Anda di halaman 1dari 14

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBNU SINA

Oleh : Dedi Junaedi


I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan
manusia. Pendidikan (terutama Pendidikan Islam) dengan berbagai
coraknya, berorientasi memberikan bekal kepada manusia untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya
pendidikan

Islam

selalu

diperbaharui

konsepnya

dalam

rangka

merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis, agar peserta


didik

dalam

pendidikan

Islam

tidak

hanya

berorientasi

pada

kebahagiaan hidup setelah mati, tetapi kebahagiaan hidup di dunia


juga bisa diraih.
Sejarah

perkembangan

islam

tumbuh

sejalan

dengan

perjalanan dakwah, dan aspek pendidikan pun ikut mewarnai setiap


lembaran-lembaran sejarahnya. Pendidikan islam terus mengalami
perubahan baik dari kurikulum maupun dari segi lembaga pendidikan
islam yang menjalankan proses pendidikannya dari masa ke masa.
Ilmu tidak akan bertambah maju dan berkembang tanpa adanya
sebuah penelitian, penelaahan maupun pembaharuan, terutama
mencontoh dan mengaplikasikan kembali sejarah kegemilangan islam
di dunia pendidikan.
Pemikiran Pendidikan Islam sebetulnya dibangun diatas dasar
pemikiran yang beragam mulai dari pemikiran filosofis, etis, dan
ideologis yang bersumber secara normatif dari Al-Quran dan Sunnah
maupun dipengaruhi oleh historis para pemikir Yunani dan Filosof
Muslim1.
Jika kita berkaca pada sejarah pendidikan islam khususnya pada
masa terlahir para tokoh pendidikan islam masa klasik, tidak menutup
1 Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan
Pertengahan, terjemahan Abuddin Nata dari Muslim Educational Thought in
The Middle Age, (Monteral, Canada: 2000) bab II, III.
1

kemungkinan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang diajukan


para tokoh klasik masih ada yang relevan dan dapat diterapkan pada
masa sekarang di tengah-tengah situasi dimana umat islam sedang
mencari model pendidikan yang unggul dan terpadu sebagai upaya
menjawab kebutuhan ummat. Sehingga perlulah kita kaji kembali
sejarah pendidikan islam yang selanjutnya dapat diterapkan pada pola
pendidikan islam masa sekarang.
Menyikapi persoalan di atas, sejarah mencatat bahwa islam
telah banyak melahirkan sejumlah tokoh pendidikan di berbagai
pelosok dunia islam. Misalnya: Ibnu Sina. Maka dalam makalah ini
akan kami paparkan pemikiran Pendidikan Islam menurut Ibnu Sina.
II. PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Sina
Abu Al-Husain ibnu Abd Allah ibn Hasan ibnu Ali ibn Sina
atau biasa dikenal dengan nama Ibnu Sina, atau juga dikenal
dengan sebutan Abu Ali al-Husayn Ibn Abdullah, dikenal juga
sebagai Avicenna di Dunia Barat sebagai seorang filsuf, ilmuwan,
dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ibnu Sina
dilahirkan di Afsyana dekat Bukhara pada tahun 980 M (370 H) dan
meninggal pada tahun 1037 M (428 H) dalam usia 58 tahun.
Jasadnya dikebumikan di Hamadan, Persia (Iran).2
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan politik, ketika
kekhilafahan Bani Abbasiyah mengalami kemunduran yang diawali
oleh suatu periode perpecahan (disintegrasi) dan lepasnya kendali
khalifah, serta meluasnya perselisihan masyarakat di ibu kota
Baghdad. Kota Baghdad, sebagai pusat pemerintahan Khilafah
Bani Abbasiyyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun
334 H dan kekuasaannya berlangsung terus sampai tahun 447 H,
2 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2004 ), hlm.
91
2

