke gagal jantung.
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dengan gejala
gagal jantung. Gejala khas gagal jantung adalah sesak napas saat aktifitas atau
istirahat, kelelahan dan edema tungkai. Tanda khas gagal jantung adalah
takikardi, ronki paru, efusi pleura, peningkatan JVP, edema perifer,
hepatomegali. Tanda objektif gangguan struktur atau fungsional jantung saat
istirahat adalah kardiomegali, suara jantung ke tiga, murmur jantung,
abnormalitas ECHO, serta kenaikan Konsentrasi peptide natriuretik2.
Gagal jantung dapat mempengaruhi jantung kiri, jantung kanan tau
keduanya. Manifestasi tersering dari gagal jantung kiri adalah dyspnea yaitu rasa
perasaam kehabisan napas, hal ini terutama disebabkan oleh penurunan
16
compliance paru akibat edema dan kongesti paru dan peningkatan aktifitas
reseptor regang otonom paru. Dyspnea paling jelas pada saat beraktifitas
(Dyspnea deffort). Sesak napas juga dirasakan pada saat berbaring (ortopnea),
hal ini karena meningkatnya jumlah darah vena kembali ke thoraks dari
ekstremitas bawah3. Pasien mengeluhkan sesak bertambah jika setelah
melakukan aktifitas ringan maka pasien dapat dikategorikan pada gagal jantung
NYHA fc III.
Anemia dapat merupakan komplikasi dari gagal jantung. Mekanisme
anemia pada gagal jantung meliputi disfungsi sum-sum tulang karena penurunan
dari curah jantung dan aktifitas sitokin. Aktifitas sitokin TNF dapat
menyebabkan depresi susm-sum tulang , insensitifitas terhadap eritropoietin dan
mengganggu pelepasan dan penggunaan zat besi ditubuh3.
Rencana diagnostik:
EKG
Rontgen Thorax
Echocardiografi
Pemeriksaan laboratorium (Hb,Ht,leukosit,Trombosit, ureum, creatinin, LFG,
Glukosa, SGOT, SPGT, Urine Rutin, Na, K)
Rencana Terapi
Bed rest
O2 3L/Menit
Balance cairan
Pantau BB
furosemid 1 x20 mg
candesartan 1 x 4 mg
bisoprolol 1 x 1,25 mg
spironolakton 1x 12,5 m
17
jantung akibat reaksi autoimun sebagai respon dari infeksi Streptococcus beta
hemolyticus Grup A. Pada stadium akut akan terjadi pankarditis yaitu
inflamasi pada miokardium, endokardium dan epikardium, sedangkan pada
stadium kronik akan menyebabkan fibrosis katup jantung dan akhirnya
menyebabkan insufisiensi dan/atau stenosis katup3. Penegakan diagnosa untuk
penyakit jantung rheumatic ditegakkan dengan criteria jones modifikasi tahun
2015, yaitu :
Tabel 1 Kriteria Jones 2015 menurut AHA (American Heart Asosiacion) 2015
18
dengan demikian
EKG
Echocardiography
CMR (Cardiac Magnetic Resonance) /MSCT (Multi-slice Computed
Tomograpy)
Radionuclide Angiography
ASTO
CRP
LED
Rencana Terapi
Ceftriaxone inj 1x 2 gr
Metil prednisolone 4 x 10 mg inj
2.9. FOLLOW UP
Tanggal
S
O: Keadaan umum
15 September 2016
Sesak, nyeri di ulu hati, batuk, nyeri sendi, berdebar-debar
Tampak sakit sedang
Kesadaran
Compos mentis
Tekanan darah
100/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
36 x/ menit
20
Temperatur
36,8 0C
keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Jantung
HR 112 x/ menit,reguler. murmur (+) sistolik grade 4/6 di katup
Paru
Abdomen
wheezing (-)
datar, lemas, nyeri tekan (+) epigastium, hepar tak teraba, lien
Ekstremitas
Regurgitation ec RHD
- Istirahat
Tanggal
S
O: Keadaan umum
O2 3 liter/mnt
IVFD BDconneta
Lansoprazol 1x 30 mg
Prednisone 4 x10 mg
Ramipril 1 x 5 mg
Bisoprolol 1 x1,25 mg
Ceftriaxone 2 x 1 gram
ISDN 1 x 5 mg
16 September 2016
Sesak napas (-), nyeri sendi, batuk
Tampak sakit sedang
Kesadaran
Compos mentis
Tekanan darah
120/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
22 x/ menit
Temperatur
36,6 C
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
21
Thorax:
Jantung
Paru
Abdomen
datar, lemas, nyeri tekan (+) epigastium, hepar tak teraba, lien
tak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas
Regurgitation ec RHD
