TOKSIKOLOGI
Disusun Oleh :
Nama
: Venindya Khoirunnisa
NIM
: 20144143A
Teori
:1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
Toksikologi
merupakan
cabang
dari
farmakologi
yang
zat
berbahaya.
kimia,
kata
Apabila
toksik
suatu
zat
dapat
dianggap
seperti
yang
kimia
dikatakan
toksik,
maka
parameter ketoksikan,
BAB II
ISI
2.1
Uji Toksisitas
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek
toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh
data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang
diperoleh
dapat
digunakan
untuk
memberi
informasi
dan
jumlah
hewan;
cara
pemberian
sediaan
uji;
waktu 24 jam.
Prinsip uji toksisitas akut yaitu sediaan uji dalam
beberapa
tingkat
dosis
diberikan
pada
beberapa
diotopsi
-
untuk
dievaluasi
adanya
gejala-gejala
toksisitas.
Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi
toksisitas
intrinsik
suatu
zat,
menentukan
organ
menetapkan
tingkat
dosis,
merancang
uji
sediaan,
serta
penentuan
penggolongan
efek
toksik
yang
muncul
setelah
bulan.
Prinsip dari uji toksisitas subkronis adalah sediaan uji
dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari
pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis
per kelompok selama 28 atau 90 hari. Selama waktu
pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap
hari untuk menentukan adanya toksisitas. Hewan yang
mati selama periode pemberian sediaan uji, bila belum
melewati
periode
rigor
mortis
(kaku)
segera
diotopsi
selanjutnya
dilakukan
pengamatan
Tujuan
uji
toksisitas
subkronis
adalah
untuk
efek
toksik
yang
muncul
setelah
subkronis,
tetapi
sediaan
profil
efek
toksik
uji
diberikan
adalah
setelah
untuk
pemberian
dirancang
sedemikianrupa
sehingga
dapat
informasi
adanya
abnormalitas
fetus
organogenesis
dari
kebuntingan,
satu
dosis
per
uterus
diambil
dan
dilakukan
evaluasi
terhadap fetus.
Tujuan uji teratogenisitas adalah untuk memperoleh
informasi adanya abnormalitas fetus yang terjadi
karena pemberian zat selama masa perkembangan
embrio; meliputi abnormalitas bagian tubuh luar,
Parameter Ketoksikan
Parameter uji ketoksikan ada 2 macam yaitu kulitatif
dan kuantitatif. Parameter kualitatif meliputi gejala klinis, sifat
dan wujud toksisitas.
a. Gejala
Gejala klinis maupun toksik yang muncul meliputi gerakan
(tremor, konvulsi, paralisis, keterpaksaan gerak, tidur),
reaktif terhadap rangsangan dan refleks (beringas,pasif),
perubahan perilaku (perubahan sikap / aneh seperti
lompat
dan
berputar
berlebihan
atau
menggeliat,
dan
diidentifikasi
uji.
Konsentrasi Letal (LC) : Konsentrasizat yang berada
diluar tubuh organisme yang menyebabkan respon
berupa kematian organisme uji.
Untuk mempermudah mencari konsentrasi zat yang
aman.
NOEL (No Observed Effect Level) / KETT (kadar efek
toksik tak teramati) : merupakan takaran pemejaan
tertinggi yang tidak menyebabkan timbulnya efek
dapat
mematikan
50%
hewan
coba.
Kriteria
1
2
3
4
5
Relatif kurang
LD50
(mg/kg)
1
1 50
50 - 500
500 5000
5000
15000
15000
berbahaya
Batas keamanan racun tidak digambarkan LD50 /
TD50, tetapi digambarkan oleh KETT artinya meskipun
harga LD50 racun A lebih besar daripada LD 50 racun B atau
potensi ketoksikan akut racun A lebih rendah daripada
racun B, tidak berarti racun A lebih aman daripada racun
B. Batas aman suatu racun haruslah dilihat dari harga
KETT nya.
