Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Keseluruhan proses itu dapat dilakukan pada satu lokasi pabrik baja yang besar dan dapat pula
dilakukan pada sejumlah pabrik yang terpisah. Misalnya ada pabrik yang hanya mengerjakan dri
billet sampai suatu barang setengah jadi.
Proses pertama
1. Komponen dasar : iron ore (biji besi), limestone (tanah kapur), coke (dibuat dari coal, khusus
untuk pembuatan steel) dimasukkan ke dalam blast furnance.
2. Coke : bahan bakar untuk furnance, dibuat dari coal dengan proses tertentu.
3. Cairan besi : (molten metal) yang panas di dalam furnance terpisah menjadi 2 bagian, yang atas
adalah slag (wasted,impurities), dan yang bawah adalah besi yang hendak dipakai. Besi yang
dihasilkan ini kemudian dicetak menjadi pig iron. Kadar C dalam pig iron bisa mencapai 2 %
Proses kedua
1. Pig iron dimasukkan ke dalam primary steelmaking furnace, bisa berupa oxygen furnace, electric
arc furnace, atau open hearth furnace. Ke dalam furnace ini, berbagai bahan kimia ditambahkan
untuk mendapatkan material properties yang diinginkan. Seringkali scrap juga dimasukkan ke
dalam furnace ini.
2. Didalam proses dengan oksigen, carbon di dalam molten metal bereaksi dengan oksigen
mmenghasilkan gas karbonmonoksida. Gas ini harus keluar, kalau tidak akan membentuk gas
pockets (rimming) saat menjadi dingin (rimmed steel). Untuk menghindari, digunakan
doxidizer : silicon, aluminum baja yang dihasilkan: killed steel atau semi-killed steel.
3. Baja yang dihasilkan dicetak dalam bentuk slab, blom, atau billet.
Proses ketiga
1. Baja yang telah dicetak dalam bentuk slab, blom, atau billet tersebut selanjutnya dibentuk
menjadi berbagai macam profit seperti H-beam, angle (siku), channel, rel kereta, pelat, pipa
(seamless pipe), dsb.
logam cair sampai diatas 1650 C. Pada saat oksidasi berlangsung ke dalam tungku ditambahkan
batu kapur. Batu kapur tersebut kemudian mencair dan bercampur dengan bahan bahan impuritas
(termasuk bahan bahan yang teroksidasi) membentuk terak yang terapung diatas baja cair. Bila
proses oksidasi selesai maka aliran oksigen dihentikan dan pipa pengalir oksigen diangkat /
dikeluarkan dari tungku. Tungku BOF kemudian dimiringkan dan benda uji dari baja cair diambil
untuk dilakukan analisa komposisi kimia. Bila komposisi kimia telah tercapai maka dilakukan
penuangan (tapping). Penuangan tersebut dilakukan ketika temperature baja cair sekitar 1650 C.
Penuangan dilakukan dengan memiringkan perlahan lahan sehingga cairan baja akan tertuang
masuk kedalam ladel. Di dalam ladel biasanya dilakukan skimming untuk membersihkan terak dari
permukaan baja cair dan proses perlakuan logam cair (metal treatment). Metal treatment tersebut
terdiri dari proses pengurangan impuritas dan penambahan elemen elemen pemadu atau lainnya
dengan maksud untuk memperbaiki kualitas baja cair sebelum dituang ke dalam cetakan. Jenis Baja
yang dihasilkan oleh proses ini adalah Baja karbon & Baja paduan 0,1 % < c < 2,0 %
b) Kelebihan proses BOF dibandingkan proses pembuatan baja lainnya :
Dari segi waktu peleburannya yang relatif singkat yaitu hanya berkisar sekitar 60 menit untuk
setiap proses peleburan.
Tidak perlu tuyer dibagian bawah..
Phosphor dan Sulfur dapat terusir dulu daripada karbon.
Biaya operasi murah.
F. BESI TUANG
A.
B.
tanah (underground mining). Karena biji besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur
dengan kotoran-kotoran lainnya maka sebelum dilakukan peleburan biji besi tersebut terlebih
dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi biji yang lebih tinggi (25 40%).
Proses
pemurnian
ini
dilakukan
dengan
metode
: crushing,
screening, dan washing (pencucian). Untuk meningkatkan kemurnian menjadi lebih tinggi (60 65%) serta memudahkan dalam penanganan berikutnya, dilakukan proses agglomerasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Biji besi dihancurkan menjadi partikel-partikel halus (serbuk).
Partikel-partikel biji besi kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran dengan cara pemisahan
magnet (magnetic separator) atau metode lainnya.
Serbuk biji besi selanjutnya dibentuk menjadi pellet berupa bola-bola kecil berdiameter antara
12,5 - 20 mm.
Terakhir, pellet biji besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan hingga temperatur 1300 oC
agar pellet tersebut menjadi keras dan kuat sehingga tidak mudah rontok.
1.
