STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Tanggal Lahir
: 22-05-1986
Usia
: 29 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Minang
Pendidikan Terakhir
: SMP
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat Rumah
II.
Tanggal masuk RS
: 28 Desember 2015
: 821293
RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari :
Autoanamnesis dilakukan pada hari Minggu, 31 Januari 2016.
Alloanamnesis dengan kakak pasien (Tn.R) pada hari Minggu, 31 Januari 2016
A. Keluhan Utama
Pasien berbicara sendiri dan sulit tidur.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien sebelumnya sudah pernah dirawat di RSPAD Gatot Soebroto 1
minggu SMRS dan kembali masuk ruang perawatan dikarenakan pasien
sering berbicara sendiri dan sulit tidur kembali sejak 3 hari SMRS.
Pasien diantar oleh keluarganya ke Paviliun Amino RSPAD Gatot
Soebroto. Menurut kakaknya, Rendi, pasien sering berbicara sendiri, tidak
1
bisa tidur serta tidak mau meminum obat. Pasien juga sering tertawa sendiri di
dalam kamarnya.
Menurut kakak pasien, pasien mulai mengalami perubahan perilaku yang
mencolok sejak tahun 2004, ketika berumur sekitar 19 tahun, pasien ingin
menjadi
seperti
ayahnya
yang
mempunyai
keahlian
khusus
bisa
menyembuhkan orang, namun pasien tidak tahu bagaimana caranya dan tidak
ada bimbingan dari keluarga karena ayah pasien memiliki kemampuan
tersebut secara autodidak.
Dalam keluarga pasien, orang yang memiliki keahlian khusus untuk bisa
mengobati orang adalah hal yang lumrah, maka ketika pertama kali pasien
memiliki perubahan perilaku dan juga dapat menebak nomor togel selalu tepat
keluarga menganggap hal itu adalah hal yang biasa, perubahan perilaku
menjadi makin memburuk sejak adik laki-laki pasien meninggal karena sakit
HIV pada tahun 2006, pasien lebih sering mengurung diri di kamarnya dan
sering terlihat berbicara sendiri. Menurut keluarga, pasien memiliki hubungan
yang sangat dekat dengan adiknya, keduanya sering berkunjung ke tempat
habib di Masjid dekat rumahnya untuk menuntut ilmu dan selalu pergi berdua
kemana-mana.
Kakak pasien juga mengatakan dahulu sewaktu lulus SD pasien ingin
melanjutkan sekolahnya ke pesantren, namun dikarenakan masalah biaya
pasien hanya dapat lanjut ke SMP, menurut kakaknya hal ini membuat pasien
sangat kecewa dan membuat pasien sering tidak masuk sekolah, sehingga
pasien hanya sekolah sampai kelas dua SMP. Alasan pasien ingin melanjutkan
sekolah di Pesantren dikarenakan ingin belajar ilmu yang dapat mengobati
orang seperti Ayah pasien. Puncak terjadinya perubahan perilaku pada pasien
adalah ketika pasien secara tiba-tiba menusuk kakaknya dengan gunting
sebanyak tiga kali pada tahun 2006, sehingga kakaknya harus dioperasi karena
luka yang tembus ke rongga dada. Pasien kemudian dibawa ke Rumah Sakit
Jiwa Grogol dan dirawat selama 2 minggu. Pasien sudah keluar masuk
perawatan di Rumah sakit jiwa Grogol sejak tahun 2006 sebanyak 4 kali,
namun pasien tidak mau kontrol rutin dan tidak minum obat sejak dua bulan
SMRS.
2
Menurut keterangan kakak pasien, 3 bulan yang lalu pasien sempat ingin
bunuh diri dengan minum air karbol, pasien sampai mengeluarkan busa dari
mulutnya. Namun, setelah kejadian tersebut pasien sadarkan diri sehingga
tidak dibawa ke rumah sakit. Menurut pasien dia melakukan hal tersebut
karena ada yang menyuruhnya melakukan hal tersebut, pasien melihat orang
itu seperti kuntilanak laki-laki orang Belanda yang bernama Jager yang
tingginya sekitar 5 meter, Jager tinggal di kamar pasien dan suka tidur di goa,
menurut pasien Jager merupakan teman si Pitung dan dia selalu berusaha
menyuruh pasien mati karena dianggap tukang bikin ulah dikamar dan pasien
ketakutan dengan hal tersebut. Sebelumnya pasien juga pernah mencoba
bunuh diri dengan menusukkan pisau ke bagian lehernya, pasien mengamuk
di pasar dan dicegah oleh orang-orang banyak. Menurut keterangan pasien
dirinya melakukan hal tersebut karena merasa ada yang mengejar-mengejar
dirinya seperti suara kaki serdadu yang membuat dirinya ketakutan dan tidak
tahan lagi sehingga ia marah-marah dan mencoba bunuh diri.
