Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI


(Mazhab Sosialisme dan Mazhab Historis)
JUNNAEDY MUIS (1196140001)
SRI MAFIRAWATI (1196140048)
WAHYUNI (1196140026)
NIRMALA (1196140081)
SUKRIADI (1196140037)
ANNUR PITRIANA IDRIS (1196140046)
AHMAD AKBAR (1196140045)
SANDY WANANDA (1196140030)
MUHAMMAD HAZAIRIN (1196140022)
MUH. SERI ALAMSYAH (1196140032)
EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmanirahim
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah mengijinkan dan
memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam menyusun dan menulis makalah ini, Tujuan
makalah ini adalah untuk memenuhi syarat dalam memperoleh nilai terbaik pada Fakultas
Ekonomi, Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Makassar.
Dalam penulisan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan hasil yang terbaik. Namun demikian penulis juga mempunyai keterbatasn
kemampuan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis menyadari tanpa adanya
bimbingan, dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak,
maka makalah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada:
1.

Muhammad Fahreza. W., S.Pd., .Pd


sempurna, maka saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna

perbaikan di masa mendatang.


Wassalamualaikum Wr, Wb.

Makassar, Mei 2012


Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I........................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................ 1
A.Latar Belakang........................................................................... 1
a.Mazhab Sosialisme.......................................................... 1
b.Mazhab Historis.............................................................. 3
B. Rumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan...................................................................... 4
BAB II........................................................................................... 5
PEMBAHASAN........................................................................... 5
A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Perintis Sosialisme................ 5
a.Pemikiran ekonomi mazhab sosialisme............................. 6
b.Ekonomi mazhab sosialisme utopis.................................. 8
c.Ekonomi mazhab sosialisme ilmiah................................... 8
d.Filosof sosialisme............................................................ 9
B. Sejarah Pemkiran Ekonomi Aliran Historis (Mazhab Sejarah).... 15
a.Mazhab Historis............................................................. 17
BAB III........................................................................................ 19
PENUTUP.................................................;................................. 19

A. Kesimpulan.............................................................................. 19
B. Saran....................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 20

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
a.Mazhab Sosialisme
Pemikiran-pemikiran mazhab Klasik dinilai oleh para pemikir ekonomi
selanjutnya banyak terdapat kelemahan-kelemahan, dan merugikan masyarakat, terutama
banyak merugikan kaum buruh.Maka kemudian lahirlah mazhab baru yang dinamakan
mazhab sosialisme.
Mazhab Sosialisme dikatakan lahir an bekembang sebagai reaksi terhadap akibat
buruk daria d a n y a r e v o l u s i i n d u s t r i . R e v o l u s i I n d u s t r i m e m a n g m e m b a w a
k e m a j u a n d a n b a n y a k k e k a y a a n , sungguhpun pada kenyataannya banyak dari
rakyat terutama kaum buruh yang hidupnya tetap miskin karena gaji buruh bukan
hanya sangat rendah tetapi juga selalu ditekan.
Para tokoh pemikir Sosialisme sangat anti terhadap kapialisme dan
individualisme, karenameraka yang semakin kaya itu adalah hanya kaum pemilik modal
atau kaum kapitalis, dengan demikiantejadi kesenjangan ataupun ketimpangan pola hidup,
yaitu jurang yang semakin dalam antara si kaya danmiskin.
Sosialisme merupakan doktrin yang menyokon pemilikan dan pengawasan
publik terhadap alat-alat produksi utama, adapun tujuannya untuk mencapai distribusi
barang yang lebih efisien dan adil.
Prinsip Ajaran Sosialisme Prinsip-prinsip ajaran Sosialisme berakar pada transformasi
ekonomi, sosial, dan kultural ropaselama abad 18 sampai 19. Ide pokok lahirnya
adalah dari suatu ketidak puasan manusia yang terus menerus akan kondisi
eksistensinya. Ketidak-puasan itu tercermin dalam hasrat mereka untuk mengatasiberbagai
rupa kelangkaan, ketidakadilan, dan persoalan sosial serta kerinduan akan keadilan,
kebahagiaan, kesempurnaan.
Secara garis besar, faktor-faktor yang mendorong lahirnya Sosialisme:

