Anda di halaman 1dari 77

7 MASALAH KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :
STENSIA BISANDORONG
14061040

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2015

1. HALUSINASI
2. WAHAM
3. HARGA DIRI RENDAH
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mental Illness (2003), harga diri rendah
adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran
negatif tentang dirinya. Pengertian lain mengemukakan bahwa harga diri rendah adalah
menolak dirinya sendiri, merasa tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupan sendiri. Individu gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah
akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif
dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu
yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap
sebagai ancaman.

B. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Hasil riset Malhi (2008) menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya
cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan
penampilan seseorang tidak optimal.

Dalam tinjauan life span historyklien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada
masa kecil sering disalahkan dan jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga
diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.

1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor Presipitasi

Ketegangan peran

Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi
Konflik peran

Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan


Peran yang tidak jelas

Kurangnya pengetahuan individu tentang peran


Peran yang berlebihan

Menampilkan seperangkat peran yang kompleks


Perkembangan transisi

Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri


Situasi transisi peran

Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu


Transisi peran sehat-sakit
Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan
dan perawatan.

C. Pohon Masalah

RESIKO PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI
RENDAH KRONIS

BERDUKA DISFUNGSIONAL

D. Tanda dan Gejala


-

Mengejek dan mengkritik diri


Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
Mengalami gejala fisik, misalnya tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat
Menunda keputusan
Sulit bergaul
Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi
Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
Merusak atau melukai orang lain
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimistis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatan diri
Berpakaian tidak rapi
Selera makan berkurang
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah

E. Rentang Respons

Respons adaptif

Respons maladaptif

Aktualisasi diri

Konsep diri positif

Harga diri rendah

Kerancuan identitas

depersonalisasi

F. Masalah keperawatan
-

Harga diri rendah kronis


Koping individu tidak efektif
Isolasi sosial
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
Resiko tinggi perilaku kekerasan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH

PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Status Pernikahan
Orang yang dapat dihubungi

: Nn. D
: 35 tahun
: Perempuan
: Teling
: Tidak ada
: SMP
: Islam
: Belum menikah
: Orang tua

b. Keluhan Utama
Merasa dirinya jelek dan penampilan kurang menarik
c. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan tidak ada yang suka padanya, merasa bersalah dan khawatir. Jarang
sekali berinteraksi dengan tetangga karena tidak percaya diri berhubungan dengan
orang lain. Sering menyendiri dikamar. Sampai saat ini belum menikah, karena
merasa tidak ada yang menyukainya. Klien mengatakan tidak memiliki keinginan
apa-apa saat ditanya tentang rencana jangka panjang maupun jangka pendek.
d. Riwayat masa lalu
Pada masa kecil klien sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
e. Pemeriksaan fisik
- TTV
TD : 140/80mmHg, suhu : 37 C, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, TB : 160
-

cm, BB : 50 kg
Keluhan Fisik
Klien mengeluh bahwa dirinya jelek. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan

kecacatan fisik, klien tidak mengeluhkan adanya perubahan fisik.


f. Status mental
1. Penampilan : klien berpakaian seperti biasa, badan terlihat terawat, kuku
terpotong rapi, rambut rapi, berpakaian sesuai umur terlihat memakai bedak.
2. Perilaku atau aktifitas : klien terlihat kaku saat berbicara atau tidak rileks, klien
mengatakan tidak ada masalah untuk waktu beristirahat dan tidak ada hambatan
dalam beraktifitas.
3. Sikap : Klien berinteraksi dengan perawat kooperatif namun klien cenderung
pemalu. Hanya sedikit berbicara dan dengan volume lemah juga lambat.
4. Mood dan affect : Klien terlihat sedih dan mengatakan ada kekuatiran terhadap
persepsi orang padanya, khawatir terlihat sangat kurang menarik. Merasa bersalah
pada dirinya sendiri karena tidak bisa tampil cantik dan menarik.
g. Psikososial
Hasil pengamatan perawat, klien mempunyai penilaian yang kurang baik mengenai
dirinya, adanya disfungsi komunikasi dalam keluarga sejak ia kecil.
h. Teknik koping
Klien tidak memiliki cara untuk mengatasi permasalahannya.

i. Hubungan
Klien mengatakan sulit untuk memulai pembicaraan karena khawatir apa yang
dibicarakan dianggap tidak penting karena itu jarang berinteraksi dengan tetangga
maupun orang lain. Klien berharap segera memiliki suami.
j. Kepercayaan dan adat
Ditempat klien tinggal jarang sekali orang yang sholat 5 waktu penuh. Klien sendiri
hanya melakukan sholat saat lebaran idul fitri atau idul adha saja, karena dalam
keluarganya sejak kecil tidak menekankan sholat 5 waktu penuh, orang tuanya juga
begitu.

ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


DATA
DS :
-

DO :
DS :
-

DO :
-

Klien mengatakan merasa bersalah


Klien mengeluh merasa dirinya jelek dan
penampilan kurang menarik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Harga Diri Rendah

Klien tampak merasa bersalah


Klien tampak tidak percaya diri

Klien mengatakan tidak ada yang suka


padanya
Keluarga klien mengatakan klien jarang
berinteraksi dengan tetangga dan sering
menyendiri dikamar

Klien tampak sulit berintekasi


Klien tampak malu-malu

Isolasi Sosial

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
1. Harga
Diri
Rendah

Tujuan
Umum :
Klien mampu
berinteraksi
dengan
lingkungan

Kriteria Hasil

1. Klien dapat
mengidentifika
si kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki (aspek
Khusus :
intelektual,
aspek sosial
Klien dapat
budaya, aspek
mengidentifika fisik dan aspek
si kemampuan emosional)
dan aspek
positif yang
2. Klien dapat
dimiliki
menyebutkan
kemampuan
Klien dapat
yang dapat
menilai
digunakan
kemampuan
yang dapat
3. Klien dapat
digunakan
membuat
rencana
Klien dapat
kegiatan
menetapkan
harian
perencanaan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki

Intervensi
1. Identifikasi
kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki
klien
2. Bantu klien
menilai
kemampuan
klien yang
masih dapat
digunakan
3. Bantu klien
memilih
kegiatan
yang akan
dilatih
sesuai
kemampuan
klien.
4. Berikan
pujian yang
wajar
terhadap
keberhasilan
klien.

Rasional
1. Mengingatkan
bahwa klien
manusia biasa

2. Memberi
kesempatan klien
untuk menilai
dirinya

3. Membantu klien
dalam membentuk
harapan yang realita

4.Memberikan
harapan dan
meningkatkan rasa
percaya diri klien

2. Isolasi
Sosial

Umum :
Klien mampu
berinteraksi
dengan
lingkungan.
Khusus :
Klien dapat
mengidentifika
si penyebab
menarik diri

Klien dapat
menyebutkan:
1. Penyebab
menarik diri
2. Keuntungan
berinteraksi
dengan orang
lain.

1. Identifikasi
penyebab
isolasi sosial
klien

1. Mengetahui
sejauh mana
pengetahuan
klien tentang
menarik diri
sehingga
perawat
dapat
merencanaka
n intervensi
selanjutnya.

3. Kerugian
tidak
berinteraksi
dengan orang
lain.

2. Diskusi
dengan klien
tentang
keuntungan
berinteraksi
dengan
orang lain

2. Menilai
pendapat/per
sepsi klien
mengenai
keuntungan
dari menarik
diri.

3. Diskusi
dengan klien
tentang
kerugian
tidak
berinteraksi
dengan
orang lain

3. Menilai
pendapat/per
sepsi klien
mengenai
kerugian dari
menarik diri

4. Ajarkan
klien cara
berkenalan
dengan satu
orang

4. Mungkin
klien merasa
tidak
nyaman,
malu atau
tidak mampu
berhubungan
sehingga
perlu dilatih
secara
bertahap

dalam
berhubungan
dengan orang
lain.
5. Anjurkan
klien
memasukka
n kegiatan
latihan
berbincangbincang
dengan
orang lain
dalam
kegiatan
harian.