Dari autoanamnesa, didapatkan alasan mengapa pasien masuk RSPAD
karena pasien ingin menghindari kakak pertama pasien yang bernama
Iren/Reno yang menurut pasien suka mencelakai pasien. Pasien mengatakan
dirinya pernah dicincang, digorok dan dibakar oleh Reno. Pasien menjelaskan
kulitnya hitam karena akibat dibakar oleh Reno. Pasien juga mengaku alasan
dia tertawa sendiri di kamar adalah karena pasien sedang berkomunikasi jarak
jauh dengan Mpeh. Mpeh adalah seorang kakek berusia 82 tahun dengan
rambut putih yang menurutnya adalah temannya di daerah rumah. Pasien
mengaku sering bercanda dengan Mpeh di kamarnya. Pasien juga mengaku
sering berkomunikasi dengan mama aslinya yang menurutnya adalah Ibu
kandungnya yaitu Rumaidah Kastil. Kini pasien dapat membaca makna
tulisan dari pergelangan tangan manusia. Menurutnya, pada setiap nadi
manusia terdapat tulisan yang berbeda dan memiliki arti tersendiri.
Semenjak 3 hari SMRS pasien tidak mau meminum obat lagi. Menurut
pasien, dirinya tidak mau mengkonsumsi obat karena ingin mengirit, sebab
Pasien telah memiliki riwayat gangguan jiwa sejak usia 19 tahun dengan
diagnosa skizofrenia, pasien sering keluar masuk perawatan di Rumah Sakit
Jiwa Grogol. Saat ini pasien sudah kedua kalinya di rawat di RSPAD Gatot
Soebroto dikarenakan pasien berbicara dan tertawa sendiri serta sulit tidur.
Menurut keterangan keluarga pasien sudah pernah 5 kali dirawat sejak tahun
2006. Gejala muncul pertama kali saat pasien berusia 19 tahun (tahun 2004).
Pasien suka berbicara sendiri di kamarnya dan suka menempel jimat di
dinding kamarnya, pasien memiliki kenginan bisa menyembuhkan orang
seperti ayahnya tapi keinginannya tidak tercapai.
Pada tahun 2006, adik laki-laki pasien meninggal karena HIV, pasien
sangat
dekat
dengan
adiknya
dan
merasa
sangat
kehilangan
dan
merupakan teman si Pitung dan dia selalu berusaha menyuruh pasien mati
karena dianggap tukang bikin ulah dikamar dan dia ketakutan dengan hal
tersebut.
2. Gangguan Medik
Pasien tidak pernah memiliki riwayat trauma kepala, tidak pernah
kejang, tidak pernah demam tinggi, tidak pernah mengalami penyakitpenyakit berat yang membutuhkan perawatan sebelumnya.
3. Penggunaan Zat Psikoaktif
Dari hasil autoanamnesa, pasien mengaku sewaktu kecil sering
dicekoki oleh teman main dan preman disekitar lingkungan rumahnya untuk
minum alkohol dan juga dipaksa untuk mencoba pil lexotan. Namun pasien
tidak menyukai hal tersebut dan tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
lagi. Pasien menyangkal menggunakan narkoba, pasien mengatakan tidak
suka mengkonsumsi obat-obatan terlarang karena adik pasien meninggal
karena HIV. Pasien merupakan perokok aktif sejak SMP, pasien mengaku
mulai merokok sejak berhenti sekolah.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Perkembangan Fisik dan Kepribadian
Periode Prenatal dan Perinatal
Dari hasil alloanamnesa didapatkan bahwa selama kehamilan, Ibu
pasien tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang serius, tidak
mengalami muntah yang berlebihan, tidak mengonsumi alkohol maupun
obat-obatan secara bebas. Ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya
ke bidan. Pasien lahir cukup bulan, spontan dan langsung menangis, tidak
ada cacat bawaan. Pasien lahir dengan bantuan bidan dengan berat badan
normal (3,2 kilogram), panjang 50 cm.
