BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Korosi
Korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang
2.2
Gambar 2.1 skema korosi galvanik dari dua logam yang berbeda
2.2.3 Korosi Celah (crevice corrosion)
Korosi celah yaitu korosi lokal yang biasanya terjadi pada sela-sela
sambungan logam yang sejenis atau pada retakan di permukaan logam. Hal ini
disebabkan perbedaan konsentrasi ion logam atau konsentrasi oksigen antara
celah dan lingkungannya.
Untuk menerangkan prinsip dasar korosi celah diumpamakan dua buah
logam yang direndam dalan air laut, pada mulanya reaksi terjadi diseluruh
permukaan meliputi permukaan dalam celah dan permukaan luar celah.
Pada Gambar 2.2 menjelaskan fenomena korosi celah dimana (a) kondisi
awal: Korosi terjadi diseluruh permukaan logam (b). Kondisi akhir pelarutan
logam hanya terjadi disebelah dalam celah karena keasaman meningkat,
Gambar 2.3
Mekanisme
korosi sumuran
Mekanisme korosi ini dapat dijelaskan dari Gambar 2.3 dibawah ini.
Karena suatu pengaruh fisik maupun metalurgis (adanya presipitasi karbida
maupun inklusi) maka pada permukaan logam terdapat daerah yang terkorosi
lebih cepat dibandingkan lainnya. Kondisi ini menimbulkan pit yang kecil,
pelarutan logam yang cepat terjadi dalam pit, saat reduksi oksigen terjadi pada
permukaan yang rata. Pelarutan logam yang cepat akan mengakibatkan
pindahnya ion Cl-. Kemudian didalam pit terjadi proses hidrolisis (seperti pada
Crevice Corrosion) yang menghasilkan ion H+ dan Cl-. Kedua jenis ion ini
secara bersama sama mempercepat terjadinya pelarutan logam sehingga
mempercepat terjadinya korosi.
2.2.5 Korosi Batas Butir (intergranular corrosion)
yaitu korosi yang terjadi pada batas butir, dimana batas butir sering kali
merupakan tempat mengumpulnya impurity atau suatu presipitat dan lebih
tegang. [4]
2.3
Korosi Galvanik
Korosi galvanik dapat didefinisikan adanya reaksi atau kontak antara dua
logam yang berbeda dalam media penghantar berupa larutan elektrolit. Dalam
korosi ini, logam yang memiliki potensial lebih positif akan bersifat katodik,
sedangkan yang berpotensial negatif akan bersifat anodik.
Prinsip korosi galvanik sama dengan prinsip elektrokimia yaitu terdapat
elektroda (katoda dan anoda), elektrolit dan arus listrik. Logam yang berfungsi
sebagai anoda adalah logam yang sebelum dihubungkan bersifat lebih aktif atau
mempunyai potensial korosi lebih negatif. Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi
atau reaksi pelarutan sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi logam atau
tidak terjadi reaksi apa-apa dengan cara proteksi katodik. Adapun Katoda dan
anoda ditentukan dari harga potensial yang dimiliki oleh setiap logam.
Tabel 2.1 Nilai Potensial pada logam (Suyatna,2013)
1. Lingkungan
Tingkatan
korosi
galvanik
tergantung
pada
keagresifan
dari
2. Jarak
Laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan
kedua logam. Semakin jarak antara logam maka semakin lambat laju korosi
yang terjadi, dan sebaliknya jika jarak antar logam semakin dekat, maka laju
korosi akan semakin cepat karena semakin cepat berlangsungnya proses
oksidasi.
3. Luas Penampang
Luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik adalah pengaruh
perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Semakin besar luas
penampang maka akan semakin cepat lauju korosi yang terjadi.
2.4
[2]
Pengendalian Korosi
Adapun beberapa pengendalian korosi galvanik yang didapat dilakukan
10
umumnya merupakan hal yang utama dalam pemilihan material atau paduan.
Oleh karena itu, dalam bidang perekayasaan sulit untuk mendapat benda kerja
yang
mempunyai
ketahanan
korosi
yang
tinggi
dalam
terhadap
m
2.1
A.t .
11
t = Waktu (tahun).