LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Total Padatan Terlarut dengan Refraktometer)
Oleh:
Nama
NPM
: 240110140100
Waktu/Shift
Co. Ass
: 1.
15.00-17.00 WIB / B1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rifki Amrullah
Adryani Tresna W
Arinda Nur Ariva
Bintari Ayuningtyas
Eki Dwiyan Saputra
M. Hanief Bayhaqqi P
Mizanul Hakam
Umaya Nur Uswah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Buah-buahan di Indonesia merupakan salah satu komoditas unggulan yang
sebenarnya dapat menjadi salah satu produk unggulan untuk ekspor , dikarenakan
keberagamannya dan cita rasa yang terbilang eksotis , Tetapi produk buah-buahan
asli Indonesia dapat dikatakan masil kalah saing dengan produk-produk buah dari
luar negeri. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran produsen
dalam peningkatan dan penjagaan mutu dari produk, sehingga buah buahan dari
Indonesia masih belum dapat memberikan jaminan kualitas, pasokan, dan
ketepatan waktu penyampaiannya. Dapat menjamin mutu dari produk yang akan
dijual tentu saja merupakan salah satu faktor utama yang dapat menunjang
ketertarikan pasar untuk mengkonsumsi produk tersebut ,hal tersebut dilakukan
dengan pengembangan metode pasca panen yaitu penentuan tingkat kemasakan
dan kematangan pada komoditas hortikultura.
1.2
Tujuan Praktikum
1.2.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
kesadahan
air
tinggi,
dan
dapat
mengakibatkan
efek
pencahar
(Hambali,2003).
Ada dua macam metode yang digunakan untuk mengukur kualitas suatu
larutan. Untuk mengukur TDS, metodenya adalah,sebagai berikut :
1. Gravimetry
Metode gravimetric merupakan metode pengukuran TDS yang paling
akurat dan melibatkan penguapan cairan pelarut untuk meninggalkan residu yang
kemudian dapat ditimbang dengan menggunakan presisi analitas saldo (biasanya
mampu mengukur dengan keakuratan 0,0001 gram). Metode ini umumnya adalah
metode yang terbaik, walaupun memerlukan banyak waktu dan mengakibatkan
ketidaktepatan jika proporsi TDS tinggi yang terdiri atas titik didih bahan kimia
organik yang rendah, yang akan menguap bersama dengan air. Dalam keadaan
paling umum garam anorganik terdiridari sebagian besar TDS, dan metode
gravimetric sesuai untuk digunakan sebagai pemeriksaannya.
2. Electrical conductivity
Konduktivitas
listrik
air
secara
langsung
berhubungan
dengan
konsentrasi padatan terlarut yang terionisasi dalam air. Ion dari konsentrasi
padatan terlarut dalam air menciptakan kemampuan pada air untuk menghasilkan
arus listrik, yang dapat diukur dengan menggunakan konvensional konduktivitas
meter atau TDS meter. Ketika laboratorium berkorelasi dengan pengukuran TDS,
konduktivitas memberikan nilai perkiraan untuk TDS konsentrasi, biasanya
digunakan untuk pengukuran sepuluh
persen akurasi.
2.2
Kematangan Buah
Komoditas hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai
ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi
tinggi serta mempunyai peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang
dilaksanakan untuk
Derajat Brix
Derajat Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) setiap
100 gr larutan. Jadi misalnya brix nira = 16, artinya bahwa dari 100 gram nira, 16
gram merupakan zat padat terlarut dan 84 gram adalah air. Untuk mengetahui
banyaknya zat padat yang terlarut dalam larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur.
Indeks bias suatu larutan gula atau nira mempunyai hubungan yang erat dengan
brix. Artinya bahwa jika indeks bias nira bisa diukur, maka brix nira dapat
dihitung berdasarkan indeks bias tersebut. Alat untuk mengukur brix dengan
indeks bias dinamanakan Refraktometer. Dengan menggunakan alat ini contoh
nira yang digunakan sedikit dan alatnya tidak mudah rusak.
2.4
Refraktometer
Refraktometer atau refractometer adalah sebuah alat yang biasa digunakan
untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan atau zat terlarut. Misalnya gula
(Brix), garam (Baume), protein, dsb. Metode kerja dari refraktometer ini
dengan memanfaatkan teori refraksi cahaya. Alat Refraktometer ini ditemukan
oleh Dr. Ernest Abbe, yaitu seorang ilmuan asal German pada awal abad 20
(Sekitar tahun, 2010 an).
Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yang
merupakan pronsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar zat
terlarut merupakan total dari semua zat atau bahan dalam air, termasuk gula,
garam, protein, asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah gram
dari gula tebu yang terdapat dalam larutan 100g gula tebu. Jadi pada saat
mengukur larutan gula, Brix(%) harus benar-benar tepat sesuai dengan
konsentrasinya.(Pratiwi,2013)
Indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara dengan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias memiliki fungsi untuk
mengidentifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan
suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat
mempengaruhi indeks bias. Nilai indeks bias dinyatakan dalam farmakope
Indonesia edisi empat dinyatakan garis (D) cahaya natrium pada panjang
gelombang 589,0 nm dan 589,6 nm. Umumnya alat dirancang untuk digunakan
dengan cahaya putih. Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias adalah
Refraktometer . Untuk mencapai kestabilan, alat Refraktometer harus dikalibrasi
dengan menggunakan plat glass standard.
Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias
cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300 sampai
1,700 dan persentase padatan 0 sampai 95%, alat untuk menentukan indeks bias
minyak, lemak, gelas optis, larutan gula, dan sebagainnya, indeks bias antara
1,300 dan 1,700 dapat dibaca langsung dengan ketelitian sampai 0,001 dan dapat
diperkirakan sampai dengan 0,0002 dari gelas skala di dalam (Mulyono, 1997).
Metode Pengukurannya didasarkan pada prinsip bahwa cahaya yang
masuk melewati prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan
dan prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang
ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas.
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
3.1
3.1.1
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
3.1.2
Alat Tulis
Beaker Glass
Pipet
Pisau
Refraktometer
Talenan
Tisu
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.2
Akuades
Anggur Segar
Apel Segar
Jeruk Segar
Kiwi Segar
Pir Segar
Prosedur Percobaan
Prosedur praktikum kali ini yaitu:
1. Membersihkan Refraktometer menggunakan tisu.
2. Mengambil akuades menggunakan pipet kemudian meneteskan pada
Refraktometer.
3. Membaca persen total padatan terlarut (Brix) dari akuades pada
Refraktometer.
4. Membersihkan Refraktometer kembali menggunakan tisu.
5. Memotong bahan hasil pertanian segar hingga mudah diperas.
6. Memeras bahan hasil pertanian hingga cairan keluar, kemudian
meneteskan pada Refraktometer.
7. Menulis hasil dari persen total padatan terlarut bahan hasil pertanian.
8. Melakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk satu bahan hasil
pertanian.
9. Melakukan langkah 1 sampai 8 kembali untuk bahan hasil pertanian
berikutnya.
10.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1
Hasil Pengamatan
Ulangan 1
17.1
9.3
14
12
11.5
% TPT
Ulangan 2
13.1
9
13.8
11.9
11.8
Standar Deviasi
Ulangan3
13.7
9.2
13.9
12.2
12
2.1571
0.1527
0,1
0,1527
0,2516
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan akan melakukan pembelajaran tentang
karakteristik kematangan bahan hasil pertanian , ada banyak metode yang dapat
dilakukan untuk mengetahui karakteristik kematangan bahan hasil pertanian ,
namun pada praktikum kali ini , praktikan akan menggunakan alat refraktometer
untuk menganalisis dan menerapkan pengukuran kematangan bahan hasil
pertanian dengan menentukan total padatan terlarut , untuk melakukan praktikum
ini setiap kelompok diberikan beberapa macam bahan berupa buah seperti :
anggur ,jeruk , kiwi ,apel dan pir .Kelompok kami mendapatkan kiwi sebagai
bahan untuku diukur kematangannya dengan refraktometer, hal pertama yang
harus dilakukan dalam pengukuran adalah menyiapkan refraktometer dan
menetesinya dengan aquades , pemilihan aquades sebagai cairan untuk
pembersiahan tidak sembarangan dilakukan , aquades digunakan karena aquades
adalah air yang sudah disuling terlebih dahulu sehingga memliki kandungan
mineral dan senyawa lain yang dapat dikatakan minim ,sehingga diharapkan
setelah ditetesi aquades angka pada refraktometer kembali mendekati angka nol .
Setelah diawali dengan penetesan aquades , bahan akan diperas dan
diambil cairan nya saja untuk ditetesi ke aquades , sesudah cairan ditetesi untuk
menambah tingkat kebenaran hasil , prosedur akan diulangi hingga 3 kali ,dengan
meneteskan aquades sebelum setiap pengukuran menggunakan refraktometer
dilakukan . Untuk hasil yang didapatkan oleh kelompok kami adalah 14%
kandungan padatan terlarut untuk pengukuran pertama , 13.8% untuk pengukuran
ulang ke-2 dan 13.9% kandungan padatan terlarut untuk pengulangan ke-3. Untuk
hasil pengukuran standar deviasi didapat hasil sebesar 0.1. Untuk perbandingan
dengan data hasik pengukuran persenan total padatan terlarut yang diukur dengan
praktikan , didapatkan data hasil pengukuran lain yang sebelumnya telah diukur ,
sebesar 6.5 % sebagai minimum dari total padatan terlarut tanda kematangan dari
buah tersebut , sehingga dapat dikatakan dari hasil pengukuran bahwa kiwi telah
matang.
Dalam praktikum kali ini juga tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang
dapat menyebabkan terhambatnya praktikum ataupun kurangnya tingkat
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah , sebagai
berikut :
1.
Tingkat kematangan dari suatu bahan dapat di ukur dari total padatan
2.
Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari praktikum ini untuk praktikum
lebih akurat
3. Setiap praktikan diharapkan agar dapat lebig kondusif dalam menjalani
praktikum.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Hambali,Aditya
Udayana .
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
Gambar 3. Refraktometer