Periode Anak Awal (Lahir sampai usia 3 tahun)
Menurut kakak pasien, tumbuh kembang pasien normal seperti
anak-anak seusianya. Pasien diberikan ASI oleh ibunya sampai usia 4
bulan. Pasien dapat berjalan dan berbicara saat usia 1 tahun. Pasien
6
ilmuan, namun dari segi finansial tidak mendukung. Pasien tidak pernah
melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun berurusan dengan pihak
berwajib. Pasien mulai mengalami perubahan sikap ketika adik pasien
yang sangat dekat dengan pasien meninggal saat usia pasien 19 tahun,
ditambah lagi frustasi dengan perlakuan dari kakak dan orang-orang
disekitar pasien yang tidak pernah menghargai dan selalu meremehkan dan
memukuli pasien. Setelah mengalami gangguan jiwa, pasien kadang
marah-marah, suka berbicara sendiri, dan juga pemalas.
2. Riwayat Pendidikan
Pasien mengenyam pendidikan di SD kebon melati Tanah Abang sampai
kelas 4 SD, lalu pindah ke SD Bendungan 5 sampai kelas 6, karena keluarganya
pindah rumah karena diusir. Pasien masuk SMP di Mtsn 9 di Johar. Pasien hanya
sekolah sampai kelas 2 SMP karena pasien tidak mau masuk SMP, pasien ingin
masuk pesantren namun tidak bisa karena keterbatasan biaya yang menyebabkan
pasien sangat kecewa dan malas-malasan masuk sekolah.
3. Riwayat Pekerjaan
Dari hasil alloanamnesa, pasien pernah bekerja sebagai cleaning service di
rental A Car selama 3 bulan, pasien keluar dari pekerjaannya karena sepupunya
yang bekerja disana juga keluar dari pekerjaannya dan pasien merasa tidak
memiliki teman dan kesepian saat sepupunya keluar. Pasien juga pernah bekerja
membuat susu kedelai selama 6 bulan, pasien belajar membuat susu kedelai dari
menonton televisi dan dari temannya namun tidak dilanjutkan karena kondisinya
tidak stabil menurut pasien setiap pekerjaan yang dia kerjakan selalu dianggap
salah, dan pasien mengatakan hanya ingin sedikit dihargai selayaknya manusia
saat bekerja.
4. Riwayat Kehidupan Beragama
Dari hasil alloanamnesa, didapatkan bahwa pasien beragama Islam dan
merupakan penganut yang taat sebelum sakit. Sering berguru dan mengaji
8
bersama habib didekat rumah pasien. Pasien rajin sholat, mengaji, dan mengikuti
kajian keagamaan di Masjid. Namun setelah sakit pasien jarang beribadah karena
menurut pasien, sholat wajib hanya dilakukan seperlunya saja. Bila pasien sedang
merasa tidak perlu, maka ia tidak melakukan solat.
5. Riwayat Kehidupan Seksual dan Perkawinan
Dari hasil alloanamnesa, didapatkan bahwa pasien belum menikah. Pasien
pernah memiliki hubungan dengan 2 orang wanita namun tidak sampai
melanjutkan ke jenjang pernikahan karena ditinggal selingkuh oleh pihak wanita.
Menurut pasien sekarang dirinya selalu ditolak oleh setiap wanita yang didekati
oleh pasien. Pasien memiliki orientasi seksual yang normal, yaitu heteroseksual.
Pasien juga ingin menikah namun diakui susah dikarenakan kondisinya sekarang.
6. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, tidak ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya. Pasien mengaku
keluarganya yang paling baik adalah Ibu pasien, dan pasien sangat dekat dengan
adiknya yang sudah meninggal. Menurut keterangan pasien, bapak pasien
bernama bapak Suar dan Ibunya bernama Aminar. Orang tua pasien berasal dari
Padang Ibu pasien dan kakaknya berdagang baju bekas di pasar Gaplok. Ayah
pasien kini telah meninggal dunia sejak 5 hari SMRS. Pasien memiliki 5 orang
kakak dan 1 orang adik, kakak pasien bernama Tn. RF, Tn. RT, Ny.RH, Ny.S, dan
Ny. F, adik pasien bernama Tn.Re.
Genogram
10
tabib yang dapat menyembuhkan orang sakit dan penulis, dan keluarga berharap
pasien dapat mandiri dalam menjalankan hidupnya.