Bani Buwaih adalah salah satu Dinasti Abbasiyah yang berlairan


Syiah Ismailiah yang muncul pada 324 H/ 935 M, yang memegang
kekuasaan di Irak dan Iran Barat.3
Meskipun

terjadi

perpecahan

dan

kekacauan,

sejarah

mencatat bahwa pada masa tersebut gagasan tentang mamlakah


al-Islam (Kerajaan Islam) tetap berlaku, kesatuan kekuasaan islam
yang terbentang dari India sampai atlantik masih berada dalam
satu bendera agama, hukum, budaya, dan kewarganegaraan, serta
Khalifah Abbasiyah masih menjadi simbol kesatuan kekuasaan
Islam namun otoritasnya dipegang oleh penguasa-penguasa lokal.4
Ibnu Sina memulai pendidikannya pada usia lima tahun, di
kota kelahirannya, Bukhara. Ilmu yang pertama kali ia pelajari
adalah membaca dan menghafal Al-Quran. Selanjutnya ia belajar
ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqih, ushuluddin dan lain-lain.
Berkat ketekunan, kecerdasan serta Karunia dari Allah Ibnu Sina
berhasil

menghafalkan

keislaman

pada

usia

Al-Quran
yang

serta

belum

menguasai

genap

Ilmu-ilmu

sepuluh

tahun.

Kemuadian, ia melanjutkan mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan


umum seperti astronomi, matematika, fisika, logika, kedokteran,
dan ilmu metafisika.
Sejumlah
diantaranya,

guru

Mahmud

yang

pernah

Al-Massah

yang

mendidik

Ibnu

Sina

dikenal

sebagai

ahli

matematika, Abu Muhammad Ismail Bin Al-Husyaini yang dikenal


sebagai Az-Zahid dan termasuk sebagi ahli fiqih.
Ketika usia Ibnu Sina belum mencapai 16 tahun, beliau
sudah menguasai ilmu kedokteran, Isan bin Yahya sebagai
gurunya. Sehingga banyak orang yang datang kepadanya untuk
berguru. Kepandaiannya tidak hanya dalam teori saja, melainkan
3 Abudin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (PT
Raja Grafindo Persada 2012), hlm. 223
4 Ibid.,
3

dalam praktik pengobatan pun ia kuasai, sehingga banyak orang


berdatang untuk berobat kepada Ibnu Sina.
Suatu ketika saat Amir Nuh Bin Nasr sedang menderita
sakit keras. Mendengar tentang kehebatan yang dimiliki oleh Ibnu
Sina, akhirnya dia diminta datang ke Istana untuk mengobati Amir
Nuh Bin Nasr sehingga kesehatannya pulih kembali. Sejak itu, Ibnu
Sina menjadi akrab dengan Amir Nuh Bin Nasr yang mempunyai
sebuah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku yang sangan
lengkap di daerah itu. Sehingga membuat Ibnu Sina mendapat
akses untuk mengunjungi perpustakaan istana yang terlengkap
yaitu Kutub Khana.
Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang fisikawan briliant, ia
melakukan eksperimen-eksperimen orisinal dalam fisika, seperti
gerak, daya, cahaya, panas, gravitasi khusus (specific gravity).5
Pada usia 22 tahun ayah Ibnu Sina meninggal dunia.
Kemudian ia meninggalakan Bukhara menuju Jurjan suatu kota
dekat

Laut

Kaspia

dan

disanalah

ia

mulai

menulis

ensiklopediannya tentang ilmu kedokteran, salah satu karyanya


yang terkenal adalah Al-Qanun Fi al-Tibb yang diterbitkan dalam
bahasa Arab di Roma pada tahun 1593 dalam bahasa inggris
dikenal dengan judul The Canon of Madicine.6 Tetapi ia tidak lama
tinggal di sana karena kekacauan politik. Sesudah itu ia berpindahpindah dari satu negri ke negri lain dan akhirnya sampai di
Hamadan. Oleh penguasa negeri ini, Syamsuddaulah, Ibnu Sina
diangkat menjadi menterinya beberapa kali setelah ia berhasil
mengobati penyakit yang dideritanya, meskipun pada masa
tersebut ia pernah pula dipenjarakan. Sesudah itu ia pergi ke
5 Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya,
(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2012) hlm. 93
6 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan
Era Rasulullah sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 149
4

Isfaha dan dari penguasa negeri ini ia mendapat sambutan baik


serta berkali-kali diajak bepergian dan berperang.
Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok
Ibnu Sina memperoleh penghargaan yang tinggi hingga masa
modern. Kehidupan Ibnu Sina dihabiskan untuk urusan negara dan
menulis. Pada usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina meninggal
dan dikuburkan di Hamazan. Ibnu Sina adalah contoh dari
peradaban besar Iran di zamannya.
B. KARYA- KARYA IBNU SINA
Ibnu Sina telah banyak berkontribusi dalam perkembangan
Ilmu Pengetahuan, baik bagi dunia Islam maupun bagi dunia Barat.
Beliau telah berhasil meninggalkan banyak karya dan diperkirakan
karya yang ditulis oleh Ibnu Sina berjumlah antara 100 sampai 250
buah judul. Adapun karya-karya yang telah dihasilkan Ibnu Sina,
diantaranya:
1. Asy-Syifa
Buku ini adalah buku kesehatan yang tidak sedikit mengandung
bahasan filsafat dan merupakan karya terbaik di bidang filsafat,
yang terdiri dari empat bagian yaitu logik, fisika, matematika
dan

metafisika

(ketuhanan).

