mikobiologi, fisiologi adalah kegiatan yang sering dilakukan. Namun seberapa banyak satu
tetes dari setiap praktikan tidaklah selalu sama. Jika dalam penelitian diperlukan konsistensi
jumlah yang sama tentu memerlukan latihan agar satu tetes setara dengan yang di inginkan.
Jumlah volume ini dapat di uji dengan jumlah berat dari sampel. Ketelitian dan ketepatan
dalam pendataan merupakan prosedur mutlak dalam pengamatan untuk praktikum atau
penelitian. Jenis dan jumlah data serta cara pengukuran atau pengambilan sampel akan
mempengaruhi hasil dan interpretasi data sekaligus kesimpulan ( infference ). Ketelitian
akan mendukung akurasi data, dan konsistensi dalam pengukuran menunjukkan presisi
data. Data pengamatan kemudian dianalisa. Tampilan data raw data ( data mentah ) dan
hasil analisis memerlukan tampilan data yang benar dan menarik untuk dibaca. Untuk itu
diperlukan pemilihan analisis dan tampilan data yang benar, sesuai dengan tujuan projek.
Cara sederhana analisis dari beberapa pengulangan data ( replikasi data ) adalah dengan
mencari mean, median, atau mode. Umumnya, mean merupakan pilihan untuk banyak
projek. Sebaran dari mean biasanya dituangkan dengan deviasi atau standar deviasi.
Setiap pengukuran melibatkan beberapa kekeliruan dan karena alasan ini adalah
penting sekali bahwa jumlah dan signifikansi kekeliruan ini diperhatikan. Masalah ini harus
dipecahkan dengan pengolahan data statistik.( Jasin, 2002 ).
Metode-metode statistik yang digunakan secara luas dalam berbagai macam
penelitian karena manfaatnya, menghantarkan pada ketepatan dan kesimpulan yang benar.
Dengan penerapan statistik yang sesuai, data yang rumit dan membingungkan dapat
diringkas untuk mendapatkan ketepatan pendugaan-pendugaan yang dibuat. Karena itu,
sangatlah penting mengetahui berapa banyak pengamatan yang akan dibutuhkan untuk
mencapai kesimpulan yang dapat dipercaya sampai berapa jauh kesimpulan ini
diandalkan. ( Michael, 1995 ).
Verifikasi merupakan suatu uji kinerja metode standar. Verifikasi ini dilakukan terhadap
suatu metode standar sebelum diterapkan di laboratorium. Verifikasi sebuah metode
bermaksud untuk membuktikan bahwa laboratorium yang bersangkutan mampu melakukan
pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid. Disamping itu verifikasi juga
bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data kinerja. Hal ini dikarenakan
laboratorium yang berbeda memiliki kondisi dan kompetensi personil serta kemampuan
peralatan yang berbeda. Sehingga, kinerja antara satu laboratorium dengan laboratorium
lainnya tidaklah sama. Didalam verifikasi metode, kinerja yang akan diuji adalah keselektifan
seperti uji akurasi dan presisi. Dua hal ini merupakan hal yang paling minimal harus
dilakukan dalam verifikasi sebuah metode. Suatu metoda yang presisi belum menjadi
jaminan bahwa metode tersebut dikatakan tepat. Begitu juga sebaliknya, suatu metode yang
tepat belum tentu presisi. ( Saputra, 2009 ).
Dalam pengolahan data sangat pelu dilakukannya uji akurasi data. Akurasi yang
dimaksud disini adalah kecocokan antara suatu informasi standar yang dianggap benar,
dengan terklasifikasi yang belum diketahui kualitas informasinya. Kesalahan dalam
klasifikasi dapat disebabkan oleh kompleksnya interaksi yang terjadi antar struktur spasial
suatu bentang alam, resolusi sensor, algoritma pengolahan, dan prosedur klasifikasi yang
digunakan. Sumber kesalahan yang paling sederhana terjadi oleh karena kekeliruan
penetapan informasi dari kelas spektral yang diadakan. Uji akurasi dilakukan dengan
membandingkan dua peta, satu peta bersumber dari hasil analisis penginderaan jauh ( peta
yang akan diuji ) dan satunya adalah peta yang berasal dari sumber lainnya. Peta kedua
dijadikan sebagai peta acuan, dan diasumsikan memiliki informasi yang benar. Seringkali
data acuan ini dikompilasi dari informasi yang lebih detail dan akurat dari data yang akan
diuji. ( Campbell, 1987 ).
Akurasi adalah kedekatan hasil pengamatan terhadap nilai-nilai benar atau nilai-nilai
diterima sebagai benar. Ini berarti bahwa pengamatan fenomena spasial kebanyakan
biasanya hanya dianggap perkiraan nilai sebenarnya. Perbedaan antara diamati dan benar (
atau diterima sebagai benar ) nilai-nilai menunjukkan akurasi pengamatan. Pada dasarnya
ada dua jenis akurasi, yaitu :
Akurasi Posisi adalah penyimpangan diharapkan dalam lokasi geografis dari objek posisi
tanah yang sebenarnya. Ini adalah apa yang biasanya kita pikirkan ketika membahasan
ketepatan. Ada dua komponen untuk akurasi posisi adalah akurasi relatif dan absolut.