10. Fantasi, Mimpi dan Nilai-nilai
Pasien bermimpi namun lupa apa mimpinya, tetapi tidak ingat
memimpikan hal yang menakutkan atau menegangkan. Pasien mengharapkan
kakaknya yang bernama Reno mati, karena pasien ingin hidup tenang.
III. STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan pada hari Minggu tanggal 31 Januari 2016.
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Seorang
laki-laki,
berusia
29
tahun,
bertubuh
kurus
dan
tinggi,
11
Visual : Ada. Pasien dapat melihat tulisan pada tangan seseorang yang
dainggapnya tulisan tersebut memiliki arti.
12
: pasien dapat membedakan waktu pagi, siang dan malam hari, serta
mengetahui hari, tanggal dan jam.
3. Ingatan
- Jangka panjang : pasien dapat mengingat tanggal lahir, nama sekolah dan nama
anggota keluarganya.
- Jangka sedang : pasien dapat mengingat siapa yang mengantarnya ke RS.
- Jangka pendek : pasien dapat mengingat menu sarapan pagi ini.
- Segera : Pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
4. Konsentrasi dan Perhatian
Pasien terkadang sulit berkonsentrasi, terutama jika ada stimulus eksternal.
Pasien dapat menjawab perhitungan 100 dikurangi 7 tetapi hanya 1 kali. Pasien
dapat mengeja kata WAHYU secara berurutan dan terbalik dengan benar.
Pasien sulit berkonsentrasi jika ada orang lain berbicara saat ia akan bicara dan
13
6. Kemampuan visuospasial
Pasien dapat meniru gambar 2 segilima yang bertumpukan. Pasien dapat
menggambarkan jam sesuai dengan instruksi, memperlihatkan arah jarum panjang
dan pendek dengan benar.
14
7. Pikiran Abstrak
Pasien mengerti arti peribahasa berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke
tepian dan mengerti arti peribahasa ada udang dibalik batu.
8. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
E. Pikiran
1. Proses Pikir
Produktivitas : ide banyak
Kontinuitas :
15
16
Auskultasi
sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
: BJ I > BJ II reguler,murni, Gallop -/-, Murmur -/-
Paru :
Inspeksi
17
B. Status Neurologis
GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda rangsang meningeal : tidak ada
Cara berjalan : sedikit membungkuk
Keseimbangan : baik
Motorik : baik 5555|5555
5555|5555
Sensorik : baik
Tanda Ekstrapiramidal :
Tremor
: tidak ditemukan
Akatasia
: tidak ditemukan
Bradikinesia
: tidak ditemukan
Rigiditas
: tidak ditemukan
Motorik
: tidak ditemukan
Tonus
: tidak ditemukan
Turgor
: tidak ditemukan
Kekuatan
: tidak ditemukan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hitung Jenis :
- Basofil
- Eosinofil
- Batang
- Segmen
- Limfosit
- Monosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Kimia darah
SGOT
13.7
42
5.1
9470
322000
13 18 g/dL
40 52 %
4.3 6.0 juta/L
4.800-10.800/ L
150.000 400.000/ L
0
4
3
51
25
7
83
27
33
13.10
0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8%
80-96% fL
27 -32 pg
32-36 g/dL
11.5 14.5 %
12
11
15
0.9
4.5
18
SGPT
Ureum
Kreatinin
147
3.9
102
64
135-147 mmol/L
3.5-5.0 mmol/ L
95-105 mmol/L
< 140 mg/dL
Asam Urat
Natrium
Kalium
Klorida
Glukosa darah sewaktu
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Tn N, laki-laki, 29 tahun, beragama islam, belum menikah, suku minang,
pendidikan terakhir SMP, saat ini tidak bekerja, warga negara Indonesia, masuk
perawatan pada tanggal 26 Januari 2015. Pasien kembali masuk perawatan
Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto setelah sebelumnya sempat menjalani
rawat jalan selama 1 minggu, dengan keluhan sering berbicara dan tertawa sendiri
serta sulit tidur sejak 3 hari SMRS, menurut keterangan keluarga, pasien tidak
mau meminum obat. Menurut keterangan kakak pasien, pasien sering tertawa
sendiri tengah malam.
Dari autoanamnesa, didapatkan alasan mengapa pasien sering berbicara
sendiri di rumah karena dia sedang berkomunikasi jarak jauh dengan Mpeh. Pada
saat berada di perawatan, pasien sering berbicara sendiri yang menurut pasien, ia
sedang berbicara dengan Rumaidah Kastil. Pasien juga mengaku dapat melihat
adanya tulisan pada pergelangan tangan seseorang.