Buku

tersebut

mempunyai

beberapa naskah yang tersebar di berbagai perpustakaan di


Barat dan Timur.7
2. An-Najat
Buku ini merupakan ringkasan buku Asy-Syifa, dan pernah
diterbitkan bersama-sama dengan buku Al-Qanun dalam ilmu
kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M
di Mesir.
3. Al-Isyart wa Tanbihat
Buku ini adalah buku filsafat terakhir dan yang paling baik, dan
pernah

diterbitkan

sebagiannya

di

Leiden

diterjemahkan

pada

ke

tahun

dalam

1892

bahasa

M,

dan

Perancis.

7 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan


Pertengahan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010) hlm. 167
5

Kemudian, diterbitkan lagi di Kairo pada tahun 1947 di bawah


asuhan Dr. Sulaiman.
4. Al-Hikmat Al-Masyriqiiyyah
Buku ini banyak dibicarakan orang karena tidak jelasnya maksud
judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih memuat bagian
logika. Menurut Carlos Nallino, buku ini berisi filsafat Timur
sebagai imbangan dari filsafat Barat.
5. Al-Qanun Fii al-Thibb
Buku ini pernah di terjemahkan dalam bahasa latin dan pernah
menjadi

buku

standar

untuk

universitas-universitas

Eropa

sampai akhir abad ke tujuh belas Masehi. Buku tersebut pernah


diterbitkan di Roma tahun 1593 M, dan India tahun 1323 H.
C. KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBNU SINA
Ibnu Sina sebetulnya lebih dikenal sebagai filosof ketimbang
sebagai pakar atau pemikir pendidikan. Namun, klasifikasi ilmu yang
tidak terlalu rigid pada masa tersebut membuat seorang pakar filosof
seperti ibnu sina dapat dengan baik menguasai berbagai jenis ilmu
termasuk mengenai pendidikan.
Konsep Pendidikan Ibnu Sina dalam banyak hal merupakan
sintesis antara pemikiran Yunani dan islam, karena beliau lahir dalam
tradisi berfilsafat yang sedang merebak dikalangan ummat islam.8
Ibnu Sina menuangkan pemikiran tentang berbagai masalah
yang berkaitan dengan pendidikan dalam bukunya Tadribul Manzil,
al-Qanun dan Al-Syifa. Buku tersebut berisi pandangan Ibnu Sina
mengenai anak didik, kesejahteraan anak dan berbagai variasi
pendidikan.9
1.

Tujuan Pendidikan

8 Ibid., hlm. 237


9 Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan
Pertengahan, terjemahan Abuddin Nata dari Muslim Educational Thought in
The Middle Age, (Monteral, Canada: 2000) hlm. 84
6

Tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina, yaitu:10


a) Diarahkan

kepada

pengembangan

seluruh

potensi

yang

dimiliki seseorang menuju perkembangan yang sempurna


baik perkembangan fisik, intelektual maupun adab/akhlaq
yang tertumpu pada faktor dasar (fitrah manusia) dan ajar
(pendidikan).
b) Diarahkan pada

upaya

dalam

rangka

mempersiapkan

seseorang agar dapat hidup bersama-sama di masyarakat


dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya
disesuaikan dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan
potensi yang dimilikinya.
Ibnu

