Anda di halaman 1dari 14

HAND OUT

Mata Kuliah

: Asuhan Neonatus

Kode Mata Kuliah

: Bd. 306

Topik

: Gangguan Penyakit Defisiensi Pada Neonatus

Sub Topik

: 1. Kwashiorkor
2. Marasmus
3. Defisiensi Vit.. Yodium dan Ferum

Waktu

: 1x50 menit

Dosen

: Hasni Syifaas Silmi, Amd.Keb.


Sopy Nurwulan, Amd. Keb.
Yossy Syafitri, Amd.Keb.

OBJEK PERILAKU SISWA


Setelah perkuliahan ini :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja gangguan penyakit defisiensi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi, fatofisiologi, gejala, dan
komplikasi gangguan penyakit defisiensi.
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan pada
gangguan penyakit defisiensi.
REFERENSI :
1. Ayumi.2014.Asuhan balita kwashioskor dan marasmus. Available :
http://ayumidwiferynote.blogspot.co.id/2014/08/asuhan-balitakwashiorkor-dan-marasmus.html diakses pada 03 Oktober 2016.
2. Anonim.Anemia defisiensi besi pada bayi. Available:
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemiadefisiensi-besi-pada-bayi-dan-anak diakses pada 03 Oktober
2016.
3. Thesa.2009.GAKY.available:
https://dokterthesa.wordpress.com/2009/06/25/gaki/ diakses pada
03 Oktober 2016.
URAIAN MATERI :
GANGGUAN PENYAKIT DEFISIENSI

1. Kwashiorkor
a. Definisi
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak
yang kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk
malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat
dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Kwashiorkor paling seringnya
terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi.
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang
tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu
bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi
Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan
pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.
b. Etiologi
Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang
cukup, tidak semua makanan mengandung protein/asam amino yang memadai.
Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang
diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumbersumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan.
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan
penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.

Faktor sosial

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan


sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat


memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi,
saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

Faktor infeksi dan penyakit lain


Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan

infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya
MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap
infeksi.
c. Fatofisiologi
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. kelainanan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino
dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang
kemudian berakibat edem. perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan
akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
d. Gejala
1) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah
2)
3)
4)
5)
6)
7)

terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma.


Pertumbuhan terlambat
Udema
Anoreksia dan diare
Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek
Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut
Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit
yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi

eritropoitin dan kerusakan hati


8) Anak mudah terjangkit infeksi
9) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
e. Pemeriksaan
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisik yang

pertama adalah inspeksi, dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang
telah dijelaskan diatas antara lain edema dan kurus, pucat, moon face, kelainan
kulit misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada palpasi
ditemukan hepatomegali.
Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting
diperhatikan berupa : tes darah (Hb, glukosa, protein serum, albumin), kadar
enzim pencernaan, biopsi hati, pem. tinja & urin.
Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam
serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan
makanan,tetapi sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut. Kadar
glukosa darah yang rendah, pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam
amino dalam plasma dapat menurun,jika dibandingkan dengan asam-asam amino
yang tidak essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat.
f.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
g.

Komplikasi
Shock
Koma
Cacat permanent
Defisiensi vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
Diare kronis
Tuberculosis
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatanya adalah:
1) Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai
biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral
2) Makanan harus dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap
3) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan
sangat rendah
4) Penanganan terhadap penyakit penyerta
5) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan

gizi terhadap keluarga.


2. Marasmus
a. Definisi
Dalam aplikasinya penanganan marasmus berat pada tahap awal adalah
mengatasi kelainan akut, seperti diare, bronkopneumonia, atau penyakit infeksi

berat lainnya, gangguan elektrolit dankeseimbangan asam basa, renjatan(shock),


gagal ginjal, gagal jantung.
Dalam keadaan dehidrasi danasidosis pedoman pemberian cairan
paraenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah 250 ml/kg BB/hari.
2) Jenis cairan yang dipilih adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa
dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
b. Etiologi
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat. Keadaan
ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri
yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus antara lain :
1) Pemasukan kalori yang tidak cukup, marasmus terjadi akibat masukan
kalori yang sedikit
2) Pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidak tahuan orang tua si anak ; misalnya pemakaian secara luas susu
kaleng yang terlalu encer
3) Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai
hubungan orangtua dan anak terganggu
4) Kelainan metabolic. Misalnya : renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance. Malformasi kongenital misalnya:
penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus,
cystic fibrosis pancreas.
c. Patofisiologi
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang
dalam keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan
ini tidak terpenhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya
digunakan cadangan protein senagai sumber energi.
Penghancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan
metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
d. Gejala