Penentuan Dosis
Untuk menentukan LD50 secara tepat, perlu dipillih beberapa
dosis yang mematikan sekitar 50% ; lebih dari 50% (sekitar
90%); dan kurang dari 50% (sekitar 10%). Sering digunakan 45 atau lebih kelompok dosis dengan harapan sekurangkurangnya
dosis
berada
pada
rentang
dosis
yanag
dosis
harus
berada
pada
rentang
dosis
yang
N
a
=k log
n
n
Dimana :
N = Dosis/konsentrasi yang mematikan 90% hewan uji
n = Dosis/konsentrasi yang mematikan 10% hewan uji
k =Penentuan
Jumlah kelompok
kontrol
1
Cara
nilai LD50tanpa
atau LC
50
a = Dosis/konsentrasi setelah n
Ada 4 cara untuk menentukan nilai LD50 atau LC50, yaitu
a) Cara Farmakope Indonesia III (FI III)
Rumus :
m = a b ( pi 0,5 )
m = log LD50
a = log dosis terendah yang masih menyebabkan
jumlah kematian 100% tiap kelompok
b = beda log dosis yang berurutan
pi = jumlah hewan yang mati menerima dosis i dibagi
jumlah hewan seluruhnya yang menerima dosis i
b) Cara Weil
Rumus :
Log m = log D + log d (f + 1)
dimana,
m = nilai LD50
D = dosis terkecil yang digunakan
d = log dari kelipatan dosis
f = suatu nilai dalam tabel Weil, karena angka kematian
tertentu (r)
c) Metode Probit
- Mempunyai tabel probit
- Menentukan nilai probit dari % kematian tiap
-
y=5
d) Cara Reed dan Muench
Sebelumnya harus menngghitung dulu nilai-nilai seperti,
a = prosentase kematian yang lebih kecil dari 50%
b = prosentase kematian yang lebih besar dari 50%
i = kenaikan dosis
k = dosis yang menyebabkan kematian yang lebih besar
dari 50%
s = dosis yang menyebabkan kematian yang lebih kecil
dari 50%
h = ukuran jarak
g = hasil perkalian antara kenaikan dosis dengan ukuran
jarak
Y = hasil penjumlahan antara g dengan log s
Contoh Soal
1. Contoh soal menggunakan cara FI III dan cara Weil
Hitung LD50 pada data yang berikut ini
Kel
Dosis
Jumlah
Kematia
1
2
3
4
(mg/kg)
1
10
100
1000
mencit
5
5
5
5
n
1
2
4
5
Jawab :
Kel
Dosis
Jumlah
(mg/kg)
1
Log dosis
Kematia
mencit
5
n
1
10
100
1000
% kematian
1
x 100 =20
5
2
x 100 =40
5
4
x 100 =80
5
5
x 100 =100
5
Cara FI III
a
= log 1000 = 3
10
b
=21=1
pi = 0,2 +0,4 + 0,8 + 1
= 2,4
m = a b ( pi 0,5 )
= 3 1 (2,4 0,5 )
= 1,1
anti log 1,1 = 12,59 , Jadi LD50 = 12,59 mg/kg
Cara Weil
D = 1 mg/kg
d = 10
r = 1,2,4,5
f = dari tabel weil untuk r ( kematian dalam kelompok
uji )
= 0,125
% kematian
10
20
40
70
90
Jawab :
Dosis
Log dosis
(mg)
4
8
16
32
64
Regresi linier
(X)
kematian
0,60
10
0,90
20
1,20
40
1,50
70
1,81
90
log dosis vs probit
Probit (Y)
3,74
4,16
4,75
5,62
6,28
a = 2,306
b = 2,166
r = 0,993
11
y = a + bx
y = 2,306 + 2,166 x
5 = 2,306 + 2,166 x
X = 1,244
anti log = 17,54 , Jadi LD50 = 17,54 mg/kg
3. Contoh soal menggunakan Cara Reed dan Muench
Hitung LD50 pada data yang berikut ini
Dosi
Hewa
Hewa
(mg)
4
8
16
32
64
mati
1
2
4
7
9
Jawab :
h =
Nilai komulatif
tot
Ratio
mat
hidu
al
kematian
kematian
1
3
7
14
23
27
18
10
4
1
28
21
17
18
24
1/28
3/21
7/17
14/18
23/24
3,57
14,29
41,18
77,78
92,86
hidup
9
8
6
3
1
50 a
ba
50 41,18
= 77,78 41,18
= 0,24
i = log k/s
= log 32/16 = 0,30
g =hxi
= 0,24 x 0,30 = 0,072
log s adalah log 16 = 1,2
Y = g + log s
= 0,072 + 1,2 = 1,27
LD50 = anti log Y
= 18,62 mg , Jadi LD50 = 18,62 mg/kg
NOEL (No Observable Effect Level)
Rumus :
ADI =
NOEL
mg/kg/hari
100
12
II.3
Terapi Antidotum
Secara umum, terapi antidotum didefinisikan sebagai
tata cara yang ditunjukkan untuk membatasi intensitas efek
toksik zat kimia atau menyembuhkannya. Efek toksik suatu
zat kimia dapt terjadi jika kadar zat melampaui kadar toksik
minimal (KTM)nya dalam sel sasaran. Untuk mengurangi
jumlah zat kimia dalam sel sasarannya dapat dilakukan
dengan cara menghambat absorpsi dan distribusi serta
mempecepat metabolisme dan ekskresi. Terapi anntidotum
dapat dilakukan secara umum (non spesifik) dan khusus
(spesifik).
