Disusun Oleh :
STENSIA BISANDORONG
14061040
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2015
1. HALUSINASI
2. WAHAM
3. HARGA DIRI RENDAH
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mental Illness (2003), harga diri rendah
adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran
negatif tentang dirinya. Pengertian lain mengemukakan bahwa harga diri rendah adalah
menolak dirinya sendiri, merasa tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupan sendiri. Individu gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah
akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif
dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu
yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap
sebagai ancaman.
Dalam tinjauan life span historyklien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada
masa kecil sering disalahkan dan jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga
diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor Presipitasi
Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi
Konflik peran
C. Pohon Masalah
ISOLASI SOSIAL
HARGA DIRI
RENDAH KRONIS
BERDUKA DISFUNGSIONAL
E. Rentang Respons
Respons adaptif
Respons maladaptif
Aktualisasi diri
Kerancuan identitas
depersonalisasi
F. Masalah keperawatan
-
PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Status Pernikahan
Orang yang dapat dihubungi
: Nn. D
: 35 tahun
: Perempuan
: Teling
: Tidak ada
: SMP
: Islam
: Belum menikah
: Orang tua
b. Keluhan Utama
Merasa dirinya jelek dan penampilan kurang menarik
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan tidak ada yang suka padanya, merasa bersalah dan khawatir. Jarang
sekali berinteraksi dengan tetangga karena tidak percaya diri berhubungan dengan
orang lain. Sering menyendiri dikamar. Sampai saat ini belum menikah, karena
merasa tidak ada yang menyukainya. Klien mengatakan tidak memiliki keinginan
apa-apa saat ditanya tentang rencana jangka panjang maupun jangka pendek.
d. Riwayat masa lalu
Pada masa kecil klien sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
e. Pemeriksaan fisik
- TTV
TD : 140/80mmHg, suhu : 37 C, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, TB : 160
-
cm, BB : 50 kg
Keluhan Fisik
Klien mengeluh bahwa dirinya jelek. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
i. Hubungan
Klien mengatakan sulit untuk memulai pembicaraan karena khawatir apa yang
dibicarakan dianggap tidak penting karena itu jarang berinteraksi dengan tetangga
maupun orang lain. Klien berharap segera memiliki suami.
j. Kepercayaan dan adat
Ditempat klien tinggal jarang sekali orang yang sholat 5 waktu penuh. Klien sendiri
hanya melakukan sholat saat lebaran idul fitri atau idul adha saja, karena dalam
keluarganya sejak kecil tidak menekankan sholat 5 waktu penuh, orang tuanya juga
begitu.
DO :
DS :
-
DO :
-
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
1. Harga
Diri
Rendah
Tujuan
Umum :
Klien mampu
berinteraksi
dengan
lingkungan
Kriteria Hasil
1. Klien dapat
mengidentifika
si kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki (aspek
Khusus :
intelektual,
aspek sosial
Klien dapat
budaya, aspek
mengidentifika fisik dan aspek
si kemampuan emosional)
dan aspek
positif yang
2. Klien dapat
dimiliki
menyebutkan
kemampuan
Klien dapat
yang dapat
menilai
digunakan
kemampuan
yang dapat
3. Klien dapat
digunakan
membuat
rencana
Klien dapat
kegiatan
menetapkan
harian
perencanaan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki
Intervensi
1. Identifikasi
kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki
klien
2. Bantu klien
menilai
kemampuan
klien yang
masih dapat
digunakan
3. Bantu klien
memilih
kegiatan
yang akan
dilatih
sesuai
kemampuan
klien.
4. Berikan
pujian yang
wajar
terhadap
keberhasilan
klien.
Rasional
1. Mengingatkan
bahwa klien
manusia biasa
2. Memberi
kesempatan klien
untuk menilai
dirinya
3. Membantu klien
dalam membentuk
harapan yang realita
4.Memberikan
harapan dan
meningkatkan rasa
percaya diri klien
2. Isolasi
Sosial
Umum :
Klien mampu
berinteraksi
dengan
lingkungan.
Khusus :
Klien dapat
mengidentifika
si penyebab
menarik diri
Klien dapat
menyebutkan:
1. Penyebab
menarik diri
2. Keuntungan
berinteraksi
dengan orang
lain.
1. Identifikasi
penyebab
isolasi sosial
klien
1. Mengetahui
sejauh mana
pengetahuan
klien tentang
menarik diri
sehingga
perawat
dapat
merencanaka
n intervensi
selanjutnya.
3. Kerugian
tidak
berinteraksi
dengan orang
lain.
2. Diskusi
dengan klien
tentang
keuntungan
berinteraksi
dengan
orang lain
2. Menilai
pendapat/per
sepsi klien
mengenai
keuntungan
dari menarik
diri.
3. Diskusi
dengan klien
tentang
kerugian
tidak
berinteraksi
dengan
orang lain
3. Menilai
pendapat/per
sepsi klien
mengenai
kerugian dari
menarik diri
4. Ajarkan
klien cara
berkenalan
dengan satu
orang
4. Mungkin
klien merasa
tidak
nyaman,
malu atau
tidak mampu
berhubungan
sehingga
perlu dilatih
secara
bertahap
dalam
berhubungan
dengan orang
lain.
5. Anjurkan
klien
memasukka
n kegiatan
latihan
berbincangbincang
dengan
orang lain
dalam
kegiatan
harian.
5. Untuk
meningkatka
n harga diri
klien.
Mengetahui
sejauh mana
manfaat yang
dirasakan
klien dalam
berhubungan
.
