Anda di halaman 1dari 4

Sistem Manajemen dan Kebijakan K3

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja
wajib menerapkan K3
Langkah awal untuk mengimplementasikan SMK3 adalah dengan menunjukan komitmen serta
kebijakan K3, yaitu suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus
yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3,
kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan atau operasional.
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian
harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan
K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3.
Referensi hukum :
1. UU ketenagakerjaan NO. 13 tahun 2003 pasal 86-87
2. Peraturan pemeritah tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
No. 50 tahun 2012
3. Peraturan menaker No. PER 05/MEN/1996
4. Peraturan menakertrans No. PER.18/MEN/XI/2008 pasal 2(1)
Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Perusahaan yang diwajibkan membentuk panitia pembinaan keselamatan dan kesehatn kerja (P2K3)
adalah:
1. Perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih
2. Perusahaan yang mempekerjakan kurang dari 100 orang namun menggunakan bahan, proses
dan isntalasi yang mempunyai resiko yang besar akan terjadinya peledakan,kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif.
Keanggotaan P2K3 terdiri dari perwakilan pekerja dan manajemen dan bertugas untuk memantau dan
melaksanakan kebijakan K3.
Kepala P2K3 diharuskan untuk ditempati oleh perwakilan dari manajemen tingkat tinggi. Pihak yang
ditunjuk sebagai sekertaris P2K3 harus memiliki seritifikasi ahli K3 umum. Untuk mendapatkan
penunjukan tersebut, dia harus mengikuti pelatihan ahli K3 umum selama dua minggu yang
diselenggarakan oleh kementerian tenaga kerja dan transmigrasi serta menerima surat penunjukan dari
kementrian
P2K3 diharuskan untuk menyampaikan laporan kegiatan P2K3 kepada dinas tenaga kerja setempat
yang tembuskan kepada menteri tenaga kerja dan transmigrasi setiap 3 bulan.

Sertifikasi Operator Mesin dan Instalasi Listrik


Pengusaha wajib memperoleh sertifikat mengoperasikan mesin-mesin dan alat tertentu dari
kementrian tenaga kerja dan transmigrasi termasuk untuk pengoperasian ketel uap, bejana tekan,
pesawat tenaga dan produksi, dan pesawat angkat angkut. Pengusaha juga harus memastikan bahwa
terpasang dengan baik dan tersetifikasi sesuai standar nasional.

Bahan bahan kimia dan berbahaya


Pengusaha/pabrik petrochemical dianggap memiliki potensi bahaya tingkat menegah dan oleh sebab
itu diharuskan memilki ahli K3 kimia atau petuhas K3 kimia yang ditentukan oleh kemeterian tenaga
kerja dan transmigrasi setelah melakukan penilaian pada kualitas bahan-bahan kimia dan berbahaya
yang digunakan dan disimpan.
Seorang ahli atau petugas K3 Kimia dilatih dan ditunjuk oleh kementrian tenaga kerja dan
transmigrasi untuk menjalankan tugasnya disebuah perusahaan yang menggunakan bahan kimia dan
berbahaya secara signifikan. Bahan kimia dan berbahaya harus diberi label yang benar dan disimpan
di tempat yang aman. Pengusaha wajib memiliki catatan semua bahan kimia dan berbahaya serta
dicatatan tersebut diserahkan kepada kementrian. Mereka juga harus memiliki lembar data
keselamatan bahan (LDKB) dan diletakan pada tempat yang diketahui dan mudah diakses oleh
pekerja dan penyelia/supervisor.
Pengusaha juga harus melatih pekerja cara-cara menggunakan, menyimpan dan membuang bahan
kimia dengan aman. Pengusaha wajib menyediakan alat untuk pembasahan tubuh (shower) dan
pembilasan mata/pencucian mata untuk pekerja agar digunakan bila terkena bahan-bahan kimia dan
berbahaya
Perlindungan Pekerja
Pengusaha wajib menyediakan alat pelindung diri (APD) yang memadai tanpa mengenakan biaya
pada pekerja untuk melindungi mereka dari bahaya di tempat kerja, seperti bahaya kimia, kebisingan,
polusi udara, benda tajam, kondisi basah, cedara pada mata atau luka bakar. Pengusaha harus
memberikan pelatihan kepada pekerja tentang cara-cara menggunakan APD dan membuat
pemberitahuan atau pengumuman untuk mengingatkan pekerja atas tanggung jawab mereka
menggunakan APD di tempat kerja.
Barang-barang yang sering digunakan termasuk bahan, peralatan dan saklar harus mudah dicapai
pekerja, sesuai dengan kaidah ergonomi. Pekerja yang diharuskan untuk duduk dalam melakukan
pekerjaan harus diberikan tempat duduk yang sesuai dengan ukuran badan,nyaman, mudah digerakan
dan memiliki sandaran. Pekerja yang melakukan pekerjaannya dengan berdiri harus diberikan tempat
duduk untuk istirahat saat dibutuhkan. Pengusaha harus mengambil tindakan untuk menghindari
pekerja mengangkat barang-barang berat. Misalkan, dengan menyediakan mesin atau alat angkat
angkut seperti troli atau gerobak
Pengusaha harus memastikan bahwa alat-alat pelindung terpasang pada bagian-bagian mesin yang
bergerak yang berpotensi bahaya, misalkan pengaman jarum(needle guard) dan pelindung mata (eye
guard) pentanahan (grounding) instalasi listrik harus dilakukan dan dirawat dengan baik. Dalam
situasi pekerja merasa berada dalam keadaan berbahaya yang serius terhadap kehidupan atau