1.Karena adanya revolusi Industri


2.Karena bangkitnya kaum borjuis (majikan) dan kaum proletariat (buruh)
3.Munculnya pemikiran-pemikiran baru yang lebih terpelajar, dan lebih rasional terhadap
kehidupanmanusia & masyarakatnya.
4.Adanya tuntutan-tuntutan berlakunya demokrasi dari hasil revolusi Perancis.
Perkembangan dan upaya semua pengejaran terhadap kekayaan pribadi dianggap oleh
mazhab Sosialisme sebagai akar ketidak adilan diantara manusia, dan sebagai penyebab
keruntuhan moral serta b u r u k n y a o r d e m a s y a r a k a t . O l e h s e b a b i t u ,
p e n g h a p u s a n a t a s h a k - h a k m i l i k s w a s t a a t a u p u n pengawasan terhadap
manifestasinya yang tidak diinginkan adalah merupakan ajaran pokok Sosialisme.
Para tokoh pemikir Sosialisme menyatakan bahwa sesungguhnya kaum buruh (tenaga
kerja) adalah sumber dari seluruh kekayaan, oleh sebab itu kaum pekerja seharusnya
mendapatkan seluruhhasil usahanya.
Sosialisme juga mempertahankan bahwa karena produksi adalah usaha
kolektif, dibawahsistem pabrik industri, maka kepemilikan berbagai rupa alat-alat produksi
harus pula secara kolektif.

b.Mazhab Historis
Volkgeist Terminology inilah yang paling sering ditemui jika membuka lieteratur, dan
kemudian membaca bahagian aliran pemikiran hukum dalam lintasan Mazhab sejarah. Istilah
tersebut pertama kalinya dikembangkan oleh murid Friedrich Carl Von Savigny (1779-1861)
yang bernama G. Puchta, hukum merupakan pencerminan jiwa dari rakyat.
Hukum itu tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat (Das
Recht Wird Nicht Gemacht, Est Ist Und Wird Mit Dem Volke). Di dunia ini terdapat banyak
bangsa, dan tiap-tiap bangsa tadi memiliki suatu Volkgeist (jiwa rakyat). Jiwa ini berbeda,
baik menurut waktu maupun tempat.
Mencermati pemikiran Savigny, dalam konteks yang melatarbelakanginya sehingga
muncul pemikiran perihal Jiwa Bangsa atau Jiwa Rakyat, setidaknya dipengaruhi oleh dua
Mazhab hukum.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana sejarah dari mazhab sosialisme ?


2. Bagaimana sejarah dari mazhab historis?
3. Bagaimana teori masing-masing dari mazhab sosialisme dan mazhab historis ?
C. Tujuan Penulisan
Dari perumusan masalah di atas. Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui arti sejarah dari mazhab sosialisme
2. Mengetahui sejarah dari mazhab historis
3. Mengetahui pendapat masing-masng dari setiap mazhab mengenai ekonomi
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini mencakup beberapa
diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui perkembangan sejarah dari mazhab sosialisme dan mazhab historis
2. Mengetahui arti dari masing-masing teori yang di sampaikan oleh setiap mazhab sosialisme
dan historis mengenai ekonomi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Perintis Sosialisme
1. Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis ditemukan terutama dalam ajaran-ajaran
agama, kaidah-kaidah hukum, etika atau aturan-aturan moral. Misalnya dalam kitab
Hammurabi dari Babilonia tahun 1700 sM, masyarakat Yunani telah menjelaskan
tentang rincian petunjuk-petunjuk tentang cara-cara berekonomi.

2. Plato hidup pada abad keempat sebelum Masehi mencerminkan pola pikir tradisi
kaum ningrat. Ia memandang rendah terhadap para pekerja kasar dan mereka yang
mengejar kekayaan. Plato menyadari bahwa produksi merupakan basis suatu negara
dan penganekaragaman (diversivikasi) pekerjaan dalam masyarakat merupakan
keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat memenuhi sendiri berbagai
kebutuhannya. Inilah awal dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi kemudian
dikembangkan oleh Adam Smith.
3. Aristoteles merupakan tokoh pemikir ulung yang sangat tajam, dan menjadi dasar
analisis ilmuwan modern sebab analisisnya berpangkal dari data. Konsep pemikiran
ekonominya didasarkan pada konsep pengelolaan rumah tangga yang baik, melalui
tukar-menukar. Aristoteleslah yang membedakan dua macam nilai barang, yaitu nilai
guna dan nilai tukar. Ia menolak kehadiran uang dan pinjam-meminjam uang dengan
bunga, uang hanya sebagai alat tukar-menukar saja, jika menumpuk kekayaan dengan
jalan minta/mengambil riba, maka uang menjadi mandul atau tidak produktif.
4. Xenophon seorang prajurit, sejarawan dan murid Socrates yang mengarang buku
Oikonomikus (pengelolaan rumah tangga). Inti pemikiran Xenophon adalah pertanian
dipandang sebagai dasar kesejahteraan ekonomi, pelayaran dan perniagaan yang
dianjurkan untuk dikembangkan oleh negara, modal patungan dalam usaha,
spesialisasi dan pembagian kerja, konsep perbudakan dan sektor pertambangan
menjadi milik bersama.
5. Thomas Aquinas (1225-1274) seorang filosof dan tokoh pemikir ekonomi pada abad
pertengahan, mengemukakan tentang konsep keadilan yang dibagi dua menjadi
keadilan distributife dan keadilan konvensasi, dengan menegakkan hukum Tuhan
maka dalam jual-beli harus dilakukan dengan harga yang adil (just-price) sedang
bunga uang adalah riba. Tetapi masalah riba, upah yang adil dan harga yang layak ini
merupakan masalah yang terus-menerus diperdebatkan dalam ilmu ekonomi.
a.Pemikiran ekonomi mazhab sosialisme
Sejarah Pemikiran Mazhab Sosialis dan Kritik terhadap Pemikiran Ekonomi Klasik
1. Kritik yang dikemukakan oleh mazhab sosialis berhubungan dengan doktrin laissez
faire dengan pengendalian tangan tak kentara (invisible hand) dan intervensi
pemerintah. Pemikiran yang dibahas adalah tentang teori nilai, pembagian kerja, teori
kependudukan, dan the law of deminishing return, dan kritiknya karena asumsi bahwa
negaralah yang berhak untuk mengatur kekayaan bangsa.