Akurasi mutlak menyangkut akurasi elemen data sehubungan dengan skema koordinat,
misalnya UTM akurasi relatif. Menyangkut posisi fitur peta relatif terhadap satu sama lain.
Akurasi atribut sama pentingnya dengan akurasi posisi. Hal ini juga mencerminkan perkiraan
kebenaran. Menafsirkan dan menggambarkan batas-batas dan karakteristik untuk tegakan
hutan atau poligon tanah dapat sangat sulit dan subjektif. Spesialis sumber daya yang akan
membuktikan fakta ini. Dengan demikian, derajat homogenitas yang ditemukan dalam
batas-batas dipetakan tersebut tidak hampir sama tinggi dalam kenyataan karena akan
tampak pada peta. ( Buckley, 2008 ).
Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat
dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan
standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang
valid, maka perlu dilakukan pengulangan. Dari data tersebut dapat diperoleh ukuran harga
nilai terukur adalah rata-rata dari hasil yang diperoleh dan standar deviasi. ( Erfido, 2010 ).
Perbandingan dari tingkat presisi, akurasi dan bias dari suatu hasil pengukuran dapat
diilustrasikan pada gambar di bawah ini :
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 1 : Menunjukan bahwa noktah-noktah merah memiliki presisi tinggi tetapi akurasi
rendah.
Gambar 2 : Menunjukan akurasi tinggi tetapi presisi rendah.
Gambarr 3 : Menunjukan baik itu akurasi ataupun presisi sama-sama rendah.
Gambar 4 : Memiliki akurasi dan presisi yang tinggi.
Memisahkan error menjadi akurasi dan presisi sangat berguna untuk identifikasi bias, yaitu
perbedaan nilai prediksi atau model dengan nilai yang diprediksi ( nilai sebenarnya ). Jika
suatu prediksi/model memiliki presisi tinggi namun akurasi rendah, maka terdapat
kemungkinan prediksi atau model memiliki penyumbang error yang sistemik. ( Raharjo,
2011 ).
Nilai presisi mengacu pada sejumlah angka signifikan yang digunakan dan sebaran
bacaan berulang pada alat ukur. Nilai akurat atau akurasi mengacu pada dekatnya nilai
pendekatan yang dihasilkan dengan nilai acuan atau nilai eksak. Dari keadaan akurat dan
presisi ini, akan muncul kesalahan atau yang biasa disebut error.( Basuki, 2005 ).
Setiap pengukuran kuantitatif berisi beberapa jumlah kesalahan. Kesalahan dalam
pengukuran kuantitatif mikroskop fluoresensi dapat diperkenalkan oleh spesimen ,
mikroskop atau detektor. Kesalahan menunjukkan dirinya sebagai ketidaktepatan dalam
pengukuran. Hasil ketidaktelitian dalam jawaban yang salah. Misalnya dengan pH meter
yang tidak akurat yang mungkin dengan hati-hati mengukur pH larutan dasar berkali-kali,
setiap kali menemukan pH menjadi 2,0. Ketidaktepatan disisi lain menghasilkan variasi
dalam pengukuran ulang dan karena ketidakpastian dalam pengukuran individu. Dengan pH
meter tidak tepat, pengukuran ulang dari solusi dengan pH 7,0 mungkin memiliki distribusi
mulai 5,0-9,0 , dengan nilai rata-rata 7,0. Meskipun nilai rata-rata dari pengukuran berulang
akurat , setiap pengukuran individual mungkin tidak akurat. Pentingnya akurasi jelas. Presisi
sama pentingnya dalam mikroskop fluoresensi kuantitatif karena kita sering dipaksa untuk
membuat hanya satu pengukuran ( misalnya, satu titik waktu dalam percobaan selang waktu
hidup-sel ). Selain itu, kami biasanya mengukur spesimen biologi yang memiliki beberapa
tingkat variabilitas alami, sehingga varians terlihat pada pengukuran yang dilakukan pada
sel yang berbeda akan disebabkan oleh variabilitas biologis dan yang diperkenalkan ketika
membuat pengukuran. Untuk menggunakan mikroskop fluoresensi dan detektor digital
menduga jumlah informasi spasial dan intensitas dari spesimen biologi, kita harus
memahami dan mengurangi sumber ketidaktepatan dan ketidaktepatan dalam jenis
pengukuran . ( Jennifer, 2009 ).
Pengujian tingkat akurasi alat ukur V-R meter dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran dari alat ukur V-R meter dengan piranti standar seri NI DAQ tipe BNC-2110.
Pengujian tingkat akurasi alat ukur V-R meter dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu
menggunakan 1 baterai, 2 baterai dan 3 baterai ukuran A2 merk Alkaline. Uji ketepatan
( presisi ) dan pengulangan ( ripitibilitas ) alat ukur V-R meter dilakukan sebanyak tiga kali
dengan tiga variabel pengukuran yang berbeda. Pembacaan pengukuran dilakukan per
detik selama 300 detik. ( Junaidi, 2013 ).