kesehatan, mereka boleh menolak untuk bekerja, dan mereka tidak boleh dihukum karena menolak
bekerja tersebut.
Lingkungan Kerja
Pengusaha harus menjamin tempat kerja nyaman dan pantas untuk pekerja, dengan memantau dan
mengendalikan tingkat suhu, kelembaban, ventilasi, kebisingan, dan pencahayaan yang sesuai, seperti
yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan serta peraturan lainnya. Kondisi kerja harus
dievaluasi oleh inspektur ketenagakerjaan yang bersertifikasi untuk higine perusahaan, ergonomi,
keselamatan dan kesehatan kerja (HIPERKES) dari kementrian tenaga kerja dan transmigrasi.
Pengusaha juga harus mengedepankan kebijakan keselamatan yang sesuai, dan penerapan melalui
sistem manajemen, dan mengindikasikan agar hal tersebut dilakukan oleh para pekerja.
Pemeriksaan Kesehatan
Pengusaha harus mengadakan pmeriksaan kesehatn sebelum kerja, pemeriksaan kesehatab berkala
dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh doketer yang telah memiliki sertifikasi untuk higine
perusahaan, ergonomi, keselamatan dan kesehatan kerja (HIPERKES). Pekerja tidak boleh dikenakan
biaya untuk pemeriksaan kesehatan tersebut
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dilakukan untuk memastikan bahwa pekerja sehat secara fisik
dan mental untuk melakukan pekerjaannnya serta tidak menderita penyakit menular yang
mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan
yang dianggap perlu. Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya satu tahun
sekali.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Pengusaha wajib menyediakan fasilitas P3K berupa peralatn, perlengkapan, dan bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja, yang mencangkup:
1.
2.
3.
4.

Ruang P3K
Kotak P3K dan isinya
Alat evaluakuasi dan alat transportasi
Fasilitas tambahan berupa alat perlindingan diri dan atau perlatan khusus di tempat kerja yang
memiliki potensi yang bersifat khusus

Pengusaha diwajibkan pula menunjuk pekerja sebagai petugas P3K yang diserahi tugas tambahan
untuk melaksanakan P3K di tempat kerja. Disetiap lantai tempat kerja dan di setiap giliran jam kerja
harus tersedia petugas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K0 yang bersertifikasi.
Jumlah petugas P3K di tempat kerja
Tingkat resiko tempat kerja
Tempat kerja dengan potensi
bahaya rendah

Tempat kerja dengan potensi


bahaya tinggi

Jumlah pekerja
25-150 pekerja

Jumlah petugas P3K


1 orang

>150 pekerja

1 orang untuk setiap 150 atau


kurang
1 orang
1 orang untuk setiap 100 orang
atau kurang

100 pekerja atau kurang


>100 pekerja

Daftar Pustaka
Shirley David. Panduan perundang-undangan ketenagakerjaan. Jakarta: Better Work Indonesia; 2012

Anda mungkin juga menyukai