Kasus-1
Topik : Gastroenteritis Akut
Tanggal (Kasus) : 17 Agustus 2016
Presenter : dr. Vita Nova
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr.Dwi Murti, SpA
Tempat Presentasi : RS Sumber Hidup - GPM Ambon
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan
Diagnostik
Bayi
Manajemen
Anak
Masalah
Dewasa
Lansia
Pustaka
Istimewa
Bumil
Neonatus
Remaja
Deskripsi : Wanita 68 tahun, gastritis akut
Tujuan : Tatalaksana demam tifoid
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara membahas
Pos
Pustaka
Diskusi
Data
Pasien:
Pekerjaan: -
Terdaftar sejak :
- GPM Ambon
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Pasien tampak sakit sedang, Keadaan sadar penuh, Pasien datang dengan keluhan
BAB mencret sejak 1 hari SMRS sebanyak 3 kali dengan konsistensi cair, ada ampas
berwarna kuning, tidak ada lendir dan darah. Selain itu os mual dan muntah tiap kali
makan. Pasien juga demam 1 Hari SMRS. BAK normal seperti biasa.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien mendapat perawatan di RS lain 3 hari SMRS.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
3 hari sebelumnya (hari minggu) pasien dirawat di RSB dengan keluhan muntah
sebanyak 7 kali di rumah, setiap makan dan minum, selain itu pasien juga demam.
Hingga hari selasa pasien mengeluh BAB mencret sebanyak 3 kali, ada ampas
berwarna kuning, lendir (-), darah (-). Namun selama dirawat di RSB pasien tidak
mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak RSB, sehingga orangtua pasien
meminta pulang paksa, pada hari Rabu (17/8/2016), dan datang ke RSSH untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
4. Riwayat Persalinan : Cukup bulan, SPTB, ketuban jernih. Berat badan lahir 2800
gram
5. Riwayat Imunisasi : Menurut keluarga, imunisasi pasien lengkap
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan): Pasien tinggal bersama
kedua orang tua dan lingkungan bermain anak di rumah cenderung bersih menurut ibu
pasien.
Daftar Pustaka:
1. Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of
Pediatric,17Edition. 2003. page1272-1276
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.1998. hal 283-293
3. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. RSMH. 2010
Hasil Pembelajaran
Etiolopatogenesis dan faktor resiko GEA + Dehidrasi Sedang
Diagnosis dan penilaian kasus GEA + Dehidrasi Sedang
Penatalaksanaan GEA + Dehidrasi Sedang
Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk membantu mencegah terjadinya Diare
1. Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan BAB mencret sejak 1 hari SMRS sebanyak 3 kali
dengan konsistensi cair, ada ampas berwarna kuning, tidak ada lendir dan darah.
Selain itu os mual dan muntah tiap kali makan. Pasien juga demam 1 Hari SMRS.
BAK normal seperti biasa. 3 hari sebelumnya (hari minggu) pasien dirawat di RSB
dengan keluhan muntah sebanyak 7 kali di rumah, setiap makan dan minum, selain
itu pasien juga demam. Hingga hari selasa pasien mengeluh BAB mencret sebanyak
3 kali, ada ampas berwarna kuning, lendir (-), darah (-). Namun selama dirawat di
RSB pasien tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak RSB, sehingga
orangtua pasien meminta pulang paksa, pada hari Rabu (17/8/2016), dan datang ke
RSSH untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
2. Objektif :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
- Suhu
: 37 C
- Nadi
: 120 kali/menit
- RR
: 24 kali/menit
Berat Badan
: 10 kg
Kepala
Bentuk
: Normochepal
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
ikterik
(-/-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
tidak teraba
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas Atas
Akral : Hangat
Edema
3.
CRT
Assessment :
: (-/-)
Ptekie : (-/-)
: < 2 detik
TINJAUAN PUSTAKA
A Definisi
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya
atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek dari dua minggu.
Sedangkan diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Disebut sebagai
diare persisten apabila berlangsung selama 2 sampai 4 minggu (Mansjoer, 2001).
