Anda di halaman 1dari 27

1.

Tanaman

1.3.1

Jamu sebagai hepatoprotektor

a. Curcuma xanthorrhiza

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Species

: Curcuma xanthorrhiza ROXB

Senyawa Kimia
Temulawak mengandung sembilan sesquiterpenoids yaitu -curcumene,
arturmerone, xanthorrhizol, germacrone, -curcumene,

-sesquiphellandrene,

curzerenone, -turmerone, and -turmerone serta 3 kurkuminoid yaitu curcumin,


mono-demethoxycurcumin, and bisdemethoxycurcumin (Hwang, 2009).
C. xanthorrhiza digunakan sebagai tonik di Indonesia dan obat kolerik di
Eropa. Selain kurkuminoid, spesies ini mgdg bisabolen aktif, seperti -curcumen,
ar-turmerone and xanthorrhizol. Tiga komponene tersebut mempunyai akstivitas
anti-kanker yg kuat terhadap Sarcoma 180 pada mencit (Itokawa, et al, 2008).

Mekanisme aksi

Kurkumin sebagai antioksidan mempunyai mekanisme potensial terhadap


berbagai reaktif oksigen termasuk radikal superoksida anion, radikal hidroksi,
radikal nitrogen dioksida, oksigen singlet yang berperan sebagai hepatoprotektor

(Negi et al, 2008).


Xanthorrhizol sebagai antibakteri (Hwang, 2009).

Aktivitas Biologi
Ekstrak rimpang kunyit menunjukkan aktivitas melindungi hati yang
diinduksi CCl4 pada penelitian in vivo dan in vitro. Kurkumin mempunyai
aktivitas antioksidan yang sangat baik. Kurkumin dapat menghambat peroksidasi
lipid d mikrosom, membran eritrosit dan homogenasi otak pada hati tikus.
Selain itu aktivitas hepatoprotektor terhadap hati yang diinduksi alkohol
dengan memonitor perubahan tingkat serum enzim aspartat transaminase (AST)
dan alkalin fosfatase. Kurkumin juga menunjujkkan aktivitas antihepatotoksik
pada hati tikus yg diinduksi parasetamol.
Kurkimin rendah diabsorbsi di usus halus setelah pemberian oral.
Pemberian oral kurkumin pada tikus menunjukkan hampir 75% dieksresikan di
feses dan beberapa ditemukan di urin (Negi, et al., 2008).

Mekanisme Aksi
Aktivitas hepatoprotektif kurkumin karena aktivitas antioksidannya.
Kurkumin merupakan perlindungan potensial terhadap berbagai reaktif oksigen
termasuk radikal superoksida anion, radikal hidroksi, radikal nitrogen dioksida,
oksigen singlet, dan lain-lain. Kurkumin menunjukkan aktivitas penghambatan
yang potensial terhadap P450 pada hati tikus.
Salah satu metabolit kurkumin yaitu tetrahidrokurkumin mempunyai efek
perlindungan yg lebih baik dibandingkan dengan silymarin, karena mengandung
gugus hidroksil dan metoksil dari cincin fenil dan 1,3-diketo. Aktivitas

antioksidan meningkat ketika ada hidroksil fenolik pada orto di gugus metoksil.
Berdasar hubungan ikatan menggunakan teori fungsi density / density function
theory (DFT), dapat dimengerti bahwa mekanisme antioksidan kurkumin
dikarenakan abstraksi atom hidrogen dari gugus fenolik dan bukan dari gugus
pusat metilen pada cincin heptadienon (Negi, et al., 2008).

Metabolit utama kurkumin pada hewan pengerat dan manusia

Toksisitas dan Efek Samping


Kunyit telah dikonsumsi di seluruh dunia dan tidak ada laporan toksisitas
sejauh ini. Pada percobaan di tikus, kurkumin ditemukan berbahaya jika
digunakan sampai dosis 2 g/kg walau tanpa ada kematian. Dosis tunggal akut 500
mg/kg BB tidak dapat menginduksi micronucleated polychromic erythrocytes tapi
menyebabkan aberasi kromosomal yg lebih tinggi (Negi, et al., 2008).

Masalah perut dapat terjadi bila digunakan secara berlebihan atau melebihi
dosis (Gruenwald, Brendler, & Janicke, 2004).
Kegunaan
Kegunaan lain rimpang kunyit selain sebagai hepatoprotektor, yaitu:

Antioksidan, antikanker, mengatasi masalah saluran pencernaan, mengobati kolitis


dan ulcer, mempunyai efek hipoglikemik, antihiperkolesterol (DerMarderosian &

Beutler, 2008).
Antiinflamasi, antiviral, antifungal, mencegah aterosklerosis, antimikroba,
antihiperkolesterolemia, immunomodulator (Akram, et al., 2010).

Dosis
Dosis rata-rata 1,5-3 g. Bentuk serbuk digunakan 2-3 kali sehari setelah makan;

bentuk teh (2-3 cangkir) digunakan di antara makan.