Sina

mempunyai

sebagaimana

pandangan

pandangan

filosof

dasar

Yunani

tentang
tentang

manusia
dualitas

manusia yaitu tubuh dan jiwa. Sehingga tujuan Pendidikan


menurut Ibnu Sina seyogianya mengarah pada 2 hal: pertama,
tujuan utama (ultimate goal) pendidikan adalah lahirnya manusia
sempurna (insan kamil), yaitu terbina seluruh potensi diri secara
seimbang dan menyeluruh. Kedua, tersedianya kurikulum yang
menjadi

fasilitator

dalam

berkembangnya

seluruh

potensi

manusia, meliputi dimensi fisik, intelektual dan jiwa.11


Sedangkan tujuan pendidikan yang bersifat jasmani yang tidak
boleh ditinggalkan yaitu pembinaan fisik dan segala sesuatu yang
berkaitan dengannya seperti olah raga, tidur, makan, minum, dan
menjaga kebersihan. Dengan pendidikan jasmani diharapkan
terbinanya

pertumbuhan

fisik

seorang

anak

dan

mebantu

perkembangan kecerdasannya. Melalui pendidikan budi pekerti


anak diharapkan membiasakan diri berlaku sopan santun dalam
pergaulan

hidup

sehari-hari.

Adapun

pendidikan

kesenian

10 Ibid., hlm. 239


11 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2000), hlm. 68-74
7

diharapkan seorang anak dapat mempertajam perasaannya dan


meningkatkan daya khayalnya.
2.

Kurikulum
Ibnu Sina juga menyinggung tentang beberapa ilmu
yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak didik.
Menurut Ibnu Sina kurikulum harus didasarkan kepada tingkat
perkembangan usia anak didik, yaitu fase 3-5 tahun, 6-14 tahun,
dan di atas 14 tahun.12
Klasifikasi kurikulum berdasarkan jenjang usia menurut Ibnu Sina
adalah sebagai berikut:
a) Usia 3 sampai 5 tahun
Menurut Ibnu Sina, di jenjang usia ini perlu diberikan
pendidikan adab atau budi pekerti, olah raga, kebersihan, seni
suara, dan kesenian.
b) Usia 6 sampai 14 tahun
Menurut Ibnu Sina, pada jenjang usia ini anak di berikan
pengajaran membaca dan menghafal Al-Qur'an, pelajaran
agama, pelajaran sya'ir, dan pelajaran olahraga.
c) Usia 14 tahun ke atas
Pelajaran yang harus diberikan pada anak usia 14 tahun ke
atas menurut ibnu sina amat banyak jumlahnya, namun
pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan
minat

anak.

Sehingga

belajar

dengan

suasana

yang

menyenangkan.
Ibnu sina juga mengemukakan bahwa seluruh kurikulum
pendidikan harus senantiasa ditujukan pada tujuan moral atau
pembinaan

akhlaq.

Berkenaan

dengan

hal

ini

Ibnu

Sina

12 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan


Pertengahan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010) hlm. 240
8

menekankan tentang pentingnya pengajaran Al-Quran, hadits


dan fiqih.13
3.

Mata Pelajaran dalam Kurikulum


Berbicara tentang mata pelajaran, Ibnu Sina membagi pelajaran
kepada 2 (dua) kategori, yaitu pelajaran yang bersifat teoritis
dan pelajaran yang bersifat praktis atau pengetahuan terapan.
a) Mata Pelajaran Yang Bersifat Teoritis
Menurut Ibnu Sina, pelajaran yang bersifat teoritis dapat di
bagi menjadi tiga bagian ilmu, yaitu:

Ilmu tabii yang dikatagorikan sebagai ilmu yang berada

pada urutan yang bawah.


Ilmu matematika yang

pertengahan.
Ilmu ketuhanan yang ditempatkan sebagai urutan yang

ditempatkan

pada

urutan

paling tinggi.
b) Mata Pelajaran yang Bersifat Praktis
Menurut Ibnu Sina, pelajaran yang bersifat praktis itu terbagi
kepada tiga bagian:

pertama terdiri dari ilmu yang bertujuan membentuk


akhlak dan perbuatan manusia yang mulia, sehingga dapat
mengantarkan kepada kebahagiaannya hidup di dunia dan

akhirat.
Kedua terdiri dari ilmu yang berupaya menjelaskan tentang
tata cara mengatur kehidupan rumah tangga serta pola
hubungan yang baik antara suami istri, orang tua dengan

anak-anaknya, majikan dengan para pembantunya.


Ketiga
ilmu
yang
mempelajari
tentang
politik,
kepemimpinan, negara dan masyarakat.