B Etiologi
Menurut Kayser (2005) lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi,
sedangkan sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik,
dan sebagainya
Diare akut karenainfeksi dapat ditimbulkan oleh:
Bakteri
Jenis bakteri penyebab yaitu: Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella dysentriae,
Vibrio cholera, Vibrio parachemolyticus, Yersinia intestinalis, Coccidosis.
Parasit
Jenis protozoa penyebab yaitu: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomanes
hominis, Isospora sp. Jenis cacing penyebab yaitu: A. Duodenale, N. Americonus, T.
Saginata, T. Soiitum.
Virus
Jenis virus penyebab yaitu: rotavirus, adenovirus, norwalk virus
Pola mikro organisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan umur,
tempat, dan waktu. Dinegara maju, diare akut paling sering disebabkan oleh norwalk virus,
Helicobacteri jejuni, Salmonella sp, Clostridum difficle, sedangkan penyebab paling sering
dinegara berkembang adalah Enterotoxicgenic eshericia coli, rotavirus dan V. cholerae.
C Patofisiologis
Sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cema setiap harinya,berasal dari luar
(diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung,empedu dan sebagainya). Sebagaian
besar(75-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya
sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus
besar akan diresorbsi,sehingga tersisa jumlah 150-250 ml caran yang akan ikut membentuk
tinja (Fauci, 2009).
Faktor-faktor faal yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama
lain,misalnya,cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya usus secara
mekanisme meningkatnya volume,sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya, bila
waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan
makanan dengan mukosa usus sehingga waktu penyerapan elektrolit,air dan zat-zat lain
terganggu (Fauci, 2009).
D Patogenesis
Dua hal yang harus diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi adalah
faktor kausal(agent) dan faktor penjamu(host).Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,terdiri
atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan inter traktus intestinalis seperti keasaman
lambung,motilitas usus,imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus,sekresi
mukosa,dan enzim pencernaan (Fried & Fox, 2007).
Penurunan keasaman lambung pada infeksi Shigella sp.terbukti dapat menyebabkan
serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi
oleh V.cholera.Hipomotilitas usus pada infeksi usus dapat memperpanjang waktu diaredan
gejala penyakit,serta mengurangi absorbsi elektrolit dan mengurangi kecepatan eliminasi
sumber infeksi.Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien giardiasis
pada mereka yang kekurangan IgA,demikian pula diare yang terjadi pada penderita
HIV/AIDS karena gangguan imunitas.Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus
dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali,akan terjadi sekresi antibodi (Fried & Fox,
2007).
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,kemampuan memproduksi toksin yang
mepengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni
yang juga dapat menginduksi diare (Fried & Fox, 2007).
Menurut Fried & Fox (2007) Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri
diklasifikasikan menjadi:
1
Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau
watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi
enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V.
cholera, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus,
Aeromonas spp, V. cholera eltormengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus
halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan
yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga
meningkatkan kadar adenosin 3,5-siklik mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion
bikarbonat, kation natrium dan kalium.
Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pompa Na
tidak terganggu, karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+ dan K+)
dapat dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H 2O, K+, HCO3-,
dan Cl-). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang
diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air,
sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl- dan HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada
kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar
secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik
isotonik voluminial (watery diarrhea).
ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin yaitu labile toxin (LT) dan stable
toxin (ST). LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya
memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat siklase. Dengan demikian
jelas bahwa diare yang disebabkan E. coli lebih ringan dibandingkan diare yang
disebabkan V. cholerae.
Clostridium perfringens (tipe A) yang sering menyebabkan keracunan makanan
menghasilkan enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera yang menyebabkan
diare yang singkat dan dahsyat.
2
Infeksi Invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare inflammatory.
Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp, Shigella spp,
C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia, C. perfringens tipe C, Entamoeba histolytica,
P. shigelloides, C. difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan
dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan
diare dapat bercampur dengan lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh
kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pada
pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.