Dosis tinktur 10-15 tetes 2-3 kali sehari (Gruenwald, et al., 2004).
Dosis tinggi: 3-6 g / hari (melindungi ulcer) (DerMarderosian & Beutler, 2008).
b. Andrographidis paniculata (Sambiloto)

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Scrophulariales

Famili

: Acanthaceae

Genus

: Andrographis

Spesies

: Andrographis paniculata Nees

Nama Daerah
Sumatera : pepaitan (Melayu); Jawa : ki oray, ki peurat, takilo, (Sunda), bidara,
sadilata, sambilata, takila (Jawa); Indonesia : sambiloto.
Nama Asing
Lan He Lian (Cina), Cong Cong (Vietnam, dan Halviva (Inggris).
Ciri Morfologi
a. Makroskopik
Batang tak berambut, tebal 2 mm sampai 6 mm, berbentuk persegi empat,
batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang
berhadapan, umumnya terlepas dari batang,bentuk lanset sampai bentuk
lidah tombak, panjang 2 cm sampai 7 cm, lebar 1 cm sampai 3 cm, rapuh
tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing, ujung meruncing, tepi daun
rata. Permukaan berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan
bawah berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Kelopak bunga terdiri
dari 5 helai daun kelopak, panjang 3 mm sampai 4 mm, dan berambut.
Daun mahkota berwarna putih sampai keunguan. Buah berbentuk jorong,
pangkal dan ujung tajam, panjang 2 cm, lebar 4 mm, kadang kadang
pecah secara membujur menjadi 4 keping.permukaan luar kulit buah
berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan, permukaan dalam berwarna
putih atau putih kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5 mm sampai 3 mm,
lebar 2 mm. Permukaan luar berwarna coklat muda bertonjol tonjol.
Pada penampang melintang biji terlihat endosperm berwarna kuning
kecoklatan, lembaga berwarna putih kekuningan.
b. Mikroskopik
Daun : epidermis atas terdiri dari sel berbrntuk segi empat, kutikula tipis,
pada penampang tangensial tampak berbentuk poligonal, dinding samping
lurus, tidak terdapat stomata. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel
litosis yang berisi sistolit (mengandung banyak kalsium karbonat). Sel

litosis umumnya lebih besar daripada sel epidermis, bentuk jorong atau
bulat telur memanjang. Sistolit berbentuk jorong dengan permukaan
bertonjolan hingga mirip rangkaian buah anggur, panjang 60 m sampai
150 m, lebar 30 m sampai 80 m. Rambut kelenjar banyak, terletak
agak tenggelam dilapisan epidermis, sel pangkal kecil dan bersel satu.
Kepala kelenjar terdiri dari beberapa sel, garis tengah kepala kelenjar 40
m sampai 65 m, tinggi 15 m sampai 25 m. Rambut penutup sangat
sedikit, umumnya terdapat di epidermis atas pada tulang daun, berbentuk
kerucut berujung tumpul, bersel 2, dinding tipis, berukuran panjang (30
m sampai 125 m). Sel epidermis bawah lebih kecil dari sel epidermis
atas, pada penampang tangensial tampak dinding samping bergelombang.
Stomata sangat banyak, tipe diasitik dan bidiasitik, umumnya bidiasitik.
Rambut kelenjar dan litosis lebih banyak terdapat di epidermis bawah
daripada di epidermis atas.jaringan palisade umumnya terdiri dari satu
lapis sel, jarang yang 2 lapis. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa
lapis sel bunga karang, tersusun renggang dengan rongga udarayang besar.
Di antara sel bungakarang terdapat juga sel litosis serupa dengan yang
terdapat diepidermis. Berkas pembuluh tipe bikolateral.
Batang : Epidermis terdiri dari satu lapis sel yang terentang tangensial,
pada penampang tangensial terlihat berbentuk segi empat panjang, dinding
samping lurus, kutikula agak tebal. Pada epidermis terdapat rambut
kelenjar dan litosis seperti terdapat pada epidermis daun. Jaringan
kolenkim terdapat di bawah epidermis, terutama pada sudut batang.
Parenkim korteks terdiri dari beberapa lapis sel. Serabut perisikel
berdinding tebal, agak berlignin, lumen sempit. Floem sekunder sedikit.
Sebagian besar xilem sekunder terdiri dari serabut kayu. Pembuluh kayu
bernoktah dan berpenebalan tangga tersebar. Empulur terdiri dari sel besar
berbentuk poligonal, dinding bernoktah, sel empulur berisi hablur kalsium
oksalat berbentuk jarum, panjang hablur 15 m sampai 50 m.
Kelopak bunga : pada epidermis luar terdapat rambut penutup dan rambut
kelenjar. Rambut penututp umumnya terdiri dari satu sel, kadang kadang
bersel 2, berbentuk kerucut, panjang 40 m sampai 175 m, dinding tebal,

dan kutikula bergaris garis. Rambut kelenjar terdapat dua tipe, tipe
pertama serupa dengan rambut kelenjar pada daun, sedangkan tipe kedua
memiliki tangkai kelenjar bersel 3 sampai 5 dan kepala kelenjar berbentuk
serupa mangkok bersel banyak.
Kulit buah : Epidermis luar terdiri dari sel pipih berbentuk poligonal
memanjang atau serupa serabut pendek berdinding agak tebal, dan
kutikula tebal bergaris. Pada epidermis terdapat stomata serupa stomata
pada daun dan terdapat juga rambut kelenjar dengan tangkai bersel banyak
serupa rambut kelenjar tipe kedua pada kelopak bunga. Di bawah
epidermis terdapat jaringan berisi zat berwarna cokelat kekuningan.
Epidermis dalam terdiri dari satu sel lapis tipis, dinding tebal, dan
bernoktah. Mesokarp terutama terdiri dari serabut sklerenkim berdindng
tebal, bernoktah, dan berlignin. Di daerah sekat mesokarp terdiri dari
parenkim bernoktah dan sel batu dengan lumen lebar, dinding tebal,
noktah

jelas,

dan

berlignin.