Proses Reduksi
Pada proses ini menggunakan tungku tanur tinggi (blast furnace) dengan porsi 80% diproduksi
dunia. Besi kasar dihasilkan dalam tanur tinggi. Diameter tanur tinggi sekitar 8m dan tingginya
mencapai 60 m. Bahan baku yang terdiri dari campuran bijih, kokas, dan batu kapur, dinaikkan
ke puncak tanur dengan pemuat otomatis, kemudian dimasukkan ke dalam hopper. Hematit akan
dimasukkan ke dalam blast furnace, disertai denganbeberapa bahan lainnya seperti kokas (coke),
batu kapur(limestone), dan udara panas. Bahan baku yang terdiri dari campuran biji besi, kokas,
dan batu kapur, dinaikkan ke puncakblast furnace. Bahan baku tersebut disusun secara berlapislapis.
Setelah bahan-bahan dimasukkan ke dalam blast furnace, lalu udara panas dialirkan dari dasar
tungku dan menyebabkan kokas terbakar sehingga nantinya akan membentuk karbon monoksida
(CO). Reaksi reduksi pun terjadi, yaitu sebagai berikut :
Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2
Dengan digunakannya udara panas, dapat dihemat penggunaan kokas sebesar 30% lebih. Udara
dipanaskan dalam pemanas mula yang berbentuk menara silindris, sampai sekitar 500C. Kalor
yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon monoksida yang keluar dari tanur.
Udara panas tersebut memasuki tanur melalui tuyer yang terletak tepat di atas pusat
pengumpulan besi cair.
Maka didapatlah besi (Fe) yang kita inginkan. Namun besi tersebut masih mengandung karbon
yang cukup banyak yaitu 3% 4,5%, padahal besi yang paling banyak digunakan saat ini adalah
yang berkadar karbon kurang dari 1% saja. Besi yang mengandung karbon dengan kadar >4%
biasa disebut pig iron.
Batu kapur digunakan sebagai fluks yang mengikat kotoran-kotoran yang terdapat dalam bijihbijih besi dan membentuk terak cair. Terak cair ini lebih ringan dari besi cair dan terapung
diatasnya dan secara berkala akan disadap. Besi cair yang telah bebas dari kotoran-kotoran
dialirkan kedalam cetakan setiap 5 6 jam.
gambar: blast furnace
Terak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai bahan isolasi
panas. Gas panas dibersihkan dan digunakan untuk pemanas mula udara, untuk membangkitkan
energi atau sebagai media pembakar dapur-dapur lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa bijih besi yang akan dimasukkan ke dalam blast furnaceharuslah
digumpalkan terlebih dahulu. Hal tersebut berguna agar aliran udara panas bisa dengan mudah
bergerak melewati celan-celah biji besi dan tentunya akan mempercepat proses reduksi.
Komposisi besi kasar dapat dikendalikan melalui pengaturan kondisi operasi dan pemilihan
susunan campuran bahan baku.
Gambar: Tanur Tinggi
Proses Reduksi Langsung (Direct Reduction)
Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet menjadi besi spons (sponge iron). Juga
disebut besi spons dihasilkan dari reduksi langsung dari bijih besi (dalam bentuk gumpalan, pelet
atau denda) dengan mengurangi gas yang dihasilkan dari gas alam atau batubara. Gas pereduksi
adalah mayoritas campuran hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO) yang bertindak sebagai
pereduksi. Proses langsung mengurangi bijih besi dalam bentuk padat dengan mengurangi gas
disebut reduksi langsung.
Proses reduksi langsung dianggap lebih efisien daripada tanur tiup . Karena beroperasi pada suhu
yang lebih rendah, dan ada beberapa faktor lain yang membuatnya ekonomis.
Berikut adalah contoh proses reduksi langsung antara lain :
HYL proces
HYL Direct Reduction Proses (reduksi langsung) adalah hasil usaha riset yang dimulai oleh
Hojalata y L.Mina, S.A., pada permulaan tahun 1950-an. Usaha ini muncul dari tekanan
kebutuhan yang semakin meningkat dan harus memperoleh bahan baku yang cukup mutu dan
pada harga yang stabil untuk produksi lembaran baja(sheet steel).
Dalam proses ini digunakan gas reduktor dari LNG (Liquid Natural Gas), gas alam cair ini
direaksikan dengan uap air panas (H2O) dengan reaksi sebagai berikut :
Gas reduktor tersebut digunakan untuk mereduksi pellet :
Gambar: Midrex proces
Proses ini didasarkan pada tekanan rendah, udara bergerak berlawanan arus ke bijih oksida besi
pelet padat. Di dalam proses reduksi langsung ini, bijih besi direaksikan dengan gas alam
sehingga terbentuklah butiran besi yang dinamakan besi spons. Besi spons kemudian diolah lebih
lanjut di dalam sebuah tungku yang bernama dapur listrik (Electric Arc Furnace). Di sini besi
spons akan dicampur dengan besi tua (scrap), dan paduan fero untuk diubah menjadi batangan
baja, biasa disebut billet. Proses ini sangat efektif untuk mereduksi oksida-oksida dan belerang
sehingga dapat dimanfaatkan bijih besi berkadar rendah.