- Istirahat
Tanggal
S
O: Keadaan umum
IVFD BDconneta
Lansoprazol 1x 30 mg
Prednisone 4 x10 mg
Ramipril 1 x 5 mg
Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Ceftriaxone 2 x 1 gram
17 September 2016
Sesak (-), batuk berkurang, nyeri sendi
Tampak sakit sedang
Kesadaran
Compos mentis
Tekanan darah
110/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
30 x/ menit
Temperatur
36,5 C
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorax:
Jantung
Paru
22
Abdomen
datar, lemas, nyeri tekan (-) epigastrium hepar tak teraba, lien
tak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas
Regurgitation ec RHD
- Istirahat
-
IVFD BDconneta
Prednisone 3 x10 mg
Ramipril 1 x 5 mg
Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Ranitidin 2 x 1 tab
BAB III
Pembahasan
3.1 Gagal Jantung
3.1.1 Definisi dan Diagnosis
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang
pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang
tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan);
tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti
2
objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istraha t .
23
Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
-Kelas II
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istrahat, namun
aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
-
Kelas III
Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istrahat, tetapi
aktfitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak.
Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istrahat.
Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
Diagnosis gagal jantung atau disfungsi ventrikel dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Uji diagnostik biasanya
paling sensitif pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah.
Ekokardiografi merupakan metode yang paling berguna untuk evaluasi disfungsi
sistolik dan diastolik2.
24
diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung.
Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal
jantung, jika EKG normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi
sistolik sangat kecil < 10 persen2.
Pada keadaan gagal jantung dapat muncul abnormalitas EKG yang umum
dijumpai antara lain sinus takikardi, sinus bradikardi, atrial takikardi /flutter/
fibrillation, aritmia ventrikel, iskemia, gelombang Q, hipertropfi ventrikel kiri, blok
atrioventrikuler, mikrovoltase, durasi QRS> 0,12 detik2.
Tabel 2 Abnormalitas elektrokardiografi yang dijumpai pada gagal jantung
25
Abnormalitas
Sinus takikardia
Sinus Bradikardia
Atrial takikardia
/
futer / fbrilasi
Aritmia ventrikel
Iskemia / Infark
Gelombang Q
Hipertrofi
ventrikel
Kiri
Blok Atrioventrikular
Mikrovoltase
Penyebab
Implikasi Klinis
Gagal
jantung
dekompensasi,
anemia,
demam,
hipertroidisme
Obat penyekat ,
anti
aritmia,
hipotiroidisme,
sindroma sinus
sakit
Hipertiroidisme,
infeksi,
gagal
jantung
dekompensasi, infark
miokard
Iskemia,
infark, kardiomiopati,
miokardits,
hipokalemia,
hipomagnesemi
a, overdosis
digitalis
Penyakit
jantung
Koroner
Infark, kardiomiopati
hipertrofi, LBBB, preexitasi
Hipertensi,
penyakit
katup aorta,
kardiomiopati
Infark
miokard,
Intoksikasi
obat,
miokarditis,
sarkoidosis,
Penyakit
Lym
Obesitas,
emfisema,
efusi
perikard,
Disinkroniamiloidosis
elektrik
dan mekanik
Ekokardiografi, angiografii
koroner
Ekokardiografi, troponin,
Angiografiikoroner,
Revaskularisasi
Ekokardiografi, Doppler
Evaluasi
penggunaan obat,
pacu jantung, penyakit sistemik
Ekokardiograf,
Toraks
rontgen
Foto Thoraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung. Rontgen toraks
dapat
mendeteksi
kardiomegali,
kongesti
paru,
efusi
pleura
dan dapat
26
paru
yang
sesak nafas.Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal jantung akut dan kronis2.