13 Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan


Pertengahan, terjemahan Abuddin Nata dari Muslim Educational Thought in
The Middle Age, (Monteral, Canada: 2000) hlm. 86
9

Penjelasan menurut Ibnu Sina tersebut, didasarkan pada


kurikulum

tingkat

perkembangan

usia

anak

didik,

seperti

pelajaran adab/budi pekerti, olah raga, kebersihan, seni suara


dan kesenian, ini semua untuk anak usia 3 sampai 5 tahun.
Mengenai

pelajaran

olah

raga

dapat

diketahui

dari

perkembangan usia, dan bakat, sehingga dapat diketahui mana


yang lebih banyak dilatih olah raga yang memerlukan fisik yang
kuat serta keahlian dan mana olah raga yang tergolong ringan,
cepat, lambat dan sebagainya. Namun yang dimasukkan ke
dalam kurikulum adalah olah raga adu kekuatan, gulat, meloncat,
jalan

cepat,

memanah,

berjalan

dengan

satu

kaki

dan

mengendarai unta.
Selanjutnya kurikulum anak berusia 6 sampai 14 tahun
adalah mencakup pelajaran membaca, menghafal Al-Qur'an,
pelajaran agama, syair, dan olah raga. Kurikulum untuk usia 14
tahun ke atas dibagi menjadi mata pelajaran yang bersifat teoritis
dan praktis. Adapun yang bersifat teoritis adalah ilmu fisika, ilmu
matematika, ilmu ketuhanan. Mata pelajaran yang bersifat praktis
adalah ilmu akhlak yang mengkaji tentang cara pengurusan
tingkah laku seseorang, baik ilmu pengurusan rumah tangga,
ilmu politik, berdagang, dan ilmu keprofesian.
4.

Metode Pengajaran
Ibnu berpandangan tentang metode pengajaran, bahwa
suatu pelajaran tidak akan bisa disampaikan kepada anak didik
hanya dengan menggunakan satu cara, melainkan dengan
menggunakan berbagai cara sesuai dengan perkembangan
psikologis setiap anak didik.

10

Metode yang ditawarkan Ibnu Sina adalah metode


Talqin atau Talaqqi, demonstrasi, pembiasaan, teladan, diskusi,
magang, dan penugasan.14
a) Metode Talqin atau Talaqqi: Metode talqin (direct learning)
adalah pengajaran langsung, biasanya digunakan dalam
pengajaran Al-Qur'an.
b) Metode Demonstrasi: Menurut Ibnu Sina, metode demonstrasi
dapat digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktik,
seperti cara mengajar menulis.
c) Metode pembiasaan dan keteladanan: Ibnu Sina berpendapat
bahwa pembiasaan adalah termasuk salah satu metode
pengajaran

yang

paling

efektif,

khususnya

dalam

mengajarkan adab atau akhlak.


d) Metode diskusi: Metode diskusi dapat dilakukan dengan cara
penyajian pelajaran di mana siswa di hadapkan pada suatu
masalah

yang

dapat

berupa

pertanyaan

yang

bersifat

problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Ibnu


Sina

mempergunakan

metode

ini

untuk

mengajarkan

pengetahuan yang bersifat rasional dan teoritis.


e) Metode magang: Ibnu Sina telah menggunakan metode ini
dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid
Ibnu Sina yang mempelajari ilmu kedokteran dianjurkan agar
menggabungkan teori dan praktek.
f) Metode penugasan: Metode penugasan ini pernah dilakukan
oleh Ibnu Sina dengan menyusun sejumlah modul atau
naskah kemudian menyampaikannya kepada para muridnya
untuk dipelajarinya.
g) Metode targhib dan tarhib: Targhib atau ganjaran, hadiah,
penghargaan ataupun imbalan sebagai motivasi yang baik.

14 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan


Pertengahan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010) hlm. 240
11

5.

Konsep Guru15
Adapun pemikiran serta pendapat Ibnu Sina mengenai
guru yang baik adalah guru yang beraqidah yang kuat (beriman),
shaleh, cerdas, berani, tegas, hebat, bersih, dan menghormati
masusia. Cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang,
jauh dari berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak
bermuka masam, sopan santun, berhati bersih dan suci.
Seorang guru juga menurut Ibnu Sina harus bisa
menjaga dan membimbing anak dalam membiasakan kebaikan
dan menjauhi kebiasaan yang buruk dan prilaku yang jahat, dan
membaurkan anak didik dalam kondisi masyarakat yang baik.
Kedua, setelah anak itu berkembang guru harus membimbing
anak

tersebut

kepada

pekerjaan

yang

akan

dijadikan

keahliaannya.
Kemudian seorang guru menurut Ibnu Sina sebaiknya
dari kaum pria yang terhormat dan menonjol budi pekertinya,
cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak-anak, adil,
hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anakanak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri.
Seorang guru pun menurut Ibnu Sina harus memberikan
pengajaran kepada anak dengan hati-hati, malatih dan membina
emosi anak, serta mampu menganalisa kecerdasan anak didik
sehingga ia dapat memilih keahlian dan pekerjaan.
III.

