Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spiritualitas adalah bagian penting dari manusia yang mengendalikan
pikiran, dan kontrol pikiran tubuh. Spiritualitas juga kuasa dalam seseorang
yang memotivasi bahwa manusia harus menemukan arti penyakit dan tujuan
dalam hidup dengan pandangan untuk hidup positif dan kehidupan
akhiratnyayang menumbuhkan harapan untuk hidup. Spiritualitas adalah
kehidupan vital kekuatan yang menyatukan semua aspek-aspek manusia,
termasuk komponen keagamaan. Tiada yang dapat memberi dari apa yang
tidak kita miliki. Ini menandakan bahwa pentingnya menjaga integritas antara
individu dan peran perawat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan spiritual
pasien (Donia Baldacchino,2015).
Karakteristik Spiritualitas dengan memperhatikan kebutuhan spiritual
penerima layanan keperawatan, maka perawat mutlak perlu memiliki
kemampuan mengidentifikasi atau mengenal karakteristik spiritualitas,
diantaranya hubungan dengan diri sendiri (siapa dirinya, apa yang dapat
dilakukanya), sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa
depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri),
hubungannya dengan alam untuk mengetahui tentang tanaman, pohon,
margasatwa, iklim serta berkomunikasi dengan alam, hubungan dengan orang
lain dibedakan menjadi dua bagian diantaranya Harmonis/suportif yaitu
berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, Mengasuh anak,
orangtua dan orang
kehidupan
dan kematian
atau memberi dorongan agar tetap berusaha, menambah ilmu dan berdoa
(Donia Baldacchino,2015).
Berkomunikasi melalui mendengarkan dan berbicara dengan pasien,
dan menunjukkan empati serta mempromosikan rasa yang baik dengan
membantu mereka untuk menemukan arti dan tujuan dalam sakit dan hidup
secara keseluruhan adalah tugas perawat. Perawat jiwa menggunakan
pengetahuan dari ilmu psikososial, teori kepribadian dan perilaku manusia.
Adapun komunikasi terapeutik adalah hubungan untuk saling berkerja
sama yang ditandai dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan
pengalaman dalam membina hubungan yang harmonis dan menciptakan
suasana yang tenang dan nyaman. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan pada
kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi profesional. Achiryani mengatakan bahwa perawat atau petugas
kesehatan lain yang memiliki keterampilan komunikasi terapeutik tidak saja
akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan pasien, tetapi juga
mencegah terjadinya masalah ilegal, memberi kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan dan
tenaga kesehatan yang lain serta citra rumah sakit. Komunikasi adalah
penyampaian informasi verbal dan nonverbal untuk mencapai kesamaan
pengertian dari pengiriman informasi, sehingga menimbulkan tingkah laku
yang diinginkan oleh pengirim dan penerima informasi, dan komunikasi
merupakan sarana yang digunakan oleh seseorang untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain guna untuk mencapai suatu tujuan (Ermawati
Dalami,2010).
penderitaan
pada
individu
dan
atau
hambatan
dalam
melakukan
doa
sebelum
memulai
kegiatan.
Namun
berdasarkan dari hasil observasi selama 3 hari, kebanyakan para perawat jarang
sekali sebelum melakukan kegiatan diawali dengan berdoa. Kemudian dari
hasil observasi terhadap 7 orang perawat didapatkan bahwa 5 (50%) orang
perawat masih belum melaksanakan komunikasi secara terapeutik dengan baik
bahkan tidak adanya umpan balik dalam berkomunikasi. Sedangkan 2 (20%)
orang perawat sudah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik sesuai
dengan peran komunikasi yang dibutuhkan sebagai sarana untuk menggali
kebutuhan klien. Hal ini ditunjukan dengan hasil wawancara dan observasi
yang dilakukan peneliti pada 2 orang kliendengan gangguan jiwaditemukan
bahwa pada klienmengeluh bila mereka berbicara atau memanggil perawat
sering tidak dihiraukan bahkan tidak ada inisiatif perawat untuk menyapa balik
klien tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan suatu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apakah ada hubungan tingkat spiritual perawat jiwa
dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa di RSJ
Sambang Lihum Banjarmasin 2016?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
hubungan
Sambang Lihum
Banjarmasin 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat spiritual dalam tugas dan peran
perawat jiwa di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarmasin.
b. Untuk mengidentifikasipelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien
gangguan kesehatan mental di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Banjaramsin.
c. Untuk menganalisa hubungan tingkat spiritual perawat jiwa dengan
pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien gangguan kesehatan
mentan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Bagi ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini bisa memberikan
informasi tambahan dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik terhadap
pasien gangguang jiwa, masyarakat yang mendapat pelayanan kesehatan,
dan dapat menunjang teori tentang aspek spiritual dan pelaksanaan
komunikasi terapeutik yang sudah ada sebelumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit.