Tabel 3 Abnormalitas fototoraks yang umum ditemukan pada gagal jantung
Abnormalitas
Kardiomegali
Hipertrofi ventrikel
Penyebab
Dilatasi ventrikel kiri,
ventrikel kanan, atria,
efusi perikard
Hipertensi,
stenosis
aorta,
kardiomiopati
hipertrofi
Bukan kongesti paru
Peningkatan tekanan
pengisian
ventrikel kiri
Edema intersital
Disa
dari
Guideli
for the
diagno
and
treatm
of
acand
chronic
failure
4
2008
Efusi pleura
Implikasi klinis
Labor
Ekokardiografi, doppler
Pikirkan
kardiak
banyak)
Garis Kerley B
Peningkatan
limfatik
Mitral
stenosis/gagal
jantung kronik
Emboli
paru
emfsema
Infeksi paru
Pneumonia sekunder
akibat
kongesti paru
Tatalaksana
kedua
penyakit:
gagal
jantung
dan
infeksi paru
Infltrat paru
Penyakit sistemik
Pemeriksaan
diagnostik lanjutan
tekanan
Peme
an
Ekokardiograf, doppler
atau
etologi
(jika
nonefusi
dur
ESC
nes
sis
ent
Pemeriksaan
Spirometri,
ekokardiografi
heart
CT,
riksa
atoriu
m
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah
darah perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin, laju
filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan
tambahan lain dipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Gangguan hematologis atau
elektrolit yang bermakna jarang dijumpai pada pasien dengan gejala ringan sampai
27
Hiponatremia
135 mmol/L)
(<
Penyebab
Implikasi klinis
Penyakit ginjal, ACEI, Hitung GFR, ARB,
pertimbangkan antagonis aldosteron
mengurangi dosis
ACEI/ARB/antagonis
aldosteron,
periksa kadar kalium dan
BUN
Gagal jantung kronik, Telusuri penyebab,
gagal ginjal, hemodilusi, pertimbangkan
terapi kehilangan
zat
besi
ataupenggunaan
zat
besi terganggu, penyakit
kronik
Gagal jantung kronik
Petimbangkan restriksi cairan,
kurangi dosis diuretic,
hemodilusi, pelepasan
ultrafiltrasi, antagonis
AVP (argine Vasopressin)
vasopressin
Diuretik
Hipernatremia
(>
150 mmol/L)
Hipokalemia (< 3,5
mmol/L)
Hiperglikemia, dehidrasi
Hiperglikemia
(>
200 mg/dL)
Hiperurisemia
(>
500 mol/L)
BNP < 100 pg/mL,
NT proBNP < 400
pg/mL
Diabetes,
resistensi
terapi insulin
Terapi diuretik , gout,
keganasan
Tekanan
dinding
ventrikel normal
Tekanan
dinding
ventrikel meningkat
Diuretik,
hiperaldosteronisme
sekunder
Nilai asupan
cairan,
telusuri penyebab
Risiko
aritmia,
pertimbangkan
suplemen
kalium,
ACEI/ARB,
antagonis aldosteron
Stop obat-obat hemat
kalium
(ACEI/ARB,antagonis
aldosterone ), nilai fungsi
ginjal dan pH, risiko
bradikardia
Evaluasi hidrasi,
intoleransi glukosa
Allopurinol,
kurangi
dosis diuretik
Evaluasi ulang diagnosis,
bukan gagal jantung jika
terapi tidak berhasil
Sangat mungkin gagal
jantung
28
Kadar
albumin tinggi (> 45
g/L)
Dehidrasi, mieloma
rehidrasi
Kadar
albumin rendah (<
30 g/L)
Peningkatan
transaminase
Peningkatan
troponin
Urinalisis
Proteinuria,
glikosuria,
kemungkinan bakteriuria
Singkirkan
Overdosis antkoagulan,
dosis kongesti hati
nilai fungsi hati
Evaluasi
antkoagulan,
CRP >
10mg/l,
lekositosis
Neutroflik
Infeksi, infamasi
infeksi
Cari penyebab
Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acand chronic heart
4
failure 2008
Troponin I atau T
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal jantung jika gambaran
klinisnya disertai dugaan sindroma koroner akut. Peningkatan ringan kadar troponin
kardiak sering pada gagal jantung berat atau selama episode dekompensasi gagal
jantung pada penderita tanpa iskemia miokard2.