Hari/
Tanggal
Rabu, 14
september
2015
Dx
Harga Diri
Rendah
Implementasi
1. Mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki klien
2. Membantu klien
menilai kemampuan
klien yang masih
dapat digunakan
3. Membantu klien
memilih kegiatan
yang akan dilatih
sesuai kemampuan
klien.
4. Memberikan pujian
yang wajar terhadap
keberhasilan klien.
Hari/
Tanggal
Rabu, 14
september
2015
Evaluasi
S : Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik
namun masih
malu-malu
O : - Klien
kooperatif
- Dapat
menyebu
tkan
kemamp
uan dan
aspek
positif
pada diri
sendiri
Klien
dapat
memilih
kegiatan
yang
disukai
sesuai
kemamp
uan klien
A : SP I Tercapai
2.
Jumat, 16
september
2015
Isolasi Sosial
1. Mengidentifikasi
penyebab isolasi
sosial klien
2. Berdiskusi dengan
klien tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain
3. Berdiskusi dengan
klien tentang
kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain
4. Mengajarkan klien
cara berkenalan
dengan satu orang
5. Menganjurkan klien
memasukkan
kegiatan latihan
berbincang-bincang
dengan orang lain
dalam kegiatan
harian.
Jumat, 16
september
2015
P : Dilanjutkan
dengan SP II
S : Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik dan
dapat
menyebutkan
dengan
penyebab
menarik diri
O : - Klien dapat
berinteraksi
dengan perawat
- Klien
mampu
menjelas
kan
keuntung
an dan
kerugian
berintera
ksi
dengan
klien
A : SP III
tercapai
P : Dilanjutkan
dengan SP IV
SP I
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat siang Nona, Bolehkah saya berkenalan dengan Nona?? Perkenalkan nama saya Claudia
saya biasa dipanggil Clau. Saya adalah perawat yang akan merawat Nona disini. Nona suka di
panggil siapa?? Suka dipanggil dengan nama kecil saja atau apa??
Saya yang bertanggung jawab merawat nona, jadi kalau ada sesuatu yang diperlukan atau ingin
disampaikan silahkan menyampaikan pada saya. Dalam merawat nona saya bersama tim
kesehatan lain, dan saya berharap nona mengatakan apa yang nona rasakan karena ini akan
sangat membantu kami untuk dapat membantu mengatasi masalah nona.
b. Validasi
Bagaiman perasaan Nona hari ini??
c. Kontrak
Topik:
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar mengenai sisi positif yang ada di diri
Nona?
Waktu :
Tempat :
Dimana tempat yang menurut nona cocok untuk berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
Taman?
Saya akan merahasiakan informasi yang mbak berikan dan hanya saya gunakan informasi itu
untuk proses perawatan.
d. Kerja
Sebelum kita mulai berbincang bincang, apa ada hal yang ingin nona tanyakan atau
sampaikan??? Bagaiman kalau kita mulai sekarang??
Coba nona sebutkan sisi positif dari diri nona?? Baguss banget ya.........
Coba di ingat-ingat lagi, sisi positif lainnya dari dalam diri nona?? Bagusss
Sekarang coba nona sebutkan sisi positif dari diri nona dalam keluaga nona??? wahh... bagus
sekali..
Kemudian apa pula hal hal positif yang nona lakukan pada lingkungan tempat tinggal nona???
Wah nona banyak mempunyai sisi positif dalam diri nona..
e. Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif
Bagaiman perasaan nona setelah kita berbincang bincang??
Objektif :
Coba... apa nona masih ingat dengan nama saya??? Coba sekarang sebutkan yang telah kita
bicarakan tadi mengenai sisi positif dari diri nona........
Dari hasil kegiatan kita selama 20 menit tadi, saya simpulkan bahwa jawaban nona benar
semua... bagus sekali
b. Rencana tindak lanjut
Baik nona pada pertemuan kali ini kita telah mengetahui tentang sisi positif pada diri nona....
ternyata pada diri nona banyak sisi positif ya....
c.
Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan membahas
tentang kemampuan mana yang mbak miliki yang masih dapat dilakukan di RS dan kemampuan
yang dapat dilakukan dirumah. Kapan kita bisa berbincang- bincang lagi ? Bagaimana kalau
besok? Berapa lama kita bisa berbincang bincang. Kita mau berbincang- bincang dimana ?
Bagaimana kalau di ruangan ini. Bagaimana kalau 15 menit, Apa Nona setuju? Bagusss..
SP II
1. Orientasi
a. Salam terapetik
Selamat pagi.. Bagaimana, apakah Nona masih ingat dengan saya yang kemarin dapat
berbincang-bincang? Iya betul sekali...
b. Validasi
Ternyata Nona masih ingat dengan saya, bagaimana persaan Nona hari ini ? Apa masih ingat
topik yang akan kita bicarakan hari ini ? iya... bagus sekali
c.
Kontrak
Topik : Baiklah kalau begitu, sesuai dengan janji kita kemarin.. pagi ini kita akan
berbincang bincang tentang kemampuan yang Nona miliki yang masih dapat
kemarin.
Tempat : Atas permintaan Nona kemarin kita akan berbincang bincang di
taman. Baiklah mbak, kita langsung saja menuju ke taman.
2. Kerja
Sebelum kita mulai berbincang-bincang tentang kemampuan yang dapat Nona lakukan, apa ada
hal yang ingin Nona tanyakan atau sampaikan???
Apa yang biasa Nona lakukan atau kerjakan dirumah ? Ohh bagus sekali..
Sekarang kegiatan apa saja yang Nona lakukan disini ?
Apa yang menarik dari kegiatan tersebut ? Apa ada kemampuan lain yang Nona miliki ? Coba di
ingat- ingat lagi
3. Terminasi
a.
Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan Nona setelah berbincang bincang tadi??