A. Terapi non spesifik
1) Menghambat absorpsi zat racun
Menghambat absorspsi zat racun dapat dilakukan
dengan cara antara lain membersihkan atau
mencuci kulit yang terkontaminasi zat toksik,
mengeluarkan racun dalam lambung, mencegah
absorpsi dan memberikan pencahar. Zat toksik
yang
sudah
masuk
dalam
lambung
dapat
13
dari
jumlah
zat
toksik
yang
akan
mempercepat
eliminasi
zat
acetamoniphen,
karbamazepin,
sirup
ipekak
/susu
karena
akan
mengurangi efektifitas.
b. Mengeluarkan racun dari lambung
Hal ini harus memoertimbangkan zat yang
tertelan, tingkat keracunan dan berapa lama
zat
racun
dengan
tertelan.
bilas
Pengosongan
lambung
lambung
diragukan
bila
Bahaya
dari
bilas
lambung
adalah
14
bahwa
ipecacuanha
mengurangi
yang
Pemberian
sudah
sorbitol
mencapai
usu
halus.
direkomendasikan
pada
magnesium
diberikansetelah
Magnesium
pasien
sulfat
obstruksi
sulfat
pemberian
sering
arang
aktif.
dikontraindikasikan
usus,
mual,
kali
pada
muntah
dan
yang
bersifat
basa
lemah
seperti
15
eliminasi
suatu
zat
dan
minyak kacang
Bereaksi
dengan
sehingga
logam
mencegah
berat
inaktivasi
paling
efektif
jika
logam berat.
Untuk keracunan arsen,
dan timbal.
Efek samping takikardi, hipertensi,
merkuri,
yaitu
16
dengan Ca tubuh
Diberikan inj IM
atau
IV
dalam
bentuk garamnya
- Digunakan pada keracunan Pb
- Pada dosis tinggi bersifat neprotoksik
Penisilamin (Cuprin)
- Toksik
pada
sumsum
tulang
-
Wilsons
Untuk
keracunan
Hg,
sebagai
dan arsen
Deferoksamin
- Spesifik membentuk kelat dengan
logam
berat
dengan
ion
feri
dapat
pelepasan
histamin.
17
Deferoksamin
diekskresi
dimetabolisme
melaui
ginjal
dan
dan
ginjal
dikontraindikasikan
sehingga
pada
pasien
gangguan ginjal
b. Fab Fragment
Merupakan
antibodi
monoklonal
dapat
konplek
juda
dapat
digunakan
untuk
keracunan sianida.
d. Detoksifikasi Enzimatik
Etanol
Digunakan untuk keracunan metanol /
etilenglikol
Metanol/etilenglikol
dalam
tubuh
membentuk
formaldehid
etanol
kompetisi
dengan
dalam
menghasilkan
toksik
Reaksi
alkohol
dan
menyebabkan
metanol/etilenglikol
memperebutkan
dehidrogenase.
enzim
akan
enzim
alkohol
etanol
dengan
dehidrogenase
asam
asetat
mudah
yang
akan
tidak
diekskresikan
18
dibandingkan
dengan
formaldehid
dan
asam format.
Atropin dan Pralidoksim
Keracunan pestisida organofosfat
dan
atropin.
antikolinesterase
digunakan
Fisostigmin
dapat
untuk
sebagai
menyebabkan
N-acetyl-p-benzoquinoneimine
memetabolisme
menjadi
NABQI.
sehingga
meningkatkan
enzim
digunakan
antioksidan
berikatan
dan
dengan
sebagai
ekspektoran
NABQI
dapat
membentuk
menjadi
homosistein
oleh
2)
NABQI
sehingga
dapat
sebagai
reseptor
nalokson
singkat
sangan
opoid.
maka
diberikan berulang.
b. Flumazamil
Merupakan suatu antagonis
Karena
pemberian
benzodiazepin.
adanya
keracunan
yang
konvulsi
ketergantungan.
pada
Contoh
pasien
obat
yang
golongan
(CO)
meningkatnnya
dapat
keracunan
kadar
Hb
dan
spesifik
karena
berguna
sebagai
terapi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Zat toksik
Parasetamol
Arsen, Hg, Pb, Au
Beta-bloker
Bensodiasepin
CO
Koumarin
Sianida
Digoksin
Metanol dan
Antidotum
N-asetil sistein
BAL (dimercaprol)
Glukakon
Flumazemil
Oksigen,
hiperbarik
oksigen
Vit K
Nitrit dan nitrat
Digoksin- fab fragment
etilen Etanol
glikol
Heparin
Zat besi
INH
Narkotika (opioid)
Nitrit
Organofosfat
dan
Protamin
Deferoksamin
Piridoksin
Nalokson
Metilen blue
Atropin, pralidoksim
karbamat
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2014. PEDOMAN UJI TOKSISITAS NONKLINIK SECARA IN VIVO.
http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=816 [4 September 2016]
Priyanto. 2010. Toksikologi,Mekanisme, Terapi Antidotum, dan
Penilaian Risiko. Cetakan 2 Leskonfi. Depok.
Soemirat, Juli. 2003. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press.
21