Anda di halaman 1dari 5

Waktu-waktu Mustajab untuk Berdoa

Written by buletin al-ilmu | 26 November 2010 | 2


Buletin Islam AL ILMU Edisi:44/XI/VIII/1431
Alhamdulilllah, segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam ini. Dialah Yang Maha
Mengetahui keadaan hamba-Nya. Dia pulalah Yang Maha Mengetahui segala kebutuhan hambaNya. Dia juga mengetahui bahwa para hamba-Nya lemah sangat butuh terhadap pertolongan.
Oleh karena itu, Dia memerintahkan para hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, sekaligus
berjanji akan mengabulkan doa dan permohonan mereka kepada-Nya apabila terpenuhi syaratsyarat dan adab-adabnya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang artinya):
Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdoa kepada-Ku)
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Al-Mumin: 60)
Para pembaca rahimakumullah, dalam ayat diatas Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan
para hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, dan berjanji akan mengabulkan doa hamba-Nya.
Bahkan sebaliknya, Allah Subhanahu wa Taala mengancam para hamba-Nya yang enggan
untuk berdoa kepada-Nya karena telah jatuh kepada sifat kesombongan.
Para pembaca, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada
kita semua. Para dasarnya, kita boleh berdoa kapan dan dimana saja. Akan tetapi, di sana ada
waktu-waktu tertentu yang mempunyai nilai lebih untuk dikabulkannya doa. Oleh karena itu,
pada edisi kali ini, kami akan menjelaskan beberapa waktu-waktu mustajab tersebut sebagai
pelengkap dua edisi sebelumnya (5/II/VII/1430 dan 15/IV/VIII/1431) tentang adab dan syaratsyarat dalam berdoa. Semoga bermanfaat.
Diantara waktu-waktu tersebut adalah:
1. Malam (lailatul) Qadar
Aisyah radhiyallahu anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
Wahai Rasulullah, apa petunjukmu bila aku mendapati malam (laitul) Qadar itu, apa yang harus
aku ucapkan? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Ucapkanlah (doa):

.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, mencintai perbuatan memberi maaf, maka
maafkanlah aku. (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan An-Nasa`i dalam Al-Kubra)
2. Di sepertiga malam yang akhir dan di waktu sahur

Allah Subhanahu wa Taala menyebutkan salah satu sifat para hamba-Nya yang beriman dalam
firman-Nya (artinya):
Dan pada waktu akhir malam (waktu sahur) mereka memohon ampun. (Adz-Dzariyat: 18)
Abu Hurairah radhiyallahu anhu menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
pernah bersabda:


.
Rabb kita Yang Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam
yang akhir seraya berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku mengabulkan doanya.
Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku berikan apa yang dimintanya. Siapa yang minta
ampun kepada-Ku maka aku akan mengampuninya. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
3. Di akhir shalat fardhu
Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu anhu berkata: Pernah ada yang bertanya kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Wahai Rasulullah, doa apakah yang didengarkan
(dikabulkan)? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab:


Doa yang dipanjatkan di tengah malam yang akhir dan di akhir shalat wajib. (HR. AtTirmidzi dan An-Nasa`i dalam Al-Kubra)
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kata (( ))dalam hadits diatas.
Apakah maksudnya sebelum salam atau setelah salam dari shalat?
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam kitabnya, Zadul Maad, 1/378:
((
)) bisa jadi maksudnya sebelum salam dan bisa jadi setelahnya. Adapun
Syaikh kami (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah) menguatkan pendapat yang
menyatakan sebelum salam.
Sedangkan Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berpandangan di akhir setiap shalat fardhu
adalah sebelum salam, sehingga doa itu dipanjatkan setelah selesai membaca tasyahhud akhir
dan shalawat sebelum mengucapkan salam sebagai penutup ibadah shalat. Beliau rahimahullah
berkata: Riwayat yang menyebutkan adanya doa yang dibaca di ((
)) , berarti
doa itu dibaca sebelum salam. Sedangkan dzikir yang dinyatakan untuk dibaca di ((

)), maka maksudnya dzikir itu dibaca setelah selesainya shalat. Karena Allah Subhanahu
wa Taala berfirman (artinya): Apabila kalian telah selesai dari mengerjakan shalat,
berdzikirlah kalian kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring diatas
lambung-lambung kalian. (An-Nisa`: 103)

