dan karunia-Nya
kepada penulis
sehingga dapat
Gorontalo,
November 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Termoregulasi
adalah
suatu
mekanisme
makhluk
hidup
untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir
(Campbell, 2004). Berdasarkan Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat
metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul
semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya
tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula (Chang,
1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring
dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme
di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum
dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis,
enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya
Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme
regulasi untuk mencapai keadaan yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya
merupakan suatu upaya mempertahankan atau menciptakan kondisi yang stabil
dinamis (steady state ) yang menjamin optimalisasi berbagai proses fisiologis
dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan tersebut, tubuh melakukan berbagai
aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk mencapai homeostatis yang
diharapkan. Regulasi dan homeostatis juga terjadi di tingkat populasi dan
komunitas dalam suatu ekosistem.
Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil.
Regulasi
dilakukan
dalam
banyak
bentuk,
misalnya
regulasi
untuk
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk
mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.
Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals)
dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih
suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan
sumber panas utama tubuh hewan. Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat
bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya
karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya
sedikit contoh ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang
suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil
samping dari metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia.
Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu
dengan meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi
hewan yang berkulit lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang
mempunyai kelenjar keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan yang
kulitnya tebal dan kedap air; dan mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja
pada suhu tinggi. Sebaliknya cara adaptasi hewan eksoterm pada suhu sangat
dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuhnya untuk
meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein anti beku ke dalam
cairan tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi pengaruh
cekaman dingin yaitu Pengurangan Gradien Termik (T1-T2), Penurunan
Konduktans Termik (C), Penurunan Panas Melalui Evaporasi dan Peningkatan
Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas, hewan endoterm akan
menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon hewan endoterm
dalam mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan
aklimatisasi dan akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam menghadapi
perubahan suhu lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan
cara meningkatkan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ada juga
mempertahankan suhu tubuhnya karena golongan homeoterm mempunyai
kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya, sehingga hewan homeoterm
memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan golongan
poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC),
ikan saumon (18 oC), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 - 35 oC),
iguana 38 oC), lezard anolois sp (30 - 33 oC), dan larva lalat rumah (30 - 37 oC.
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam
(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang
sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi
dengan cara hibernasi atau estivasi.
B. Pengaruh Termoregulasi pada hewan
Pengaruh termoregulasi sangatlah banyak bagi hewan, suhu sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup, suhu tubuh yang konstan (tidak banyak
berubah) sangat dibutuhkan oleh hewan, karena reaksi enzimatis, peningkatan
suhu dapat meningkatkan laju reaksi metabolism (perubahan suhu berpengaruh
terhadap energy kinetic molekul zat), aktivitas metabolism bergantung pada
kemampuan untuk mempertahankan suhu yang sesuai pada tubuhnya.
Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk
mengatur suhu tubuh meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan
memperoleh panas melalui :
a. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan
medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
b.
c. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas.
Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
d.
Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya
laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi .
Imbangan panas yang terjadi dalam tubuh dapat dilihat pada gambar 1.
balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin
melalui peredaran darah
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang
menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap
konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah
di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah
satu perilaku unik dalam termoregulasi.
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC
s.d suhu 50oC hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem
namununtuk hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit
dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal.
Usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan
dan tidak terjadi perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut
thermoregulasi. Di dalam tubuh hewan yang hidup selalu terjadi proses
metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan panas,karena tidak semua energi
yang terbentuk dari metabolisme dimanfaatkan. Panas yang terbentuk dibawa oleh
darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan disebut sebagai suhu
tubuh normal.
D. Klasifikasi hewan berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan
suhu tubuh yang di milikinya
Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan
homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya
disebut poikiloterm.
1. Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan yang
tidak mampu mempertahankan suhu tubuhnya. Suhu tubuh hewan berfluktuasi
sesuai dengan suhu lingkungannya. Sebetulnya suhu tubuh tidak betul-betul sama
dengan suhu lingkungan, sebab kalau diukur teliti, suhu selnya sedikit diatas suhu
lingkungannya. Menghadapi fluktuasi suhu lingkungan, hewan poikilotermik
BAB III
KESIMPULAN
Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk
mengatur suhu tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya
tidak mengalami perubahan yang terlalu besar. Tidak semua hewan mampu
mempertahankan suhu tubuh yang konstan.
Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan
homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya
disebut poikiloterm.
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di
lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang
dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan
hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas
di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam
(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang
sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi
dengan cara hibernasi atau estivasi.
poikiloter.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini
juga disebut hewan berdarah dingin.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm
suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga
dapat mengatur suhu tubuh.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bima, 2006. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb .ac.id/~tpb/ materi/bio100/
Materi/ suhu_ tubuh .html.
Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Kukus,Yondry, Wenny Supit dan Fransiska Lintong. 2009. Suhu
tubuh:Homeostasi dan efek kinerja padatubuh manusia. (online: ejournal.
unsrat.ac .id/index .php/biomedik/ article/view/ 824.
Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang. Universitas Andalas
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Proyek Pengembangan
Guru
11