Objektif : Nahhh, Sekarang coba sebutkan kemampuan yang Nona miliki..
Baik dari hasil kegiatan kali uni Nona telah mampu mengenali kemampuan dalam diri Nona..
sekarang kita buat jadwal untuk kegiatanya ya... berapa kali dalam sehari??? mau pagi atau
sore??? ya bagussss
c.
Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan membahas tentang kegiatan
selanjutnya dan. Kapan kita bisa berbincang- bincang lagi ? Bagaimana kalau besok? Berapa
lama kita bisa berbincang bincang. Kita mau berbincang- bincang dimana ? Bagaimana kalau di
ruangan ini. Bagaimana kalau 15 menit, Apa Nona setuju? Bagusss..
Terima kasih atas kerjasamanya ya Nona... Selamat siang.
SP III
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat Pagi. Bagaimana kabar Nona hari ini?.. iya bagus kalau begitu.
Baik kalau begitu, bagaimana kalau hari ini kita berbincang-bincang sebentar. Apakah
Nona mau? Yaa baiklah kalau begitu..
b. Validasi
Bagaimana perasaan Nona setelah dirawat beberapa hari ini di RS ini? Yaa bagus
sekali
c. Kontrak
Topik : Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita membahas tentang penyebab
Nona tidak mau berinteraksi dengan orang disekitar? Dan apa yang Nona rasakan
selama ini?
Waktu : Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di taman lagi? Baiklah mari
kita ke taman.
2. Kerja
Sebelum kita mulai, bapakah ada yang ingin Nona sampaikan? Oh baiklah jika tidak
ada, mai kita mulai berbincang-bincang tentang penyebab Nona tidak mau berinteraksi
dengan orang disekitar.
Apa yang membuat Nona tidak mau berinteraksi dengan tetangga dan lingkungan
sekitar?(Beri kesempatan kepada klien untuk menjelaskan apa yang dia rasakan atau apa
yang membuat dia tidak bisa berinteraksi dengan orang lain) Oh begitu.. Jadi karena
Nona merasa diri Nona jelek dan tidak ada yang mau berteman dengan Nona kecuali
keluarga?... Saya mengerti perasaan Nona, namun disini saya akan menjelaskan tentang
apa keuntungan dari karena berinteraksi dengan orang lain dan kerugiannya jika kita
tidak berinteraksi dengan orang lain. Apakah Nona masih mau melanjutkan perbincangan
ini?
Oke, baiklah.. Jadi jka Nona mau berinteraksi dengan orang-orang disekitar Nona, maka
Nona akan lebih nyaman dan mempunyai banyak teman, namun jika nona tidak mau
berinteraksi maka Nona tidak akan mempunyai teman. Tidak perlu malu dengan
penampilan karena kita semua sama dimata Tuhan, dan mempunyai banyak teman akan
membuat kita lebih percaya diri
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan Nona setelah berbincang bincang tadi??
Objektif : Nahhh, Sekarang coba sebutkan keuntungan dan kerugian jika berinteraksi..
b. Rencana tindak lanjut
Baik dari hasil kegiatan kali ini, Nona telah mampu mengetahui tentang keuntungan dan
kerugian jika tidak berinteraksi.. sekarang kita buat jadwal untuk kegiatan selanjutnya
yaa...
c. Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan membahas
tentang kegiatan selanjutnya dan. Kapan kita bisa berbincang- bincang lagi ? Bagaimana
kalau besok? Berapa lama kita bisa berbincang bincang. Kita mau berbincang- bincang
dimana ? Bagaimana kalau di tempat ini lagi. Bagaimana kalau 15 menit, Apa Nona
setuju? Bagusss..
Terima kasih atas kerjasamanya ya Nona... Selamat siang
SP IV
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat Pagi. Bagaimana kabar Nona hari ini?.. iya bagus kalau begitu.
b. Validasi
Bagaimana persaan Nona hari ini ? Apa masih ingat topik yang akan kita bicarakan hari
ini ? iya... bagus sekali
c. Kontrak
Topik : Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita membahas cara berkenalan
kita ke taman.
4. Kerja
Sebelum kita mulai, bapakah ada yang ingin Nona sampaikan? Oh baiklah jika tidak
ada, mari kita mulai berbincang-bincang tentang cara berkenalan dengan satu orang.
Pertama ucapkan salam kepada lawan bicara.. yaa bagus seperti itu, kemudian ajak
untuk bersalaman, yaa mari bejabat tangan dengan saya, yaa bagus. Setelah itu sebut
nama masing-masing, seperti ini, nama saya Claudia, nama anda siapa? Yaa bagus sekali
Nona Yaa bagus sekali nNona sudah bias berkenalan dengan oran lain, sangat bagus
nona
5. Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif : Bagaimana perasaan Nona setelah berbincang bincang tadi??
Objektif : Nahhh, Sekarang coba praktekkan kembali cara berkenalan yang baik. Yaa
bagus sekali Nona
b. Rencana tindak lanjut
Baik dari hasil kegiatan kali ini, Nona telah mampu mempraktekkan cara berkenalan
dengan baik.. sekarang harus dipraktekkan kepada teman-teman yang ada di RS ini yaa...
c. Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan membahas
tentang kegiatan selanjutnya dan terima kasih atas kerjasamanya ya Nona... Selamat
siang.
3. ISOLASI SOSIAL
A. Pengertian
Isolasi sosial merupakan Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untukmeningkatakan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
Isolasi adalah suatu keadan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatig dan mengancam.
Perilaku isolasi sosial adalah mecoba untk menghindari interaksi dengan orang
lain,menghindar hubungan dengan oran lain.