2. Para pengritik mazhab klasik terutama dari Lauderdale, Sismonde, Carey, List dan
Bastiat. Lauderdale mengajukan kritik bahwa nilai barang ditentukan oleh kelangkaan
dan permintaan, sedangkan Muller dan List melihat bahwa nilai barang ditentukan
juga tidak hanya oleh modal fisik, tetapi juga oleh modal spiritual dan modal mental.
Demikian juga Carey melihat tentang teori nilai dari segi teori biaya reproduksi,
sedangkan Bastiat bahwa faktor-faktor yang menentukan nilai barang adalah besarnya
tenaga kerja yang dikorbankan pada pembuatan barang, menurut beliau hal-hal yang
menjadi karunia alam tidak mempunyai nilai, kecuali telah diolah manusia.
3. Sismonde mengajukan keberatan terhadap teori kependudukan Malthus, dan tidak
mungkin dapat dikendalikan dengan cara-cara yang dikemukakan Malthus, sebab
sangat tergantung pada kemauan manusia dan kesempatan kerja, dan kawin yang
selalu dikaitkan dengan kemampuan ekonomi. Mesin mempunyai fungsi untuk
menggantikan tenaga kerja manusia, aspek mesin tidak selalu mempunyai keuntungan
dalam meningkatkan kekayaan bangsa. Carey berpendapat pertambahan modal lebih
cepat dari pertambahan penduduk.
4. Sismonde berpendapat bahwa pembagian kerja skala produksi menjadi semakin besar
dan tidak dapat dikendalikan sehingga terjadi kelebihan produksi. Muller berpendapat
bahwa pembagian kerja telah membawa pekerjaan ke dalam perbudakan dan tenaga
kerja menjadi mesin. Pemikiran List bukan pembagian kerja yang paling penting
tetapi mengetahui dan menggunakan kekuatan-kekuatan produktif dalam usaha
meningkatkan kekayaan bangsa.
5. Pemikiran John Stuart Mill banyak dipengaruhi oleh Jeremy Bentam yang beraliran
falsafah utilitarian, bebannya sangat berat dalam mempelajari falsafah, politik dan
ilmu sosial, yang menjadikan mental breakdown. Kritik terhadap ekonomi klasik
terutama pada Smith, Malthus dan Ricardo, dipelajari oleh Mill. Sementara itu
pemikiran ekonomi sosialis mulai berkembang, dasar sistem ekonomi klasik adalah
laissez faire, hipotesis kependudukan Malthus, hukum lahan yang semakin berkurang,
teori dana upah mendapat tantangan. Dalam era inilah pemikiran Mill dituangkan
dalam bukunya yang berjudul Principle of Political Economy, dengan pemikiran yang
eklektiknya.
6. Sumbangan yang paling besar Mill adalah metode ilmu ekonomi yang bersifat
deduktif dan bersama dengan metode induktif. Karena hipotesisnya belum didukung
dengan data empirik, di samping itu pembahasannya tentang teori nilai tidak melihat
dari biaya produksi, tetapi telah menggunakan sisi permintaan melalui teori elastisitas.