Biji : kulit biji terdiri dari satu lapis sel, pipih berpapila pendek, dinding
tipis, dan kutikula tipis. Endosperm terdiri dari sel berbentuk bulat
panjang, dinding tebal tidak berlignin, tak berwarna, umumnya tersusun
radial, serta sel penuh berisi butir butir minyak dan aleuron. Embrio
selnya lebih kecil dari sel endosperm, dinding tipis, dan berisi butir butir
minyak.
Serbuk : Warna hijau kelabu, rasa sangat pahit. Fragmen pengenal adalah
fragmen epidermis atas dan epidermis bawah dengan litosis; fragmen
mesofil daun; rambut kelenjar dari kelopak bunga; rambut penutup
kelopak bunga; sel batu dari sel kulit buah; epidermis kulit buah dengan
stomata; berkas pembuluh; sistolit yang lepas dari sel; fragmen serabut
kulit buah; fragmen endosperm dari biji; fragmen empulur batang; hablur
kalsium oksalat berbentuk jarum jarang kelihatan.

Senyawa Kimia yang Terkandung

Komponen utama obat Andrographis adalah andrografolida. Ia memiliki


rasa pahit yang sangat, adalah kristal tak berwarna dalam penampilan, dan disebut
sebagai diterpen lakton. Bahan kimia obat lain juga prinsip-prinsip pahit: yaitu
diterpenoids. deoxyandrographolide,-19-D-glukosida, dan neo-andrografolida,
semua yang telah diisolasi dari daun. Selain pahit terkait disebutkan, komponen
aktif

lainnya

(andrographlide

termasuk
D),

14-deoxy-11,

12

homoandrographolide,

didehydroandrographolide

andrographan,

andrographon,

andrographosterin, dan stigmasterol yang terakhir yang diisolasi dari persiapan


Astrographis. Daun mengandung jumlah tertinggi andrografolida (2,39%), aktif
fitokimia medicinally paling di pabrik, sedangkan biji mengandung terendah.
Kandungan andrografin, androfolit (zat pahit), dan panikulin dalam sambiloto
merupakan antibiotika alami. Zat ini membantu tubuh dari dalam untuk
mengurangi risiko penuaan kulit dan menjaga fungsi organ tubuh dari efek radikal
bebas. Ekstrak sambiloto mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi
yang menurunkan kualitas organ dalam tubuh, termasuk jaringan kulit.
Pemanfaatan herba ini biasanya dalam bentuk kering atau ekstrak daun, batang,
akar, dan bunga agar tahan lama. Sambiloto mengandung andrograpolid,
deoksiandrograpolid, dan neograpolid pada seluruh bagian tanaman. Namun,
bagian tanaman yang paling banyak mengandung andrograpolid adalah daun
(sekitar 1%). Andrograpolid merupakan diterpenelaktode yang digunakan dalam
membuat obat. Kandungan komponen aktif pada sambiloto dipengaruhi oleh mutu

simplisia, karakter genetik (varietas), cara budi daya (kondisi lahan, tinggi
tempat), dan penanganan pascapanen.
Kandungan senyawa fitokimia pada batang sambiloto lebih rendah
dibanding pada daun, namun masih memenuhi standar mutu yang ditetapkan
Materia Medika Indonesia (MMI). Oleh karena itu, seluruh bagian tanaman
(batang, daun, dan buah) dapat digunakan sebagai simplisia. Secara umum
senyawa senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman sambiloto adalah
sebagai berikut :

Saponin

Flavanoid

Andrografolid

Apigenin

Tanin

Neo- andrografolid

Deoksi andrografolid

Homo andrografolid

Bis andrografolid

Dehidro andrografolid

Andrografid

Panikulin

Mineral (Kalium, kalsium, natrium)

Asam kersik dan Damar

Aspek Budidaya
Tanaman

sambiloto

belum

banyak

dibudidayakan.

Tanaman

ini

diperbanyak secara vegetatif dengan setek pucuk, dan secara generatif dengan biji.
Untuk pembudidayaan sambiloto dalam skala besar diperlukan penyediaan bibit
yang seragam dan dalam jumlah yang banyak, padahal perkecambahan sambiloto
tidak seragam. Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan percobaan teknik
penyemaian sambiloto untuk mendapatkan bibit yang seragam dalam jumlah
banyak. Dilihat dari ekologi dan penyebarannya, tanaman sambiloto tumbuh di