1) Sebagai masukan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan
pada unsur pelayanan yang sudah baik, serta memperbaiki kinerja
unsur pelayanan yang mendapat nilai indeks paling rendah, supaya
lebih bermutu dengan memperhatikan kepuasan pasien.
2) Sebagai tolak ukur perbaikan citra Rumah Sakit sehingga menjadi
pelayanan kesehatan yang lebih unggul dibandingkan pesaingnya.
memahami bagaimana
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Spiritual
a. Definisi
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya denganYang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang
yangpercaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.
Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa,
zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002).
Menurut
dorongan
yang
Florence
Nightingle,
menyediakan
energi
spiritualitas
yang
adalah
suatu
dibutuhkan
untuk
11
12
4. Transendensi
Adalah kapasitas untuk menggapai sesuatu di luar diri
sendiri, untuk memperluas diri sendiri melebihi kekhawatiran
personal dan untuk mendapatkan perspektif, aktivitas dan tujuan
hidup yang luas.
5. Pengampunan
Konsep pengampunan semakin diperhatikan oleh tenaga
kesehatan. Bagi banyak klien, penyakit atau ketunadayaan
menimbulkan rasa malu atau rasa bersalah. Masalah kesehatan
diinterpretasikan sebagai hukuman atau dosayang dilakuikan
masa lalu (Kozier, 2010).
c. Tingkat Spiritualitas
Spiritualitas adalah sebuah konsep dua dimensional antara
dimensi vertikal dan horisontal. Sedangkan yang dimaksud dengan
dimensi vertikal sendiri adalah hubunganya dengan Tuhan, dan
dimensi horisontal adalah hubunganya dengan orang lain (manusia).
Spiritual mengacu pada hubungan yang sangat penting antara
seseorang dengan Yang Maha Kuasa, yang sifatnnya pribadi diluar
dari agama tertentu, yaitu rasa hormat, kagum, dan ilham yang
memberikan jawaban tentang Yang Maha Kuasa. Hodge menemukan
bahwa spiritualitas adalah sebuah hubungan dengan Tuhan atau
apasaja yang memiliki kekuasaan yang mengembangkan sense of
meaning (pencarian arti), harapan, dan tujuan hidup. Hal ini
mencakup segi apresepsi terhadap makna kehidupan yang lebih
mendalam. Serta bagaimana seseorang menempatkan dirinya dalam
lingkungan alam. (Tahmer & Noorkasiani, 2009).
13
spiritual
berupaya
untuk
mempertahankan
14
menolong
orang
yang
sakit
dan
meningkatkan
15
16
dengan
Tuhannya
(vertikal)
dan
sesama
manusia
17
maka
dia
senantiasa
menjaga
dan
meningkatkan
keimanannya.
9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama
manusia. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh
karena itu, hubungan dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga.
Manusia juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alamnya
sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai
kewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam ini.
10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan
nilainilai religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang
dengan sering berkumpul dengan orang yang beriman akan mampu
meningkatkan iman orang tersebut.
g. Pola Normal Spiritual
Setiap
individu
memiliki
pemahaman
tersendiri
18
19
20
2. Teori Komunikasi
a. Konsep Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau
proses pemberian arti sesuatu antar dua atau lebih orang dan
lingkungannya bisa melalui simbol, tanda atau perilaku yang umum,
dan biasanya terjadi dua arah dan merupakan usaha yang
menumbuhkan respon melalui lambang-lambang verbal, non verbal,
sebagai stimulus komunikai yang baik (Syaidah Hidayatus, 2013).
Komunikasi adalah proses dimana seseorang individu
(komunikator)
metransmisikan
stimulus
untuk
mempengaruhi
21
merupakan
proses
yang
22
Pengguaan
kata
23
komunikasi
dipandang
sebagai
24
Stimulus
(komunikasi
)
Organisme
Perhatian
Pengertia
n
Reaksi
Penerima
Perubahan
Praktek
Reaksi
(Perubahan
Sikap)
25
penyampaian
memberi
respon
terhadap
pesan.
meliputi:
penglihatan,
rabaan.