4. Antara adzan dan iqamah


Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

.
Tidak tertolak doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah. (HR. Abu Dawud)
5. Satu waktu di malam hari
Jabir radhiyallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

.
Sesungguhnya pada malam hari ada satu waktu yang tidaklah bersamaan dengan itu seorang
muslim meminta kepada Allah kebaikan dari perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah akan
mengabulkan permintaan tersebut, dan itu ada di setiap malam. (HR. Muslim dan Ahmad)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan: Pada hadits
tersebut terkandung adanya penetapan satu waktu mustajab pada setiap malam, dan anjuran
untuk berdoa di waktu-waktu malam dengan harapan bertepatan dengan waktu mustajab
tersebut. (Al-Minhaj, 3/95)
6. Ketika terbangun di waktu malam
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa yang terbangun di waktu malam lalu mengucapkan:



Kemudian mengucapkan:


Atau berdoa, maka dikabulkan (doanya). Dan jika berwudhu kemudian melaksanakan shalat
maka shalatnya diterima. (HR. Al-Bukhari)
Sebagian ulama mengatakan: Dalam keadaan seperti ini lebih diharapkan terkabulkannya doa
begitu juga diterimanya shalat dibandingkan waktu/keadaan yang lainnya. (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 8/311)

7. Ketika dikumandangkannya adzan dan dirapatkannya barisan, berhadapan dengan barisan


musuh di medan tempur
Sahl bin Sad radhiyallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: Dua waktu/keadaan yang didalamnya dibukakan pintu-pintu langit dan jarang sekali
tertolak doa yang dipanjatkan ketika itu, yaitu saat diserukan panggilan shalat (adzan) dan saat
berada dalam barisan di jalan Allah (ketika berhadapan dengan musuh di medan perang,
pent). (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqy dalam Al-Kubra)
8. Suatu waktu pada hari Jumat
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
menyebut tentang hari Jumat, beliau bersabda:

Sesungguhnya di hari Jumat itu ada suatu waktu yang tidaklah waktu tersebut bertepatan
dengan seorang muslim yang sedang melaksanakan shalat, lalu meminta kepada Allah suatu
kebaikan, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam
mengisyaratkan dengan tangannya untuk menunjukkan singkatnya waktu tersebut. (Muttafaqun
alaihi)
Ulama berbeda pendapat tentang batasan waktunya. Ada yang mengatakan waktunya adalah saat
masuknya khatib ke masjid. Ada yang mengatakan ketika matahari telah tergelincir, ada yang
mengatakan setelah shalat ashar, dan ada pula yang mengatakan waktunya dari terbit fajar
sampai terbit matahari. (Al-Minhaj, 6/379)
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam Zadul Maad (1/378), berpendapat bahwa pendapat
yang lebih tepat dalam permasalahan ini adalah bahwa waktunya setelah shalat ashar,
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Sesungguhnya pada hari Jumat
itu ada suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim memohon suatu kebaikan kepada
Allah, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya, dan waktunya adalah setelah shalat ashar.
(HR. Ahmad)
9. Ketika sujud
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

.
Paling dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang sujud maka
perbanyaklah oleh kalian doa ketika sedang sujud. (HR. Muslim)
10. Doa pada hari Arafah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

.
Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. (HR. At-Tirmidzi dan Al-Baihaqy)
Penutup
Para pembaca rahimakumullah, doa adalah termasuk ibadah. Oleh karenanya, sudah semestinya
kita mencukupkan dengan apa-apa yang telah dicontohkan oleh junjungan dan suri tauladan kita,
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dalam pelaksanaannya. Suatu misal, jika kita
mau menggunakan pembukaan ketika hendak berdoa, maka bukalah doa tersebut dengan
pembukaan yang syari (yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam). Bukan
dengan pembukaan-pembukaan yang tidak syari (yang tidak ada tuntunannya), karena akibatnya
fatal, doa kita bisa tidak dikabukan. Disisi lain, kita bisa menuai dosa karena telah mengadakan
perkara yang baru dalam urusan agama.
Wallahu alam bishshowab.
Filed in: Fiqih

Anda mungkin juga menyukai