Ekokardiografi
Istilah ekokardiograf digunakan untuk semua teknik pencitraan ultrasound
jantung termasuk pulsed and continuous wave Doppler, colour Doppler dan tissue
Doppler imaging (TDI). Konfirmasi diagnosis
adalah keharusan
dan
dilakukan
secepatnya pada pasien dengan dugaan gagal jantung. Pengukuran fungsi ventrikel
untuk membedakan antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien dengan fungsi
sistolik normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri (normal > 45 - 50%)2.
Abnormalitas
Menurun (< 40 %)
Implikasi klinis
Disfungsi sistolik
Akinesis, hipokinesis,
diskinesis
Diameter
akhir
diastolik
(End-diastolik
diameter = EDD)
Diameter
akhir
sistolik
(End-systolic
diameter = ESD)
Fractonal shortening
Ukuran atrium kiri
Infark/iskemia miokard,
kardiomiopati,
miokardits
Volume berlebih, sangat
mungkin gagal jantung
Ketebalan
kiri
ventrikel
Profil aliran
diastolik mitral
Kecepatan
puncak regurgitasi
trikuspid
Perikardium
Aortc
outlow velocity
time integral
Vena cava inferior
Disfungsi sistolik
Peningkatan tekanan
pengisian, disfungsi
katup mitral, fibrilasi
atrial
Hipertrofi (> 11-12 mm)
Hipertensi, stenosis
aorta,
kardiomiopati hipertrofi
Stenosis atau
Mungkin penyebab
regurgitasi katup
primer atau sebagai
(terutama stenosis aorta komplikasi gagal
dan insufsiensi mitral)
jantung, nilai
gradien dan fraksi regurgitan, nilai konsekuensi
hemodinamik, pertimbangkan operasi
Abnormalitas pola
Menunjukkan
disfungsi pengisian diastolik dini
diastolik
dan lanjut
dankemungkinan
Meningkat (> 3 m/detk)
Peningkatan
tekanan sistolik ventrikel kanan, curiga
hipertensi pulmonal
Efusi, hemoperikardium,
Pertimbangkan
penebalan
tamponade
jantung, perikardium
uremia,
Menurun (< 15 cm)
Isi sekuncup
rendah atau berkurang
30
Gambar 3 morfologi katup jantung pada valvulitis rheumatic menurut AHA 2015.
31
Gambar 4 Strategi Pengobatan pada pasien gagal jantung kronik simptomatik (NYHA
fc II-IV)2.
fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup (kelas
rekomendasi I, tingkatan bukti A). ACEI kadang-kadang menyebabkan perburukan
fungsi ginjal, hiperkalemia, hipotensi simtomatik, batuk dan angioedema (jarang),
oleh sebab itu ACEI hanya diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat dan
kadar kalium normal2.