5. Feedback
Saluran
pendengaran,
penciuman,
(umpan
balik
dan
atau
rangka
proses
26
komunikan
tersebut
tidak
memberi
umpan
balik
(feedback).
2. Komunikasi dua arah
Komunikator mengirim pesan (berita) diterima oleh
komunikan, setelah disimpulkan kemudian komunikan
mengirmkan umpan balik kepada sumber berita atau
komunikan.
3. Komunikasi berantai
Komunikan menerima pesan atau berita dari
komunikator, kemudian disalurkan kepada komunikan
kedua, dari komunikan kedua disampaikan kepada
komunikan ketiga dan seterusnya (Jaya, 2014)
d. Komunikasi Bagi Perawat
Menurut stuart & Sudeen dalam Nurjannah, (2005) arti
komunikasi bagi perawat sebagai alat untuk membangun hubungan
terapeutik. Menurut As Hornby (1974) terapeutik merupakan kata sifat
yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan, diartikan bahwa
terapeutik
adalah
segala
sesuatu
yang
memfasilitasi
proses
27
dibangun
untuk
hubungan.
f. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
1. Hubungan perawat
hubungan
mencapai
dengan
terapeutik
menguntungkan.
Didasarkan
klien
yang
pada
tujuan
adalah
saling
prinsip
28
pikiran,
perasaan,
tingkah
memperbaiki klien.
2. Prinsip yang sama
interpersonal,
De
laku
untuk
dengan
komunikasi
yaitu
keterbukaan,
Vito
yang
khusus
untuk
memberi
klien.
perilaku
belakang.
6. Komunikasi
menjaga
klien
yang
harga
dengan
melihat
latar
dilakukan
harus
dapat
diri
pemberian
maupun
penerimaan pesan.
7. Trust harus dicapai terlebih dahulu sebelum
identifikasi masalah dan alternatif problem
solving.
8. Trust
adalah
kunci
dari
komunikasi
29
2. Rasa
identitas
personal
yang
jelas
dan
hubungan
untuk
klien
untuk
yang
diperlukan.
Mengurangi
keraguan,
30
Kesadaran Diri.
Klarifikasi nilai.
Eksplorasi perasaan.
Kemampuan untuk
menjadi
model
peran.
e. Motivasi altruistik.
f. Rasa tanggung jawab dan etik
h. Komponen Komunikasi Terapeutik
Menurut Roger, (2005) dalam Lalongkoe, (2013), terdapat
beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat mempasilitasi
tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Karakteristik tersebut antara
lain:
1. Kejujuran (trustworthy). Kejujuran merupakan model
utama agar dapat melakukan komunikasi yang
beerniali terapeutik tanpa kejujuran mustahil dapat
membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan
terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi
31
yang
mudah
dimengerti
oleh
klien.
Inti
dari
hubungan
terapeutik
adalah
simpati.
Sikap
empati
sangat
32
penilaian
atau
mengkritik
berdasarkan
nilai-nilai
yang
diyakini
klien
perawat
pelanggaran
batas,
privasi,
dan
33
dengan
cara
mengindentifikasi
kelebihan
dan
dalam
perawat
merasa
cemas,
dia
tidak
akan
mampu
34
dengan
menggunakan
teknik
35
c. Menyepakati kontrak
d. Melengkapi kontrak
e. Evaluasi dan validasi. Evaluasi ini
digunakan
untuk
mendapat
fokus
lanjutan,
Tujuan
Setiap
awal
perlu
adanya
orientasi
adalah
36
37
persepsi
dapat
mengakibatkan
terhambatnya
komunikasi.
c. Nilai
Standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha
untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat
membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam
hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak dipengaruhi
oleh nilai pribadinya.
d. Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh
faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi.
38
e. Emosi
Merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi
seperti marah, sedih dan senang akan mempengaruhi perawat
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji
emosi klien dengan keluarganya sehingga perawat mampu
memberikan asuhan keeperawatan dengan tepat.
f. Gender (jenis kelamin)
Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi yang
berbedaan memiliki interpretasi yang berbeda terhadap sesuatu
percakapan. Tanned, (1990) dalam Nurjannah (2005), menyatakan
bahwa kaum perempuan menggunakan tekhnik komunikasi untuk
mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan
keintiman, sementara kaum laki-laki lebih menunjukan idepedensi
dan status dalam kelompokya.
g. Pengetahuan.