Mill menjelaskan bahwa hukum yang mengatur produksi lain dengan hukum
distribusi pendapatan, juga memperkenalkan human capital investment yaitu
keterampilan, kerajinan dan moral tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas.
b.Ekonomi mazhab sosialisme utopis
1. Dari pandangan pemikiran yang revolusioner Karl Marx dan Enggel pemikiran ini
biasa disebut kaum sosialis ilmiah dan ada yang tetap mempertahankan dengan caracara yang bersifat ideal dan terlepas dari kekuasaan politik disebut sosialis utopis
dengan dipelopori oleh Thomas More, Francis Bacon, Thomas Campanella, Oliver
Cromwell, Gerard Winstanley, James Harrington..
2. Perkataan Utopis berasal dari judul buku Thomas More dalam tahun 1516 Tentang
Keadaan Negara yang Sempurna dan Pulau Baru yang Utopis. Francis Bacon dalam
bukunya Nova Atlantis (1623), dan Thomas Campanella (1623) dalam bukunya
Negara Matahari (Civitas Solis).
3. Saint Simon (1760-1825), dari Perancis bukunya The New Christianity dan Charles
Fourier (1772-1837) bercita-cita menciptakan tata dunia baru yang lebih baik bukan
dengan kotbah tetapi dengan model percontohan. Louis Blanc mengusahakan agar
didirikan ateliers sociesux yakni pabrik-pabrik yang dihimpun negara. Pierre Joseph
Proudhom (1809-1865 ) Beliau yakin akan asas persamaan dan lama sekali tidak
setuju dengan hak milik pribadi terhadap perusahaan.
c.Ekonomi mazhab sosialisme ilmiah
1. Karl Marx dilahirkan di Treves Jerman dan seorang keturunan Yahudi. Ia seorang
ilmuwan dan pemikir besar bidang filosof serta Pemimpin Sosialisme Modern. Ia
belajar di Universitas Bonn kemudian di Universitas Berlin di Jerman dan
memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa studinya ia banyak dipengaruhi oleh
Friedrich Hegel seorang Filosof Besar Jerman bidang falsafah murni.
2. Friedrich Engels, berasal dari kalangan usahawan besar di Jerman, keluarganya
memiliki sejumlah perusahaan industri tekstil di Jerman maupun di Inggris. Sejak usia
muda Engels menaruh minat terhadap ilmu falsafah dan ilmu pengetahuan
masyarakat. Nalurinya tergugah oleh apa yang diamatinya dan disaksikannya sendiri
mengenai kehidupan masyarakat dalam lingkungan kawasan industri di Jerman dan di
Inggris. Engels bertemu dengan Marx tahun 1840 di Paris, sewaktu Marx hidup dalam
pembuangan.
3. Teori tentang perkembangan ekonomi menurut Marx sebenarnya dapat dibagi
menjadi tiga bagian, pertama pemikirannya tentang proses akumulasi dan konsentrasi,

kedua teori tentang proses kesengsaraan/pemiskinan yang meluas (die verelendung


atau increasing misery), ketiga teori tentang tingkat laba yang cenderung menurun.
4. Menurut teori konsentrasi perusahaan-perusahaan makin lama makin besar,
sedangkan jumlahnya makin sedikit. Perusahaan-perusahaan besar bersaing dengan
perusahan kecil maka perusahaan kecil akan kalah dalam persaingan dan kemudian
perusahaan kecil lenyap. Timbullah perusahaan-perusahaan raksasa. Para pengusaha
kecil dan golongan menengah menjadi orang miskin.
5. Sedangkan teori akumulasi menyatakan bahwa para pengusaha raksasa semakin lama
semakin kaya dan menumpuk kekayaan yang terkonsentrasi pada beberapa orang, dan
para pengusaha kecil akhirnya jatuh miskin dan pengusaha kecil yang berdiri sendiri
menjadi proletariat. Sejauhmana proses akumulasi yang dimaksud di atas bisa
berjalan tergantung dari a) tingkat nilai surplus, b) tingkat produktivitas tenaga kerja,
dan c) perimbangan bagian nilai surplus untuk konsumsi terhadap bagian yang
disalurkan sebagai tambahan modal.
d.Filosof sosialisme
1. Filsafat Sosial Thomas Aquinas
Thomas Aquinas adalah salah satu filosof abad pertengahan. Ciri utama filsafat abad
pertengahan adalah penekanannya pada intuisi ketimbang menggunakan rasio. Begitu
pula dengan Aquinas, dia juga mendasarkan filsafatnya pada intuisi. Filsafat sosialnya
Aquinas didasrkan pada pemikiran filsafatnya yang menyatakan bahwa akal cocok
(tidak bertentangan) dengan wahyu Tuhan (dalam hal ini adalah ajaran Kristen).
Filsafat sosial Aquinas berkeyakinan bahwa Tuhan sepenuhnya rasional, dan jika
seseorang semakin rasional maka ia pun semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan untuk mematuhi hukum
Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan secara sadar.
2. Filsafat Sosial Hobbes, Locke dan Hume
Tokoh-tokoh seperti Thomas Hobbes, John Locke dan David Hume merupakan filosof
beraliran empirisisme. Empirisme merupakan suatu paham yang mengatakan bahwa
kebenaran hanya didapatkan melalui pengalaman empiris (sensasi panca indera).
Dalam ranah sosial, tentu saja mereka mendasarkan pandapatnya terhadap aliran
empirisisme yang mereka anut.
Setiap individu, menurut Hobbes, memiliki hak alami untuk bertindak seperti yang
diinginkan untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya, meskipun hal itu akan
menyakiti orang lain atau bertentangan dengan hukum ilahi. Berbeda dengan Hobbes,