Adapun permasalahannya yaitu bagaimana tingkat presisi dan akurasi pada tiap-tiap
orang yang melakukan pengukuran ? , dari dua alat pengukuran yakni pipet tetes dan pipet
ukur, manakah yang memilki tingkat akurasi dan presisi yang lebih tinggi ?, dan apakah ada
faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi dari suatu penelitian ? .
Tujuannya yaitu mengetahui tingkat akurasi dan presisi yang dimiliki seseorang,
mengetahui akurasi dan presisi dari alat pengukuran yaitu pipet tetes, pipet ukur dan
penggaris, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi dari suatu
pengamatan.
Pada praktikum yang dilakukan yaitu pengujian akurasi dan presisi dengan cara
mengambil larutan menggunakan pipet tetes serta pipet ukur dengan tiga kali ulangan dan
mengukur luas tehel sebanyak 50 buah. Harus diketahui terlebih dahulu akurasi merupakan
seberapa dekat suatu angka hasil pengukuran terhadap angka sebenarnya. Sementara
presisi merupakan derajat kedekatan kesamaan pengukuran antara satu dengan lainnya.
Di setiap melakukan pengukuran, selalu saja terdapat error pada hasil pengukuran
tersebut, untuk itu diperlukan cara mengetahui error pengukuran sehingga nilai yang
sebenarnya dapat diperoleh. Ada dua parameter yang berkaitan dengan error pengukuran
tersebut, yaitu akurasi dan presisi. Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter, dapat
dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. ( Suyatno, 2010 ).
Standar deviasi merupakan suatu patokan yang menunjukkan tingkat presisi terhadap
pengukuran. Semakin kecil standar deviasinya, maka semakin tinggi pula tingkat
presisinya. ( Efrido, 2010 ).
Kasus 1 : pada pipet tetes dan pipet ukur, memiliki presisi yang tertinggi yang sama
yaitu Stdev 2 ( Risfi ), presisi yang terendah yang sama yaitu Stdev 1 ( Novi ), karena
standar deviasinya paling tinggi. Pada kasus 1, ditemui variansi data standar deviasi setiap
pengukuran individu. Variasi tersebut disebabkan oleh Perbedaan hasil yang diperoleh
setiap individu, disebabkan oleh ketelitian masing-masing individu dalam menggunakan
alat. Setiap individu memiliki tingkat pemberian tetesan yang berbeda sesuai kondisinya
saat itu. Namun semua faktor luar tersebut dianggap sama. Berdasarkan kasus tersebut,
jika hasil pengukuran saling berdekatan ( mengumpul ) maka dikatakan mempunyai presisi
tinggi dan sebaliknya jika hasil pengukuran menyebar maka dikatakan mempunyai presisi
hanya
dianggap
perkiraan
nilai
tingkat
reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh
dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan bias
yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan
pengulangan. Pada pipet tetes dan pipet ukur, memiliki presisi yang tertinggi yang sama
yaitu Stdev 2 ( Risfi ), presisi yang terendah yang sama yaitu Stdev 1 ( Novi ), karena
standar deviasinya paling tinggi. Presisi yang tertinggi yaitu lebar tehel, presisi yang
terendah yaitu luas tehel. Standar deviasi menunjukkan variansi data yang diperoleh,
semakin kecil standar deviasi, maka tingkat akurasi dan presisinya juga semakin
tinggi. Tingkat akurasi dan presisi alat yang digunakan untuk pengukuran berdasarkan
standar deviasi dan standar error dari hasil pengukuran yang dilakukan, yaitu pipet tetes,
pipet ukur, dan penggaris, dari ketiga alat yang digunakan alat yang memiliki akurasi dan
presisi yang tinggi dalam pengukuran adalah pipet ukur, sedangkan yang paling rendah
tingkat presisi dan akurasinya adalah penggaris. Standard error juga dapat diintepretasikan
seberapa akurat penduga dalam menduga parameter. Dalam pengukuran, tingkat presisi
suatu data mempengaruhi akurasinya, Pengukuran yang inkonsisten sama dengan
pengukuran yang tak akurat. Rendahnya tingkat akurasi dan presisi suatu pengukuran
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketelitian, alat yang digunakan, dan faktor luar seperti
faktor dari lingkungan dan objek yang diukur.
REFERENSI
Basuki. 2005. Step by Step Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: Andi Offset.
Buckley. 2008. Akurasi Data Dan Kualitas. ( online ).http://bgis.sanbi.org/gis-primer/page_08.htm.
diakses tanggal 05 oktober 2013.
Campbell. 1987. Introduction To Remote Sensing. New York: The Guilford Press.
Erfido. 2010. Akurasi Dan Presisi Data. ( online ).http://erfido.community.undip.ac.id/. diakses tanggal 05
oktober 2013.
Jasin. 2002. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
nnifer. 2009. Accuracy And Precision In Quantitative Fluorescence Microscopy. The journal of cell biology.
Vol ( 185 ), Hal ( 7 ), No ( 71135-1148 ). The Rockefeller University Press,
doi: 10.1083/jcb.200903097.
