Anda di halaman 1dari 3

Kamis, 27 Oktober 2011 09:20 Kenekatan Mahmur Hadi Kusyanto telah menyelamatkan ribuan

hektare sawah di Kecamatan Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, dari banjir dan kekeringan.
Mahmur, Kepala Desa Kedung Jaya, Cibuaya, itu tidak sekadar berwacana dalam meningkatkan
produksi dan produktivitas tanaman padi.
Kenekatan Mahmur berawal dari kegundahannya melihat sentra produksi padi di 11 desa di
Kecamatan Cibuaya yang tidak bisa berproduksi maksimal. Setiap tahun, air di saluran
pembuangan Wiratma yang melintasi areal persawahan di Desa Kedung Jaya dan Desa Sedari
meluber pada musim hujan dan kering saat kemarau.
Tak berfungsinya kanal itu dipicu sedimentasi yang parah. Sedimentasi memicu kedalaman kanal
hanya 30 sentimeter (cm) dari kedalaman normal 1 meter hingga 1,5 meter.Kedangkalan kanal
diperparah dengan kondisi hulu kanal yang tersumbat eceng gondok, endapan ganggang di dasar
kanal, dan kebocoran pada dinding saluran.
Mahmur lantas mencari akal untuk membiayai perbaikan kanal. Pengajuan kucuran dana kepada
pemerintah kabupaten berulang kali telah dia usulkan, tetapi tak kunjung berhasil.
Ia tak menyerah. Ide pun muncul saat ia menonton program sosialisasi pertanian di stasiun
televisi milik pemerintah, April 2011. Dalam program itu tertera nomor call center Kementerian
Pertanian untuk layanan pengaduan masyarakat. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Mahmur
mengirim pesan singkat (SMS) ke nomor tersebut. "Saya minta tolong dengan kendala saluran
mampet di Desa Kedung Jaya, Kecamatan Cibuaya, pada musim hujan dan kemarau," ujarnya.
Mahmur tak berharap banyak dengan SMS itu. namun, kenekatannya menuai hasil. Dua hari
kemudian SMS-nya dibalas staf Menteri Pertanian. Tak lama berselang, pejabat Kementerian
Pertanian datang meninjau kondisi kanal.
Berdasarkan estimasi Bina Marga, pengerukan sedimentasi kanal itu membutuhkan biaya Rp 900
juta. Namun, berdasarkan rencana anggaran pembangunan, estimasinya Rp 650,03 juta. Itu
setelah dilakukan pemangkasan rencana anggaran yang dianggap masih bisa dihemat.
Mengandalkan dana swadaya petani semata jelas berat. Beruntung, setelah meninjau lokasi,
Kementerian Pertanian sanggup memberikan dukungan dana berbentuk bantuan sosial sebesar
Rp 449,4 juta untuk perbaikan kanal hingga tuntas.
Dengan dana terbatas itu, Mahmur memutar strategi, di antaranya melobi pemilik alat berat
untuk meringankan biaya pengerukan. Disepakatilah kontrak pengerukan sedimentasi 35.000
meter kubik (m3) dengan biaya Rp 17.000 per m3.
Dari target pengerukan sedimentasi sebanyak 35.000 m3, setelah dikerjakan didapati volume
pengerukan 100.000 m3 dengan biaya sama. Upaya itu mendapat dukungan warga Desa Kedung
Jaya yang secara sukarela ikut menyumbang dana Rp 30 juta.

