DISUSUN OLEH :
RIDHO SURYADI
3335150076
TEKNIK KIMIA 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Pendidikan Pancasila
yang mengenai tentang Identifikasi Pancasila Sebagai Ideologi Negara dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai tolak ukur dalam
memahami konsep Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang sebelumnya telah
diberikan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
pembaca untuk penyempurnaan dan perbaikan tugas selanjutnya. Adapun makalah ini
dibuat dalam bentuk makalah populer
Semoga maksud dan tujuan penulis dapat tersampaikan kepada pembaca.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih
Cilegon,Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN...........................................................................................1
BAB II: ISI...................................................................................................................3
BAB III: PENUTUP.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu
tertanam dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan lembagalembaga masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah menjadi cita-cita
moral bangsa Indonesia, yang mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai
perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa (Poespowardojo dan Hardjatno,
2010). Namun demikian nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara harus
diimplementasikan sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara dan
menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.
Pada saat sekarang ini, bangsa Indonesia menghadapi tantangan berat.
Indonesia masih berhadapan dengan keadaan krisis global (tahun 1999 dan 2009)
yang belum sepenuhnya pulih. Hal ini ditambah dengan tekanan politik domestik
yang belum cukup kondusif bagi perekonomian (sejenis kasus bank Century).
Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi hanya 4.5 persen, sementara masih
ditemukan pengangguran sebesar 8.34 persen atau setara 8.5 juta orang (BPS,
2010). Berdasarkan World Development Report (WDR) tahun 2009, IPM[1]
Indonesia masih berada diperingkat ke 111, tertinggal dibanding Thailand
(peringkat 87), Malaysia (66), Filipina (105) atau Singapura (23); sekalipun lebih
baik dibanding Myanmar (138) dan Vietnam (116) (UNDP, 2009). Tidak jauh
berbeda, indeks kompetisi global atau IKG (Global Competitive Index) Indonesia
(peringkat 54) juga ketinggalan dibanding Singapura (3), Malaysia (24), dan
Thailand (36), namun lebih baik dibanding Filipina (75) dan Vietnam (87) (Worl
Economic Forum, 2009).
Lemahnya kinerja ekonomi tersebut dengan mudah terbawa kepada masalah
dan kerawanan sosial atau politik daerah, yang pada gilirannya berdampak kepada
lemahnya solidaritas sosial sebagai penopang persatuan dan kesatuan (Pokja
Tannas, 2010). Kondisi ini mencerminkan ketahanan nasional yang lemah,
sekaligus mengindikasikan rendahnya daya tangkal terhadap Tantangan,
Ancaman, Hambatan dan Gangguan (TAHG). Disamping itu, rendahnya indeks
kualitas manusia Indonesia secara umum menunjukkan rendahnya kemampuan
BAB II
ISI
A. Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara
Kedudukan pokok Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)adalah sebagai dasar negara. Pernyataan demikian berdasarkan ketemtuan
Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan sebagai berikut :maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kata berdasarkan tersebut secara jelas menyatakan bahwa Pancasila merupakan
dasar dari NKRI. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini merupakan
kedudukan yuridis formal oleh karena tertuang dalam ketentuan hukum negara, dalam
hal ini UUD 1945 pada Pembukaan Alenia IV. Secara historis pula dinyatakan bahwa
Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa (the founding fathers) itu
dimaksudkan untuk menjadi dasarnya Indonesia merdeka.
Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan
bernegara. Pancasila sebagai dasar negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi
pedoman normatif bagi penyelenggaraan bernegara.
Konsekuensi dari rumusan demikian berarti seluruh pelaksanaan dan
penyelenggaraan pemerintah negara Indonesia termasuk peraturan perundangundangan merupakan pencerminan dari nilai-nilai Pancasila. Penyelenggaraan
bernegara mengacu dan memiliki tolok ukur, yaitu tidak boleh menyimpang dari
nilai-nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai
Keadilan.
Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya
dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi
kemerdekaanIndonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang
pertama pada tanggal 29 Mei 1945 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang
dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untukIndonesiamerdeka nanti. Pada
sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah
Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar
negara untukIndonesiamerdeka. Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar
negara secara lisan yang terdiri ataslimahal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri
atas lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan,
dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945,
Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yaiyu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila.
Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong
Royong.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat
untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul
yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI.
Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat
sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas
delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta.
Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil
Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
1.Ir.Soekarno.
2. Drs. Muh. Hatta.
3. Mr. A.A. Maramis..
4. K.H. Wachid Hasyim.
5. Abdul Kahar Muzakkir.
6. Abikusno Tjokrosujoso.
7. H. Agus Salim.
8. Mr. Ahmad Subardjo.
9. Mr. Muh. Yamin.
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus
dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus
1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia
kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai sprituil yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan kepercayaan terhadap
Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafat negara (dasar filsafat negara) dan
ideologi negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintah
dan mengatur penyelanggaraan negara. Konsep-konsep Pancasila tentang kehidupan
bernegara yang disebut cita hukum (staatsidee) merupakan cita hukum yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila juga mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai pokok atau kaidah negara
yang mendasar (fundamental norm). Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapa pun, termasuk oleh MPR-DPR
hasil pemilihan umum. Mengubah Pancasila berarti membubarkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental berarti bahwa hukum dasar tertulis
(UUD), hukum tidak tertulis (konversi), dan semua hukum atau peraturan perundangundangan yang berlaku dalam negara Republik Indonesia harus bersumber dan
berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental tersebut.
Meskipun di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut tidak tercantum kata Pancasila,
namun bangsa Indonesia sudah bersepakat bahwa limat prinsip yang menjadi dasar
negara Republik Indonesia disebut Pancasila. Kesepakatan tersebut tercantum pula
dalam berbagai Ketetapan MPR-RI di antaranya adalah:
dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan dengan Sila
Kemanusiaan yang Adila dan Beradab.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafat negara (dasar filsafat negara) dan ideologi
negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintah dan mengatur
penyelanggaraan negara. Konsep-konsep Pancasila tentang kehidupan bernegara yang disebut
cita hukum (staatsidee) merupakan cita hukum yang harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Perkembangan Indikator-indikator Utama Sosial
Ekonomi Indonesia, Bulan Maret 2010. BPS Pusat Jakarta.
Poespowardojo, S dan Hardjatno, N. J. M. T. 2010. Pancasila Sebagai Dasar Negara
dan Pandangan Hidup Bangsa. Dalam Modul 1. Sub Bidang Studi Pancasila dan
Perkembangannya. Pokja Ideologi. Lemhannas, Jakarta
Pokja Tannas. 2010. Materi Pokok Ketahanan Nasional: Konsepsi dan tolok ukur.
Pokja Tannas, Lemhannas RI, Jakarta.