1) Perubahan psikis, anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat


minum
2) Pertumbuhan berkurang atau terhenti
3) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang (turgor jelek
dan kulit keriput)
4) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan
dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung
5) Hipotoni akibat atrofi otot
6) Perut buncit
7) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
8) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
3. Defisiensi Vit. Yodium dan Ferum
a. Definisi Vit. Yodium
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine Deficiency Disorder) adalah
gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak
dapat menghasilkan hormon tiroid. Definisi lain, GAKY merupakan suatu
masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat kekurangan
Yodium ini dapat menimbulkan penyakit salah satu yang sering kita kenal dan
ditemui dimasyarakat adalah Gondok. Dimana akibat defisiensi iodium ini
merupakan suatu spektrum yang luas dan mengenai semua segmen usia, dari fetus
hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah bahwa gondok tidak identik dengan
GAKI.
Dengan demikian kepentingan klinisnya tidak saja didasarkan atas akibat
desakan mekanis yang ditimbulkan oleh gondok, tetapi justru gangguan fungsi
lain yang dapat dan sering menyertainya seperti gangguan perkembangan mental
dan rendahnya IQ, hipotiroidisme, dan kretin. Gondok adalah pembesaran
kelenjar tiroid yang melebihi normal. Hipotiroidi adalah kondisi di mana tubuh
tidak memperoleh cukup hormon tiroid. Kondisi ini mengakibatkan penderita
menjadi malas, mengantuk, kulit kering, tidal(tahan dingin dan konstipasi).
Hormon tiroid berperan dalam proses pertumbuhan otak dan sistim saraf. Oleh
karena itu anak penderita hipotiroidi mengalami hambatan dalam pertumbuhan
fisik dan keterbelakangan mental. Keterbelakangan fisik dan mental yang dikenal,
akan tetapi seringkali kondisi ini ringan hingga sulit diketahui kecuali dengan
diagnosis yang baik.
b. Patofisiologi dan Patogenesis

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain :


1) Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal
ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis
terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang
dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian
iodium pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi
pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di
Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun
1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 %
(1978) menjadi 4,5 % (1986).
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara
terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi
dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi
tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).
2) Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya
dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering
dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan
di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di
Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai
makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah
pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium
dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah
tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium
(Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
3) Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya
adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974).
Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam
bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam

tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan
metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium
oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi
rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari
bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin
terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti
kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela,
kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok
Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh
dan cuka).
4) Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi

protein

dapat

berpengaruh

terhadap

berbagai

tahap

pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon.


Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 %
T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan
tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH
maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.
c. Manifestasi Klinis
Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan,
seperti:

Terhadap Pertumbuhan : Pertumbuhan yang tidak normal, Pada keadaan


yang parah terjadi kretinisme, Keterlambatan perkembangan jiwa dan
kecerdasan, Tingkat kecerdasan yang rendah, Mulut menganga dan

lidah tampak dari luar.


Kelangsungan Hidup
Wanita hamil didaerah Endemik GAKY akan mengalami berbagai
gangguan kehamilan antara lain :

Abortus
Bayi Lahir mati
Hipothryroid pada Neonatal
Perkembangan Intelegensia

Pertumbuhan Sosial
Dampak sosial yang ditimbulkan oleh GAKI berupa terjadinya
gangguan perkembangan mental, lamban berpikir, kurang bergairah
sehingga orang semacam ini sulit dididik dan di motivasi.

Perkembangan Ekonomi
GAKI akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya
akan merasa dingin dan lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya
produktivitas kerja, yang akan mempengaruhi hasil pendapatan
keluarga.