B. Faktor-Faktor
Faktor Prediposisi terjadi perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang
mengakibatkan indiviu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain,ragu,takut salah, putus asa
terhadaphubungan dengan orang lain,menghindar dari orang lain.
Faktor Presipitasi dari factor sosio-cultural karena menurunya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan factor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk bergantung,merasa tidak berarti dalam keluarga,sehingga
merespon klien menghindar dengan menarik diri dari lingkungan.
Penyebab Dari Menarik Diri
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative
terhadap diri sendiri dan kemapuan, hilang percaya diri, merasa gagal mencapai keinginan
yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
C. Pohon Masalah
Halusinasi
Isolasi sosial
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Klien Nn R, umur 23 tahun masuk ke RSJ Lasallian dengan keluhan kelurga pasien mengatakan
klien sering menyendiri, kurang komunikasi dengan orang lain selain keluarga, klien malu
terhadap dirinya, klien tidak melakukan kegiatan dirumah. Dulunya klien sering di ejek sama
teman-temannya Karena wajah dan penampilannya sehingga klien sering berdiam diri di kamar
tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Dengan TTV : TD 110/70, N 70x/menit, R 16x/menit,
SB 36,5C.
Faktor-Faktor
Faktor Prediposisi:Klien maludengan dirinya, tidak percayadiri,putus asa.
Faktor Presipitasi: Ditinggalkan ayah sejak pasien umur 12 tahun dan pencapain keinginan tidak
tercapai,.tidak melakukan aktivitas.
KonsepDiri
-
Hubungan social
Orang terdekat dirumah adalah ibunya, pasien tidak berhubungan dengan orang lain,tidak
mau berinteraksi. Apabila ada masalah pasien memendam sendiri. Pasien lebih suka
menyendiri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain.
Status Mental
-
Terapi :
No
1.
Data
DS : Keluarga pasien mengatakan klien
kurang berkomunikasi, sering
menyendiri di kamar,tidak melakukan
kegiatan di rumah, malu terhadap
dirinya
DO:
-
Masalah Keperawatan
Isolasi sosial
Rencana Keperawatan
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
SP 1:
1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik
Menyapa klien dengan ramah
Memperkenalkan diri dengan sopan
Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien
Menjelaskan tentang penangganan yang akan dilakukan dalam pertemuan
2. Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
3. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
4. Memasukkan jadwal kegiatan
SP 2 :
1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik
Menyapa klien dengan ramah dengan memanggil nama panggilan klien
Memperkenalkan diri dengan sopan
Menjelaskan tentang penangganan yang akan dilakukan dalam pertemuan
Mengevaluasi kembali hari ke 1
2. Mendiskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain
3. Menanyakan dengan siapa klien bercakap di rumah
4. Memasukan jadwal kegiatan
SP 3 :
1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik
2.
3.
4.
5.
SP 4 :
Simulasi
SP 1 :
Perawat : Selamat pagi boleh ses duduk di sini?
Klien : pagi..
Boleh
Perawat : Apa kabar hari ini?
Perkenalkan nama saya ses Frischilla Tika Salawoba, panggil ses Tika. Ses disini untuk
merawat nona sampai sembuh.
Kalo boleh tahu siapa nama nona?
Klien : baik
Nama saya Riva,panggil saja iva.
Perawat : oh iya
Iva datang di sini ada keluhan apa?
Siapa tahu ses bisa membantu
Klien : Saya merasa malu dengan keadaan saya, orang-orang sering mengejek saya.
Perawat : terus kalau orang-orang mengejek seperti itu,iva apa yang bisa iva lakukan?
Klien : Saya hanya berdiam,sering menyendiri dikamar,tidak melakukan apa-apa.saya malu
dengan keadaan saya.
Perawat : nah,, jadi iva disini saya dan teman perawat yang lain,akan membantu iva agar iva
tidak lagi melakukan hal-hal seperti itu jika iva di ejek sama orang-orang.
besok kita akan membahas hubungan iva denga orang lain.
Boleh kan iva?
Klien : Boleh.
Perawat : besok kita ketemunya , jam 9 pagi.
Kita ketemunya dimana iva?
Klien : ia,,disini saja..
Perawat : Terimakasih iva
Klien : Sama-sama ses
SP 2 :
Perawat : Selamat pagi iva..
Apa kabar?
Klien : Pagi..
Baik
Perawat : Perkenalkan nama saya ses Nadya Durado,panggil saja ses nadya. Ses di sini akan
melanjutkan perbincangan iva denga ses tika kemarin.
Iva masih ingat perbincangan kemarin dengan ses tika. Kalu ingat boleh tidak iva cerita
kembali?
Klien : ( mampu menjawab percakapan kemarin )
Perawat : Bagus,ternyata iva ingat semua percakapan kemarin.
Sekarang kitaakan melanjutkan perbincangan kemarin. Jadi iva harus bisa mampu
berhubungan dengan orang-orang,walau ada orange-orang mengejek iva.anggap saja ejekan
orang itu motivasi untuk iva lebih baik lagi.iva ingat komunikasi dengan orang itu baik,tidak
boleh putus komunikasi dengan orang.. Iva mengertikan?
Klien : Ia ses, saya mengerti.
Perawat : Terus iva kalo di rumah dengan siapa saja iva bercakap-cakap?
Klien : dengan orang rumah ( mama, adik )
Perawat : iva kalau di rumah jangan hanya orang rumah saja iva bercakap-cakap dengan orang
lain juga ya iva. Iva mengertikan?
Klien ; Ia Ses..
Perawat : nah,,bagus kalau begitu.
besok kita ketemu lagi ya, jam 9 pagi.
Kita ketemunya dimana iva?
Klien : ia,,disini saja..