Locke memandang hak alami manusia sebagai serangkaian hak spesifik yang terkait
dengan kewajiban terhadap orang lain seperti hak untuk hidup dan hak atas hasil
kerjanya sendiri. Hume sama sekali menolak anggapan Hobbes dan Locke karena
bagi hume, semua pengetahuan hanya dihasilkan dari apa yang didengar, dilihat,
dirasakan dan sebagainya, sehingga, bagi Hume, tidak ada yang namanya hak alami.
Yang ada hanyalah kontrak sosial berwujud lembaga-lembaga sosial yang dibentuk
secara berangsur-angsur. Lembaga-lembaga tersebut bermula dari ketertarikan antara
jenis kelamin, keperluan mengasuh anak, kegemaran alami untuk berkumpul bersama
orang lain, kecenderungan alami untuk menolong sahabat dan keluarga dan
sebagainya.
3. Filsafat Sosial Kant dan Hegel
Immanuel Kant dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah dua filosof yang beraliran
idealis. Idealism adalah paham yang mengatakan bahwa pengetahuan hanya
didapatkan melalui ide mereka sendiri.
Dalam ranah sosial, Kant menolah gagasan tentang hak alami, dia juga menolak
anggapan pengetahuan hanya didapatkan melalui pengalaman empiris. Bagi Kant,
pengegtahuan diturunkan dari refleksi atas hakikat pikiran manusia. Perilaku sosial
manusia bukan diarahkan oleh hukum alami melainkan oleh hukum akal.
Berbeda dengan Kant, Hegel mendasarkan filsafat sosialnya pada filsafat sejarah yang
dimulai dari tesis, antithesis dan akhirnya menjadi sistesis. Hegel sepakat dengan
kontrak sosialnya Locke namun konsep itu lemah ketika individu-individu gampang
menyalahpahami kebebasan individu dalam masyarakat. Hegel juga sepakat dengan
nurani individunya Kant, namun hal ini juga masih tergantung pada tiap individu
untuk menentukan tindakan itu baik atau buruk. Filsafat sosialnya Hegel mengikuti
pemahaman Locke dan Kant dan hanya menolak sifatnya yang satu sisi. Keluarga,
menurut Hegel, didasarkan pada cinta alami di antara dua jenis kelamin dan bukan
melalui kontak sosial seperti dalam Hobbes dan Kant. Hegel mengatakan:
Upacara perkawinan memang merupakan kontrak sosial namun dampak perkawinan
justru untuk menjauhi kebebasan legal dari dua pribadi dan mencipta ruang yang
melampaui hukum. Tujuan perkawinan adalah untuk mencapai bentuk kebebasan
yang lebih tinggi, di mana perempuan akan memiliki domain yang aman dan tertutup,
di mana ia bisa mengembangkan perasaan naluriahnya, dan di mana seorang laki-laki
bisa bersantai sesudah bekerja, karena memang sudah sifat dasarnya untuk bekerja di
dunia luar.