India, semenanjung Malaya, dan hampir di seluruh Indonesia pada tempat


terbuka, di kebun, di tepi sungai, pada tanah yang gembur dan sering kali tumbuh
dengan cara berkelompok. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 1 m sampai 700
m di atas permukaan laut.
Mekanisme aksi
Interaksi Obat
Ekstrak sambiloto kemungkinan memiliki efek sinergis dengan isoniazid.
Selain itu, sampai saat ini belum diketahui interaksi obat lain dengan sambiloto
(Widyawati, 2007).
Efek Samping
Sakit kepala, fatique, rasa pahit, dan peningkatan enzim hati dilaporkan
terjadi pada uji klinis pada pasien yang terinfeksi HIV yang diberi
andrographolide dosis tinggi. Hal ini tidak ada dilaporkan pada orang yang
menggunakan andrographis atau ekstrak terstandard pada jumlah yang
direkomendasikan. Seperti semua herba yang pahit, sambiloto mungkin
menyebabkan ulkus dan adanya rasa terbakar. Keamanan terhadap wanita hamil
dan menyusui sampai saat ini belum diketahui (Widyawati, 2007).
Toksisitas
Dalam pengobatan tradisional China, Thailand dan India, sambiloto sudah
menunjukkan keamanannya. Uji toksikologi pada hewan coba dan manusia
menunjukkan bahwa andrographolide dan senyawa lain yang terdapat pada
sambiloto memiliki toksisitas yang sangat rendah. Pada mencit yang diberi
ekstrak sambiloto secara oral (10 gr/kgBB) sekali sehari selama 7 hari, tidak ada
seekorpun tikus yang mati. Jantung, ginjal, hati, dan limpa dijumpai dalam
keadaan normal pada hewan percobaan ini. Ketika sambiloto dengan dosis 500
mg/kg berat badan diberikan selama 10 hari setiap hari pada mencit, tidak ada
efek pada pertumbuhan, selera makan dan produksi feses. Hewan coba tersebut
tetap energik dan hasil jumlah darah lengkapnya berada pada batas normal. Pada
kelinci yang diberi andrographolide (10 mg/kg berat badan) secara intravena,
menunjukkan tidak ada respons kardiovaskuler yang abnormal. Uji enzim hati,
jantung, ginjal dan limpa juga berada dalam keadaan normal pada hewan coba ini.

Pada uji toksisitas lainnya, tikus atau kelinci yang diberi andrographolide
atau neoandrographolide dengan dosis 1 gr/kg berat badan secara oral selama 7
hari, menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap berat badan, jumlah darah, fungsi
hati dan ginjal, serta organ penting lainnya (Widyawati, 2007).
Dosis
Ekstrak Metanol sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki efek
hepatoprotektor

yang

dibuktikan

dengan

penurunan

aktivitas

alanin

aminotransferase (Alt) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi
parasetamol. Dosis efektif ekstrak metanol sambiloto (Andrographis paniculata)
pada penelitian ini yang dapat meneurunkan aktivitas enzim ALT pada plasma
darah secara in vivo pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang
diinduksi parasetamol adalah 500 mg/kgBB (Prabowo, 2014).
A. Hedyotis corymbosa (Rumput Mutiara)

Klasifikasi tumbuhan
Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Rubiales

Famili

: Rubiaceae

Genus

: Hedyotis

Spesies

: Hedyotis corymbosa L

Morfologi tumbuhan
Rumput tumbuh rindang berserak, agak lemah, tinggi 15 50 cm, tumbuh subur
pada tanah lembab di sisi jalan, pinggir selokan, mempunyai banyak percabangan.

Batang bersegi, daun berhadapan bersilang, tangkal daun pendek/hampir duduk,


panjang daun 2 5 cm, ujung runcing, tulang daun satu di tengah. Ujung daun
mempunyal rambut yang pendek. Bunga ke luar dari ketiak daun, bentuknya
seperti payung berwarna putih, berupa bunga majemuk 2-5, tangkai bunga (induk)
keras seperti kawat, panjangnya 5 10 mm. Buah built, ujungnya pecah-pecah.
Kandungan Kimia Dan Efek Farmologis Tanaman Herbal Rumput Mutiara
Rumput mutiara mengandung hentriakontane, stikmasterol, ursolic acid,
sitosterol, D-glukosida, p- coun maric acid, flovonoid glycossides dan asam oleat.
Anggota familli Rubiaceae ini bersifat manis, sedikit pahit, lembut netral dn agak
dingin. Faedahnya untuk menghilangkan panas dan toksik anti radang, diuretik,
menyembuhkan bisul dan mengaktifkan sirkulasi darah.
Manfaat Tanaman Obat Rumput Mutiara
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rumput mutiara dapat digunakan sebagai obat herbal untuk penyakit Tonsilis,
Bronkhitis, Gondongan, Pneumonia, Radang usus buntu; Hepatitis, Radang
panggul, Infeksi saluran kemih, Bisul, Borok; Kanker: Lymphosarcoma, Ca
lambung, Ca cervix, kanker payudara, rectum, fibrosarcoma, dan Ca nasophar;
Bagian Yang Dipakai:
Seluruh tanaman, segar atau dikeringkan.
Kegunaan:
1. Tonsilitis, pharyngitis, bronchitis, pneumonia, gondongan (Mumps).
2. Radang usus buntu (Acute appendicitis).
3. Hepatitis, cholecystitis.
4. Penyakit radang panggul (Pelvic inflammatory disease), infeksi saluran
kemih.
5. Bisul (carbuncle), borok,
6. Kanker:

Lymphosarcoma,

Ca

lambung,

Ca

payudara, rectum, fibrosarcoma, dan Ca nasopharynx.


Pemakaian:

cervix,

kanker

15 60 gr, rebus. Sudah dibuat tablet, granule, dan obat suntik.