KESIMPULAN
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Al-Husain ibnu Abd
Allah ibn Hasan ibnu Ali ibn Sina. Ibnu Sina dilahirkan di Afsyana
dekat Bukhara pada tahun 980 M (370 H) dan meninggal pada

15 Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam Pada Abad Klasik dan


Pertengahan, terjemahan Abuddin Nata dari Muslim Educational Thought in
The Middle Age, (Monteral, Canada: 2000) hlm. 87
12

tahun 1037 M (428 H) dalam usia 58 tahun. Jasadnya dikebumikan


di Hamadan, Persia (Iran)
Beberapa karya-karya Ibnu Sina:
1.
2.
3.
4.
5.

As-Syifa
An-Najat
Al-Isyart wa Tanbihat
Al-Hikmat Al-Masyriqiiyyah
Al-Qanun atau Canon of Medicine,
Ibnu Sina juga menyinggung tentang beberapa ilmu yang

perlu dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak didik. Menurut Ibnu
Sina kurikulum harus didasarkan kepada tingkat perkembangan
usia anak didik, yaitu fase 3-5 tahun, 6-14 tahun, dan di atas 14
tahun.
Metode yang ditawarkan Ibn Sina adalah:
1. Metode

talqin/Talaqqi:

Metode

talqin

digunakan

dalam

mengajarkan membaca Al-Qur'an.


2. Metode demonstrasi: dapat digunakan dalam pembelajaran
yang bersifat praktik, seperti cara mengajar menulis.
3. Metode pembiasaan dan keteladanan : pembiasaan adalah
termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif,
khususnya dalam mengajarkan akhlak.
4. Metode diskusi: Dilakukan dengan cara penyajian pelajaran di
mana siswa di hadapkan kepada suatu masalah yang dapat
berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas
dan dipecahkan bersama. Ibn Sina mempergunakan metode
ini untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat rasional
dan teoretis.
5. Metode magang: Ibn Sina telah menggunakan metode ini
dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid
Ibn Sina yang mempelajari ilmu kedokteran dianjurkan agar
menggabungkan teori dan praktek.
6. Metode penugasan: Metode penugasan ini dilakukan dengan
menyusun

sejumlah

menyampaikannya

modul
kepada

atau
para

naskah

kemudian

muridnya

untuk

dipelajarinya.
13

7. Metode targhib dan tarhib: Targhib atau ganjaran, hadiah,


penghargaan ataupun imbalan sebagai motivasi yang baik.
Konsep Guru menuru Ibnu Sina adalah sebagai berikut:
1.

Guru harus memiliki: Keimanan, keshalehan, kecerdasan,


keberanian, ketegasan, hebat, bersih, berhati bersih, sopan

2.

santun, dan sikap menghormati orang lain.


Guru harus bisa menjaga dan membimbing anak dalam

3.

membiasakan prilaku baik dan menjauhi prilaku buruk


Guru harus membimbing anak kepada pekerjaan yang akan
dijadikan keahliaannya sesuai dengan minat dan bakat anak

4.

setelah beranjak tumbuh dewasa.


Guru harus bisa mengarahkan pelajaran sesuai psikologis
anak dan membina emosi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. 2010. Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan
Pertengahan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
___________.

2012.

Sejarah

Sosial

Intelektual

Islam

dan

Institusi

Pendidikannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Samsul Nizar. 2008. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia. Jakarta : Kencana.
Sirajuddin Zar. 2004. Filsafat Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zianuddin Alavi. 2000. Muslim Educational Thought in the Middle Age.
Montereal Canada (terj.) Abuddin Nata. 2003. Pemikiran Pendidikan
Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan. Bandung: Angkasa
http://www.biografipedia.com/2015/07/biografi-ibnu-sina-ilmuwanislam.html. Diunduh pada jumat, 30 September 2016 pukul 19.00
wib.

14

Anda mungkin juga menyukai