Indikasi pemberian ACEI adalah :
-
Riwayat angioedema
Penyekat
Kecuali kontraindikasi, penyekat harus diberikan
pasien gagal jantung simptomatik dan
pada semua
tidak ada kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensi
cairan berat2.
33
Asma
Efek tidak menguntungkan yang dapat timbul akibat pemberian penyekat adalah :
-
Hipotensi simtomatik
Bradikardia
Antagonis Aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil
harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi 35 % dan gagal
jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan
gangguan fungsi ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan hidup
Indikasi pemberian antagonis aldosteron adalah :
-
dan ARB)
Angiotensin Receptor Blockers (ARB)
Kecuali kontraindikasi, ARB direkomendasikan pada pasien gagal jantung
dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 % yang tetap simtomatik walaupun sudah
diberikan ACEI dan penyekat dosis optimal, kecuali juga mendapat antagonis
aldosteron. Terapi dengan ARB memperbaiki fungsi ventrikel dan
kualitas
hidup, mengurangi angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung
ARB direkomedasikan sebagai alternatif pada pasien intoleran ACEI. Pada
pasien ini, ARB mengurangi angka kematian karena penyebab kardiovaskular2.
34
Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau
gejala kongesti. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status
Diuretik
Diuretik Loop
Furosemi
20 40
40 240
de
0.5 1.0
15
Bumetani
Tiazide
Hidrochlortiazi
5 10
25
10 20
12.5 100
de Metolazone
2.5
2.5 10
Indapamide
Diuretik hemat kalium 2.5
Spironolakton
(+ACEI/ARB) 12.5 - 25
(- ACEI/ARB) 50
2.5 5
(+ACEI/ARB) 50
(- ACEI/ARB) 100 200
euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus
diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau resisten.
Tabel 5 Dosis diuretik yang biasa digunakan pada pasien gagal jantung
35
penyebab mayor dari kasus ini. Penyakit katup degeneratif, kardiomiopati idiopatik,
dan kardiomiopati alkoholik juga merupakan penyebab terjadinya gagal jantung
kongestif.
Infeksi dimulai dengan ikatan permukaan bakteri dengan reseptor spesifik sel
host dan melibatkan proses spesifik seperti perlekatan, kolonisasi dan invasi. Ikatan
permukaan bakteri dengan reseptor host merupakan kejadian yang paling penting
dalam kolonisasi dan dimulai oleh fibronektin dan oleh Streptococcal FibronectinBinding-Protein6.
36
a. Insufisiensi Aorta
Penutupan katup aorta tidak sempurna
kiri selama diastol
overload
edema pulmonal
b. Insufisiensi Mitral
Ejeksi sroke volume ke dalam left atriun
penurunan afterload dari ventrikel kiri
stroke
penyempitan pada
dilatasi atrium
37
BAB IV
Kesimpulan
Gagal jantung merupakan sindroma klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung, dimana jantung tidak
sanggup memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Gagal
jantung ditandai oleh sesak (dyspnea deffort, orthopnea, paroxysmal nocturnal
dypsnea, cheyne-stokes respiration) dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas).
Keluhan sesak disertai edema dapat berasal dari organ paru, jantung, ginjal,
serta dari hati. Dari anamesis didapatkan sesak yang dipengaruhi aktivitas merupakan
khas sesak yang disebabkan oleh organ jantung. Kemudian dilanjutkan dengan
dilakukannya pemeriksan fisik serta pemeriksaan penunjang sehingga dapat
dipastikan sesak pada penderita bukan berasal dari organ paru, ginjal atau pun hati.