Pemakaian Luar:
Memar, pyodermi, gigitan ular, tersiram air panas, tulang patah, terkilir:Lumatkan
herba segar, untuk dibubuhkan di tempat yang sakit.
Tersiram air panas : Herba segar secukupnya direbus, untuk cuci.
Komposisi :
Sifat Kimiawi Dan Efek Farmakologis
Rasa manis, sedikit pahit, lembut, netral, agak dingin. Menghilangkan panas,
anti-radang, diuretik, menyembuhkan bisul (anti carbuncular), menghilangkan
panas dan toxin, mengaktifkan circulasi darah.
Kandungan Kimia

Baihua she-she cao mengandung: Hentriacontane, stigmasterol, ursolic acid,


oleanolic acid, Beta-sitosterol, sitisterol-D-glucoside, p-coumaric acid, flavonoid
glycosides, dan baihuasheshecaosu (kemungkinan analog coumarin)
Dosis
Pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara dosis 400 dan 800
mg/kgBB selama tiga minggu, terjadi penurunan kadar SGPT dan SGOT yang
cukup berarti. Berdasarkan uji fitokimianya ekstrak etanol rumput mutiara
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan steroid (Alawiyah,
2007).

d. Cetella Folium (Pegagan)

Klasifikasi Pegagan
Menurut Winarto (2003) Berdasarkan pemaparan tentang pegagan diatas
maka klasifikasi dari pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah sebagai
berikut:
1. Kingdom

: Plantae

2. Divisio

: Spermatophyta

3. Sub devisio

: Angiospermae

4. Klass

: Dicotyledone

5. Ordo

: Umbilales

6. Family

: Umbilaferae (Apiaceae)

7. Genus

: Centella

8. Spesies

: Centella asiatica (L) Urban

Morfologi Pegagan
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman liar yang
banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, pematangan sawah ataupun di
ladang agak basah (Besung, 2009). Pegagan tumbuh merayap menutupi tanah,
tidak memiliki batang, tinggi tanaman antara 10 50 cm. Pegagan memiliki daun
satu helaian yang tersusun dalam roset akar dan terdiri dari 2 10 helai daun.
Daun berwarna hijau dan berbentuk seperti kipas, buah berbentuk pinggang atau

ginjal. Pegagan juga memiliki daun yang permukaan dan punggungnya licin,
tepinya agak melengkung ke atas, bergerigi, dan kadang-kadang berambut,
tulangnya berpusat di pangkal dan tersebar ke ujung serta daunnya memiliki
diameter 1-7 cm (Winarto, 2003).
Pegagan memiliki tangkai daun berbentuk seperti pelepah, agak panjang
dan berukuran 5 - 15 cm. Pada tangkai daun pegagan dipangkalnya terdapat daun
sisik yang sangat pendek, licin, tidak berbulu, berpadu dengan tangkai daun.
Pegagan memiliki bunga putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan
yang berbentuk payung. Buah pegagan berbentuk lonjong atau pipih, berbau
harum dan rasanya pahit, panjang buah 2 2,5 mm. Buah pegagan berdinding
agak tebal, kulitnya keras, berlekuk dua, berusuk jelas, dan berwarna kuning
(Winarto, 2003).
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tumbuhan berbiji
tertutup dan berkeping dua. Merupakan tanaman herba yang berpotensi dalam hal
farmakologi (Dasuki, 1991). Pegagan memiliki akar rimpang yang pendek serta
mempunyai geragih (Savitri, 2006), akar keluar dari buku dan berupa akar
tunggang berwarna putih. Stolon tumbuh dari system perakaran, memilki ukuran
yang panjang dan tumbuh menjalar . Pada setiap buku dari stolon akan tumbuh
tunas yang akan menjadi cikal bakal tumbuhan pegagan baru (Winarto, 2003).
Habitat
Tumbuh baik di Indonesia terutama di daerah beriklim tropis baik di
dataran rendah sampai ketinggian 2500 m dpl. Tumbuh di tempat yang terbuka
atau sedikit ternaung, pada tanah yang lembab dan subur seperti pematang sawah,
padang rumput, tepi parit dan di tepi jalan.
Kandungan Kimia

Menurut Winarto (2003) pada pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)


mengandung berbagai bahan aktif meliputi: 1) triterpenoid saponin, 2) triterpenoid
genin, 3) minyak essensial, 4) flavonoid, 5) fitosterol, dan bahan aktif lainnya.
Kandungan bahan aktif yang terpenting dari beberapa bahan aktif lainnya adalah
triterpenoid saponin. Bahan aktif triterpenoid saponin meliputi: 1) asiatikosida, 2)
centellosida, 3) madekossida, 4) dan asam asiatik.
Dosis
Dosis uji ekstrak methanol pegagan adalah 200 mg/kgBB dapat
menurunkan SGPT secara bermakna (Vidyaniati, 2010).
Mekanisme
Pegagan memiliki lebih dari satu efek farmakologis, komlementer, dan
atau sinergisme dalam komplemen bioaktif tanaman obat. Efek ekstrak pegagan
terhadap nekrosis jaringan hati sejalan dengan kadar SGPT karena mekanisme
kerja enzim akan keluar jika sel hati mengalami perubahan permeabilitas
membran. Serum glutamic pyruvic transaminase di dalam sel hati akan keluar dan
masuk ke dalam peredaran darah. Efek ekstrak pegagan mencegah kenaikan
SGPT dan mencegah nekrosis jaringan hati (Vidyaniati, 2010).
1.3.2

Jamu sebagai anti gout

a. Sida rhombifolia (Sidaguri)

Klasifikasi
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Bangsa

: Malvales

Suku

: Malvaceae

Marga

: Sida

Jenis

: Sida rhombifolia L.