Junaidi. 2013. Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter Untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ
BNC-2110. Jurnal teori dan aplikasi fisika. Vol ( 01 ), No ( 01 ). Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Lampung.
Michael. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Raharjo. 2011. Akurasi Dan Presisi. ( online ). http//:beniraharjo.wordpress.com. diakses tanggal 05 oktober
aputra.
2013.
2009. Verifikasi
Dan
Validasi
Metoda
Di
Laboratorium.
online
).
http://en,
B.
Landasan Teori
Verifikasi merupakan suatu uji kinerja metode standar. Verifikasi ini dilakukan terhadap
suatu metode standar sebelum diterapkan di laboratorium. Verifikasi sebuah metode
bermaksud untuk membuktikan bahwa laboratorium yang bersangkutan mampu melakukan
pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid. Disamping itu verifikasi juga
bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data kinerja. Hal ini dikarenakan
laboratorium yang berbeda memiliki kondisi dan kompetensi personil serta kemampuan
peralatan yang berbeda. Sehingga, kinerja antara satu laboratorium dengan laboratorium
lainnya tidaklah sama.
Didalam verifikasi metode, kinerja yang akan diuji adalah keselektifan seperti uji
akurasi (ketepatan) dan presisi (kecermatan). Dua hal ini merupakan hal yang paling
minimal harus dilakukan dalam verifikasi sebuah metode. Suatu metoda yang presisi
(cermat) belum menjadi jaminan bahwa metode tersebut dikatakan tepat (akurat). Begitu
juga sebaliknya, suatu metode yang tepat (akurat) belum tentu presisi (Saputra, 2009)
ACCURACY
Accuracy descibes the nearness of a measurement to the standard or true value, i.e.,
a highly accurate measuring device will provide measurements very close to the standard,
true or known values.Example: in target shooting a high score indicates the nearness to the
bull's eye and is a measure of the shooter's accuracy.
PRECISION
Precision is the degree to which several measurements provide answers very close to
each other. It is an indicator of the scatter in the data.The lesser the scatter, higher the
precision. (Anonim, tanpa tahun).
Faktor-faktor presisi dan bias sangat ditentukan oleh terjadinya faktor-faktor kesalahan
yang terjadi selama pengukuran. Akurasi dan presisi dapat bersumber dari individuyang
melakukan pengukuran dan alat yang digunakan. Tiap individu memiliki keterampilanyang
berbeda
dalam
melakukan
pengukuran
khususnya
dalam
menggunakan
alat
Permasalahan
Adapun permasalahan dari praktikum kali ini yang akan dibahas adalah :
1.
Berapa tendensi sentral dan standar deviasi pada kedua kasus yang
Bagaimana presisi dan akurasi atas kedua kasus tersebut ditinjau dari
3.
kasus tersebut?
D.
Tujuan
kasus tersebut.
BAB II
METODOLOGI
A.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pipet tetes, pipet volume, bolb, beaker
glass, beaker glass plastik, penggaris dan ubin. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air.
B.
Cara Kerja
- Kasus 1
Disediakan alat seperti beaker glass kaca 50ml, beaker glas plastik, dan pipet tetes,
kemudian bahan yang digunakan yaitu air. Air disediakan didalam beaker glass plastik.
Ambil air menggunakan pipet tetes, kemudian perlahan lahan lakukan penetesan 5 kali
penetesan dengan 5 tetes air. Penetesan dilakukan oleh setiap orang. Air ditetesi kedalam
beaker glass, kemudian air yang didalam beaker glas tersebut ditimbang menggunakan
neraca digital. Lakukan percobaan yang sama dengan menggunakan pipet volume. Catat
data yang didapat ke dalam Log Book, hitung median, mean, modus, dan standar
deviasinya.
- Kasus 2
Disediakan penggaris dan Log Book. Setiap kelompok mengukur panjang dan lebar
ubin yang ada di sekitar laboratorium P.Biologi Untan. Setiap kelompok mengukur 50 ubin.
Tulis hasilnya ke Log Book, kemudian hitung median, mean, modus, dan standar
deviasinya.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung standar deviasi dan error adalah :
Standar Deviasi
Standar Error
s = standar deviasi
n = jumlah data
B.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian akurasi dan presisi dengan cara
mengambil larutan menggunakan pipet tetes dan mengukur luas Ubin di laboratorium FKIP
Untan. Harus diketahui terlebih dahulu akurasi merupakan seberapa dekat suatu angka hasil
pengukuran terhadap angka sebenarnya. Sementara presisi merupakan derajat kedekatan
kesamaan pengukuran antara satu dengan lainnya. Untuk mengetahui presisi dan akurasi
pada sebuah metode penelitian, dapat dilihat dari kedua kasus dibawah ini. dimana kasus
pertama adalah mengukur seberapa banyak volume air yang diambil menggunakan pipet
tetes oleh individu yang berbeda. Dan kasus kedua adalah pengukuran luas Ubin sebanyak
50 buah.