Perawat : Terimakasih iva
Klien : Sama-sama ses
SP 3 :
Perawat : Selamat pagi iva..
Apa kabar?
Klien : Pagi..
Baik
Perawat : Perkenalkan nama saya ses Tiffany Paath ,panggil saja ses Fanny. Saya di sini akan
melanjutkan perbincangan iva denga ses nadya kemarin.
Iva masih ingat perbincangan kemarin dengan ses nadya. Kalu ingat boleh tidak iva
cerita kembali?
Klien : ( mampu menjawab percakapan kemarin )
Perawat : Bagus,ternyata iva ingat semua percakapan kemarin.
Sekarang kita kan melanjutkan perbincangan kemarin,tapi dalam perbincangan ini iva
sudah bisa berhubungan baik dengan orang lain,lebih meningkatkan komunikasi,karena dengan
itu apa yang iva rasakan selama ini,hal-hal yang iva lakukan yang tidak baik menurut ses dan
semua orang yang dekat dengan iva. Jadi mulai sekarang iva bisa mencari orang yang bisa iva
ajak bercakap-cakap,itu tugas iva.dan iva bisakan cerita sama ses dengan siap iva bercakapcakap,terus apa yang dibahas. Iva bisakan?
Klien : Ia bisa ses,nnti saya lakukan.
Perawat : Iva jangan takut, jangan malu ya kalau iva mau bercakap-cakap dengan orang lain.
Klien : ia
Perawat : ( melihat iva brcakap-cakap dengan orang lain, yang iva ajak kenalan )
Klien : ( Klien berkenalan dengan orang lain )
Perawat : Iva Tadi bercakap-cakap dengan siapa,becakap-cakap tentang apa?
Klien ; ( Klien menjawab pertanyaan ses tentang percakapan iva dengan orang yang diajak
kenalannya tadi )
Perawat : nah,,bagus kalau begitu.
besok kita ketemu lagi ya, jam 9 pagi
Iva suka di mana kita ketemumnya?
boleh 15 menit kita bercakap-cakap iva?
Klien : boleh. Disini saja
Perawat : Kita besok membahas aktivitas iva, dan obat yang iva minum.
Klien : ia
Perawat : Terimakasih iva
Klien : Sama-sama ses
SP 4 :
Perawat : Selamat pagi iva..
Apa kabar?
Klien : Pagi..
Baik
Perawat : Perkenalkan nama saya sesJesica Magansa ,panggil saja ses Ica. Saya di sini akan
melanjutkan perbincangan iva denga ses fanny kemarin.
Iva masih ingat perbincangan kemarin dengan ses fanny . Kalau ingat boleh tidak iva
cerita kembali?
Klien : ( mampu menjawab percakapan kemarin )
A.
Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan
bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh
diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail
w. Stuart, 2007).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif
dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan,1997. Dez, Delicious, 2009)
B.
Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri
adalah :
a.
Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang
siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1.
Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko
untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2.
Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah
Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis,
perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,
respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang
5.
Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat
kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat
tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b.
Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat
menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan
bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut
menjadi sangat rentan.
c.
Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan
tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social
maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
d.
Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan
dengan
perilaku
bunuh
diri,
termasuk denial,
rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak
ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Respon adaptif
Peningkatan diri
Beresiko
destruktif
Destruktif diri
tidak langsung
Respon maladaptive
Pencederaan diri
Bunuh diri
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.
C.
a.
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan
diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c.
Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi
tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d.
Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi
menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
1.
Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2.
Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha
Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal
atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya
respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
D. Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)
a.
b.
c.
d.
Impulsif.
e.
f.
g.
mematikan).
h.
Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
i.
Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
j.
Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k.
karier).
l.
m.
n.
Pekerjaan.
o.
Konflik interpersonal.
p.
q.
Orientasi seksual.
r.
Sumber-sumber personal.
s.
Sumber-sumber social.
t.
E.
Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan
interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku
anggota, merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu
dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini,
tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
F.
Data Fokus
Subjektif :
Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
Mengungkapkan keinginan untuk mati.
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri
I.
Tn. B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Bagindo. Status
menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah,
akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk
salah satunya Tn. B. Akibatnya kondisi keuangan Tn. B memburuk, sehingga membuat istrinya
meminta cerai karena Tn. B tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. B pun
menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
A.
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak
menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang
menikah.
2.
karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat
mengharapkannya.
3.
Pengkajian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri
kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam
perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
1.
misalnya dengan mengatakan :Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh! atau
Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan
perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2.
dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus
dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana
bunuh dirinya.
3.
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung
diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
Rencana Keperawatan
TUM :
Klien tidak mencederai diri sendiri
TUK 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Rencana Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a.
b.
c.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.
e.
f.
g.
TUK 2
Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Rencana Tindakan :
1.
2.
Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
3.
TUK 3
Klien dapat mengekspresikan perasaannya,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Rencana Tindakan :
1.
2.
3.
4.
Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
TUK 4
Klien dapat meningkatkan harga diri,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat meningkatkan harga dirinya
Rencana Tindakan :
1.
2.
3.
2.
Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain.
3.
TUK 6
Klien dapat menggunakan dukungan sosial,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
Rencana Tindakan:
1.
2.
3.
TUK 7
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menggunakan obat dengan tepat
Rencana Tindakan :
1.
Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
2.
3.
Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan oleh klien.
4.
Tindakan Keperawatan
A.
1.
a.
Tujuan
b.
Tindakan
: Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat
melakukan tindakan berikut :
a. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman.
b. Menjauhi semua benda yang berbahaya ( misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang).
c. Memeriksa apakah pasien benar-benar bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh diri.
SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.