Morfologi
Sidaguri tumbuh liar di tepi jalan, halaman berumput, hutan, ladang, dan
tempat-tempat dengan sinar matahari cerah atau sedikit terlindung. Tanaman ini
tersebar pada daerah tropis di seluruh dunia dari dataran rendah sampai 1.450 m
dpl. Perdu tegak bercabang ini tingginya dapat mencapai 2 m dengan cabang kecil
berambut rapat. Daun tunggal, bergerigi, ujung runcing, pertulangan menyirip,
bagian bawah berambut pendek warnanya abu-abu, panjang 1,5-4 cm, lebar 1-1,5
cm. Bunga tunggal berwarna kuning cerah yang keluar dari ketiak daun, mekar
sekitar pukul 12 siang dan layu sekitar tiga jam kemudian. Buah dengan 8-10
endaga, diameter 6-7 mm. Nama umum/dagang : Sidaguri
Nama Daerah
Tumbuhan sidaguri dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama
daerah : Saliguri (Minangkabau), Sidaguri (Melayu), Sidaguri (Jawa tengah),
sidagori

(sunda),

Taghuri

(Halmahera),Digo (Ternate).

(Madura),

Kahindu

(Sumba),

Hutu

gamo

Manfaat dan Kandungan Tumbuhan Sidaguri


Herba digunakan untuk mengatasi: influenza, demam, radang amandel
(tonsilitis), difteri, TBC kelenjar (scrofuloderma), radang usus (enteritis), disentri,
sakit kuning (jaundice), malaria, batu saluran kencing, sakit lambung, wasir
berdarah, muntah darah, terlambat haid, dan cacingan, sedangkan akar digunakan
untuk mengatasi: influenza, sesak napas (asma bronkhiale), disentri, sakit kuning,
rematik gout, sakit gigi, sariawan, digigit serangga berbisa, susah buang air besar
(sembelit), terlambat haid, dan bisul yang tak kunjung sembuh, dan bunga
digunakan untuk obat luar pada gigitan serangga. Akar dan kulit sidaguri kuat,
dipakai untuk pembuatan tali. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.
Kandungan kimia dari tumbuhan sidaguri, daun mengandung alkaloid, kalsium
oksalat, tannin, asam amino, dan minyak atsiri. Batang mengandung kalsium
oksalat dan tannin. Akar mengandung alkaloid, dan steroid.
Senyawa Organik Bahan Alam
Senyawa organik bahan alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatsifat yang dimilikinya. Klasifikasi ini didasarkan pada kerangka molekul dari
senyawa yang bersangkutan. Menurut sistem ini, ada 4 kelas senyawa organik
bahan alam, yaitu:
a. Senyawa alifatik rantai terbuka atau lemak dan minyak. Contoh : asamasam lemak, gula dana asam- asam amino pada umumnya
b. Senyawa alisiklik atau sikloalifatik. Contoh : Terpenoid, steroida
c. Senyawa aromatik atau benzenoid. Contoh : Golongan fenolat, golongan
kuinon
d. Senyawa heterosiklik. Contoh : alkaloida, flavonoida
Dosis
Secara in vivo formula terbaik dengan dosis 100, 200 dan 400 mg/kg BB
yang diberikan setiap hari berturut turut selama 1 minggu memberikan efek yang
cukup bermakna terhadap kadar asam urat tikus dengan potensi lebih rendah
dibandingkan dengan allupurinol dosis 100 mg/kg BB.
Mekanisme

Daun sidaguri memiliki beberapa kandungan kimia seperti : alkaloid,


kalsium oksalat, tannin, saponin, fenol, asam amino, dan minyak atsiri.
Kandungan polifenol dan flavonoid pada tumbuhan sidaguri bersifat diuretik,
sehingga asam urat akan luruh dan terbuang bersama urin. Sidaguri juga dapat
menghambat produksi enzim XO (Xantin Oksidase), yang merupakan enzim
penting yang turut berperan dalam sintesa asam urat (Prakoso, 2007).

b. Zingiber officinalle (Jahe)

Klasifikasi
Kelas

: Angiospermae

Sub kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Zingiber

Spesies

: Zingiber officinale Rosc.

Pemeriksaan Organoleptik
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas. Warna kuning muda. Fragmen
pengenal adalah sel parenkimatik, serabut, pembuluh kayu, kadang-kadang
didampingi sel zat warna, sel dammar minyak, damar minyak berbentuk

gumpalan atau tetesan kecil yang dengan iodium LP memberi warna, banyak
sekali butir pati, fragmen periderm.
Pemeriksaan Makroskopik
Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang, cabang pendek, pipih,
bentuk bulat telur terbalik, pada setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke
dalam. Dalam bentuk potongan, panjang 5 cm sampai 15 cm, umumnya 3 cm
sampai 4 cm, tebal 1 cm sampai 6,5 cm, umumnya 1 cm sampai 1,5 cm. Bagian
luar berwarna coklat kekuningan, beralur memanjang, kadang-kadang ada serat
yang bebas. Bekas patahan pendek dan bersifat menonjol. Pada irisan melintang
terdapat berturut-turut korteks sempit yang tebalnya lebih kurang sepertiga jarijari, endodermis, stele yang yang lebar, banyak tersebar berkas pembuluh berupa
titik keabu-abuan dan sel kelenjar berupa titik yang lebih kecil berwarna
kekuningan.

Pemeriksaan Mikroskopik
Di bawah epidermis terdapat hipodemis. Periderm terdiri dari beberapa
lapis sel gabus. Korteks terdiri dari parenkim isodiametrik, dinding sel tipis,
berkas pembuluh tersebar, banyak idioblas, sel idioblas hamper bulat, dinding
bertikula, garis tengah 40 sampai 80, berisi damar minyak, warna kuning
kehijauan sampai jingga atau berwarna coklat kekuningan sampai coklat
kemerahan. Endodermis terdiri dari sel dengan dinding radial agak menebal, tidak
berisi pati. Berkas pembuluh kolateral dan fibrovasal, berkas pembuluh yang
terdapat langsung di sebelah dalam endodermis tersusun teratur dalam satu

deretan, berkas-berkas hampir bersentuhan satu sama lain, umumnya tanpa


serabut. Stele terdiri dari sel parenkim berdinding tipis, berkas pembuluh
kolateral banyak dan tersebar, idioblas minyak seperti pada korteks. Xilem terdiri
dari sedikit pembuluh spiral dan pembuluh jala, tidak berlignin, garis tengah lebih
kurang 70. Floem berklompok. Serabut berkelompok, dinding tipis, panjang
sampai lebih kurang 600, lebar sampai lebih kurang 30, bernoktah berbentuk
celah miring. Idioblas bentuk prisma, panjang sampai lebih kurang 130, lebar 8
sampai 20, tunggal atau dalam deretan sejajar dengan sumbu berkas pembuluh,
berisi zat berwarna coklat kemerahan tua. Butir pati memnuhi parenkim korteks
dan parenkim stele, butir tunggal, bentuk bulat putih telur pipih sampai hampir
segi empat, hilus terdapat pada tonjolan di ujung butir, panjang 5 sampai 60,
umumnya 15 sampai 30, lebar sampai lebih kurang 25, tebal sampai 7,
lamella melintang.
Komponen Kimia
Komponen utama dari jahe segar adalah senyawa homolog fenolik keton
yang dikenal sebagai gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas
dan pada suhu tinggi akan berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas
dibandingkan gingerol, merupakan komponen utama jahe kering. Jahe segar telah
teridentifikasi 63 senyawa, dimana 31 senyawa pernah dilaporkan dan 20 senyawa
baru. Gingerol sebagai komponen utama jahe dapat terkonversi menjadi shogaol
atau zingeron. Senyawa paradol sangat serupa dengan gingerol yang merupakan
hasil hidrogenasi dari shogaol. Shogaol terbentuk dari gingerol selama proses
pemanasan.

Kecepatan degradasi dari [6]-gingerol menjadi [6]-shogaol

tergantung pada pH, stabilitas terbaik pada pH 4, sedangkan pada suhu 100C dan
pH 1, degradasi perubahan relatif cukup cepat.
Dosis
Dosis jahe sebesar 18,5 mg/kgBB selama 14 hari dapat menurunkan kadar
asam urat (Senge).
Mekanisme

Pada hewan, senyawa utama jahe yaitu gingerol, cepat dibersihkan dari plasma,
dan dieliminasi oleh hati. Gingerol juga merupakan substrat dari beberapa
transferase UDP-glucuronosyl yang merupakan enzim metabolic fase 2 yang
bertanggung jawab untuk metabolisme beberapa obat (Stockleys, 2009).
c. Cetella Herba (Herba Pegagan)
Dosis
Inhibisi ekstrak etanol pegagan membutuhkan 3,00 g ekstrak untuk mendapatkan
inhibisi setara dengan 1 tablet allopurinol yang massanya 0,3 g, sehingga untuk
memperoleh ekstrak sebanyak tersebut diperlukan 378,62 g pegagan segar.
Mekanisme
Pegagan dan buah sirsak mengandung senyawa aktif alkaloid dan flavonoid
sehingga mampu menginhibisi xantin oksidase karena alkaloid menurut Cos dkk
(2009:71-76) memiliki gugus hidroksil sebagai akseptor elektron dari xantin
oksidase, Sedangkan flavonoid mempunyai gugus hidroksil dari atom C5 dan C7
serta ikatan rangkap antara C2 dan C3, esensial untuk aktivitas inhibisi yang
tinggi dalam Xantin Oksidase. Selain itu polifenol dan saponin memiliki
kemampuan sebagai inhibitor xantin oksidase yang mekanisme inhibisinya belum
diketahui (Azmi, 2012: 161). Metabolit sekunder tersebut sebagian terdapat pada
pegagan dan buah sirsak sehingga berpotensi sebagai inhibitor aktivitas enzim
xantin oksidase.
d. Orthosiphon stamenius (Kumis Kucing)

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

: Orthosiphon

Spesies

: Orthosiphon stamineus Benth.