Kasus 1
Pengukuran penetesan dilakukan dengan pipit tetes dan pipet bulb . pada
penetesan Irwin memiliki akurasi tinggi karena memiliki kedekatan nilai mean yang
diperoleh yaitu 0,230 ml dengan nilai rata-rata mean yaitu 0,243 ml dan presisi tinggi karena
memiliki SD paling kecil yakni 0,14 dibandingkan kedua lainnya. Pada penetesan
menggunakan
pipet
memilikiakurasi
tinggi karena
memiliki
kedekatan nilai mean yang diperoleh yaitu 0,23 ml dengan nilai rata-rata mean yaitu
0,243 ml. Sedangkan Reno memiliki presisi tertinggi dikarenakan seringnya muncul angka
yang sama dipengulangannya sehingga reno memiliki SD paling kecil yakni 0,11.
Perbedaan hasil yang diperoleh oleh setiap individu disebabkan oleh ketelitian
masing-masing individu dalam menggunakan alat. Setiap individu memiliki tingkat
pemberian tetesan yang berbeda sesuai kondisinya saat itu. Namun semua faktor luar
tersebut dianggap sama. Berdasarkan kasus tersebut, jika hasil pengukuran saling
berdekatan (mengumpul) maka dikatakan mempunyai presisi tinggi dan sebaliknya jika hasil
pengukuran menyebar maka dikatakan mempunyai presisi rendah. Presisi diindikasikan
dengan penyebaran distribusi probabilitas. Distribusi yang sempit mempunyai presisi tinggi
dan sebaliknya. Ukuran presisi yang sering digunakan adalah standar deviasi ( ). Presisi
tinggi nilai standar deviasinya kecil dan sebaliknya.
Kasus 2
Pengukuran ini menghitung luas ubin yang ada di lab. Biologi. Dimana ubin ini memiliki
ukuran standar 30X30 CM. Ini dapat dilihat saat pembelian ubin. Namun, setelah dilakukan
pengkuran terhadap 50 ubin. Hanya 1 ubin yang memliki keakuasian paling tinggi yakni ubin
nomor 3. Sedangkan ke 49 ubin lainnya tidak mencapai ukuran 30X30 CM. Diperoleh nilai
yang sering muncul adalah dengan luas 873,2 sebanyak 15 kali, rata-rata luas ubin tersebut
adalah 870,25, lalu diperoleh juga SD yang cukup bsar yakni 5,65. SD menunjukkan
keragaman data yang diperoleh, semakin kecil SD maka tingkat akurasi dan presisinya juga
semakin tinggi.
Selain melakukan perhitungan SD, biasanya dicari juga perhitungan SE (Standard
error). Standard error dapat menunjukkan bagaimana tingkat fluktuasi dari penduga atau
statistic. Standard error juga dapat diintepretasikan seberapa akurat penduga dalam
menduga parameter.
Hubungan antara akurasi dan presisi dapat terjadi dalam empat hal:
Akurasi dan presisi sama-sama rendah
Presisi tinggi, akurasi rendah
Presisi rendah, akurasi tinggi
Akurasi dan Presisi tinggi(Saputra, 2009)
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa presisi tertinggi dapat dilihat dari
nilai modus yang sering muncul dan nilai mean yang mendekati mean kelompok.Presisi dan
akurasi tertinggi diperoleh dari pendekatan nilai dari standar acuan yang ditentukan.
Terjadinya perbedaan pengukuran disetiap pengulangan dan setiap individu disebabkan
oleh oleh ketelitian masing-masing individu dalam menggunakan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
Tanpa
Tahun. Accuracy
and
Precision.
Praktikum
Presisi
dan
Akurasi.
(Online) http://juniarnita.blogspot.com/2010/11/laporan-praktikum-presisi-dan-akuarsi.html (7
Oktober 2012)
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam
melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam penelitian, dilakukan pengukuran terhadap
variabel-variabel terikat dan variabel bebas untuk memecahkan masalah. Dalam melakukan
pengukuran diperlukan suatu ketelitian agar hasil yang diharapkan dapat maksimal (Riyanto,
1996). Di setiap melakukan pengukuran, selalu saja terdapat error pada hasil pengukuran
tersebut, kita akan mendapatkan hasil yang tidak benar-benar sama dari beberapa kali
pengulangan. Hasi dari beberapa pengulangan akan memberikan hasil yang mendekati
angka sebenarnya. Hal tersebut dapat dikatakan presisi.
Dalam praktikum kali ini, kami melakukan percobaan yang dilakukan untuk menguji
tingkat presisi dan akurasi pada suatu alat pengukuran. Diharapkan dari hasil praktikum ini
didapatkan perbandingan tingkat presisi dan akurasi dari alat.
Keandalan Pengukuran (Reliability of Measurement)
Beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan keandalan pengukuran adalah
presisi (precision) dan akurasi (accu acy). The precision of a measurement describes
the unitsyou used to measure something. For example, you might describe your height
as 'about 6 feet'. That wouldn't be very precise. If however you said that you were '74 inches
tall', that would be more precise. The accuracy of a measurement describes how close it is
to the 'real' value. This real value need not be very precise; it just needs to be the 'accepted
correct value'.