5. Untuk
meningkatka
n harga diri
klien.
Mengetahui
sejauh mana
manfaat yang
dirasakan
klien dalam
berhubungan
.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No
.
1.

Hari/
Tanggal
Rabu, 14
september
2015

Dx

Harga Diri
Rendah

Implementasi

1. Mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki klien
2. Membantu klien
menilai kemampuan
klien yang masih
dapat digunakan
3. Membantu klien
memilih kegiatan
yang akan dilatih
sesuai kemampuan
klien.
4. Memberikan pujian
yang wajar terhadap
keberhasilan klien.

Hari/
Tanggal
Rabu, 14
september
2015

Evaluasi

S : Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik
namun masih
malu-malu
O : - Klien
kooperatif
- Dapat
menyebu
tkan
kemamp
uan dan
aspek
positif
pada diri

sendiri
Klien
dapat
memilih
kegiatan
yang
disukai
sesuai
kemamp
uan klien

A : SP I Tercapai

2.

Jumat, 16
september
2015

Isolasi Sosial

1. Mengidentifikasi
penyebab isolasi
sosial klien
2. Berdiskusi dengan
klien tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain
3. Berdiskusi dengan
klien tentang
kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain
4. Mengajarkan klien
cara berkenalan
dengan satu orang
5. Menganjurkan klien
memasukkan
kegiatan latihan
berbincang-bincang
dengan orang lain
dalam kegiatan
harian.

Jumat, 16
september
2015

P : Dilanjutkan
dengan SP II
S : Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik dan
dapat
menyebutkan
dengan
penyebab
menarik diri
O : - Klien dapat
berinteraksi
dengan perawat
- Klien
mampu
menjelas
kan
keuntung
an dan
kerugian
berintera
ksi
dengan
klien
A : SP III
tercapai

P : Dilanjutkan
dengan SP IV

SP I
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat siang Nona, Bolehkah saya berkenalan dengan Nona?? Perkenalkan nama saya Claudia
saya biasa dipanggil Clau. Saya adalah perawat yang akan merawat Nona disini. Nona suka di
panggil siapa?? Suka dipanggil dengan nama kecil saja atau apa??
Saya yang bertanggung jawab merawat nona, jadi kalau ada sesuatu yang diperlukan atau ingin
disampaikan silahkan menyampaikan pada saya. Dalam merawat nona saya bersama tim
kesehatan lain, dan saya berharap nona mengatakan apa yang nona rasakan karena ini akan
sangat membantu kami untuk dapat membantu mengatasi masalah nona.
b. Validasi
Bagaiman perasaan Nona hari ini??
c. Kontrak
Topik:
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar mengenai sisi positif yang ada di diri
Nona?

Waktu :

Berapa lama kita berbincang-bincang Bagaimana kalau selama 20 menit??.

Tempat :

Dimana tempat yang menurut nona cocok untuk berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
Taman?

Saya akan merahasiakan informasi yang mbak berikan dan hanya saya gunakan informasi itu
untuk proses perawatan.
d. Kerja
Sebelum kita mulai berbincang bincang, apa ada hal yang ingin nona tanyakan atau
sampaikan??? Bagaiman kalau kita mulai sekarang??
Coba nona sebutkan sisi positif dari diri nona?? Baguss banget ya.........
Coba di ingat-ingat lagi, sisi positif lainnya dari dalam diri nona?? Bagusss
Sekarang coba nona sebutkan sisi positif dari diri nona dalam keluaga nona??? wahh... bagus
sekali..
Kemudian apa pula hal hal positif yang nona lakukan pada lingkungan tempat tinggal nona???
Wah nona banyak mempunyai sisi positif dalam diri nona..
e. Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif
Bagaiman perasaan nona setelah kita berbincang bincang??
Objektif :
Coba... apa nona masih ingat dengan nama saya??? Coba sekarang sebutkan yang telah kita
bicarakan tadi mengenai sisi positif dari diri nona........
Dari hasil kegiatan kita selama 20 menit tadi, saya simpulkan bahwa jawaban nona benar
semua... bagus sekali
b. Rencana tindak lanjut
Baik nona pada pertemuan kali ini kita telah mengetahui tentang sisi positif pada diri nona....
ternyata pada diri nona banyak sisi positif ya....
c.

Kontrak

Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan membahas
tentang kemampuan mana yang mbak miliki yang masih dapat dilakukan di RS dan kemampuan
yang dapat dilakukan dirumah. Kapan kita bisa berbincang- bincang lagi ? Bagaimana kalau
besok? Berapa lama kita bisa berbincang bincang. Kita mau berbincang- bincang dimana ?
Bagaimana kalau di ruangan ini. Bagaimana kalau 15 menit, Apa Nona setuju? Bagusss..

Terima kasih atas kerjasamanya ya Nona... Selamat siang.

SP II
1. Orientasi
a. Salam terapetik
Selamat pagi.. Bagaimana, apakah Nona masih ingat dengan saya yang kemarin dapat
berbincang-bincang? Iya betul sekali...
b. Validasi
Ternyata Nona masih ingat dengan saya, bagaimana persaan Nona hari ini ? Apa masih ingat
topik yang akan kita bicarakan hari ini ? iya... bagus sekali
c.

Kontrak

Topik : Baiklah kalau begitu, sesuai dengan janji kita kemarin.. pagi ini kita akan
berbincang bincang tentang kemampuan yang Nona miliki yang masih dapat

dilakukan di RS dan kemampuan yang dapat dilakukan dirumah.


Waktu : Kita akan berbincang bincang selama 15 menit ya, sesuai dengan janji kita

kemarin.
Tempat : Atas permintaan Nona kemarin kita akan berbincang bincang di
taman. Baiklah mbak, kita langsung saja menuju ke taman.

2. Kerja
Sebelum kita mulai berbincang-bincang tentang kemampuan yang dapat Nona lakukan, apa ada
hal yang ingin Nona tanyakan atau sampaikan???
Apa yang biasa Nona lakukan atau kerjakan dirumah ? Ohh bagus sekali..
Sekarang kegiatan apa saja yang Nona lakukan disini ?
Apa yang menarik dari kegiatan tersebut ? Apa ada kemampuan lain yang Nona miliki ? Coba di
ingat- ingat lagi
3. Terminasi
a.

Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan Nona setelah berbincang bincang tadi??
Objektif : Nahhh, Sekarang coba sebutkan kemampuan yang Nona miliki..

b. Rencana tindak lanjut

Baik dari hasil kegiatan kali uni Nona telah mampu mengenali kemampuan dalam diri Nona..
sekarang kita buat jadwal untuk kegiatanya ya... berapa kali dalam sehari??? mau pagi atau
sore??? ya bagussss
c.

Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan membahas tentang kegiatan
selanjutnya dan. Kapan kita bisa berbincang- bincang lagi ? Bagaimana kalau besok? Berapa
lama kita bisa berbincang bincang. Kita mau berbincang- bincang dimana ? Bagaimana kalau di
ruangan ini. Bagaimana kalau 15 menit, Apa Nona setuju? Bagusss..
Terima kasih atas kerjasamanya ya Nona... Selamat siang.
SP III
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat Pagi. Bagaimana kabar Nona hari ini?.. iya bagus kalau begitu.
Baik kalau begitu, bagaimana kalau hari ini kita berbincang-bincang sebentar. Apakah
Nona mau? Yaa baiklah kalau begitu..
b. Validasi
Bagaimana perasaan Nona setelah dirawat beberapa hari ini di RS ini? Yaa bagus
sekali
c. Kontrak
Topik : Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita membahas tentang penyebab
Nona tidak mau berinteraksi dengan orang disekitar? Dan apa yang Nona rasakan

selama ini?
Waktu : Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di taman lagi? Baiklah mari
kita ke taman.