ORIENTASI
Selamat pagi Tn.B kenalkan saya adalah perawat A yang bertugas di ruang Mawar ini, saya
dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.
Bagaimana perasaan B hari ini?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang B rasakan selama ini. Dimana dan
berapa lama kita bicara?
KERJA
Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini B merasa paling
menderita di dunia ini? Apakah B kehilangan kepercayaan diri? Apakah B merasa tak berharga
atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah B merasa bersalah atau mempersalahkan
diri sendiri? Apakah B sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah B berniat menyakiti
diri sendiri, ingin bunuh diri atau B berharap bahwa B mati? Apakah B pernah mencoba untuk
bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang B rasakan? Jika pasien telah
menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk
melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: Baiklah, tampaknya B membutuhkan
pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa
seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.
Nah B, Karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup B,
maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.
Apa yang akan B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat diruangan ini dan
juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi B jangan sendirian ya? Katakan pada perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.
Saya percaya B dapat mengatasi masalah, OK B?
TERMINASI
Bagaimana perasaan B sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?
Coba B sebutkan lagi cara tersebut?
Saya akan menemui B terus sampai keinginan bunuh diri hilang
(jangan meninggalkan pasien)
B.
1.
a.
Tujuan:
1)
2)
3)
4)
b.
Tindakan keperawatan:
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b. Berikan oujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang posittif.
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
d. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
b. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah.
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.
Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul, maka
untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman
yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian ya..?
TERMINASI
Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang telah kita
bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih ada
perasaan/dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat yang lain. Kalau sudah
tidak ada keinginan bunuh diri, saya akan ketemu B lagi, untuk membicarakan cara
meningkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini saja.
SP 3 Pasien: Untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri.
ORIENTASI
Selamat pagi Tn.B! Bagaiman perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri
kehidupan? Baik, sesuai janji kita 2 jam yang lalu sekarang kita akan membahas tentang rasa
syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau berapa lama? Dimana?
KERJA
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau B
meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan yang bagaimana
yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B
syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selam ini?. Bagaimana
kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.
TERMINASI
Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja yang B
patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan B jika
terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (afirmasi). Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain
yang masih B miliki dan perlu disyukuri!. Nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi
masalah dengan baik. Boleh ? Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan
yag tidak terkendali segera hubungi saya ya!
Tgl MRS
: 5 Oktober 2015
Tgl Pengkajian
: 6 Oktober 2015
Ruang
: Mawar
A.
Pengkajian
1.
Identitas Klien
Nama Lengkap
: Tn. B
Usia
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Kawin
Alamat
2.
: Kombos Timur
Alasan Masuk
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah pasien
3.
Faktor Predisposisi
Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia
bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.
4.
Faktor Presipitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Masalah Keperawatan:
a. Resiko bunuh diri
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
5.
Pemeriksaan Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien menurun dan
klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit. N: 80x/mnt, TD
120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm.
6.
Konsep diri
1.
Gambaran diri
2.
Identitas
Peran Diri
Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung harus mendapat
pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana membangun keluarganya seperti
dulu.
7.
Harga diri
Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
8.
Hubungan Sosial
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg satu agama.
Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien sering diam,
menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan
teman yang lain, sangat sensitive.
9.
Spiritual
a.
Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering mempersalahkan
Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek, afek datar,
lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam,
terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
11. Mekanisme Koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan
support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya, klien tidak mau
melakukan aktifitas.
12. Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
Data mayor
Subyektif:
Mengatakan hidupnya tak
berguna lagi
Data minor
Subyektif:
Mengatakan ada yang
menyuruh bunuh diri
Inggin mati
Menyatakan pernah mencoba
bunuh diri
Mengancam bunuh diri
Obyektif:
Ekspresi murung
Tak bergairah
Ada bekas percobaan bunuh diri
DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
2.
Koping maladaptif
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO: nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
14. Rencana Tindakan Keperawatan untuk pasien resiko bunuh diri
Pasien:
a.
b.
Tujuan khusus
1.
Tindakan:
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
2.
Tindakan:
2.1
Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain-lain).
2.2
Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
2.3
3.
Tindakan:
3.1
3.2
3.3
3.4
Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan
lain-lain.
3.5
Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
4.
Tindakan:
4.1
4.2
4.3
5.
Tindakan:
5.1
5.2
Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, danpentingnya terhadap
kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
5.3
Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.
6.
Tindakan:
6.1
6.2
Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan,
kepercayaan agama).
6.3
7.
Tindakan:
7.1
Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
7.2
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
7.3
7.4
NO
1.
TGL/JAM DIAGNOSA
KEP
10/10/2015 Resiko Bunuh
PK.10.00
Diri
WITA
TINDAKAN
EVALUASI
Sp I Pasien
Membina hubungan saling
S:
Klien mengatakan
sudah mencoba
belajar berkenalan
namun masih
enggan untuk
dilakukan
pasien
Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan
pasien.
Melakukan kontrak treatment
Mengajarkan cara
pasien
Mendorong pasien untuk
O:
mengendalikan dorongan bunuh Klien aktif dan
memperhatikan
diri
selama latihan
Sp II Pasien
berkenalan
dengan perawat
sendiri
Mendorong pasien untuk
A:
Klien sudah tahu
cara berkenalan
dengan
menyebutkan
nama,asal,hobi
Sp III Pasien
Mengidentisifikasi pola koping
yang biasa diterapkan pasien
P:
Lanjutkan
berkenalan
dengan orang
lain.
dilakukan
Mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
Mendorong pasien memilih
Sp IV Pasien
Membuat
depan
yang
bersama pasien
Mengidentifikasi
mencapai
rencana
rencana
masa
realistis
cara
masa
5. PERILAKU KEKERASAN
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik
secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).
Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan
sering menimbulkan suatu tekanan.
2.
Rentang Respon
Adaptif, Maladaptif, Asertif, Frustasi, Pasif, Agresif, Kekerasan (Stuart dan Sundeen, 1995)
a.
1.
Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak
setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan
kelegaan.
2.
Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman
yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b.
1.
Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang
di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2.
Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu yang
dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3.
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa
disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
1.
Muka merah
2.
Pandangan tajam
3.
Otot tegang
4.
5.
6.
3. Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons terhadap
marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
a.
b.
Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
c.
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata
yang dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan
lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.
d.
Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan
individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang
destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.
e.
Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah
tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada
suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri.
4.
.Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :
~Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina,
di aniyaya atau saksi penganiayaan.
~Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
~ Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control social
yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)
~ Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang
profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
*
a.
Tingkah Laku
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.
b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang
berkaitan dengan marah antara lain :
1.
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat,
peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan
meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku
dan disertai reflek yang cepat.
2.
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan
perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan diri
pasien.
3.
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik perhatian
orang lain.
4.
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
5.
a.
Penatalaksanaan Umum
Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan
dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang
berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif
rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan
Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau
kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk
kegiatan seperti membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah
mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti
kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program kegiatannya.
c.
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada
setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas
kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi
perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan
mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer),
menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku
maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan
kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).
d.
Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang diberikan
kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi
perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi
target terapi adalah perilaku klien
e.
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada klien
dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani skizofrenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2
kali).
Pohon Masalah
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain,
Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Koping Individu Tidak Efektif
Diagnosa Keperawatan :
1.
Resiko menciderai diri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.
2.
6.
1.
Fokus Intervensi
Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.
b.
c.
f.
b.
c.
b.
c.
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.
Intervensi :
a.
b.
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c.
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
b.
c.
Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secarakonstruktif.
Intervensi :
a.
Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
b.
c.
a.
Secara fisik :tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b.
Secara verbal :katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya
kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan saya).
c.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.
d.
Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada
Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.
Intrevensi :
a.
b.
c.
Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian
15 Januari 2015
Tanggal Masuk
26 Desember 2014
Ruang
: Perkasa
PENGKAJIAN
1.
Identitas Klien
Nama
: Tn. H
Alamat
Umur
25 Tahun
Jenis Kelamin
Laki - laki
Status
: Belum Menikah
Agama
: Kristen
Pendidikan
SMA
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
No. CM
: 01 13 28
2.
Nama
: Tn. W
Umur
Agama
: Kristen
Pekerjaan
Wiraswasta
Alamat
57 Tahun
Ayah Kandung
KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka
mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak
terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien mengamuk dan memukul pintu / jendela.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
ALASAN MASUK
4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak
mengontrol diri. Klien juga marah marah dan memukul ayahnya karena klien merasa dibohongi
dan keinginanya tidak dipenuhi.Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk
kembali di rawat inap.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
FAKTOR PREDISPOSISI
1.
Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah sakit
jiwa klaten >35x.
2.
3.
Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
4.
Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara selama 3
minggu karena mencoba membobol ATM.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
1)
Tekanan darah
: 120 / 80 mmHg
2)
Nadi
: 78 x/menit
3)
Suhu badan
: 36.4 0C
4)
Respirasi
: 23 x/menit
2.
Ukuran
1)
Tinggi Badan
: 168 cm
2)
Berat badan
: 70 Kg
3.
Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik baik saja dan tidak ada keluhan fisik.
Masaalah Keperawatan : Distres spiritual
STATUS MENTAL
1.
Penampilan
Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.
Masalah Keperawatan :
2.
Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang dibicarakan
dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
Masalah Keperawatan : 3.
Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien sudah
mampu mengendalikan emosinya yang labil.
Masalah Keperawatan : 4.
Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira, saat sedih
klien tampak sedih.
Masalah Keperawatan : 5.
Afek
Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
Masalah Keperawatan : 7.
Persepsi
Proses pikir
Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan
karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan : -
9.
Tingkat Kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang ditandai
dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat wawancara.
Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bias
menyebutkan beberapa nama temannya.
Masalah Keperawatan : 10.
Memori
Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh ayahnya. Dan klien
dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.
Masalah Keperawatan : 11.
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat memfokuskan
konsentrasi dengan baik
Masalah Keperawatan : 12.
Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat atau mana
yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.
Masalah Keperawatan : 13.
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena klien
mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa
seperti ini.
Masalah Keperawatan : -
Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x
sehari, pagi, siang dan sore, minum 6 gelas sehari.
2.
Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,
menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
3.
Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan
tubuh baik.
4.
Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah sakit, klien
dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan rumah sakit.
5.
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-8
jam perhari, baik malam maupun siang.
6.
Penggunaan Obat
MEKANISME KOPING
Mekanisme
koping
adalah
tiap
upaya
yang
diharapkan
pada
Beberapa
mekanisme
koping
melebih
lebihkan
sikap
dan
perilaku
yang
berlawanan
dan
4. Sumber sosial
5. Motivasi
6. Kesehatan dan energi
7.
Kepercayaan
8. Kemampuan memecahkan masalah
9. Kemampuan sosial
10. Sumber sosial dan material
11. Pengetahuan
12. Stabilitas budaya
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1.
2.
Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.
4.
5.
ASPEK MEDIK
Terapi obat :
Inj. Lodomer
: 1amp IM extra
Trihexiyl Phenidyl
: 3 x 2 mg
Haloperidol
: 3 x 5 mg
Resperidon
: 2 x 2 mg
MASALAH KEPERAWATAN
1.
Prilaku kekerasan
2.
3.
4.