E Manifestasi klinis
akut
memproduksi
karena
toksin
akan
infeksi
bakteri
yang
mengandung
menyebabkan
diare
sekretorik
atau
(watery
sekretorik
yang
berlangsung
beberapa
waktu
tanpa
kadang sianosis. Karena kehilangan kalium, pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal sangat
menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi
akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat
mengakibatkan gagal ginjal akut (Mansjoer, 2001).
Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan
terjadi kepincangan pada pembagian darah dengan pemusatan darah
yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting sekali
karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima
rehidrasi cairan intravena tanpa alkali (Mansjoer, 2001).
Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut
sebagai diare inflamasi dengan gejala mual, muntah dan demam yang
tinggi, disertai nyeri perut, tenesmus, diare disertai darah dan lendir.
Pada diare akut karena infeksi, dugaan terhadap bakteri penyebab
dapat diperkirakan berdasarkan anamnesis makanan atau minuman
dalam beberapa jam atau hari terakhir, dan anamnesis atau observasi
bentuk diare (pada tabel 1).
Yersinia dapat menginvasi mukosa ileum terminalis dan kolon
bagian proksimal, dengan nyeri abdomen disertai nyeri tekan di regio
titik Mc.Burney dengan gejala seperti apendisitis akut (Mansjoer, 2001).
Diare akut karena infeksi dapat disertai gejala-gejala sistemik
lainnya seperti Reiters syndrome (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis)
yang dapat disebabkan oleh Salmonella, Campylobacter, Shigella, dan
Yersinia. Shigella dapat menyebabkan hemolytic-uremic syndrome. Diare
akut dapat juga sebagai gejala utama beberapa infeksi sistemik antara
lain hepatitis virus akut, listeriosis, legionellosis, dan toksik renjatan
sindrom (Mansjoer, 2001).
Tabel 1. Epidemi Diare Akut
Sarana
Air
Bakteri Patogen
Vibrio cholerae, Norwalk agent, Giardia,
Cryptospordium (termasuk makanan
F Diagnosis
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila
anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongya.
Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
1 Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)
2 Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh
penderita.
3 Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin
oleh karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air.
4 Dimana tempat tinggal penderita.
Keadaan umum
Sehat
1
Gelisah,
cengeng,
apatis,
mengantuk
2
Mengigau,
koma, atau
syok
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Denyut
Kuat >
Sedang (120
nadi/menit
120
-140)
Kering dan
sianosis
> 140
: dehidrasi berat
G Penatalaksanaan
Menurut Kayser (2005) Penatalaksanaan diare akut karena infeksi
pada orang dewasa terdiri atas:
1 Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
2 Memberikan terapi simptomatik
3 Memberikan terapi definitive
1 Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Menurut Simadibrata (2006) Hal yang penting diperhatikan agar
dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan RL
merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran,
meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila dibandingkan dengan
kadar kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh
diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik.
Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut
awal yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat
diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan
berbagai akibatnya.
Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah
cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung
dengan memakai cara:
a BJ Plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan:
BJ Plasma 1.025 x BB (Kg) x 4 ml
0.001
penghambat
enzim
enkephalinase
sehingga
feses
dan
mengurangi
frekuensi
diare.
Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
non
Typhi:
Trimetoprim-Sulfametoksazole
atau
Prognosis
Penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius
hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.
Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada
anak-anak dan pada lanjut usia. Pada negara Amerika Serikat, mortalits
berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada
infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom
uremik hemolitik (Kayser, 2005).
Pencegahan
Karena
penularan
diare
menyebar
melalui
jalur
fekal-oral,
khususnya
selama
mengolah
makanan.
Kotoran
manusia
harus
diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari
kotoran manusia. Karena makanan dan air merupakan penularan yang
utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang
digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk
memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang
keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau
atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi.
Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak
menelan air. Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh
dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum
dikonsumsi (Fauci, 2009).
Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat
digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging
dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi
dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan
dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari
apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak (Fauci,
2009).
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius,
tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini,
vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin
kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan
untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi
imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70
% efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru
juga melindungi 70 %, hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek
samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya
diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi
yang mirip dengan dua vaksin lainnya (Fauci, 2009).