Proses reduksi langsung ini salah satunya dipakai oleh P.T. Karakatau Steel. Fungsi dari gas alam
itu sendiri sebenarnya adakalah sebagai gas reduktor, dimana gas alam mengandung CO dan H2,
yang dapat bereaksi dengan bijih menghasilkan besi murni (Fe) berkualitas tinggi.
Keuntungan dari proses reduksi langsung ketimbang blast furnace adalah :
a. Besi spons memiliki kandungan besi lebih tinggi ketimbang pig iron, hasil blast furnace.
b. Zat reduktor menggunakan gas (CO atau H2) yang terkandung dalam gas alam, sehingga tidak
diperlukan kokas yang harganya cukup mahal.
Perbedaan proses reduksi langsung dan reduksi tidak langsung
Reaksinya berbeda,pada reduksi tidak langsung Fe diperoleh dari beberapa tahap reaksi,
pada reduksi langsung dengan1 tahap reaksi sudah dapat diperoleh Fe murni.
2.
Hasil akhirnya berbeda, Output dari reduksi tidak langsung adalah berupa Fe dalam
keadaan cair (pig iron) , sedangkan output dari reduksi langsung adalah Fe dalam keadaan padat
(sponge iron)
3.
Sumber gas reduktornya berbeda, indirect reduction menggunakan kokas untuk
menghasilkan gas reduktor CO, sedangkan direct reduction menggunakan CH4
4.
Kualitasnya berbeda, reduksi langsung menghasilkan besi dengan kualitas yang lebih
baik daripada reduksi tidak langsung. Karena reduksi tidak langsung menggunakan kokas untuk
menghasilkan gas reduktor. Kokas berasal dari batubara yang mengadung sulfur, dimana S
tersebut dapat ikut masuk kedalam besi hasil reduksi, yang mengakibatkan besi mengalami retak
panas (hot shortness).
Proses Reduksi Tidak Langsung
1.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan tungku pelebur yang disebut juga tanur tinggi (blast
furnace). Sketsa tanur tinggi diperlihatkan pada gambar 2. Biji besi hasil penambangan
dimasukkan ke dalam tanur tinggi tersebut dan didalam tanur tinggi dilakukan proses reduksi
tidak langsung yang cara kerjanya sebagai berikut :
Bahan bakar yang digunakan untuk tanur tinggi ini adalah batu bara yang telah
dikeringkan (kokas). Kokas dengan kandungan karbon (C) diatas 80%, tidak hanya berfungsi
sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk gas CO yang berfungsi sebagai
reduktor. Untuk menimbulkan proses pembakaran maka ke dalam tanur tersebut ditiupkan udara
dengan menggunakan blower (gambar 2) sehingga terjadi proses oksidasi sebagai berikut :
2C + O2
2CO + Panas
Gas CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap biji yang dimasukkan ke dalam
tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan berguna untuk mencairkan besi yang telah
tereduksi tersebut.
Untuk mengurangi kotoran-kotoran (impuritas) dari logam cair, ke dalam tanur biasanya
ditambahkan sejumlah batu kapur (limestone). Batu kapur tersebut akan membentuk
terak (slag) dan dapat mengikat kotoran-kotoran yang ada didalam logam cair. Karena berat jenis
terak lebih rendah dari berat jenis cairan besi maka terak tersebut berada dipermukaan logam cair
sehingga dapat dikeluarkan melalui lubang terak
Besi hasil proses tanur tinggi ini disebut juga besi kasar (pig iron). Besi kasar ini
merupakan bahan dasar untuk membuat besi tuang (cast iron) dan baja (steel). Komposisi kimia
unsur-unsur pemadu dalam besi kasar ini terdiri dari 3-4%C; 0,06-0,10%S; 0,10-0,5%P; 1-3 %Si
dan sejumlah unsur-unsur lainnya, sebagai bahan impuritas. Karena kadar karbonnya tinggi,
maka besi kasar mempunyai sifat yang sangat rapuh dengan kekuatan rendah serta
menampakkan wujud seperti grafit.
Untuk pembuatan besi tuang, besi kasar tersebut biasanya dicetak dalam bentuk
lempengan-lempengan(ingot) yang
kemudian
di
lebur
kembali
oleh
pabrik
pengecoran (foundry).
Proses Peleburan Besi Tuang
Dalam pemakaian di industri, ada tiga jenis besi tuang yang banyak digunakan, yaitu :
besi tuang kelabu(grey cast iron), besi tuang ulet atau besi tuang nodular (nodular cast iron) dan
besi tuang putih (white cast iron).Ketiga jenis besi tuang ini mempunyai komposisi kimia yang
hampir sama yaitu : 2,55 - 3,5 %C, 1-3 %Si, Mn kurang dari 1% sedangkan S dan P dibatasi
antara 0,05-0,10 % (maksimum).
Walaupun komposisi kimianya hampir sama, tetapi karena prosesnya berbeda maka
struktur dan sifat-sifat dari ketiga besi tuang tersebut berbeda.
Sifat Besi Tuang
-
F.
G.
H.