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komuniksai yang
dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuan rendah akan sulit
merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan
tingkat pengetahuan yang tinggi. Hal tersebut berlaku juga alam
penerapan komunikassi teerapeutikdi rumah sakit. Hubungan
terapeutik akan terjalin dengan baik jika didukung oleh
pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik baik tujuan,
manfaat dan proses yang akan dilakukan.
39
40
tidak
setuju,
seperti
mengertu
kening
atau
berdebat,
mengekspresikan
41
pahaman,
perawat
perlu
menyatakan
hasil
pengamatnya,
sehingga
dapat
42
kesadaran
tetang
perubahan
yang
terjadi,
43
r. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi sacara
verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk
membuat
dirinya
dimengerti.
Seringkali
perawat
hanya
interpersonal
dan
memberikan
data
tentang
44
atau
Bagaimana
perasaanmu?.
Dengan
45
a.Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal ini terjadi dalam diri individu
sendiri. Komunikasi ini dapat membantu seseorang tetap sadar
akan kejadian sekitarnya. Kalau anda melamun maka anda
sedang melakukan komunikasi intrapersonal.
b.
Komunikasi interpesonal
Komunikasi interpersonal adalah interkasi antara dua
orang atau kelompok kecil.
c.Komunikasi massa
Komunikasi masssa adalah interaksi yang terjadidalam
kelompok besar, sepeerti ceramah yang diberikan pada
mahasiswa, kampanye.
8. Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses penyampaian dan pertukaran ide,
perasaan dan pikiran antara dua orang atau lebih sehingga terjadi
perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua yang saling
berkomunikasi. Komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik (Machfoedz, Mahmud.
2009:9). Ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non
verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik. Komunikasi menjadi
penting karena dapat menjadi sarana membina hubungan yang baik
antara pasien dan tenaga kesehatan, dapat melihat perubahan perilaku
pasien, sebagaikunci keberhasilan tindakan kesehatan, sebagai tolak
ukur kepuasan pasien dan keluhan tindakan serta rehabilitasi.
Komunikasi yang paling sering digunakan dalam pelayanan
keperwaatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal
terutama pembicaraan dengan tatap muka. Keuntungan komunikasi
46
47
e.Hubungan antar-agen.
f. Umpan balik sejawat.
g.
Menyiapkan laporan.
h.
Jaringan kerja perawat profesional.
i. Pertemuan staf.
j. Penulisan order.
k.
Pertemuan tim.
l. Laporan Verbal tentang asuhan (Nasir & Muhith, 2011).
3. Konsep Perawat
a. Pengertian Perawat
Menurut Harlley (1997) menjelaskan pengertian dasar seorang
perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau
memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri
dan prosespenuaan. Perawat professional adalah perawat yang
bertanggungjawab
dan
berwenang
memberikan
pelayanan
48
jawab
asuhan
keperawatan
dan
49
melakukan
bidangnya.
11. Kolaborator
Perawat
dalam
penelitian
proses
yang
berhubungan
keperawatan
dapat
dengan
melakukan
memiliki
kekuatan,kemauan,
dan
pengetahuan.
50
b. Fungsi Tambahan
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam
melaksanakanrencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
c. Fungsi Kolaboratif
Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam
merencanakandan melaksanakan program kesehatan yang
mencakup
pencegahanpenyakit,
peningkatan
kesehatan,
1. Sebagai pendidik
2. Sebagai pemimpin di dalam situasi yang bersifat lokal, nasional,
dan internasional
3. Sebagai surrogate parent
4. Sebagai konselor
Dan sebagai tambahan dari peran perawat adalah:
5. Bekerja sama dengan lembaga kesehatan mental.
6. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan.
7. Memberikan pelayanan kepada klien diluar klinik.
8. Aktif melakukan penelitian, membantu pendidikan masyarakat.
d. Hubungan
Karakteristik
Perawat
Dengan
PenerapanKomunikasiTerapeutik.
51
banyak
akan
perannyasalah
mempengaruhi
satunya
adalah
perawat
dalam
dalam
menerapkan
52
dalam
menerima
sebuah
pekerjaan
akan
semakin
yang
cukup
memadai
pada
perempuan
pun
53
memungkinkan
untuk laki-laki
berkarya.