4. Sosialisme Marx
Karl Marx adalah filosof beraliran materialime. Materialisme adalah aliran yang
menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi (alam) dan dunia fisik adalah
satu. Pemikiran Marx banyak dipengaruhi oleh dua filosof besar yaitu Hegel dan
Feuerbach. Marx mengambil materialisme dari Feuerbach dan filsafat sejarah
(dialektika) dari Hegel. Secara umum ajaran Marx disebut sosialime karena Marx
menggunakan pemikirannya untuk membela kelas proletar yang tertindas oleh kelas
borjuis, pemilik modal dan usaha. Sosialisme Marx digunakan untuk menyerang
system kapitalisme yang berkembang pada zamannya.
Marx memetakan materialisme menjadi materialisme historis dan materialism
dialektis. Materialisme historis merupakan pandangan ekonomi terhadap sejarah. Hal
ini dimaksudkan untuk menjelaskan perkembangan ekonomi masyarakat yang terjadi
sepanjang masa. Materialisme dialektis mengasumsikan benda merupakan kenyataan
pokok yang selalu berubah dan mengalami pertentangan. Perubahan dan pertentangan
tersebut merupakan sesuatu yang terjadi pada dunia nyata. Apa yang terjadi pada
dunia nyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesadaran manusia.
Bukan kesadaran yang menentukan adanya manusia tapi kehidupan sosiallah yang
membentuk kesadaran manusia.
Sosialime Marx bukan tanpa tantangan. Filosof sekaliber Max Weber dan Emile
Durkheim. Jika Marx menginginkan revolusi sosial dengan mengganti kapitalisme
dengan sosialime, maka Weber dan Durkheim menginginkan reformasi sosial yaitu
mereformasi system kapitalis dan membenahi kesalahan-kesalahannya.
Pacsa kematian Marx, pemikiran Marx terpecah menjadi dua kubu besar yaitu
marxisme ortodok dan marxisme revisionis. Marxisme ortodok menggeneralisasikan
materialisme historis pandangan dunia universal dan memandang perjalanan
kapitalisme sebagai stabilisasi dunia justru memicu krisis ekonomi dan mempertajam
berbagai konflik. Sedangkan marxisme revisionis menginginkan evolusi sosial yang
memandang kaum proletar bisa mengupayakan terus menerus perkembangan ekonomi
dan posisi politiknya dalam kerangka demokratis yang terorganisir seperti yang
dilakukan oleh kaum kapitalis. Marxisme ortodoks benar-benar menjadi ideology
dunia setelah setelah revolusi oktober pada tahun 1917 ketika terjadi persekutuan
kaum buruh dan tentara yang di dalangi oleh Partai Bolshevik. Yang memainkan
peran dalam revolusi ini adalah Lenin, yang kemudian diteruskan Stalin. Puncak dari
revolusi ini adalah berdirinya Uni Soviet yang berbasis di Rusia.

5. Positivisme Auguste Comte


Seorang filosof Perancis bernama Auguste Comte adalah yang pertama kali
membuahkan positivisme melalui fisika sosialnya (yang kemudian disebut
sosiologi). Secara sederhana pemikiran Comte dapat dirumuskan sebagai pencarian
bentuk kemapanan metodologis dari sebuah ilmu bernama ilmu sosial. Melalui usaha
pencarian bentuk inilah Comte kemudian mengajukan serangkaian metode keilmuan
bagi ilmu pengetahuan (sosial) dengan upaya penyejajaran ilmu pengetahuan sosial
dengan ilmu pengetahuan alam. Pada jamnnya, kebenaran ilmu alam merupakan
primadona bagi perkembangan keilmuan saat itu. Comte yang kebetulan seorang ilmu
sosial, berusaha untuk menyejajarkan kedua jenis ilmu yang kita kenal sebagai ilmu
alam dan ilmu sosial.
Comte, sebenarnya, berusaha untuk memerangi hasil negatif Revolusi Perancis dan
Jaman Pencerahan. Di matanya, kedua even fundamental tersebut tidak membawa
perhatian yang memadai bagi dinamika masyarakat (dengan pendekatan Holistik
masyarakat, hasil pengaruh keduanya). Melalui cabang ilmu barunya ini, fisika,
sosial atau sosiologi, Comte ingin mengajukan hukum yang dapat menerangkan
dinamika sosial masyarakat maupun struktur sosial yang telah ada.
Salah satu teori terkenal dari seorang Comte adalah teori evolusi masyarakatnya.
Comte melihat bahwa masyarakat dunia bergerak pada tiga tingkatan intelektualitas.
Tingkat pertama adalah tahapan teologis dimana sistem pemikiran masyarakat tahap
pertama ini dicirikan melalui kepercayaan terhadap kekuatan supranatural (secara
historis, masyarakat dunia sampai tahun 1330-an merupakan masyarakat teologis).
Tingkat kedua adalah tahapan metafisis dimana masyarakat pada tahap ini dicirikan
melalui kepercayaan mereka terhadap kekuatan abstrak, dibandingkan ide Tuhan
yang personal, dalam menerangkan keberadaan dunia. Tahapan kedua ini dipercayai
Comte, dilalui oleh masyarakat dunia antara tahun 1300- sampai tahun 1800. Tingkat
ketiga adalah tahapan positivistis dimana masyarakat berkembang melalui
kepercayaan mereka terhadap ilmu pengetahuan (ala positivisme tentunya) yang
secara fisik dialami dunia pasca tahun 1800.
6. Methodenstreit Ilmu-ilmu Sosial Jerman
Usaha untuk menerapkan ilmu-ilmu alam pada kenyataan sosial mengandung
berbagai macam masalah. Realitas (kenyataan) selalu berkembang seiring perjalanan
waktu sementara ilmu-ilmu alam yang diterapkan pada kenyataan sosial tersebut