Pasien mengaku masuk perawatan RSPAD Gatot Soebroto karena pasien
hanya ingin mencari ketenangan dan ingin menghindari kakaknya yang
menurutnya kejam dan jahat bernama Reno. Pasien selama ini merasa tidak
pernah dihargai dan selalu dianggap salah, dia selalu diremehkan oleh kakaknya
dan lingkungan sekitarnya dan tidak pernah dihargai seperti manusia. Pasien
mengatakan dia hanya mau sedikit dihormati dan dihargai sebagai manusia.
Pada pemeriksaan status mental tanggal 31 Januari 2016 didapatkan seorang
pria, penampilan sesuai usianya, berambut pendek, berkulit hitam, perawatan dan
19
kerapihan diri kurang, dan memakai kaos berwana putih dan celana jeans panjang.
Pasien tampak tenang dan bersemangat saat diajak berbicara. Pasien kooperatif
dan mau menjawab pertanyaan. Kesadaran pasien kompos mentis. Pasien
bersikap sopan terhadap pemeriksa. Pembicaraan spontan, artikulasi jelas, dan
intonasi biasa. Mood labil dan afek terbatas, serasi. Isi pikir berupa waham kejar.
Proses pikir assosiasi longgar. Orientasi dan daya ingat baik. Pasien terkadang
sulit berkonsentrasi, terutama jika ada stimulus eksternal. Kemampuan
mengendalikan impuls dan daya nilai pasien baik. RTA pasien terganggu dengan
tilikan derajat II. Dapat dipercaya, pernyataan pasien sama dengan pernyataan
keluarga pasien. Pemeriksaan fisik lainnya dan hasil laboratorium dalam batas
normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Formulasi diagnostik menggunakan pendekatan diagnosis multiaksial yang
didasarkan pada PPDGJ III dan DSM-IV:
Aksis I
Berdasarkan wawancara didapatkan adanya gangguan pada pikiran,
Aksis II
Ciri kepribadian pasien adalah kepribadian skizoid, dengan ciri-ciri pasien
Aksis III
Pada pasien tidak ditemukan adanya kelainan klinis (fisik dan neurologis)
lain yang bermakna sehingga aksis III pasien tidak ada diagnosis.
Aksis IV
Ditemukan masalah psikoedukatif yaitu pasien sebelumnya tidak
Aksis V
21
berkomunikasi
dengan
baik,
kooperatif
dan
mampu
mengendalikan emosinya.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Skizofrenia paranoid.
Aksis II
Aksis III
: Tidak ada.
Aksis IV
Aksis V
Diagnosis kerja
IX. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam
: ad bonam
: dubia ad malam
2. Pasien pertama kali terdiagnosis sakit pada usia muda (19 tahun)
3. Pasien beberapa kali putus obat dan tidak patuh minum obat.
4. Kondisi keluarga tidak mendukung untuk merawat pasien (faktor
keluarga). Riwayat melakukan tindakan penyerangan.
5. Kondisi keuangan yang tidak baik (faktor ekonomi).
6. Pasien tidak menikah dan riwayat sosial dan pekerjaan buruk
X. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologis
Tidak ada
2. Psikologis
Skizofrenia paranoid
Mood
: Labil
Afek
: Terbatas, serasi
Persepsi
: Halusinasi auditorik dan visual
Proses pikir
: Asosiasi longgar
Isi Pikir
: Waham kejar
RTA
: Terganggu
Tilikan
: Derajat 2, ambivalensi dengan penyakitnya. Pasien
terkadang menyadari bahwa dirinya sakit namun di lain waktu pasien
b. Nonfarmakologis
1. Terhadap pasien
23
24
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan PPDGJ III yang merujuk ke DSM IV, seseorang dikatakan gangguan
jiwa atau gangguan mental jika ditemukan adanya perubahan terhadap pola perilaku atau
psikologik seseorang, yang secara klinik menimbulkan distress (penderitaan) dan
disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari serta perawatan diri. Pada
pasien didapatkan adanya gangguan pada pikiran, perasaan, serta perilaku pasien yang
menimbulkan hendaya dan disfungsi dalam keseharian. Maka, pasien dapat dikatakan
mengalami gangguan jiwa.