3. Tingkat Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang
berarti dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan,
selalu
memerlukan
bantuan
orang
lain
yang
perawat
dalammelakukan
tindakan
pelayanan
54
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
55
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atausuatu objek di dalam struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satusama yang lain. Sehingga perawat dapat
memenuhi kebutuhan klienmelalui komunikasi terapeutik
yang benar.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan ataumenghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhanyang baru. Dengan kata lain sintesis
merupakan suatu kemampuanuntuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Sehingga perawat dapat
menerapkan komunikasi terapeutik secaraterus menerus dan
secara berkesinambungan.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan suatukriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telahada. Sehingga hasil penilaian
tersebut dapat memberikan arti pentingbagi perawat dan bisa
menjelaskan kegunaan dari komunikasiterapeutik sehingga
dapat menunjang terlaksananya tindakankeperawatan yang
benar secara professional (Notoatmodjo, 2003)
56
9. Masa bekerja
Bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di
tempat kerja. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak
pengalaman
sehingga
semakin
baik
carakomunikasinya
kepegawaian
merupakan
jabatan
yang
dimiliki
57
58
dan
mempertahankan
hubungan
dengan
59
5. Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental
untuk membandingkan atau menilai beberapa pilihan dalam
suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk
memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas (Jaya,
2014).
6. Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah melakukan hubungan antara
berbagai bagian dari pengetahuan seseorang (Jaya, 2014).
7. Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk
mengadakan hubungan dengan lingkungan, serta dirinya melalui
pancaindra dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan
serta dirinya sendiri (Jaya, 2014 ).
8. Gangguan Kemauan
Kemauan adalah suatu proses
dimana
keinginan
yang
sadar
dan
60
kognitif
berupa
disorganisasi.
Gangguaannya
ialah
61
62
B. Landasan Teori
a. Konsep Spiritualitas
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya
kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Konsep yang
terkait dengan Spiritualitas, yaitu; Agamamemberikan pedoman kepada
penganutnya dalam berespon terhadap pertanyaan dan tantangan hidup,
agama yang terorganisasi memberikan rasa keterikatan komunitas dengan
keyakinan yang sama, Iman adalah meyakini atau berkomitmen terhadap
sesuatu atau seseorang yang menggambarkan bahwa iman dimiliki
individu religius dan nonreligius.
b. Tingkat Spiritualitas
Spiritualitas adalah sebuah konsep dua dimensional anatara
dimensi vertikal dan horisontal. Sedangkan yang dimaksud dengan
dimensi vertikal sendiri adalah hubunganya dengan Tuhan, dan dimensi
horisontal adalah hubunganya dengan orang lain (manusia). Spiritual
mengacu pada hubungan yang sangat penting antara seseorang dengan
Yang Maha Kuasa, yang sifatnnya pribadi diluar dari agama tertentu,
yaitu rasa hormat, kagum, dan ilham yang memberikan jawaban tentang
Yang Maha Kuasa. Menurut Warren (2009) dari Human Relation Advisor
menyatakan bahwa dari beberapa hasil penelitian dengan jelas
menunjukan bahwa spiritual meningkatkan kesehatan seseorang, dan
memberikan pengaruh diantaranya adalah :
63
keperawatan
serta
menerapkan
beberapa
fase
dalam
komunikasi.
c. Konsep Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau
proses pemberian arti sesuatu antar dua atau lebih orang dan
lingkungannya bisa melalui simbol, tanda atau perilaku yang umum,
dan biasanya terjadi dua arah dan merupakan usaha yang
menumbuhkan respon melalui lambang-lambang verbal, non verbal,
sebagai stimulus komunikai yang baik (Syaidah Hidayatus, 2013).
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara
perawat-klien yang bertujuan untuk menyelesaikan persoalan klien.
Hubungan perawat-klien tidak akan tercapai tanpa adanya komunikasi
(Budi Ana Keliat dalam Mudakir,2006).
64
65
Meningkatkan
interaksi
sosial
dengan
cara
66
C. Kerangka Teori
Tingkat Spiritual Perawat
Gangguan Jiwa
(Marimis, 2010)
Komunikasi
Verbal
Komunikasi
Non verbal
Komunikasi
Terapeutik
(Suliswati, 2005)
Pelaksanaan
Komunikasi
(Iskandar, 2012)
Fase Komunikasi
Terapeutik
1.