(Anonim,
tanpa
/andaccuracy.html).
tahun. http://www.worsleyschool.net/scie
nce/files/precision
mean
menggunakan
standard
error
mean
(SE(mean)). Rumus
diperbanyak dan variance atau standard deviation sample dikurangi. Oleh karena itu,
standard error dapat digunakan untuk menentukan dan mengontrol ukuran sample, hal ini
berbeda dengan standard deviation yang nilainya tidak dipengaruhi ukuran sample.
Standard error dapat menunjukkan bagaimana tingkat fluktuasi dari penduga atau
statistic. Standard error juga dapat diintepretasikan seberapa akurat penduga dalam
menduga parameter (Rahmantya, 2009)
B.
1.
Masalah
Bagaimana tingkat presisi dan akurasi pada tiap-tiap orang yang melakukan
pengukuran ?
2.
Dari 2 alat pengukuran yakni pipet bulk dan pipet tetes, manakah yang memilki tingkat
akurasi dan presisi yang lebih tinggi ?
3.
Selain alat eksperimen, apakah ada faktor lain yang mempengaruhi presisi dan akurasi
dari suatu penelitian ?
C.
Tujuan
a.
b.
Mengetahui akurasi dan presisi dari alat pengukuran yaitu pipet tes, pipet bulk dan
penggaris
c.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi dari suatu pengamatan
BAB II
METODEOLOGI
a.
Kasus 2 :
Alat yang digunakan penggaris dan ubin
b.
Bahan :
Air
Cara kerja :
Kasus 1
4. Dilakukan pengmbilan air dengan menggunakan pipet tetes dan teteskan 5 tetes air ke
dalam cawan petri
5. Dihitung massa air dan dicatat hsilnya
6. Lakukan percobaan tersebut sebanyak 5 kali percobaan
7. Lakukan percobaan yang sama dengan menggunakan pipet bulk
8. Dilakukan perhitungan mean dan standar deviasi dari setiap individu dan group.
Kasus 2
1. Di ukur panjang dan lebar dari setiap 50 ubin
2. Dihitung luas dari setiap ubin
3. Ditentukan mean dan standar deviasi dari 50 ubin tersebut
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
KASUS 1
PERCOBAAN
YUNA
RINNI
NITA
Rata-rata
0,224
0,270
0,334
Standar Deviasi
0,026
0,019
0,025
Standar Error
0,012
0,008
0,011
Tabel 1. Hasil rata-rata, standar deviasi dan standar error dari pengukuran per-orang
dengan menggunakan pipet tetes dalam praktikum presisi dan akurasi
Hasil pengukuran dengan menggunakan pipet tetes didapatkan rata-rata yang paling
tertinggi adalah pada pengukuran yang dilakukan oleh nita yaitu 0,334 dan yang terendah
terdapat pada pengukuran yang dilakukan oleh yuna yakni 0,224. Untuk standar deviasi
tertinggi berada pada pengukuran yang dilakukan yuna yaitu 0,026 dan deviasi terendah
berada pada pengukuran yang dilakukan oleh rinni yakni 0,019. Berati tingkat presisi
tertinggi terdapat pada pengukuran yang dilakukan oleh rinni. Standar error yang tertinggi
berada pada pengukuran yang dilakukan oleh yuna yakni 0,012 dan yang terendah terdapat
pada pengukuran yang dilakukan oleh rinni yakni 0,008 berati tingkat akurasi tertinggi
terdapat pada rinni.
0,276
Deviasi
0,052
Standar Error
0, 013
Tabel 2. Hasil rata-rata, standar deviasi dan standar error dari pengukuran per-kelompok
dengan menggunakan pipet tetes dalam praktikum presisi dan akurasi
Hasil pengkuran perkelompok didapatkan rata-rata 0,276; untuk standar deviasi didapatkan
0,052 dan untuk standar errornya adalah 0,013
Hasil percobaan dengan menggunakan pipet bulk
PERCOBAAN
RINNI
YUNA
NITA
Rata-rata
0,364
0,364
0,342
Standar Deviasi
0,016
0,018
0,031
Standar Error
0,007
0,008
0,013
Tabel 3. Hasil rata-rata, standar deviasi dan standar error dari pengukuran per-orang
dengan menggunakan pipet tetes bulk praktikum presisi dan akurasi
Hasil pengukuran dengan menggunakan pipet bulk didapatkan rata-rata yang paling
tertinggi adalah pada pengukuran yang dilakukan oleh rinni dan nita yaitu 0,364 dan yang
terendah terdapat pada yuna yakni 0,342. Untuk standar deviasi tertinggi berada pada nita
yaitu 0,031 dan deviasi terendah pada pengukuran yang dilakukan oleh rinni yaitu 0,016.
Berati presisi tertinggi terletak pada pengukuran yang dilakukan oleh rinni. Standar error
yang tertinggi berada pada pengukuran yang dilakukan oleh nita yakni 0,013 dan yang
terendah terdapat pada pengukuran yang dilakukan oleh rinni yaitu 0,007.