Pada pasien ini terdapat waham tentang dirinya ingin dicelakai oleh kakak pasien,
pada pasien juga terdapat halusinasi yang menonjol. Pasien mendengar suara yang
berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, dan pasien juga melihat
tulisan pada pergelangan tangan seseorang. Gejala-gejala tersebut berlangsung lebih dari
enam bulan, dan juga mengakibatkan pasien mengalami perubahan mutu kehidupan,
25
tidak bisa mengurus diri, hilangnya minat, dan hidup tidak bertujuan. Semua hal ini
sesuai dengan gejala skizofenia.
Untuk menegakkan sebuah diagnosis, hierarki diagnosis psikiatri harus
digunakan. Pada pasien ini, tidak ada riwayat trauma pada kepala, nyeri kepala, pusing,
mual, demam tinggi ataupun kejang. Pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan
kelainan. Sehingga kecurigaan ke arah diagnosis gangguan mental organik dapat
disingkirkan. Selain itu, perlu diperhatikan diagnosis ke arah gangguan mental akibat zat
psikoaktif. Pasien merokok sejak SMP sampai sekarang, tetapi selain itu pasien tidak
menggunakan zat psikoaktif lainnya dan tidak juga mengkonsumsi alkohol. Dengan data
tersebut diagnosis gangguan psikotik akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan
juga. Maka dapat disimpulkan bahwa gangguan pasien adalah murni akibat gangguan
psikotik primer bukan sekunder karena kondisi medis lainnya.
Pasien ini didiagnosis dengan skizofrenia paranoid (F20.0). Skizofrenia
ditunjukkan dengan adanya gejala berupa waham dan halusinasi pada pasien. Untuk
menegakkan diagnosis skizofrenia paranoid, pasien harus memenuhi kriteria skizofrenia
terlebih dahulu.
Diagnosis umum skizofrenia (F20.-) berdasarkan kriteria diagnostik PPDGJ-III :
A. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : (memenuhi 2 dari 4
kriteria dengan jelas)
Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
dirinya (withdrawal) .
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain
mukjizat.
Halusinasi auditorik :
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien dan terkadang memerintah pasien untuk melakukan suatu tindakan,
contohnya memerintah pasien untuk meminum air karbol dan menusuk
kakaknya.
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
B. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
(memenuhi 2 dari 4 kriteria)
Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus , halusinasi auditorik
(mendengar bisikan yang mengomentari tindakan pasien dan memerintah
pasien melakukan tindakan) dan visual (melihat tulisan di pergelangan
tangan pemeriksa).
27
C. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Gejala
yang dialami pasien berlangsung selama lebih dari 6 tahun, episode terakhir berawal
dari bulan Desember sampai sekarang.
D. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial saat rutin dalam pengobatan pasien dapat berfungsi dengan lebih baik dalam
hal sosial maupun pekerjaan, namun saat kambuh pasien tidak dapat melakukan
fungsi sosial maupun pekerjaannya dimana pasien cenderung menarik diri dan
mengurung diri sepanjang hari.
Berdasarkan hal tersebut pasien menurut kriteria DSM IV pasien memenuhi
kriteria skizofrenia. Kriteria diagnostik DSM-IV-TR subtipe skizofrenia:
A Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk
bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati
dengan berhasil):
1 Waham
2 Halusinasi
3 Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
4 Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
28
Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau
atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau
pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.
B Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal,
atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset
(atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai
tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
C Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan
gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.
D Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif
atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada
episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama
gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif,
durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E Penyingkiran zat/kondisi medis umum
F Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif
Pada pasien terdapat halusinasi auditorik berupa suara-suara yang didengar pasien
dan waham kejar (Kriteria A DSM IV). Kondisi ini menyebabkan gangguan pada
fungsi keseharian pasien dimana karena pasien selalu ketakutan sehingga pasien tdak
mau keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain (Kriteria B DSM IV) yang
berlangsung lebih dari 6 bulan (Kriteria C DSM IV). Pasien tidak pernah mengalami
kondisi episode mood depresif maupun episode manik selama periode aktif penyakit
(Kriteria D DSM IV) dan tidak pernah mengkonsumsi zat psikoatif (Kriteria E DSM
IV). Berdasarkan kriteria DSM IV pasien telah memenuhi kriteria Skizofrenia
sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasien adalah Skizofrenia (F20).
Pasien sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia (F20).