d. Farmakologi :
1. Parasetamol
Sebagai analgetik antipiretik
Indikasi : Menurunkan rasa sakit kepala,sakit gigi dan menurunkan panas.
Efek Samping : Reaksi hipersensitif, bila diberikan dalam dosis tinggi
dapat merusak hati. Kemasan : Botol 60 ml.
2. Amoksisilin
Indikasi : Infeksi Saluran Nafas, Saluran Kemih, dan Kelamin. Infeksi lain
seperti Salmonella sp, Shigella, kulit, luka selulitis, furunkulosis.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin, gangguan ginjal,
leukimia limfatik, superinfeksi. Efek Samping : Reaksi hipersensitif,
gangguan gastrointestinal. Interaksi Obat : Probenesid meningkatkan
waktu paruh amoksisilin dalam plasma, Alupurinol meningkatkan insiden
kemerahan pada kulit, menurunkan efektifitas kontrasepsi oral. Kemasan :
Anak 20 mg/kgBB/hari tiap 8.
3. Recovit
Kandungan : Vitamin. A 5000 iu, Vitamin B1 10 mg, Vitamin B2 15 mg,
Vitamin B6 5 mg, Vitamin B12 5 mg, Vitamin C 200 mg, Vitamin E 15 iu,
Vitamin D 400 iu, nicotinamide 50 mg, kalium iodide, calsium
pantothenate, ferrofumarete, zink sulfat. Indikasi : Terapi defisiensi

multivitamin dan mineral. Suplemen vitamin untuk wanita hamil. Dosis :


1x/hari 1 kapsul.
4. Sirup vitamin Zn
Kandungan : Vitamin. A 1250 iu,Vitamin D 200 iu, Vitamin C 20 iu,
Vitamin B1 1 mg, Vitamin B2 1 mg, Vitamin B6 o,6 gr, Vitamin B12 2 g,
Vitamin d-Panthenol 3 mg, Elemental iron +1,5 mg, Calsium +20 mg,
Phosporus +15 mg, Manganese +0,25 mg, Zinc +0,25 mg, Magnesium
+1,5 mg, Potasium +1,25 mg, Lysine 12, 5 mg, Hydrochloride Inositol 2,5
mg, Choline +2,5 mg. Indikasi : Sebagai suplement diet untuk profilaksis
dan pengobatan, defisisensi Fe dan vitamin serta mineral. Kontarindikasi :
Pada penderita haemochromatosis, Haemosiderosis, dan anemia hemolitik.
Dosis : 5 ml/hari.
e. Non Farmakologi
Bahan Makanan yang cukup banyak mengandung Yodium adalah

Bahan makanan yang berasal dari laut. Dalam ikan laut bisa mencapai
830 mg/kg. Bandingkan dengan daging yang kandungan yodiumnya
hanya 50 mg/kg, dan telur hanya 93 mg/kg. Selain ikan laut, cumi-cumi
juga mengandung yodium cukup tinggi, yaitu sekitar 800 mg/kg. Yang
paling tinggi kandungan yodiumnya adalah rumput laut (ganggang
laut), khususnya yang berwarna coklat. Banyaknya yodium yang
dibutuhkan tubuh kita per hari, minimal sekitar 100 mg. Karena itu,
kalau kita mengkonsumsi ikan laut basah sebanyak 100 g/hari, artinya
sudah mencukupi. Atau, kalau rumput laut coklat diolah menjadi
hidangan yang lezat, dengan 2-5 gr/hari/orang, kebutuhan yodium

sekeluarga sudah dapat terpenuhi.


Sumber yodium lain yang mudah kita temui adalah garam. Yang
dimaksud disini adalah garam beryodium dengan kadar yodium
antara 30-80 ppm (part per million).
Pemberian iodium atau hormone tiroid jangka lama akan mengecil

kelenjar ini. Pada kasus dengan gondok besar yang disertai dengan gejala
penekanan, perlu diadakan tindakan operasi. Tetapi tindakan perorangan ini sulit
dijalankan sevara luas, apalagi bila mengingat jumlah penduduk yang terkena.
Satu-satunya jalan mengatasinya ialah melalui program pencegahan dengan

iodium. Pemberian iodium atau hormone tiroid jangka lama akan mengurangi
munculnya GAKI. Berbagai cara telah ditempuh untuk menyampaikan unsur
iodium ini pada penduduk yang membutuhkannya, misalnya dalam bentuk pil,
dimasukkan dalam coklat untuk anak sekolah, dalam air minum, dimasukkan
dalam roti, dan dalam garam beryodium.
f. Defisiensi Ferum
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien
tersering pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang
termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh
penderita.
Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa
bayi dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat
kehamilan dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya
asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar
besi kurang. Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat
percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh
kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri.
g. Peran zat besi dalam tubuh
Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system
saraf yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis
dan metabolisme saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi
kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan
sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan
bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa
kehamilan maka akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.
h. Gejala dan penyebab anemia defisiensi besi
Gejala yang paling sering ditemukan adalah pucat yang berlangsung
lama (kronis) dan dapat ditemukan gejala komplikasi, a.l. lemas, mudah lelah,

mudah infeksi, gangguan prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh terhadap
infeksi dan gangguan perilaku.
i. Penyebab defisiensi besi menurut umur

Bayi kurang dari 1 tahun : Cadangan besi kurang, karena bayi berat
lahir

rendah, prematuritas, lahir

kembar, ASI ekslusif tanpa

suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan


anemia selama kehamilan. Dan alergi protein susu sapi

Anak umur 1-2 tahun : Asupan besi kurang akibat tidak mendapat
makanan tambahan atau minum susu murni berlebih, Obesitas,
Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis, dan Malabsorbsi.