0,842
Deviasi
Standar Error
0,024
0,006
Tabel 4. Hasil rata-rata, standar deviasi dan standar error dari pengukuran perkelompok dengan menggunakan pipet tetes bulk praktikum presisi dan akurasi
Hasil pengkuran perkelompok didapatkan rata-rata 0,842; untuk standar deviasi didapatkan
0,024 dan untuk standar errornya adalah 0,006
KASUS 2
Tabel pengukuran panjang, lebar, luas, luas rata-rata dan standar deviasi dari 50 ubin
Rata-rata
87569,08
Standar Deviasi
497,93
Standar Error
70,42
Tabel 5. Hasil rata-rata, standar deviasi dan standar error dari pengukuran 50 ubin dengan
penggaris
Dari hasil pengukuran 50 ubin didapatkan rata-rata 87569,08; standar deviasinya 497,93
dan standar error nya adalah 70,42
B.
Pembahasan
Pada tabel 1 dapat dilihat tingkat presisi dan akurasi dari setiap pengukuran yang
dilakukan setiap individu . Dari tabel tersebut dapat dilihat tingkat presisi tertinggi terletak
pengukuran yang dilakukan oleh rinni. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasinya paling
kecil yakni 0,019 dibandingkan hasil standar deviasi dari pengukuran yang dilakukan oleh
nita. Dan yang memiliki tingkat presisi yang paling buruk adalah pengukuran yang dilakukan
oleh yuna, dengan standar deviasi paling tinggi yakni 0,026. Standar deviasi merupakan
suatu patokan yang menunjukkan tingkat presisinya seseorang. Semakin kecil standar
deviasinya, maka semakin tinggi pula tingkat presisinya. Hal ini sesuai dengan dasar teori
pada bab 6. Konsep Pengukuran.pdf. Lalu untuk tingkat akurasi, dapat dilihat akurasi
tertinggi didapatkanoleh rinni dengan nilai standar error yang paling kecil yakni 0,008.
Standar error menunjukkan tingkat akurasi dari suatu pengukuran, semakin kecil nilai
standar error, semakin tinggi tingkat akursi suatu pengukuran. hal ini sesuai dengan
apa yang dikemukakan di dasar teori oleh Rahmatya, Krisna. 2009.
Pada tabel 2 dapat dilihat tingkat presisi dan akurasi dari setiap pengukuran yang
dilakukan setiap individu dengan menggunakan pipet bulk . Dari tabel tersebut dapat dilihat
tingkat presisi tertinggi terletak pengukuran yang dilakukan oleh rinni. Hal ini dapat dilihat
dari standar deviasinya paling kecil yakni 0,016 dibandingkan hasil standar deviasi dari
pengukuran yang dilakukan oleh yuna yakni 0,018 . Dan yang memiliki tingkat presisi yang
paling buruk adalah pengukuran yang dilakukan oleh nita, dengan standar deviasi paling
tinggi yakni 0,031. Lalu untuk tingkat akurasi, dapat dilihat akurasi tertinggi didapatkan oleh
rinni dengan nilai standar error yang paling kecil yakni 0,007. Dan tingkat akuarsi terendah
terdapat pada pengukuran yang dilakukan oleh nita dengan nilai standar error tertinggi yakni
0,013.
Dari tabel 1 dan 3 dapat dilihat tingkat presisi dan akurasi tiap individu.
Ketidaktellitian dalam bekerja dapat menyebabkan human error dalan pengukuran. Hal ini
dapat diakibatkan dari tingkat kehandalan yang dimiliki oleh setiap individu. Sesuai dengan
apa yang dikemukakan olehPrastawa, dkk.2008 Manusia sebagai subjek dalam suatu
sistem kerja mempunyai keterbatasan yang menyebabkan terjadinya kesalahan (human
error). Dimana semakin tinggi keandalan manusia, maka semakin rendah tingkat kesalahan
yang dilakukannya.
Lalu pada tabel 2 dan 4. Terdapat hasil pengukuran perkelompok. Dari tabel 2 dan 4
dpat kita lihat tingkat presisi dan akurasi dari alat pengukuran berupa pipet tetets dan pipet
bulk. Ternyata, dari hasil yang didapatkan nilai presisi yang tertinggi terdapat pada
pengukuran yang dilakuakan dengan menggunakan pipet bulk. Hal ini dapat dilihat pada
hasil standar deviasi yang didapat dari pengukuran dengan pipet bulk lebih rendah, yakni
0,024 daripada standar deviasi pengukuran dengan menggunakan pipet tetes yakni 0,052.