menghasilakan hukum yang tetap. Oleh karena itulah muncul methodenstreit


(perebatan tentang metode) dalam ilmu-ilmu sosial di Jerman.
Pada Tahun 1870-an dan 1880-an muncul perdebatan antara Schmoller dengan C.
Menger. Dalam ekonomi, Menger membedakan antara pemahaman teoritis dan
historis. Pemahaman historis didapatkan dari penelitian atas gejala sosial yang bersifal
individual. Sementara pemahaman teoritis menyoroti gejala sosial yang bersifat
umum dan teratur. Schmoller menolak perbedaan tersebut.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 muncul perdebatan antara Windelband
dan Rickert. Windelband membedakan antara nomothetic sciences (ilmu-ilmu alam
yang menyoroti gejala alam yang terus-menerus sehingga didapatkan hukum) dan
ideographic sciences (ilmu-ilmu budaya yang meneliti peristiwa individual yang unik
dan sekali terjadi). Rickert melakukan koreksi terhadap distingsi tersebut. Dia
berpendapat bahwa ilmu-ilmu bidaya menghasilkan nilai dan ilmu-ilmu alam
menghasilkan hukum sehingga bebas nilai.
Pada tahun 1909 dan 1914 terjadi perdebatan antara Sombart dan lawannya (Knapp
dan Max Weber). Sombart mendukung kebebasan nilai dalam ilmu-ilmu sosial
sementara Knapp menolaknya karena pakar-pakar ilmu-ilmu sosial pada waktu itu
terlibat dalam politik sehingga tidak mungkin bebas nilai. Weber mendukung
kebebasan nilai itu namun dia juga tidak memungkiri adanya relevansi nilai dalam
penelitian ilmiah. Weber menambahkan, ilmu-ilmu sosial bertidak saling melengkapi
dengan memberikan Erklaren (penjelasan) dengan mencari hubungan sebab akibat
dan Verstehen (memberi penafsiran).
B. Sejarah Pemkiran Ekonomi Aliran Historis (Mazhab Sejarah)
Pertama, pengaruh Montesqieu dalam bukunya Lespirit De Lois pernah
mengemukakan adanya hubungan antara jiwa bangsa dengan hukumnya. Kedua, pengaruh
paham nasionalisme yang muncul pada awal abad ke- 19, yakni dipelopori oleh Thibaut
dalam Pamphlet-nya yang menuliskan Uber Die Notwendigkeit Eines Allgemeinen
Burgelichen Rechts Fur Notwendigkheit Eines Allgemeinen Burgelichen Rechts Fur
Deutschland _keperluan akan adanya kodifikasi hukum perdata bagi Jerman. Ahli hukum
perdata ini menghendaki agar di Jerman diadakan kodifikasi perdata dengan dasar hukum
Prancis (Code Napoleon). Namun perkembangan yang menyulut kemudian kodifikasi hukum