Anak umur 2-5 tahun : Asupan besi kurang karena jenis makanan
kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan,
Obesitas, Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik
bakteri, virus ataupun parasit).

Anak

umur

tahun-remaja

Kehilangan

berlebihan

akibat

perdarahan(a.l infestasi cacing tambang) dan Menstruasi berlebihan


pada remaja puteri.
j. Menangani anemia defisiensi besi
Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi yaitu :

Mengatasi faktor penyebab


Pemberian preparat besi

Oral
a) Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3
mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dibagi dalam
2 dosis.
b) Diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb kembali normal

c) Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi.


d) Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas
eritropoiesis
e) Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (teh, susu murni,
kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol.
f) Banyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek samping
pemberian preparat besi)
Parenteral
Indikasi:
a) Adanya malabsorbsi
b) Membutuhkan kenaikan kadar besi yang cepat (pada pasien yang
menjalani dialisis yang memerlukan eritropoetin)
c) Intoleransi terhadap pemberian preparat besi oral
k. Pencegahan anemia defisiensi besi
Pendidikan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat :
a) Tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar besi yang
tinggi dan absorpsi yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging.
b) Kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu
sapi tetapi penyerapan/bioavailabilitasnya lebih tinggi (50%).
Oleh karena itu pemberian ASI ekslusif perlu digalakkan dengan
pemberian suplementasi besi dan makanan tambahan sesuai usia.
c) Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi bakteri / infestasi parasit sebagai salah
satu penyebab defisiensi besi.
Suplementasi besi
Diberikan pada semua golongan umur dimulai sejak bayi hingga remaja.
Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam
4-8 jam pertama,kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam

berikutnya. Selain itu ASI atau susu formula dapat diberikan per oral bila
anak telah dapat minum. Pengobatan cairanintravena tersebut dapat
dimodifikasi sesuai keadaan penderita dan jenis penyakit penyerta.
Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan
kandungan protein yang dianjurkanadalah 3,0 5,0 g/kg BB sehari.
Biasanya

dalam

pemberian

makanan

diperlukan

pula

penambahanvitamindan mineral, khususnya vitamin A, vitamin B


kompleks, vitamin C, asam folat mineralkalium, magnesium, dan besi.
Asam folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3x5 kali
mg/hari pada anak kecildan 3x15 pada anak besar. Kebutuhan kalium
dipenuhi dengan pemberian KCL oral sebanyak 75-100 mg/kg BB/hari
(ekuivalen dengan 1-2mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda hipokalemia
diberikan KCL secara intravena dengan dosis 3-4 mEq/kg BB. Magnesium
diberikan intramuskularatau intravena dalam bentuk larutan MG-sulfat
50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kg BB/hari selama 4-5hari pertama perawatan.
Pada hari perawatan ke 5 sampai ke 10 diberikan per oral dalam
bentuklarutan Mg-klorida dengan dosis0,1-0,3 mEq/kg BB/hari. Termurah
adalah fero-sulfat dengan dosis3x10 mg/kg BB/hari per oral atau
parenteral. Pada keadaan hipoglikemia berat (glukosa darah <30mg/dl)
diberikan 1-2 ml glukosa 40%/kg BB secara intravena. Karena sering
terjadi defisiesi enzim disakaridase, pemberian susu dengan kadar laktosa
rendah akan lebih banyak menolong, pemberian lemak nabati akan lebih
baik dari lemak hewani.
Penyuluhan dan pemberian makanan yang adekuat, baik kualitas
maupun kuantitas,merupakan upaya pencegahan yang ampuh. Bahan
makanan yang dikonsumsi hendaknya berasaldari sumber makanan
setempat.

Dalam

menangani

masalah

Marasmu

perlu

juga

dipertimbangkanfaktor ekonomi, sosial, dan budaya keluarga atau


masyarakat lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai