Anda di halaman 1dari 13

4/22/2015

Sistim BALOK SILANG


(GRID SYSTEM)

Analisis Struktur II

Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT.


Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya

Pendahuluan
(Introduction)

Pelat lantai pada bangunan bertingkat merupakan


bagian struktur yang terpasang mendatar dan berfungsi
sebagai tumpuan beban di atasnya. Pelat lantai
umumnya mempunyai ketebalan yang ukurannya relatif
kecil dibandingkan dengan panjang bentangnya,
sehingga kekakuan dari pelat sangat kurang.
Kekakuan yang kurang ini akan mengakibatkan
lendutan dari pelat yang besar. Dari peraturan dan
keamanan konstruksi, lendutan yang besar ini harus
dicegah agar pelat lantai masih dapat berfungsi dan
memberikan kenyamanan berpijak bagi penghuninya.

4/22/2015

Perbaikan Kekakuan
(Stiffness Improvement)
Dalam ilmu struktur dan bahan konstruksi, untuk
meningkatkan nilai kekakuan pelat lantai dapat
dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu :
Dengan menambah ukuran tebal pelat, tetapi cara ini tidak
dianjurkan karena tidak efisien, boros bahan dan akibatnya
menambah berat strukturnya sendiri.
Mengurangi lebar bentang pelat dengan memberikan balokbalok silang berupa balok induk dan balok anak. Secara
umum cara ini banyak digunakan karena kepraktisannya
dalam analisis dan pelaksanaannya.
Memanfaatkan bentuk atau sistim kisi-kisi (wafer, waffle) yang
secara umum lebih dikenal dengan istilah struktur Grid (balok
silang).

Tujuan
(Objectives)

Sistim balok silang digunakan sebagai salah satu


alternatif teknis untuk memberikan kekakuan dan
menambah kekuatan pada pelat lantai.
Struktur ini dipakai pada bentangan besar dan
dikarenakan bentuknya yang dapat dibuat sesuai
selera maka dapat menjadi plafon hiasan yang
bersifat artistik.
Struktur grid mempunyai sifat utama dapat
mendistribusikan beban pada kedua arah secara
seimbang.

4/22/2015

Keuntungan
(Advantages)

Mempunyai kekakuan yang besar (terutama pada


bentang lebar).
Mempunyai bentuk yang seragam dengan
berbagai variasi.
Dapat mendistribusikan beban dan momen pada
kedua arah bentang secara merata.
Mempunyai sifat fleksibilitas ruang yang cukup
tinggi dan sederhana, sehingga lebih luwes dalam
mengikuti pembagian panel-panel eksterior
maupun partisi interiornya.
Dapat mengurangi jumlah pemakaian kolom,
sehingga dapat memberikan ruang yang lebih luas.

Bentuk dan Posisi


(Shape and Location)
Sistim Grid Persegi

Sistim Grid Miring

Sistim Grid Majemuk

4/22/2015

Metode Kekakuan
(Stiffness Method)

Metode Kekakuan (Stiffness Method) merupakan salah


satu cara untuk menganalisis struktur yang proses
perumusan analisisnya dilakukan dengan cara
memberikan lendutan sebesar satu satuan di titik-titik
diskrit yang akan dicari. Dengan demikian akan
diperoleh hubungan antara gaya-gaya yang bekerja
pada titik diskrit yang bersangkutan dan lendutan yang
terjadi akibat bekerjanya gaya tersebut.

Metode Kekakuan
(Stiffness Method) contd.

Secara matematis, hubungan tersebut dapat ditulis:


{A} = [S] {D}
dengan :
{A}
[S]
{D}

(1)

= vektor beban/gaya
= matriks kekakuan
= vektor deformasi

4/22/2015

Matriks Kekakuan Elemen


[SM]i

Untuk mempermudah perakitan matriks kekakuan


batang, maka titik-titik diskrit diberi nomor urut dan
ditentukan pula kondisi pengekang berdasarkan jenis
tumpuannya. Karena adanya beban luar, baik beban
pada batang (element load) atau beban pada titik buhul
(joint load), batang akan mengalami deformasi akibat
torsi pada arah sumbu X, rotasi pada arah sumbu Y
dan translasi pada pada arah sumbu Z. Untuk lebih
jelasnya, Pers. tersebut akan ditulis dengan ilustrasi
ditunjukkan pada Gambar 1.

Matriks
Kekakuan Elemen
Gambar 1. Diskritisasi elemen dengan vektor gaya-lendutan di ujung
[SM]i contd.
3

6
2

5
1

B
z
y

Sistim Koordinat Elemen (Lokal)


x

4/22/2015

Matriks Kekakuan Elemen


[SM]i contd.
Matriks kekakuan batang dibetuk dengan melakukan
analisis pada sebuah elemen struktur yang terjepit
pada ujung-ujungnya. Pada ujung elemen tersebut
diberikan aksi yang diperkirakan terjadi pada titik diskrit
agar terjadi perpindahan sebesar satu satuan yang
sesuai dengan jenis aksinya. Hubungan antara gaya
ujung batang dan perpindahan yang selaras dengan
gaya tersebut ditunjukkan pada Gambar 2 sampai
dengan Gambar 7.

Matriks Kekakuan Elemen


[SM]i contd.

4/22/2015

Matriks Kekakuan Elemen


[SM]i contd.
Dari Gambar 2 sampai dengan Gambar 7 dapat
disusun Pers. linier simultan sebagai berikut :
A1
A2

GI x
GI
D1 x D 4
L
L
4EI y
L

D2

6EI y
L2

D3

(2)
2EI y
L

D5

6EI y
L2

(3)

D6

12EI y
6EI y
12EI y
D 2 3 D3 2 D5 3 D6
L2
L
L
L
GI x
GI x
A4
D1
D4
L
L
2EI y
6EI y
4EI y
6EI y
A5
D 2 2 D3
D5 2 D6
L
L
L
L
A3

A6

6EI y

6EI y
L2

D2

12EI y
L3

D3

6EI y
L2

D5

12EI y
L3

(4)
(5)
(6)
(7)

D6

Matriks Kekakuan Elemen


[SM]i contd.
Pers. (2) sampai dengan (7) dapat ditulis dalam bentuk
matriks :
GI x
L

A 1 0

A 2
A 3 0
GI
A 4 x
A 5 L

0
A 6

4EI y
L
6EI y
L2

2EI y
L
6EI y
L2

0
6EI y
L2
12EI y
L3

GI
x
L

GI x
L

6EI y
2

L
12EI y
L3

2EI y
L
6EI y
L2
0

4EI y
L
6EI y
L2

6EI y
2
L
12EI y
3
L

0
6EI y
2
L
12EI y
3
L
0

D1

D 2
D 3

D 4
D 5

D 6

(8)

Pers. (8) identik dengan Pers. (1) :


{A} = [S] {D}

4/22/2015

Matriks Kekakuan Elemen


[SM]i contd.
Selanjutnya matriks [S] disebut sebagai Matriks
Kekakuan Elemen terhadap sistim koordinal lokal :

SM i

GI x
L

GI x
L

4EI y
L
6EI y
L2

2EI y
L
6EI y
L2

6EI y
L2
12EI y
L3
0

6EI y
L2
12EI y
L3

GI x
L

GI
x
L

2EI y
L
6EI y
L2
0

4EI y
L
6EI y
L2

6EI y
2
L
12EI y
3
L

0
6EI y
2
L
12EI y
3
L
0

(9)

Matriks Kekakuan Elemen


[SM]i contd.
Pers. (9) disebut juga dengan Pers. dasar struktur
balok silang yang diturunkan berdasarkan sistim
koordinat lokal. Dengan demikian dalam penyusunan
matriks kekakuan struktur [SJ] diperlukan adanya
matriks transformasi untuk merubah ke dalam sistim
koordinat global [SMS].

4/22/2015

Rotasi Sumbu 3D
Pada gambar di bawah, terlihat bahwa sumbu Z untuk
sistim koordinat lokal, SKL (zM) berhimpit dengan
sumbu Z untuk sistim koordinat global, SKG (ZS).
Untuk lebih jelasnya mengenai transformasi suatu
elemen dalam koordinat lokal ke dalam sistim
koordinat global dapat di lihat pada Gambar 8.
z

Z
y

Sistim Koordinat Lokal

Sistim Koordinat Global

Rotasi Sumbu 3D contd.


ZS

YS
d5 d

D6
6

b
D3
d2 d

D2
d1

D1

D5
d4
D4

XS

Gambar 8. Kondisi batang (element) pada sistim koordinat global

4/22/2015

Rotasi Sumbu 3D contd.


Untuk transformasi ujung a :

d1 cos sin 0

d 2 sin cos 0
d 3 0
0
1
atau

D1

D 2
D 3

da RDa

(10)

(11)

Rotasi Sumbu 3D contd.


Untuk transformasi ujung b :

d 4 cos sin 0

d 5 sin cos 0
d 6 0
0
1
atau

db RDb

D 4

D 5
D 6

(12)

(13)

10

4/22/2015

Rotasi Sumbu 3D contd.


Mengingat bahwa matriks [R] merupakan matriks
orthogonal, karena mempunyai matriks inverse
yang sama dengan matriks transpose ([R]-1 = [R]T).
Maka dengan menggabungkan Pers. (11) dan (13)
diperoleh :

da R 0

d b 0 R
atau

D a

D b

d R T D

(14)

(15)

Rotasi Sumbu 3D contd.


Analog dengan Pers. (14), maka dapat disusun
Pers. (16) :

atau

fa R 0

fb 0 R

f R T F

Fa

Fb

(16)

(17)

11

4/22/2015

Rotasi Sumbu 3D contd.


Dari Pers. (14) dan (16) dapat diperoleh :
D a R T

D b 0

atau

Dan

d a

d b

(18)

D R T T d
Fa R T

Fb 0

atau

RT

RT

(19)
f a

fb

(20)

F R T T f

(21)

Rotasi Sumbu 3D contd.


Dari Pers. dasar f = k.d
diperoleh :

dan Pers. (21), dapat

F R T T kd

(22)

Dari Pers. (22) dan (15) dapat diperoleh :

F R T T k R T D

(23)

12

4/22/2015

Rotasi Sumbu 3D contd.


Pers. (23) identik dengan Pers. A = S.D, sehingga
diperoleh matriks kekakuan batang pada sistim
koordinat global [SM]i :

SMS i R T T SM i R T
dengan :
[SMS]i = matriks kekakuan batang pada sistim
koordinat global
[RT]T = matriks rotasi transformasi transpose
[RT] = matriks rotasi transformasi

Terima kasih atas


perhatiannya,
semoga sukses studinya!

13

Anda mungkin juga menyukai