2. Kerja
Sebelum kita mulai, bapakah ada yang ingin Nona sampaikan? Oh baiklah jika tidak
ada, mai kita mulai berbincang-bincang tentang penyebab Nona tidak mau berinteraksi
dengan orang disekitar.
Apa yang membuat Nona tidak mau berinteraksi dengan tetangga dan lingkungan
sekitar?(Beri kesempatan kepada klien untuk menjelaskan apa yang dia rasakan atau apa
yang membuat dia tidak bisa berinteraksi dengan orang lain) Oh begitu.. Jadi karena
Nona merasa diri Nona jelek dan tidak ada yang mau berteman dengan Nona kecuali
keluarga?... Saya mengerti perasaan Nona, namun disini saya akan menjelaskan tentang

apa keuntungan dari karena berinteraksi dengan orang lain dan kerugiannya jika kita
tidak berinteraksi dengan orang lain. Apakah Nona masih mau melanjutkan perbincangan
ini?
Oke, baiklah.. Jadi jka Nona mau berinteraksi dengan orang-orang disekitar Nona, maka
Nona akan lebih nyaman dan mempunyai banyak teman, namun jika nona tidak mau
berinteraksi maka Nona tidak akan mempunyai teman. Tidak perlu malu dengan
penampilan karena kita semua sama dimata Tuhan, dan mempunyai banyak teman akan
membuat kita lebih percaya diri
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan Nona setelah berbincang bincang tadi??
Objektif : Nahhh, Sekarang coba sebutkan keuntungan dan kerugian jika berinteraksi..
b. Rencana tindak lanjut
Baik dari hasil kegiatan kali ini, Nona telah mampu mengetahui tentang keuntungan dan
kerugian jika tidak berinteraksi.. sekarang kita buat jadwal untuk kegiatan selanjutnya
yaa...
c. Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan membahas
tentang kegiatan selanjutnya dan. Kapan kita bisa berbincang- bincang lagi ? Bagaimana
kalau besok? Berapa lama kita bisa berbincang bincang. Kita mau berbincang- bincang
dimana ? Bagaimana kalau di tempat ini lagi. Bagaimana kalau 15 menit, Apa Nona
setuju? Bagusss..
Terima kasih atas kerjasamanya ya Nona... Selamat siang
SP IV
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat Pagi. Bagaimana kabar Nona hari ini?.. iya bagus kalau begitu.
b. Validasi
Bagaimana persaan Nona hari ini ? Apa masih ingat topik yang akan kita bicarakan hari
ini ? iya... bagus sekali
c. Kontrak
Topik : Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita membahas cara berkenalan

dengan satu orang?


Waktu : Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Tempat : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di taman lagi? Baiklah mari

kita ke taman.
4. Kerja
Sebelum kita mulai, bapakah ada yang ingin Nona sampaikan? Oh baiklah jika tidak
ada, mari kita mulai berbincang-bincang tentang cara berkenalan dengan satu orang.
Pertama ucapkan salam kepada lawan bicara.. yaa bagus seperti itu, kemudian ajak
untuk bersalaman, yaa mari bejabat tangan dengan saya, yaa bagus. Setelah itu sebut
nama masing-masing, seperti ini, nama saya Claudia, nama anda siapa? Yaa bagus sekali
Nona Yaa bagus sekali nNona sudah bias berkenalan dengan oran lain, sangat bagus
nona
5. Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan Nona setelah berbincang bincang tadi??
Objektif : Nahhh, Sekarang coba praktekkan kembali cara berkenalan yang baik. Yaa
bagus sekali Nona
b. Rencana tindak lanjut
Baik dari hasil kegiatan kali ini, Nona telah mampu mempraktekkan cara berkenalan
dengan baik.. sekarang harus dipraktekkan kepada teman-teman yang ada di RS ini yaa...
c. Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan membahas
tentang kegiatan selanjutnya dan terima kasih atas kerjasamanya ya Nona... Selamat
siang.

3. ISOLASI SOSIAL
A. Pengertian
Isolasi sosial merupakan Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untukmeningkatakan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak

Isolasi adalah suatu keadan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatig dan mengancam.
Perilaku isolasi sosial adalah mecoba untk menghindari interaksi dengan orang
lain,menghindar hubungan dengan oran lain.

B. Faktor-Faktor
Faktor Prediposisi terjadi perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang
mengakibatkan indiviu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain,ragu,takut salah, putus asa
terhadaphubungan dengan orang lain,menghindar dari orang lain.
Faktor Presipitasi dari factor sosio-cultural karena menurunya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan factor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk bergantung,merasa tidak berarti dalam keluarga,sehingga
merespon klien menghindar dengan menarik diri dari lingkungan.
Penyebab Dari Menarik Diri
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative
terhadap diri sendiri dan kemapuan, hilang percaya diri, merasa gagal mencapai keinginan
yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.

C. Pohon Masalah

Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Klien Nn R, umur 23 tahun masuk ke RSJ Lasallian dengan keluhan kelurga pasien mengatakan
klien sering menyendiri, kurang komunikasi dengan orang lain selain keluarga, klien malu
terhadap dirinya, klien tidak melakukan kegiatan dirumah. Dulunya klien sering di ejek sama
teman-temannya Karena wajah dan penampilannya sehingga klien sering berdiam diri di kamar
tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Dengan TTV : TD 110/70, N 70x/menit, R 16x/menit,
SB 36,5C.
Faktor-Faktor
Faktor Prediposisi:Klien maludengan dirinya, tidak percayadiri,putus asa.
Faktor Presipitasi: Ditinggalkan ayah sejak pasien umur 12 tahun dan pencapain keinginan tidak
tercapai,.tidak melakukan aktivitas.
KonsepDiri
-

Citra tubuh :Pasien tidak ada kekurangan di seluruh bagian tubuhnya.


Identitasdiri : Pasien mengatakan kalau ia belum menikah
Peran diri :Pasien anak pertama dari 2 bersaudara.
Harga diri :Pasien merasa malu dengan dirinya dan pasien hanya lulus SMP.

Hubungan social
Orang terdekat dirumah adalah ibunya, pasien tidak berhubungan dengan orang lain,tidak
mau berinteraksi. Apabila ada masalah pasien memendam sendiri. Pasien lebih suka
menyendiri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain.
Status Mental
-

Penampilan pasien tidak rapi

Terapi :

Pembicaraan pasien mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan


Tingkat kesadaran : Compos mentis
Chlopromazine 1x100 mg
Trihexipenidine :2x2 mg
Trifluorperazine 2x5 mg
ANALISA DATA DAN DIAGNOSA

No
1.