Jerman adalah setelah Prancis meninggalkan kodifikasi hukum di negara Jerman. Hukum apa
yang hendak diberlakukan di negara ini ?
Maka muncullah aliran atau pemikir setaraf Savigny mengemukakan bahwa hukum
itu tak perlu diadakan kodifikasi, karena apa yang menjadi isi dari hukum itu ditentukan oleh
pergaulan hidup manusian ditentukan dari masa ke masa.
Banyak penulis menganggap pemikiran Savigny, tidak dapat dimanfaatkan dalam
konteks hukum modern karena sudah demikian kompleksnya permasalahan suatu rakyat di
era modern ini. Apalagi negara yang sudah mengalami gejala globalisasi.
Menurut hemat penulis, tetap bermanfaat teori Savigny dalam melihat hukum yang
muncul dari tingkah laku individu dalam masyarakat. Tidakkah kita sadar bahwa tidak akan
pernah terakui yang namanya Hukum Adat tanpa melalui riset dari beberapa pakar hukum
seperti Van Volenhoven dan Ter Haar, dan hal itu melihat Hukum sebagai pencerminan dari
jiwa Rakyat. Tidak jauh berbeda dengan para ahli sosiologi juga amat berutang budi dengan
Savigny karena ia membukakan mata bagi peneliti sosiologi bahwa sistem hukum
sesungguhnya tidak terlepas dari sistem sosial yang lebih luas, di mana ke dua sistem itu
saling mempengaruhi.
Kelemahan dari teori Savigny, yakni tidak mengakui pentingnya kodifikasi hukum.
Padahal dalam masyarakat modern, ketentuan hukum yang tertulis diperlukan demi
terwujudnyaa kepastian hukum. Terutama untuk menghindari tindakan kesewenangwenangan dari kekuasaan yang absolut.
Oleh karena itu menarik jika kita mengamati sumbangan dari hasil penelitian Sir
Henry Maine (1822-1888) yang mengemukakan bahwa hubungan hukum antara para
anggota masyarakat dilakukan atas dasar sistem hak dan kewajiban yang tertuang dalam
suatu bentuk yang disebut kontrak, dibuat secara sadar dan sukareka oleh pihak-pihak yang
berkenaan. Di sisi lain hukum sendiri pada masyarakat berkembang melalui tiga tahapan
yakni fiksi, equity dan perundangan. Artinya, Maine di sini tidak mengenyampingkan
peranan perundangan dan kondifikasi pada masyarakat modern.
a.Mazhab Historis
Pokok pokok ajaran dalam mazhab historis sebagai berikut:
1. Dalam menetapkan ide, hendaknya ditinjau tingkat perekonomian masyarakat
menurut sejarahnya, tidak melihat keadaan pada saat itu.

2. Kepentingan nasional harus di utamakan. Manusia harus di pandang sebagai


individu dalam sebuah masyarakat, sehingga kepentingan pribadi dipengaruhi oleh
norma norma lain misalnya adat istiadat, kesusilaan, dan agama.
3. Dalam mengadakan penelitian masalah masalah ekonomi harus didasarkan pada
peristiwa peristiwa ekonomi yang nyata.
Hukum ekonomi bersifat relatif dan tergantung pada waktu dan masa.
b. Tokoh tokoh mazhab historis sebagai berikut :
1. Friedrich List (1789 1846)
Terdapat 5 fase pertumbuhan, yaitu :
Fase primitive
Beternak
Pertanian
Industry pengolahan
Perdagangan
2. Bruno Hilderbrand (1812- 1878)
Perkembangan ekonomi berdasarkan 3 sistem distribusi, yaitu :
barter
uang
kredit
3. Karl Bucher
Rumah tangga tertutup
Rumah tangga kota,
rumah tangga kemasyarakatan, dan
rumah tangga dunia.
4. Werner Sombart (1863 1941)
Tingkat pra kapitalisme,
Tingkat kapitalisme menengah,
Tingkat kapitalisme tinggi, dan
Tingkat kapitalisme akhir.
5. Max Weber (1864 1920)
Dalam kegiatan ekonomi, Max Weber melihat bahwa dalam sejarah mengenal artinya
mencari laba atau keuntungan. Menurut Weber, perilaku ekonomi kapitalis bertolak

dari harapan akan keuntungan dari tukar menukar yang di dasarkan pada
kesempatan memperoleh laba.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kami mengambil kesimpulan dari mazhab socialisme itu yang utama di sebabkan
karena ada beberapa faktor-faktor yang mendorong lahirnya mazhab Sosialisme:
1.Karena adanya revolusi Industri
2.Karena bangkitnya kaum borjuis (majikan) dan kaum proletariat (buruh)
3.Munculnya pemikiran-pemikiran baru yang lebih terpelajar, dan lebih rasional
terhadap kehidupanmanusia & masyarakatnya.
4.Adanya tuntutan-tuntutan berlakunya demokrasi dari hasil revolusi Perancis.
Sehingga mazhab sosialisme terbentuk akibat beberapa factor yang ada di atas.
B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan informasi dari mazhab
sosialisme dan mazhab hstoris serta teori-teori yang di kemukakan dari beberap filosoffilosof yang terkenal.dan mengetahui masing-masing perbedaan dari tiap mazhab sosialisme
dan mahab historis.

DAFTAR PUSTAKA
http://massofa.wordpress.com/2008/02/04/sejarah-pemikiran-ekonomi-praklasik-klasiksosialis-dan-neoklasik/

http://www.scribd.com/anon_854168668/d/62140869-Handout-Sosialisme-Marxisme
http://ukpi.sunan-ampel.ac.id/?p=195
http://iemaganjen.blogspot.com/2011/04/mazhab-historis.html

Anda mungkin juga menyukai