Lalu untuk akurasi. Ternyata, dari hasil yang didapatkan nilai akuarsi yang tertinggi terdapat
pada pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan pipet bulk. Hal ini dapat dilihat
pada hasil standar error yang didapat dari pengukuran dengan pipet bulk lebih rendah, yakni
0,006 daripada standar error pengukuran dengan menggunakan pipet tetes yakni
0,013. Pipet bulb merupakan pipet yang sudah dilengkapi dengan skala-skala yang
biasanya dibagi sampai dengan seper sepuluh bagian kapasitas maksimumnya. Dengan
adanya skala-skala ini, kita dapat mengukur cairan sampai dengan satuan volume tertentu
yang dikehendaki (Permandi, 2010)
Lalu pada tabel 5. Terdapat pengukuran 50 ubin yang menggunakan penggaris
biasa. Dari data pada tabel 5 dapat dilihat bahwa bahwa presisi dari data tersebut sangat
rendah. Didapat standar deviasi dari data tesebut sangatlah besa yakni 497,93. Begitu juga
dengan tingkat akurasinya yang rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai standar errornya yang
besar yakni 70,42. Hal ini karena dari alat ukur yang digunakan berasal dari 2 penggaris
yang ukuran dan ketelitiannya belum tentu sama. Juga kesalahan dari manusia yang tidak
teliti dalam melakukan pengukuran tersebut. Baik dalam posisi memandang garis pada
setiap pengukuran ubin. Seperti yang dikemukakan Ghozi, 2009. Ketika mengukur dengan
menggunakan mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan dan berada di tempat yang tepat,
yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistarJika sampai mata berada diluar garis
tersebut, panjang benda yang terbaca bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca
lebih besar atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya
kesalahan dalam pengukuran yang biasa disebut kesalahan paralaks.
BAB IV
PENUTUP
A.
1.
KESIMPULAN
Presisi dan akurasi tertinggi saat pengukuran dengan pipit tetes dan pipet bulb diperoleh
oleh rinni dengan standar deviasi dan standar error terendah dari nita dan yuna.
2.
Presisi pipet bulb lebih tinggi daripada presisi pipet tetes dengan standar deviasi 0,024
3.
Akurasi pipet bulb lebih tinggi daripada presisi pipet tetes dengan standar errornya 0,006
4.
Penggaris memiliki tingkat presisi dan akurasi yang rendah dengan standar deviasi 497,93
dan standar errornya 70,42dari pengukuran 50 ubin
5.
Tingakt presisi dan akursi data di pengaruhi dari ketelitian dan keakuratan alat yang
digunakan serta dari orang yang melakukan pengukuran ( kehandalan dan posisi mata
dalam mengukur).
B.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
tanpa
tahun. Precision
and Accuracy.http://www
2009. Ketidakpastian
Pengukuran.http://www.
geofacts.co.cc/2008/10/ketidakpastian-
Pilot
Penerbangan
Komersial
saat
Fase
Take-Off
dan
Krisna.
2009. Statistic
for
All.http://statforall.
blogspot.com/2009/02/standard-
Yatim.1996. Penelitian
Eksperimen. http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-
LAMPIRAN
PERCOBAAN
YUNA
RINNI
NITA
1
0,2
0,29
0,29
2
0,22
0,25
0,34
3
0,24
0,25
0,35
4
0,2
0,28
0,35
5
0,26
0,28
0,34
Rata-rata
0,224
0,270
0,334
Standar Deviasi
0,026
0,019
0,025
Standar Error
0,012
0,008
0,011
Hasil percobaan pengukuran volume airdengan menggunakan pipet bulb
PERCOBAAN
1
RINNI
0,35
YUNA
0,39
NITA
0,29
2
3
4
5
Rata-rata
Standar
0,35
0,37
0,36
0,39
0,364
0,36
0,37
0,34
0,36
0, 364
0,37
0,35
0,34
0,36
0,342
Deviasi
0,016
0,018
0,031
Standar Error
0,007
0,008
0,013
Hasil pengukuran panjang dan lebar dari 50 ubin dengan menggunakan penggaris
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
639,92
-544,08
-249,08
-839,08
-839,08
-249,08
-249,08
-544,08
342,92
-544,08
639,92
-249,08
342,92
342,92
-249,08
-249,08
-545,08
-544,08
-249,08
-544,08
46,92
46,92
936,92
-544,08
342,92
342,92
936,92
-544,08
46,92
-839,08
46,92
-839,08
639,92
342,92
46,92
409497,6064
296023,0464
62040,8464
704055,2464
704055,2464
62040,8464
62040,8464
296023,0464
117594,1264
296023,0464
409497,6064
62040,8464
117594,1264
117594,1264
62040,8464
62040,8464
297112,2064
296023,0464
62040,8464
296023,0464
2201,4864
2201,4864
877819,0864
296023,0464
117594,1264
117594,1264
877819,0864
296023,0464
2201,4864
704055,2464
2201,4864
704055,2464
409497,6064
117594,1264
2201,4864
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
296
295
297
297
298
298
298
296
295
296
296
296
296
295
296
Rata-rata
Standar Deviasi
Standar Error
296
297
297
297
295
297
296
298
297
296
296
295
295
296
296
87616
87615
88209
88209
87910
88506
88208
88208
87615
87616
87616
87320
87320
87320
87616
87569,08
497,93
46,92
45,92
639,92
639,92
340,92
936,92
638,92
638,92
45,92
46,92
46,92
-249,08
-249,08
-249,08
46,92
2201,4864
2108,6464
409497,6064
409497,6064
116226,4464
877819,0864
408218,7664
408218,7664
2108,6464
2201,4864
2201,4864
62040,8464
62040,8464
62040,8464
2201,4864
70,42