29
30
Psikoedukasi
ditujukan
kepada
pasien
dan
keluarganya.
Psikoedukasi yang diberikan kepada pasien adalah melihat pasien secara holistik
dengan membina hubungan, menunjukan empati, memotivasi pasien untuk lebih
produktif dan minum obat secara teratur agar penyakitnya tidak muncul kembali.
Psikoedukasi yang diberikan kepada keluarga pasien adalah memberikan
penjelasan mengenai penyakit pasien, faktor-faktor yang dapat memperberat
keadaan penyakit pasien dan bagaimana cara pencegahannya sehingga keluarga
dan teman atau lingkungan sekitar dapat mengerti keadaan pasien dan mendukung
proses kesembuhannya. Terapis juga disarankan memberikan penjelasan tentang
terapi yang dijalani, menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi, serta
menyarankan keluarga untuk selalu memberi memotivasi terhadap pasien untuk
minum obat secara teratur dan juga memberikan ketenangan serta kenyamanan
pasien selama pasien masih dalam masa perawatan sehingga pengobatan pasien
dapat berjalan baik.
Dalam
penatalaksanaan
skizofrenia
pada
umumnya
diperlukan
clozapine,
iloperidone,
olanzapine,
paliperidone,
quetiapine,
berkisar 24 jam. Orang dewasa dalam keadaan akut cukup sesuai dengan
menggunakan dosis ekivalen haloperidol 5 hingga 20 mg, pada pasien ini
diberikan 2x5 mg.
Selain itu pada pasien ini diberikan obat trihexyphenidyl yaitu sebagai
obat untuk mengurangi gejala ektrapiramidal yang diakibatakan oleh efek
samping dari pemberian haloperidol. Triheksipenidil memiliki daya antikolinergik
yang berkerja menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen,
menghambat reuptake dopamine pada ujung saraf presinaptik di otak.
Faktor resiko terjadinya gangguan jiwa terdiri dari faktor biologis yang
meliputi genetik, fisik dan lingkungan; dan faktor psikososial yang terdiri dari
faktor kepribadian, peristiwa kehidupan, dan stres lingkungan. Seorang yang
memiliki sanak saudara derajat pertama (orang tua atau saudara kandung) yang
33
menderita
gangguan
memungkinkan
skizoafektif,
seseorang
untuk
bipolar
ataupun
mengembangkan
skizofrenia
gangguan
lebih
tersebut
dibandingkan dengan orang tanpa sanak saudara derajat pertama yang menderita
gangguan tersebut. Berdasarkan anamnesa keluarga pihak ayah dan ibu, tidak ada
keluarga yang memiliki gejala yang sama dengan pasien. Selain itu tidak ada
saudara kandung pasien yang memiliki keluhan yang sama. Kelainan genetik ada
pada pasien ini dapat dikesampingkan.
Faktor psikososial yang paling mendukung terjadinya gangguan
skizofrenia adalah stress, dimana suatu teori diajukan bahwa stress berkelanjutan
dapat menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama yang dapat
menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan
sistem pemberi signal intraneuronal. Perubahan ini menyebabkan seseorang
berada pada risiko lebih tinggi untuk menderita episode gangguan skizofrenia
selanjutnya tanpa adanya stressor eksternal. Pasien awalnya mengalami kesedihan
dan kecewa saat dirinya tidak bisa masuk ke pesantren untuk lanjutkan sekolah,
ditambah lagi adik pasien meinggal karena HIV, pasien juga mengaku frustasi
karena selalu di remehkan, merasa tidak dihargai, dan merasa selalu dijahati di
rumah. Faktor-faktor ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan skizofrenia.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss :
Surabaya. 1994.
2. Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1998.
3. Olfson, Mark. Treatment Patterns for Schizoaffective Disorder and Schizophrenia
AmongMedicaid Patients. Diakses melalui: www.psychiatryonline.org/data/Journals/
4. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of Mental
disorders (DSM V TM). American Psychological Association (APA): Washington
DC.
5. Agus, Dharmady. 2003. Psikopatologi: Dasar di Dalam Memahami Tanda dan
Gejala dari Suatu Gangguan Jiwa. Ed.1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya: Jakarta.
6. Maslim, Rusdi, 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM 5. Cetakan 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya: Jakarta.
7. Sadock, Benjamin James., Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Ed.7. Jakarta : EGC
8. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Klinis Obat Psikotropik. Ed 3.Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
35