Disstres spiritual
ANALISA DATA
NO DATA
1
ETIOLOGI
PROBLEM
Perilaku Kekerasan
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan
Criteria hasil
Intervensi
Resiko
menciderai diri
sendiri, orang
lain dan
lingkungan
TUM:
1. klien
mau membalas salam
1.
ber salam panggil
nama
2.
sebutkan nama
perawat sambil jabat tangan
3.
3.
Kliendapat
melanjutkan peran
sesuai dengan
tanggung jawab.
klien mau
jelaskan maksud
TUK 1:
menyebut nama
hubungan interaksi
4. klien mau
tersenyum
4.
jelaskan kontrak
yang akan dibahas
5.
beri rasa aman dan
simpati
6. klien mau
mengetahui nama
perawat
6.
lakukan kontak mata
singkat tapi sering
1. klien
mengungkapkan
perasaanya
Klien dapat
membina hubungan 2. klien dapat
saling percaya.
mengungkapkan
penyebab perasaan
marah dari lingkungan
atau orang lain
TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan
penyebab
kekerasan
TUK 3 :
1.
klien mampu
mengungkapkan
perasaan saat
marah/jengkel
2.
klien dapat
menyimpulkan tandatanda marah yang
dialami.
1. Klien dapat
mengungkapkan
perilaku kekerasan yang
1.
Anjurkan klien
mengungkapkan apa yang
dialami dan dirasakan saat
marah
2.
Observasi tanda-tanda
perilaku kekerasan pada
klien
3.
Simpulkan bersama
klien tanda dan gejala kesal
yang di alami
Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku kekerasan
biasa dilakukan
2. Klien dapat
bermain peran dengan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
3. Klien dapat
mengetahui cara yang
biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah
TUK 4;
Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan
1. Klien dapat
menjelaskan akibat dari
cara yang digunakan
akibat pada
lingkungan
TUK 5;
Klien dapat
mengidentikasi
akibat perilaku
kekerasan
2. Bantu klien
mengidentifikasi manfaat
cara yang telah dipilih
- Verbal: Mengatakan
secara langsung dengan
tidak menyakiti.
2. klien dapat
4. Beri reinforcement
positif atas keberhasilan
klien menstimulasikan cara
tersebut
mendemonstrasikan
cara fisik (memukul
bantal) untuk mencegah
perilaku kekerasan.
1. Klien dapat
menyebut kan obat
TUK 6 :
obat yang di minum dan
Klien dapat
kegunaanya ( jenis
mendemonstrasikan ,waktu,dosis,dan efek )
cara mengontrol
perilaku kekerasan
TUK 7 :
Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar
( sesuai dengan
program )
2.Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa
seijin dokter
3.Jelaskan prinsip benar
minum obat(baca nama yg
tertera pd botol obat,dosis
obat ,waktu dan cara
minum)
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan
Criteria hasil
Intervensi
Resiko
menciderai diri
sendiri, orang
lain dan
lingkungan
TUM:
1. klien
mau membalas salam
1.
ber salam panggil
nama
2.
sebutkan nama
perawat sambil jabat tangan
3. klien mau
menyebut nama
3.
jelaskan maksud
hubungan interaksi
4. klien mau
tersenyum
4.
jelaskan kontrak
yang akan dibahas
5.
beri rasa aman dan
simpati
6. klien mau
mengetahui nama
perawat
6.
lakukan kontak mata
singkat tapi sering
Kliendapat
melanjutkan peran
sesuai dengan
tanggung jawab.
TUK 1:
1. klien
mengungkapkan
perasaanya
Klien dapat
membina hubungan 2. klien dapat
saling percaya.
mengungkapkan
penyebab perasaan
marah dari lingkungan
atau orang lain
TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan
1.
klien mampu
mengungkapkan
perasaan saat
marah/jengkel
2.
klien dapat
1.
Anjurkan klien
mengungkapkan apa yang
dialami dan dirasakan saat
marah
2.
Observasi tanda-tanda
perilaku kekerasan pada
penyebab
kekerasan
TUK 3 :
Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku kekerasan
1. Klien dapat
mengungkapkan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
2. Klien dapat
bermain peran dengan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
3. Klien dapat
mengetahui cara yang
biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah
TUK 4;
Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan
1. Klien dapat
menjelaskan akibat dari
cara yang digunakan
akibat pada
lingkungan
TUK 5;
klien
3.
Simpulkan bersama
klien tanda dan gejala kesal
yang di alami
2.
Bantu klien
Klien dapat
mengidentikasi
akibat perilaku
kekerasan
pencegahan perilaku
kekerasan secara :
mengidentifikasi manfaat
cara yang telah dipilih
- Verbal: Mengatakan
secara langsung dengan
tidak menyakiti.
2. klien dapat
mendemonstrasikan
cara fisik (memukul
bantal) untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4. Beri reinforcement
positif atas keberhasilan
klien menstimulasikan cara
tersebut
5. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang
dipelajari saat jengkel atau
marah.
1. Klien dapat
menyebut kan obat
TUK 6 :
obat yang di minum dan
kegunaanya ( jenis
Klien dapat
mendemonstrasikan ,waktu,dosis,dan efek )
cara mengontrol
perilaku kekerasan
2. Klien dapat minum
obat sesuai program
pengobatan
2.Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa
seijin dokter
3.Jelaskan prinsip benar
minum obat(baca nama yg
tertera pd botol obat,dosis
obat ,waktu dan cara
minum)
TUK 7 :
Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar
( sesuai dengan
program )
2.Anjurkan klien
melaporkan pada perawat
atau dokter jika merasakan
efek yang tidak menyenang
kan
3.Beri pujian jika klien
minum obat dengan benar.