2.
3.
4.
Variabel Pengganggu
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Lama Bekerja
Fase Pre-interaksi
Fase Orientasi
Fase Kerja
Fase Terminasi
(Stuar G. W,
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
67
D. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Tingkat Spiritualitas
Variabel Dependent
Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik
gangguan jiwa
Banjarmasin.
dengan
68
BAB III
METODE PENELITIAN
69
70
transit pria dengan jumlah perawat sebanyak 16 orang dan ruang transit
wanita sebanyak 16 orang dan tidak termasuk kepala ruangan. Maka total
jumlah sampel yang diperoleh dari peneliti adalah berjumlah 65 orang
perawat ruangan.
D. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggotaanggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini terdiri dari dua
variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
1. Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang menjadi sebuah
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Hidayat, 2011)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat spiritualitas
perawat jiwa.
2. Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pelaksanaan komunikasi terapeutik.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang ditentukan berdasarkan
parameter yang dijadikan ukuran dalam sampel penelitian. Sedangkan cara
pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan
karakteristiknya (Hidayat, 2008). Berikut akan diuraikan definisi dari variabel
yang terkait dalam penelitian ini :
Tabel 3.3 Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Operasional
2
Parameter
3
Alat
Ukur
4
Skala
Hasil
Ukur
6
71
Independen :
Tingkat
spiritualitas
perawat jiwa.
Tingkat
1. Memberi Kuesioner
Ordinal
Baik
Spiritualitas
kan arti
Cukup
perawat jiwa
dan
Kurang
terhadap
makna
keyakinan atau
dari
yang diyakini.
tujuan
hidup.
2. Memberi
kan kode
moral
dan
menyusu
n sistem
kepercay
aan
untuk
menjalan
i
kehidupa
n.
3. Sebagai
pengatur
dan
petunjuk
untuk
menjalan
i hidup.
4. Memberi
support
dan
penguasa
an diri.
72
Komunikasi yang
Ada empat
Komunikasi
dilakukan oleh
tahapan dalam
Cukup
Terapeutik
perawat
pelaksanaan
Kurang
jiwadalam sehari-
komunikasi
hari saat
terapeutik :
1. Pra
melaksanakan
suatu pekerjaan.
Observasi
Ordinal
Baik
Dependen :
interaksi
2. Interaksi
3. Kerja
4. Terminasi
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode
(Arikunto, 2010). Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner berbentuk pertanyaaan dan responden menjawab dengan
memberi tanda checklist () sesuai dengan hasil yang diinginkan untuk
variabel independent dan menggunakan lembar observasi untuk variabel
dependent dengan tujuan mengumpulkan data mengenai karakteristik subjek
penelitian.
1. Kuesioner dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner Tingkat Spiritual dikutip
dari teori Warren (2009) dari Human Relation Advisoryangdengan
menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial (Sugiyono, 2014).
Pertanyaan pada kuesioner merupakan pertanyaan tertutup, setiap item
pada checklistterdapat empat alternatif pilihan jawaban yaitu Selalu,
Sering, Kadang-kadang, dan Tidak Pernah. Interpretasi penilainannya
adalah 4 = Setuju, 3 = Sering, 2 = Kadang-kadang, dan 1 = Tidak Pernah..
Pertanyaan
pada
kuesioner
dibagi
menjadi
pertanyaan
favorable
73
Parameter
Nomor Item
favorable
Unfavorabl
e
Jumlah
1,3,4,5
6,7,8,9
10
Sebagai pengatur
dan petunjuk untuk
menjalani hidup
11,12,14,15
13
Memberi support
dan penguasaan diri
Total
16,17,19,20
18
16
20
74
Parameter
Pre-Interaksi
Orientasi
Tahap Kerja
Terminasi
Total
Nomor Item
favorable
Unfavorable
Jumlah
2,3
1, 4
1, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 10, 12
2, 9, 11
12
1, 2, 3, 4
1, 2, 3, 4, 6, 7
21
28
75
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang akan digunakan dengan bantuan Aplikasi Statistik
Software SPSS.(Statistical Product and Service Solution) dan dapat
menggunakan rumus Pearson Product Moment (Hidayat, 2011).