Dalam waktu dua bulan, perbaikan kanal bisa dilaksanakan sepanjang 6,5 kilometer (km),
melintasi dua desa, yakni Desa Kedung Jaya dan Desa Sedari. Kanal juga diperlebar dari 8 m
menjadi 12-15 m.
Kegigihan Mahmur mendorong partisipasi warga lebih besar. dengan dukungan dana petambak,
perbaikan saluran lain untuk memperbanyak cadangan air ditambah sepanjang 3 km, yang
mengambil air dari kanal, serta pembuatan lumbung penyimpan air dengan sudetan sepanjang 1
km.
Kanal itu kini tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh kedua desa yang dilintasi. Seluas 3.500
hektare sawah di 11 desa terbebas dari musibah banjir saat musim hujan serta mengairi 1.000 ha
sawah sewaktu musim kemarau. sedikitnya 4.000 keluarga petani terbantu untuk berproduksi
optimal.
Kanal itu sekaligus memberikan manfaat pengairan dan pembuangan bagi kolam-kolam bandeng
dan tambak udang di wilayah tersebut. Kiprah Mahmur yang tak kenal lelah memelopori
normalisasi kanal (saluran pembuangan Wiratma) melahirkan julukan baru baginya, sebagai
Lurah "Nackhoe".
Meski pembenahan kanal membuahkan hasil, upaya itu bukannya tanpa hambatan. Mahmur
sempat diganjal sejumlah tudingan miring yang dilakukan media massa lokal dan ancaman
lembaga swadaya masyarakat yang meminta bagian dari proyek tersebut.
Rintangan juga menghadangnya sewaktu memperluas saluran pembuangan pada kawasan milik
Kementerian Kehutanan. ia mendapat ancaman hingga alat-alat berat sempat dilarang beroperasi.
Padahal, pelebaran saluran pembuangan yang bermuara ke laut itu diperlukan untuk
memperlancar pembuangan air ke laut. "Saya enggak mau merengek kayak anak kecil.
Penyelesaian dengan kehutanan seharusnya urusan pejabat di atas," ujarnya.
Menjadi kepala desa semula bukan cita-cita Mahmur. Sebelum menjadi kepala desa, tamatan
sekolah teknik menengah jurusan teknik otomotif itu sempat bekerja menjadi karyawan swasta di
pabrik ban di Cikarang. Sebagai kepala desa, ia dipilih warga secara langsung. Namun, hak yang
diterima Mahmur sebagai kepala desa tak selalu mulus. hak sebagai kepala desa untuk mengelola
sawah (bengkok) pupus. Sebab, bengkok yang menjadi haknya dijual oleh kepala desa
sebelumnya.
Berbagai kendala itu tak menyurutkan langkah Mahmur untuk membangun desanya yang
potensial sebagai sentra produksi beras dengan 95 persen penduduk bekerja sebagai petani. Latar
belakang dari keluarga petani pun mendorong tekadnya untuk mengembangkan wilayah
pertanian itu. "Di sini masih banyak lahan potensial. Kalau saluran irigasi diperbaiki,
optimalisasi lahan masih bisa dilakukan tanpa perlu mencetak sawah baru di luar Jawa," ujarnya.
Salah satu angan Mahmur yang belum terwujud adalah membenahi penyumbatan saluran
pembuangan di beberapa muara. Dengan perbaikan hingga muara, ekonomi desa bisa terdorong.
Saluran di muara dapat juga dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mendaratkan ikan dan
melakukan transaksi jual-beli dengan masyarakat lokal. Angan-angan pembenahan infrastruktur

pertanian secara menyeluruh itu pernah dia sampaikan kepada anggota DPRD Karawang dalam
suatu pertemuan.
Menurut Mahmur, daripada pembenahan kanal dan saluran irigasi dilakukan sewaktu kondisi
sudah parah, lebih baik pemerintah daerah menganggarkan pembelian alat berat (backhoe)
senilai Rp 1,5 miliar untuk pemeliharaan rutin jaringan irigasi bagi tiga kecamatan. Dana
pemerintah akan menjadi lebih efisien. "(DPRD) jangan hanya bisa anggarkan baju dan
makanan, tetapi anggarkan juga alat-alat rehabilitasi jaringan irigasi di sini," katanya memberi
saran. (*/Kompas Cetak)

Anda mungkin juga menyukai