Data
DS : Keluarga pasien mengatakan klien
kurang berkomunikasi, sering
menyendiri di kamar,tidak melakukan
kegiatan di rumah, malu terhadap
dirinya

DO:
-

Masalah Keperawatan
Isolasi sosial

Pasien terlihat sulit untuk diajak


berkomunikasi dengan orang lain
Pasien terlihat suka menyendiri

RENCANA DAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain


TUK : Setalah melakukan tindakan 4x pertemuan :
1.Klien membina hubungan saling percaya
KH : Klien dapat berhubungan baik dengan perawat, dan orang lain ; Beri salam, perkenalkan
diri.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
KH : Klienbn bis mengungkapkan penyebab dari isolasi sosial baik dri keluarga,teman-teman.
3. Klien mampu mengungkapkan perasaan berhubungan dengan orang lain
KH : Klien bisa ungkapkan perasaannya
4. Klien mampu berhubungan baik dengan orang lain
KH : Klien bisa lebih dekat dengan orang lain
5. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilakukannya
KH : Klien bisa membina hubungan dengan cara ramah terhadap orang lain
6. Klien mampu minum obat secara teratur
KH : Klien dapat mengatur waktu-waktu untuk penggunaan obat
7. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang diberikan
KH : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal
Pelaksanaan/Tindakan Keperawatan pada pasien isolasi sosial
1. Kondisi Klien
Klien banyak diam, hanya berbicara ketika ditanya, wajah klien kurang berseri, kontak
mata kurang.
2. Tujuan

SP 1:
1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik
Menyapa klien dengan ramah
Memperkenalkan diri dengan sopan
Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien
Menjelaskan tentang penangganan yang akan dilakukan dalam pertemuan
2. Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
3. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
4. Memasukkan jadwal kegiatan

SP 2 :
1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik
Menyapa klien dengan ramah dengan memanggil nama panggilan klien
Memperkenalkan diri dengan sopan
Menjelaskan tentang penangganan yang akan dilakukan dalam pertemuan
Mengevaluasi kembali hari ke 1
2. Mendiskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain
3. Menanyakan dengan siapa klien bercakap di rumah
4. Memasukan jadwal kegiatan
SP 3 :
1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik

2.
3.
4.
5.

Menyapa klien dengan ramah dengan memanggil nama panggilan klien


Memperkenalkan diri dengan sopan
Menjelaskan tentang penangganan yang akan dilakukan dalam pertemuan
Mengevaluasi kembali hari ke 2
Melatih pasien berhubungan baik dengan orang lain
Melatih hubungan secara bertahap
Mengkaji kemampuan klien membina hubungan baik dengan orang lain
Masukan jadwal kegiatan

SP 4 :

1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik


Menyapa klien dengan ramah dengan memanggil nama panggilan klien
Memperkenalkan diri dengan sopan
Menjelaskan tentang penangganan yang akan dilakukan dalam pertemuan
Mengevaluasi kembali hari ke 3
2. Memberi tahau klien untuk aktivitas sesuai kemampuannya
3. Menjelaskan penggunaan obat
4. Masukan jadwal kegiatan

Simulasi
SP 1 :
Perawat : Selamat pagi boleh ses duduk di sini?
Klien : pagi..
Boleh
Perawat : Apa kabar hari ini?
Perkenalkan nama saya ses Frischilla Tika Salawoba, panggil ses Tika. Ses disini untuk
merawat nona sampai sembuh.
Kalo boleh tahu siapa nama nona?
Klien : baik
Nama saya Riva,panggil saja iva.

Perawat : oh iya
Iva datang di sini ada keluhan apa?
Siapa tahu ses bisa membantu
Klien : Saya merasa malu dengan keadaan saya, orang-orang sering mengejek saya.
Perawat : terus kalau orang-orang mengejek seperti itu,iva apa yang bisa iva lakukan?
Klien : Saya hanya berdiam,sering menyendiri dikamar,tidak melakukan apa-apa.saya malu
dengan keadaan saya.
Perawat : nah,, jadi iva disini saya dan teman perawat yang lain,akan membantu iva agar iva
tidak lagi melakukan hal-hal seperti itu jika iva di ejek sama orang-orang.
besok kita akan membahas hubungan iva denga orang lain.
Boleh kan iva?
Klien : Boleh.
Perawat : besok kita ketemunya , jam 9 pagi.
Kita ketemunya dimana iva?
Klien : ia,,disini saja..
Perawat : Terimakasih iva
Klien : Sama-sama ses

SP 2 :
Perawat : Selamat pagi iva..
Apa kabar?
Klien : Pagi..
Baik

Perawat : Perkenalkan nama saya ses Nadya Durado,panggil saja ses nadya. Ses di sini akan
melanjutkan perbincangan iva denga ses tika kemarin.
Iva masih ingat perbincangan kemarin dengan ses tika. Kalu ingat boleh tidak iva cerita
kembali?
Klien : ( mampu menjawab percakapan kemarin )
Perawat : Bagus,ternyata iva ingat semua percakapan kemarin.
Sekarang kitaakan melanjutkan perbincangan kemarin. Jadi iva harus bisa mampu
berhubungan dengan orang-orang,walau ada orange-orang mengejek iva.anggap saja ejekan
orang itu motivasi untuk iva lebih baik lagi.iva ingat komunikasi dengan orang itu baik,tidak
boleh putus komunikasi dengan orang.. Iva mengertikan?
Klien : Ia ses, saya mengerti.
Perawat : Terus iva kalo di rumah dengan siapa saja iva bercakap-cakap?
Klien : dengan orang rumah ( mama, adik )
Perawat : iva kalau di rumah jangan hanya orang rumah saja iva bercakap-cakap dengan orang
lain juga ya iva. Iva mengertikan?
Klien ; Ia Ses..
Perawat : nah,,bagus kalau begitu.
besok kita ketemu lagi ya, jam 9 pagi.
Kita ketemunya dimana iva?
Klien : ia,,disini saja..
Perawat : Terimakasih iva
Klien : Sama-sama ses

SP 3 :
Perawat : Selamat pagi iva..
Apa kabar?
Klien : Pagi..
Baik
Perawat : Perkenalkan nama saya ses Tiffany Paath ,panggil saja ses Fanny. Saya di sini akan
melanjutkan perbincangan iva denga ses nadya kemarin.
Iva masih ingat perbincangan kemarin dengan ses nadya. Kalu ingat boleh tidak iva
cerita kembali?
Klien : ( mampu menjawab percakapan kemarin )
Perawat : Bagus,ternyata iva ingat semua percakapan kemarin.
Sekarang kita kan melanjutkan perbincangan kemarin,tapi dalam perbincangan ini iva
sudah bisa berhubungan baik dengan orang lain,lebih meningkatkan komunikasi,karena dengan
itu apa yang iva rasakan selama ini,hal-hal yang iva lakukan yang tidak baik menurut ses dan
semua orang yang dekat dengan iva. Jadi mulai sekarang iva bisa mencari orang yang bisa iva
ajak bercakap-cakap,itu tugas iva.dan iva bisakan cerita sama ses dengan siap iva bercakapcakap,terus apa yang dibahas. Iva bisakan?
Klien : Ia bisa ses,nnti saya lakukan.
Perawat : Iva jangan takut, jangan malu ya kalau iva mau bercakap-cakap dengan orang lain.
Klien : ia
Perawat : ( melihat iva brcakap-cakap dengan orang lain, yang iva ajak kenalan )
Klien : ( Klien berkenalan dengan orang lain )
Perawat : Iva Tadi bercakap-cakap dengan siapa,becakap-cakap tentang apa?

Klien ; ( Klien menjawab pertanyaan ses tentang percakapan iva dengan orang yang diajak
kenalannya tadi )
Perawat : nah,,bagus kalau begitu.
besok kita ketemu lagi ya, jam 9 pagi
Iva suka di mana kita ketemumnya?
boleh 15 menit kita bercakap-cakap iva?
Klien : boleh. Disini saja
Perawat : Kita besok membahas aktivitas iva, dan obat yang iva minum.
Klien : ia
Perawat : Terimakasih iva
Klien : Sama-sama ses

SP 4 :
Perawat : Selamat pagi iva..
Apa kabar?
Klien : Pagi..
Baik
Perawat : Perkenalkan nama saya sesJesica Magansa ,panggil saja ses Ica. Saya di sini akan
melanjutkan perbincangan iva denga ses fanny kemarin.
Iva masih ingat perbincangan kemarin dengan ses fanny . Kalau ingat boleh tidak iva
cerita kembali?
Klien : ( mampu menjawab percakapan kemarin )

Perawat : Bagus,ternyata iva ingat semua percakapan kemari


Sekarang kita lanjut. Dan ini pertemuaan terakhir,karena iva sudah lebih baik.
Pertemuan terakhir kita,ses ingin mengingatkan iva untuk beraktivitas semampunya
iva.kalau iva tidak mampu tidak usah dipaksa.terus ses mengingatkan jangan lupa
minum obat secara teratur.jangan sampai putus obat.
Klien : Ia bisa ses,nnti saya lakukan dan saya akan minum obat secara teratur.
Perawat : nah,,bagus kalau begitu.
Perawat : Terimakasih iva,, sampai ketemu lagi.
Klien : Sama-sama ses

4. RESIKO BUNUH DIRI

A.

Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri

sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan
bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh
diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail
w. Stuart, 2007).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif
dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan,1997. Dez, Delicious, 2009)

B.

Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan

Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri
adalah :
a.

Faktor Predisposisi

Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang
siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1.

Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri

mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko
untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2.

Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah

antipati, impulsif, dan depresi.


3.

Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman

kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis,
perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,
respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4.

Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang

dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

5.

Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat

kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat
tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b.

Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh

individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat
menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan
bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut
menjadi sangat rentan.
c.

Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat

melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan
tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social
maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
d.

Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang

berhubungan

dengan

perilaku

bunuh

diri,

termasuk denial,

rasionalization,

regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak
ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Respon adaptif
Peningkatan diri

Beresiko
destruktif

Destruktif diri
tidak langsung

Respon maladaptive
Pencederaan diri
Bunuh diri

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.
C.

a.

Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)


Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar

terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang


mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya.
b.

Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku

destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan
diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c.

Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat

(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi
tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d.

Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat

hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.


e.

Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya

hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi
menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
1.

Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan

menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.

Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2.

Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha

mempengaruhi perilaku orang lain.


3.

Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal

atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya
respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
D. Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)
a.

Mempunyai ide untuk bunuh diri.

b.

Mengungkapkan keinginan untuk mati.

c.

Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

d.

Impulsif.

e.

Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

f.

Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

g.

Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis

mematikan).
h.

Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan

diri).
i.

Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan

menyalahgunakan alcohol).
j.

Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

k.

Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam

karier).
l.

Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

m.

Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

n.

Pekerjaan.

o.

Konflik interpersonal.

p.

Latar belakang keluarga.

q.

Orientasi seksual.

r.

Sumber-sumber personal.

s.

Sumber-sumber social.

t.

Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

E.

Terapi Aktivitas Kelompok, Riyadi, Surojo dan Purwanto Teguh (2009)

Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan
interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku
anggota, merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu
dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini,
tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
F.

Data Fokus, Fitria, Nita (2009)


Masalah Keperawatan

Data Fokus

Resiko bunuh diri

Subjektif :
Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
Mengungkapkan keinginan untuk mati.
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri

sebelumnya dari keluarga.


Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
dosis obat yang mematikan.
Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekeasan saat kecil.
Objektif :
Impulsif.
Menunujukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh).
Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan
penyalahgunaan alcohol).
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal).
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan
pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).
Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
Status perkawinan yang tidak harmonis.

I.

Asuhan Keperawatan Klien Resiko Bunuh Diri

Tn. B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Bagindo. Status
menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah,
akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk
salah satunya Tn. B. Akibatnya kondisi keuangan Tn. B memburuk, sehingga membuat istrinya
meminta cerai karena Tn. B tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. B pun
menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
A.

Jenis Bunuh Diri

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :


1.

Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)

Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak
menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang
menikah.
2.

Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)


Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri

karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat
mengharapkannya.
3.

Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)


Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan

masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa.


Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan
kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhankebutuhannya.
B.

Pengkajian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri

kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam
perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
1.

Isyarat bunuh diri


Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,

misalnya dengan mengatakan :Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh! atau
Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan
perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

2.

Ancaman bunuh diri.


Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati disertai

dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus
dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana
bunuh dirinya.
3.

Percobaan bunuh diri.


Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk

mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung
diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.

II. Diagnosa Keperawatan


RISIKO BUNUH DIRI
A.

Rencana Keperawatan

TUM :
Klien tidak mencederai diri sendiri
TUK 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Rencana Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a.

Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.

b.

Perkenalkan diri dengan sopan.

c.

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d.

Jelaskan tujuan pertemuan.

e.

Jujur dan menepati janji.

f.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g.

Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

TUK 2
Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Rencana Tindakan :
1.

Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.

2.

Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

3.

Awasi klien secara ketat setiap saat

TUK 3
Klien dapat mengekspresikan perasaannya,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Rencana Tindakan :
1.

Dengarkan keluhan yang dirasakan klien.

2.

Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.

3.

Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaannya.

4.

Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.

TUK 4
Klien dapat meningkatkan harga diri,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat meningkatkan harga dirinya
Rencana Tindakan :
1.

Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

2.

Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

3.

Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama,

keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).


TUK 5
Klien dapat menggunakan koping yang adaptif,
Kriteria evaluasi :

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


Rencana Tindakan
1.

Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.

2.

Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain.

3.

Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.

TUK 6
Klien dapat menggunakan dukungan sosial,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
Rencana Tindakan:
1.

Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.

2.

Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien.

3.

Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).

TUK 7
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menggunakan obat dengan tepat
Rencana Tindakan :
1.

Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).

2.

Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

3.

Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan oleh klien.

4.

Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

Tindakan Keperawatan
A.

Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri

1.

Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri

a.

Tujuan

: Pasien tetap aman dan selamat

b.

Tindakan

: Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat
melakukan tindakan berikut :
a. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman.
b. Menjauhi semua benda yang berbahaya ( misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang).
c. Memeriksa apakah pasien benar-benar bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh diri.
SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.
ORIENTASI
Selamat pagi Tn.B kenalkan saya adalah perawat A yang bertugas di ruang Mawar ini, saya
dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.
Bagaimana perasaan B hari ini?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang B rasakan selama ini. Dimana dan
berapa lama kita bicara?
KERJA
Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini B merasa paling
menderita di dunia ini? Apakah B kehilangan kepercayaan diri? Apakah B merasa tak berharga
atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah B merasa bersalah atau mempersalahkan
diri sendiri? Apakah B sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah B berniat menyakiti

diri sendiri, ingin bunuh diri atau B berharap bahwa B mati? Apakah B pernah mencoba untuk
bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang B rasakan? Jika pasien telah
menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk
melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: Baiklah, tampaknya B membutuhkan
pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa
seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.
Nah B, Karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup B,
maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.
Apa yang akan B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat diruangan ini dan
juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi B jangan sendirian ya? Katakan pada perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.
Saya percaya B dapat mengatasi masalah, OK B?
TERMINASI
Bagaimana perasaan B sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?
Coba B sebutkan lagi cara tersebut?
Saya akan menemui B terus sampai keinginan bunuh diri hilang
(jangan meninggalkan pasien)
B.

Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah

1.

Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri

a.

Tujuan:

1)

Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.

2)

Pasien dapat mengungkapkan perasaannya.

3)

Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.

4)

Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.

b.

Tindakan keperawatan:
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b. Berikan oujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang posittif.
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
d. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
b. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah.
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.

SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri


ORIENTASI
Selamat pagi Tn.B!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan B hari ini? O.. jadi B
merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin bunuh diri? Baiklah
kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh
diri. Mau berapa lama? Dimana? Disini saja yah!
KERJA
Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan B.
Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup B,
maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.

Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul, maka
untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman
yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian ya..?
TERMINASI
Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang telah kita
bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih ada
perasaan/dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat yang lain. Kalau sudah
tidak ada keinginan bunuh diri, saya akan ketemu B lagi, untuk membicarakan cara
meningkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini saja.
SP 3 Pasien: Untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri.
ORIENTASI
Selamat pagi Tn.B! Bagaiman perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri
kehidupan? Baik, sesuai janji kita 2 jam yang lalu sekarang kita akan membahas tentang rasa
syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau berapa lama? Dimana?
KERJA
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau B
meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan yang bagaimana
yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B
syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selam ini?. Bagaimana
kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.
TERMINASI
Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja yang B
patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan B jika
terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (afirmasi). Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain
yang masih B miliki dan perlu disyukuri!. Nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi
masalah dengan baik. Boleh ? Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan
yag tidak terkendali segera hubungi saya ya!

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


TN. B DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
DI RUANG MAWAR RSJ LASALLIAN

Tgl MRS

: 5 Oktober 2015

Tgl Pengkajian

: 6 Oktober 2015

Ruang

: Mawar

A.

Pengkajian

1.

Identitas Klien

Nama Lengkap

: Tn. B

Usia

: 45 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status

: Kawin

Alamat
2.

: Kombos Timur

Alasan Masuk

Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah pasien
3.

Faktor Predisposisi

Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia
bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.
4.

Faktor Presipitasi

Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Masalah Keperawatan:
a. Resiko bunuh diri
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
5.

Pemeriksaan Fisik

Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien menurun dan
klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit. N: 80x/mnt, TD
120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm.
6.

Konsep diri

1.

Gambaran diri

Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.

2.

Identitas

Klien sudah menikah mempunyai seorang istri.


3.

Peran Diri

Klien adalah kepala rumah tangga tetapi belum memiliki anak


4.

Ideal Diri

Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung harus mendapat
pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana membangun keluarganya seperti
dulu.
7.

Harga diri

Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
8.

Hubungan Sosial

Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg satu agama.
Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien sering diam,
menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan
teman yang lain, sangat sensitive.
9.

Spiritual

a.

Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering mempersalahkan

Tuhan atas hal yang menimpanya.


b.

Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

10. Status Mental


Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut tidak pernah
tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest,
kurang mendengarkan.

Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek, afek datar,
lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam,
terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
11. Mekanisme Koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan
support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya, klien tidak mau
melakukan aktifitas.
12. Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan

Resiko Bunuh Diri

Harga Diri Rendah


13. Analisa data
Diagnosa
Resiko
bunuh diri

Data mayor
Subyektif:
Mengatakan hidupnya tak
berguna lagi

Data minor
Subyektif:
Mengatakan ada yang
menyuruh bunuh diri

Inggin mati
Menyatakan pernah mencoba
bunuh diri
Mengancam bunuh diri
Obyektif:
Ekspresi murung
Tak bergairah
Ada bekas percobaan bunuh diri

Mengatakan lebih baek mati


saja
Mengatakan sudah bosan
hidup
Obyektif:
Perubahan kebiasaan hidup
Perubahan perangai

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1.

Perilaku bunuh diri

DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
2.

Koping maladaptif

DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO: nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
14. Rencana Tindakan Keperawatan untuk pasien resiko bunuh diri
Pasien:
a.

Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.

b.

Tujuan khusus

1.

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:
1.1

Perkenalkan diri dengan klien

1.2

Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

1.3

Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

1.4

Bersifat hangat dan bersahabat.

1.5

Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2.

Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Tindakan:
2.1

Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain-lain).

2.2

Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.

2.3

Awasi klien secara ketat setiap saat.

3.

Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan:
3.1

Dengarkan keluhan yang dirasakan.

3.2

Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.

3.3

Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.

3.4

Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan
lain-lain.

3.5

Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.

4.

Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:
4.1

Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

4.2

Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

4.3

Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,


keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5.

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan:
5.1

Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan setiap


hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.).

5.2

Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, danpentingnya terhadap
kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.

5.3

Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.

6.

Klien dapat menggunakan dukungan sosial

Tindakan:
6.1

Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim


pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).

6.2

Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan,
kepercayaan agama).

6.3
7.

Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).


Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

Tindakan:
7.1

Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).

7.2

Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).

7.3

Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.

7.4

Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.


CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN

NO
1.

TGL/JAM DIAGNOSA
KEP
10/10/2015 Resiko Bunuh
PK.10.00
Diri
WITA

TINDAKAN

EVALUASI

Sp I Pasien
Membina hubungan saling

S:
Klien mengatakan
sudah mencoba
belajar berkenalan
namun masih
enggan untuk
dilakukan

percaya dengan klien


Mengidentifikasi benda-benda
yang dapat membahayakan

pasien
Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan

pasien.
Melakukan kontrak treatment
Mengajarkan cara

Mengidentisifikasi aspek positif

pasien
Mendorong pasien untuk

O:
mengendalikan dorongan bunuh Klien aktif dan
memperhatikan
diri
selama latihan
Sp II Pasien
berkenalan
dengan perawat

berfikir positif terhadap diri

sendiri
Mendorong pasien untuk

A:
Klien sudah tahu
cara berkenalan
dengan
menyebutkan
nama,asal,hobi

menghargai diri sebagai


individu yang berharga

Sp III Pasien
Mengidentisifikasi pola koping
yang biasa diterapkan pasien

P:
Lanjutkan
berkenalan
dengan orang
lain.

Menilai pola koping yng biasa

dilakukan
Mengidentifikasi pola koping

yang konstruktif
Mendorong pasien memilih

pola koping yang konstruktif


Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan
harian

Sp IV Pasien
Membuat
depan

yang

bersama pasien
Mengidentifikasi
mencapai

rencana

rencana

masa
realistis
cara
masa

depan yang realistis


Memberi dorongan pasien
melakukan kehiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis

5. PERILAKU KEKERASAN
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik
secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).
Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan
sering menimbulkan suatu tekanan.

2.

Rentang Respon

Adaptif, Maladaptif, Asertif, Frustasi, Pasif, Agresif, Kekerasan (Stuart dan Sundeen, 1995)

a.

Respon marah yang adaptif meliputi :

1.

Pernyataan (Assertion)

Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak
setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan
kelegaan.
2.

Frustasi

Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman
yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b.

Respon marah yang maladaptif meliputi :

1.

Pasif

Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang
di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2.

Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu yang
dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3.

Amuk dan kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Etiologi

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa
disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Tanda dan Gejala

1.

Muka merah

2.

Pandangan tajam

3.

Otot tegang

4.

Nada suara tinggi

5.

Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6.

Memukul jika tidak senang

3. Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons terhadap
marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
a.

Eksternal yaitu konstruktif, agresif.

b.

Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.

c.
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata
yang dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan
lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.
d.
Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan
individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang
destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.
e.
Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah
tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada
suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri.

4.

Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

.Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :

~Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina,
di aniyaya atau saksi penganiayaan.

~Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.

~ Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control social
yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)

~ Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.

Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang
profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

*
a.

Tingkah Laku
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.

b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang
berkaitan dengan marah antara lain :

1.

Menyerang atau menghindar (flight or fight)

Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat,
peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan

meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku
dan disertai reflek yang cepat.
2.

Menyatakan dengan jelas (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan
perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan diri
pasien.
3.

Memberontak (acting out)

Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik perhatian
orang lain.
4.

Amuk atau kekerasan (violence)

Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.

5.
a.

Penatalaksanaan Umum
Farmakoterapi

Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan
dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang
berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif
rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan
Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.

b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau
kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk
kegiatan seperti membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah
mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti
kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program kegiatannya.
c.

Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada
setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas
kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi
perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan
mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer),
menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku
maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan
kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).
d.

Terapi somatic

Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang diberikan
kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi
perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi
target terapi adalah perilaku klien
e.

Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada klien
dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani skizofrenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2
kali).
Pohon Masalah
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain,
Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Koping Individu Tidak Efektif

Diagnosa Keperawatan :
1.

Resiko menciderai diri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.

2.

Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu

6.
1.

Fokus Intervensi
Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.

TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.


TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
> Klien mau menjawab salam
> Klien mau menjabat tangan
> Klien mau menyabutkan nama
> Klien mau tersenyum
> Ada kontak mata
> Mau mengetahui nama perawat
> Mau menyediakan waktu untuk kontak
Intervensi :
a.

Memberi salam atau panggil nama klien

b.

Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan

c.

Jelaskan tujuan interaksi

d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat


e.

Beri sikap aman dan empati

f.

Lakukan kontrak singkat tapi sering

TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


Kriteria Evaluasi :

> Klien dapat mengungkapkan perasaannya


> Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang lain dan
lingkungan.
Intervensi :
a.

Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.

b.

Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c.

Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Kriteria Evaluasi :
> Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.
> Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.
Intervensi :
a.

Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.

b.

Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

c.

Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


Kriteria evaluasi :

Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.

Intervensi :
a.

Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

b.

Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

c.

Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.


Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi :
a.

Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.

b.

Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

c.

Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secarakonstruktif.
Intervensi :
a.

Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

b.

Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

c.

Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

a.
Secara fisik :tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b.
Secara verbal :katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya
kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan saya).
c.

Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.

d.
Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada
Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.
Intrevensi :
a.

Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

b.

Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.

c.

Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.


e.

Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian

15 Januari 2015

Tanggal Masuk

26 Desember 2014

Ruang

: Perkasa

PENGKAJIAN
1.

Identitas Klien

Nama

: Tn. H

Alamat

Jombor, caper, Klaten

Umur

25 Tahun

Jenis Kelamin

Laki - laki

Status

: Belum Menikah

Agama

: Kristen

Pendidikan

SMA

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

No. CM

: 01 13 28

2.

Identitas Penanggung Jawab

Nama

: Tn. W

Umur

Agama

: Kristen

Pekerjaan

Wiraswasta

Alamat

Jombor, Ceper, Klaten

Hubungan dengan Klien :

57 Tahun

Ayah Kandung

KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka
mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak
terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien mengamuk dan memukul pintu / jendela.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

ALASAN MASUK
4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak
mengontrol diri. Klien juga marah marah dan memukul ayahnya karena klien merasa dibohongi
dan keinginanya tidak dipenuhi.Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk
kembali di rawat inap.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan

FAKTOR PREDISPOSISI
1.
Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah sakit
jiwa klaten >35x.
2.

Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.

3.

Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

4.
Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara selama 3
minggu karena mencoba membobol ATM.

PEMERIKSAAN FISIK
1.

Tanda tanda Vital :

1)

Tekanan darah

: 120 / 80 mmHg

2)

Nadi

: 78 x/menit

3)

Suhu badan

: 36.4 0C

4)

Respirasi

: 23 x/menit

2.

Ukuran

1)

Tinggi Badan

: 168 cm

2)

Berat badan

: 70 Kg

3.

Kondisi Fisik

Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik baik saja dan tidak ada keluhan fisik.
Masaalah Keperawatan : Distres spiritual

STATUS MENTAL
1.

Penampilan

Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.

Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik.

Klien menggunakan sandal.

Masalah Keperawatan :
2.

Pembicaraan

Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang dibicarakan
dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
Masalah Keperawatan : 3.

Aktifitas Motorik

Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien sudah
mampu mengendalikan emosinya yang labil.
Masalah Keperawatan : 4.

Alam Perasaan

Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira, saat sedih
klien tampak sedih.
Masalah Keperawatan : 5.

Afek

Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.


Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Cidera
6.

Interaksi selama wawancara

Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
Masalah Keperawatan : 7.

Persepsi

Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.


8.

Proses pikir

Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan
karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan : -

9.

Tingkat Kesadaran

Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang ditandai
dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat wawancara.

Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bias
menyebutkan beberapa nama temannya.
Masalah Keperawatan : 10.

Memori

Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh ayahnya. Dan klien
dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.
Masalah Keperawatan : 11.

Tingkat Konsentrasi Berhitung

Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat memfokuskan
konsentrasi dengan baik
Masalah Keperawatan : 12.

Kemampuan Penilaian

Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat atau mana
yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.
Masalah Keperawatan : 13.

Daya Tilik Diri

Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena klien
mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa
seperti ini.
Masalah Keperawatan : -

KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1.

Makan

Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x
sehari, pagi, siang dan sore, minum 6 gelas sehari.
2.

BAB/BAK(Buang Air Besar/Buang Air Kecil)

Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,
menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
3.

Mandi

Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan
tubuh baik.
4.

Berpakaian

Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah sakit, klien
dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan rumah sakit.
5.

Pola Istirahat Tidur

Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-8
jam perhari, baik malam maupun siang.
6.

Penggunaan Obat

Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.


7.

Aktivitas di dalam rumah

Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.


8.

Aktivitas diluar rumah

Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.

MEKANISME KOPING
Mekanisme

koping

adalah

tiap

upaya

yang

diharapkan

pada

penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelasaian masalah langsung


dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (tuart dan
sundeen, 1998 hal : 33)

Beberapa

mekanisme

koping

yang dipakai pada

klien marah untuk

melindungi diri antara lain :


a)

Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya

dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan


penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang
tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan

melebih

lebihkan

sikap

dan

perilaku

yang

berlawanan

dan

menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada


teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e)
Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun
marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan
dengan temanya.
Sumber Koping
Menurut Suart Sundeen 1998 :
1. Aset ekonomi
2. Kemampuan dan keahlian
3. Tehnik defensif

4. Sumber sosial
5. Motivasi
6. Kesehatan dan energi
7.
Kepercayaan
8. Kemampuan memecahkan masalah
9. Kemampuan sosial
10. Sumber sosial dan material
11. Pengetahuan
12. Stabilitas budaya
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1.

Masalah dengan dukungan kelompok (-)

2.

Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.

MK : Harga Diri Rendah


3.

Masalah dengan kesehatan (-)

4.

Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya.

5.

Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.

ASPEK MEDIK
Terapi obat :

Inj. Lodomer

: 1amp IM extra

Trihexiyl Phenidyl

: 3 x 2 mg

Haloperidol

: 3 x 5 mg

Resperidon

: 2 x 2 mg

MASALAH KEPERAWATAN
1.

Prilaku kekerasan

2.

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3.

Harga diri rendah

4.

Disstres spiritual

ANALISA DATA

NO DATA
1

ETIOLOGI

PROBLEM

DS : klien mengatakan dirumah Perilaku Kekerasan


marah-marah kepada ayahnya
karena keinginanya tidak
dipenuhi dan merasa dibohongi.
Serta klien memukul ayahnya
sampai berdarah.

Resiko mencederai diri


sendiri, orang lain dan
lingkungan

DO : face tegang, mudah


tersinggung saat di ajak bicara,
tatapan mata tajam, muka
tampak merah.
2

DS : klien mengatakan saat


mempunyai masalah dipendam
sendiri, tidak mau bercerita.

Koping Individu Tidak Efektif

Perilaku Kekerasan

DO : pasien tidak banyak


bicara, pasien berdiam diri

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa

Tujuan

Criteria hasil

Intervensi

Resiko
menciderai diri
sendiri, orang
lain dan
lingkungan

TUM:

1. klien
mau membalas salam

1.
ber salam panggil
nama

2. klien mau menjabat


tangan

2.
sebutkan nama
perawat sambil jabat tangan

3.

3.