Rumus :
XY
X
Y
X
Y
}
.
n .
r hitung =
Keterangan :
r hitung
: Koefisien korelasi
Xi
Yi
: Jumlah responden
Untuk mengetahui korelasi tiap pertanyaan significant, maka dapat
dilihat pada tabel nilai r Pearson Product Moment. Bila nilai r hitung r
tabel (0,361) berarti dapat dikatakan valid, demikian sebaliknya apanila r
hitung <r tabel (0,361) berarti tidak valid. Apabila didapat pertanyaan yang
tidak memenuhi taraf signifikan maka akan diganti, dimodifikasi atau
dihilangkan. Nilai konstanta (r tabel) pada penelitian ini sebesar 0,361
dengan dengan n=30.
2. Uji Reliabilitas
76
r11 =
(1 2 b )
k 1
t
Keterangan :
r11
: Reliabilitas instrumen
2b
t : Varians total
Untukmengetahui reliabilitas, caranya adalah dengan membandingkan
nilai crombachs alpha dengan nilai standar. Pernyataan dikatakan reliabel
apabila nilai crombachs alpha 0,6. Dan sebaliknya pernyataan dikatakan
tidak reliabel apabila nilai crombachs alpha < 0,6(Budiman dan Riyanto,
2013).
H. Teknik Pengumpulan Data
1 Tahap persiapan pengumpulan data
Dalam tahap persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan
prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Ketua
77
78
Riset kemudian memberikan surat izin tersebut pada Diklat Rumah Sakit
Jiwa Daerah Sambang Lihum Banjarmasin. Setelah mendapat balasan dari
Direktur RSJD Sambang Lihum tersebut maka peneliti mengumpulkan data
di Bagian Rekam Medik RSJD Sambang Lihum dan Bagian Ruangan
Keperawatan,setelah memperoleh data yang dibutuhkan, maka peneliti
melakukan studi pendahuluan melalui wawancara dan observasi kepada
responden.
Peneliti
kemudian
menyusun
proposal,
setelah
selesai
79
1. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2011), dalam melaksanakan analisis, data terlebih
dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi.
Dalam proses pengolahan data langkah-langkah yang harus ditempuh,
diantaranya :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Peneliti memeriksa kembali data yang
sudah terkumpul berupa agama, umur, jenis kelamin, lama bekerja, dan
pendidikan terakhir. Jika adanya kekurangan data ataupun kesalahan data
yang sudah terkumpul maka peneliti akan segera melengkapi
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Peneliti memberikan kode tiap
kuisoner dan lembar observasi yang telah diisi oleh responden secara
berurutan.
c. Scoring
Scoring adalah memberikan angka atau skor sesuai dengan kategori
yaitu pernyataan favorabel atau unfavorabel.
1) Skoring untuk setiap jawaban favorable pernyataan pada tingkat
spiritualperawat jiwa:
Selalu
= Skor 4
Sering
= Skor 3
Kadang-kadang = Skor 2
Tidak Pernah
= Skor 1
Skoring untuk setiap jawaban pertanyaan unfavorable:
Selalu
= Skor 1
Sering
= Skor 2
Kadang-kadang = Skor 3
Tidak Pernah
= Skor 4
2) Skoring untuk setiap jawaban favorable pernyataan pada pelaksanaan
komunikasi terapeutik:
Ya
=1
Tidak
=0
80
Skoring
untuk
setiap
jawaban
unfavorable
pernyataan
pada
81
total yang diperoleh dari setiap responden, kemudian skor total tersebut
diubah dalam bentuk presentase dengan rumus :
P=
F
100
N
Keterangan :
P
: Hasil presentase
dari
variabel
yang
diteliti
diolah
6 bi
r s =1
2
n(n 1)
Keterangan :
rs
82
bi
Parameter
Nilai
Interpretasi
0,00 0,199
Sangat Lemah
0,20 0,399
Lemah
0,40 0,599
Sedang
0,60 0,799
Kuat
0,80 1,000
Sangat Kuat
P < 0,05
Terdapat
.
1
Nilai p
yang
korelasi
bermakna
terdapat
83
korelasi
P > 0,05
bermakna
yang
antara
Arah korelasi
+ (positif)
Searah.
Semakin
besar
variabel
lainnya
- (negatif)
Berlawanan Arah.
Semakin
besar
sebelum
84
ini
merupakan
etika
dengan
memberikan
jaminan