Ditinjau dari sudut klinis secara simtomatologis di kenal gambaran klinis
berupa gagal jantung kiri dengan gejala badan lemah, cepat lelah, berdebar, sesak
napas dan batuk. serta tanda objektif berupa takhikardia, dyspnea (dyspnea deffort,
orthopnea, paroxysmal nocturnal dypsnea, cheyne-stokes respiration), ronkhi basah
halus di basal paru, bunyi jantung III, dan pembesaran jantung. Gagal jantung kanan
dengan gejala edema tumit dan tungkai bawah, hepatomegali, acites, bendungan vena
jugularis dan Gagal jantung kongestif merupakan gabungan dari kedua bentuk klinik
gagal jantung kiri dan kanan.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan dyspnea deffort,
orthopnea, paroxysmal nocturnal dypsnea, ronkhi basah halus di kedua basal paru,
hepatomegali, takhikardia, gejala edema tungkai bawah, bendungan vena jugularis
sehingga memenuhi gejala gagal jantung kongesti.
38
minimal satu
kriteria minor yaitu: Kriteria mayor berupa paroksisimal nocturnal dispneu, distensi
vena leher, ronki paru, kardiomegali, edema paru akut, Gallop S 3, peninggian
tekanan vena jugularis, Refluks hepatojugular. Dan kriteria minor berupa edema
ekstremitas, batuk malam hari dispnea deffort, hepatomegali, Efusi pleura,
penurunan kapasitas vital, takikardi ( >120 x/menit)
Pada pasien ini didapatkan empat kriteria mayor. Pertama terdapatnya
paroksismal nokturnal dispneu dari hasil anamnesis. Kedua, dari hasil pemeriksaan
fisik perkusi jantung, didapatkan adanya pembesaran jantung. Batas jantung kanan
terdapat pada linea sternalis dextra, batas kiri pada linea axillaris anterior sinistra ICS
VI, dan batas atas pada ICS II. Hal yang sama juga didapatkan dari hasil rontgen yang
menyatakan bahwa pada pasien terdapat kardiomegali. Ketiga terdapat peninggian
tekanan vena jugularis yaitu (5+2) cmH2O, keempat didapatkan ronki basah halus
pada kedua basal paru.
Sedangkan untuk kriteria minor didapatkan dispnea deffort yang didapatkan
dari hasil anamnesis pasien mengeluh sesak sehabis beraktifitas. Ketiga didapatkan
hepatomegali dari pemeriksaan fisik yaitu 3 jari di bawah arcus costae. Oleh karena
itu pada pasien ini kami simpulkan diagnosis fungsionalnya adalah Congestive Heart
Failure (CHF).
Diagnosis anatomi ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik terdapat
pembesaran dari jantung dan dikonfirmasi dengan ro thorax dengan kesan
kardiomegali.
Etiologi dari penyakit gagal jantung dapat berupa penyakit jantung bawaan,
penyakit jantung rematik, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung koroner,
penyakit jantung anemik, penyakit jantung tiroid, cardiomiopati, cor pulmonale serta
kehamilan. Penyakit gagal jantung yang terjadi pada usia < 50 tahun, terbanyak
adalah disebabkan oleh penyakit jantung reumatik dan penyakit jantung tiroid.
Untuk menentukan kemampuan pompa jantung diperlukan untuk melihat
ejaksi fraksi dari jantung yang ditegakkan dengan echochardiography serta gejala
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Branch, William T., R. Wayna Alexande, Robert C. Schlant, and J. Wilis Hurst
(2000). Cardiology in Primary Care. Singapore : McGraw Hill.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovascular Indonesia (2015). Pedoman
st
edition.Centra Communication.
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_Tatalaksana_Gagal
Jantung_2015.pdf. [accessed 2th September 2016]
3. Burke PA (2015) Pathology of Rheumatic Heart Disease. University of
Maryland School of Medicine.
http://www. emedicine.medscape.com/article/1962779-author
4. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al (2008). ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure. Eur Heart J 29:2388442.
5. Gewitz MH, Baltimore RS, Tani LY, et al. Revision of the Jones Criteria for
Diagnosis of Acut Rematic Fever in the era Doppler echocardiography:
ascientific state-ment from AHA.circulation.2015;131(20): 1806-1818
6. Afif A. (2008) Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik. Permasalahan
Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
40