2. Morfologi Tanaman
Kumis kucing merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak, pada bagian
bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi sampai 2 m, batang bersegi empat
agak beralur, berambut pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar telur
lonjong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya,
lancip atau tumpul, panjang 1 cm sampai 10 cm, lebar 7,5 mm sampai 5 cm; urat
daun sepanjang tepi berambut tipis atau gundul, kedua permukaan berbintik-bintik
karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai 3 cm.
Perbungaan berupa tandan yang keluar di ujung cabang, panjang 7 cm sampai 29
cm, di tutupi oleh rambut pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih;
gagang berambut pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm. Kelopak bunga
berkelenjar, urat dan pangkal berambut pendek dan jarang sedangkan di bagian
yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih,
panjang 13 mm sampai 27 mm, di bagian atas di tutupi oleh rambut pendek yang
berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 mm sampai 18 mm, panjang bibir
4,5 mm sampai 10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari lebih panjang
dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna
coklat gelap, panjang 1,75 mm sampai 2 mm.
Kandungan Kimia
Tanaman kumis kucing ini memiliki kandungan kimia berupa orthosiphon
glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam

kalium, myoinositol. Methylripariochromene A (MRC) telah diisolasi dari daun


Orthosiphon aristatus (Lamiaceae).
Asal Daerah
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah
yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea
plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan
Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari
wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia.

Daerah Asal
Tanaman kumis kucing ini diambil dari kabupaten Bantaeng. Kecamatan
Eremerasa, desa Kampala.
Dosis
Ekstrak etanol daun kumis kucing yang diuji mempunyai daya
antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar lebih rendah dibandingkan
kontrol positif Na Diklofenak 75,96%, yaitu pada dosis 123, 245, dan
490mg/kgBB berturut turut 33,11%; 52,64% dan 64,12% (Prayoga, 2008).
Mekanisme
Kumis kucing mempunyai potensi sebagai antiinflamasi. Kemampuan
antiinflamasi ekstrak daun kumis kucing ini karena kemampuan penghambatan
enzim siklooksigenase dan

lipooksigenase sehingga asam arakidonat tidak

dirubah menjadi prostaglandin dan leukotrin. Penghambatan ini disebabkan oleh


flavonoid yang tersari, secara umum mempunyai kemampuan penghambatan
enzim siklooksigenase dan lipooksigenase (Prayoga, 2008)
Analisa Rasionalisasi Formula Produk Jamu LIVERIN Kapsul
No

Komposisi

Kandungan

Mekanisme

Kimia

Hepatoprotektor

Kegunaan

1.

Ekstrak Curcuma

Filantin,

Antioksidan

Antiviral

2.

xanthorrhiza
Ekstrak

hipofilantin
Kurkumin

Antioksidan

Antiinflamasi,

Andrographis
3.

paniculata
Ekstrak Hedyotis

4.

herba
Centella folium

antiviral
Kurkumin,

Antioksidan

Xanthorhizol

Antiinflamasi

Antimikroba

Kesimpulan: Formula tersebut rasional karena saling mendukung satu sama lain
kegunaannya sebagai hepatoprotektor

PENUTUP
Berdasar hasil telaah pustaka dengan didukung hasil penelitian secara
praklinik dan atau klinik, diketahui bahwa formula produk jamu Gramuno Kapsul
yang berisi ekstrak herba meniran, ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak rimpang
temulawak dapat digunakan sebagai hepatoprotektor. Selain itu dapat dikatakan
bahwa jamu Gramuno Kapsul rasional komposisinya untuk digunakan sebagai
hepatoprotektor

DAFTAR PUSTAKA
Acuan Sediaan Herbal. (2007). (1 ed. Vol. 5) .Jakarta : Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
Anggakusuma, A., Yanti, Y., Lee, M., & Hwang, J. K. (2009). Estrogenic activity
of xanthorrhizol isolated from Curcuma xanthorrhiza Roxb. Biol. Pharm.
Bull., 32 (11), 1892-1897.
Hartono et. al. Effects of Turmeric extract (Curcuma domestica Val.) on the
increase of SGOT and SGPT level in the mice (Rattus norvegicus) due to
the acethaminophen administration. Biofarmasi 3 (2) : 57-60.

Itokawa, H., Shi, Q., Akiyama, T., Morris-Natschke, S. L., & lee, K. H. (2008).
Recent advances i the investigation of curcuminoids. Chinese Medicine 3
(11) : 1-13.
Kumar, H. Rameshz., J., Kumar, S., Ishaqs, M. (2010). A review on
hepatoprotective activity of medicinal plants. International Journal
Pharmaceutical Sciences and Research (2011). Vol. 2 (3) : 501-515.
Merinda, D.F., 2014. Hepatoprotective effect of curcumin in chronic hepatitis. J
MAJORITY. Vol. 3 (7). Faculty of Medicine: Universitas Lampung.
Negi, A. S., Kumar, J. K, Luqman, S., Shanker, K, Gupta, M. M., & Khanuja, S. P.
S. (2008). Recent advances in plant hepatoprotectives: a cheical and
biological profile of some important leads. Inc. Med Res Rev. Vol. 28
(5) : 746-772.
Rechtman et al. Curcumin inhibits hepatitis B virus via down-regulation of the
metabolic coactivator PGC-1a. FEBS Letters 584 (2010) 24852490.

Prakoso, B.2007. Sidaguri Meringankan Obat Asam Urat Rematik. Penebar


Swadaya : Jakarta. 26 27.

Anda mungkin juga menyukai