Kliendapat
melanjutkan peran
sesuai dengan
tanggung jawab.

klien mau

jelaskan maksud

TUK 1:

menyebut nama

hubungan interaksi

4. klien mau
tersenyum

4.
jelaskan kontrak
yang akan dibahas

5. klien mau kontak


mata

5.
beri rasa aman dan
simpati

6. klien mau
mengetahui nama
perawat

6.
lakukan kontak mata
singkat tapi sering

1. klien
mengungkapkan
perasaanya

Klien dapat
membina hubungan 2. klien dapat
saling percaya.
mengungkapkan
penyebab perasaan
marah dari lingkungan
atau orang lain

TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan
penyebab
kekerasan

TUK 3 :

1.
klien mampu
mengungkapkan
perasaan saat
marah/jengkel
2.
klien dapat
menyimpulkan tandatanda marah yang
dialami.

1. Klien dapat
mengungkapkan
perilaku kekerasan yang

1. beri kesempatan untuk


mengungkapkan perasaan
2. bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/kesal

1.
Anjurkan klien
mengungkapkan apa yang
dialami dan dirasakan saat
marah
2.
Observasi tanda-tanda
perilaku kekerasan pada
klien
3.
Simpulkan bersama
klien tanda dan gejala kesal
yang di alami

1. Anjurkan klien untuk


mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan klien .

Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku kekerasan

biasa dilakukan
2. Klien dapat
bermain peran dengan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
3. Klien dapat
mengetahui cara yang
biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah

TUK 4;
Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan

1. Klien dapat
menjelaskan akibat dari
cara yang digunakan

Akibat pada klien


sendiri

Akibat pada orang


lain

akibat pada
lingkungan

TUK 5;
Klien dapat
mengidentikasi
akibat perilaku
kekerasan

2. Bantu klien bermain


peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
3. Bicarakan dengan klien
apakah dengan cara yang
dilakukan klien masalahnya
selesai

1. bicarakan akibat dan


cara yang dilakukan klien
2. bersama klien
menyimpulkan akibat cara
yang digunakan oleh klien

3. Tanya pada klien apakah


ia ingin mempelajari cara
yang baru dan yang sehat.

1. Bantu klien memilih


cara yang paling tepat untuk
klien
1. klien dapat
menyebutkan contoh
pencegahan perilaku
kekerasan secara :

2. Bantu klien
mengidentifikasi manfaat
cara yang telah dipilih

- Fisik: Tarik nafas


dalam , olah raga,
memukul bantal

3. Bantu klien untuk


menstimulasikan cara
tersebut atau dengan role
play

- Verbal: Mengatakan
secara langsung dengan
tidak menyakiti.
2. klien dapat

4. Beri reinforcement
positif atas keberhasilan
klien menstimulasikan cara
tersebut

mendemonstrasikan
cara fisik (memukul
bantal) untuk mencegah
perilaku kekerasan.

5. Anjurkan klien untuk


menggunakan cara yang
dipelajari saat jengkel atau
marah.

1.Jelaskan jenis-jenis obat


yang di minum pada klien
dan keluarga.

1. Klien dapat
menyebut kan obat
TUK 6 :
obat yang di minum dan
Klien dapat
kegunaanya ( jenis
mendemonstrasikan ,waktu,dosis,dan efek )
cara mengontrol
perilaku kekerasan

TUK 7 :
Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar
( sesuai dengan
program )

2. Klien dapat minum


obat sesuai program
pengobatan

2.Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa
seijin dokter
3.Jelaskan prinsip benar
minum obat(baca nama yg
tertera pd botol obat,dosis
obat ,waktu dan cara
minum)

1.Anjurkan klien minum


obat tepat waktu
2.Anjurkan klien
melaporkan pada perawat
atau dokter jika merasakan
efek yang tidak menyenang
kan
3.Beri pujian jika klien
minum obat dengan benar.

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa

Tujuan

Criteria hasil

Intervensi

Resiko
menciderai diri
sendiri, orang
lain dan
lingkungan

TUM:

1. klien
mau membalas salam

1.
ber salam panggil
nama

2. klien mau menjabat


tangan

2.
sebutkan nama
perawat sambil jabat tangan

3. klien mau
menyebut nama

3.
jelaskan maksud
hubungan interaksi

4. klien mau
tersenyum

4.
jelaskan kontrak
yang akan dibahas

5. klien mau kontak


mata

5.
beri rasa aman dan
simpati

6. klien mau
mengetahui nama
perawat

6.
lakukan kontak mata
singkat tapi sering

Kliendapat
melanjutkan peran
sesuai dengan
tanggung jawab.

TUK 1:

1. klien
mengungkapkan
perasaanya

Klien dapat
membina hubungan 2. klien dapat
saling percaya.
mengungkapkan
penyebab perasaan
marah dari lingkungan
atau orang lain

TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan

1.
klien mampu
mengungkapkan
perasaan saat
marah/jengkel
2.

klien dapat

1. beri kesempatan untuk


mengungkapkan perasaan
2. bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/kesal

1.
Anjurkan klien
mengungkapkan apa yang
dialami dan dirasakan saat
marah
2.
Observasi tanda-tanda
perilaku kekerasan pada

penyebab
kekerasan

TUK 3 :
Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku kekerasan

menyimpulkan tandatanda marah yang


dialami.

1. Klien dapat
mengungkapkan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
2. Klien dapat
bermain peran dengan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
3. Klien dapat
mengetahui cara yang
biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah

TUK 4;
Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan

1. Klien dapat
menjelaskan akibat dari
cara yang digunakan

Akibat pada klien


sendiri

Akibat pada orang


lain

akibat pada
lingkungan

TUK 5;

klien
3.
Simpulkan bersama
klien tanda dan gejala kesal
yang di alami

1. Anjurkan klien untuk


mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan klien .
2. Bantu klien bermain
peran sesuai dengan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
3. Bicarakan dengan klien
apakah dengan cara yang
dilakukan klien masalahnya
selesai

1. bicarakan akibat dan


cara yang dilakukan klien
2. bersama klien
menyimpulkan akibat cara
yang digunakan oleh klien

3. Tanya pada klien apakah


ia ingin mempelajari cara
yang baru dan yang sehat.

1. Bantu klien memilih


cara yang paling tepat untuk
klien
1. klien dapat
menyebutkan contoh

2.

Bantu klien

Klien dapat
mengidentikasi
akibat perilaku
kekerasan

pencegahan perilaku
kekerasan secara :

mengidentifikasi manfaat
cara yang telah dipilih

- Fisik: Tarik nafas


dalam , olah raga,
memukul bantal

3. Bantu klien untuk


menstimulasikan cara
tersebut atau dengan role
play

- Verbal: Mengatakan
secara langsung dengan
tidak menyakiti.
2. klien dapat
mendemonstrasikan
cara fisik (memukul
bantal) untuk mencegah
perilaku kekerasan.

4. Beri reinforcement
positif atas keberhasilan
klien menstimulasikan cara
tersebut
5. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang
dipelajari saat jengkel atau
marah.

1.Jelaskan jenis-jenis obat


yang di minum pada klien
dan keluarga.

1. Klien dapat
menyebut kan obat
TUK 6 :
obat yang di minum dan
kegunaanya ( jenis
Klien dapat
mendemonstrasikan ,waktu,dosis,dan efek )
cara mengontrol
perilaku kekerasan
2. Klien dapat minum
obat sesuai program
pengobatan

2.Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa
seijin dokter
3.Jelaskan prinsip benar
minum obat(baca nama yg
tertera pd botol obat,dosis
obat ,waktu dan cara
minum)

TUK 7 :

1.Anjurkan klien minum


obat tepat waktu

Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar
( sesuai dengan
program )

2.Anjurkan klien
melaporkan pada perawat
atau dokter jika merasakan
efek yang tidak menyenang

kan
3.Beri pujian jika klien
minum obat dengan benar.

6. DEFISIT PERAWATAN DIRI

Anda mungkin juga menyukai