Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC)


Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatalcare (ANC), petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta
ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2002). Kunjungan ibu hamil
atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dengan kegiatan
mempertukarkan informasi ibu dan bidan serta observasi selain pemeriksaan fisik,
pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan
kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006). Kunjungan Antenatal Care (ANC)
adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal
mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh
informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson,
2006).
Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku.
Menurut Lawrence Green, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku ada 3 yaitu :
faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan
faktor pendorong (reinforcing factor). Yang termasuk faktor predisposes
(predisposing factor) diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
keyakinan , nilai dan motivasi. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung
(enabling factor) adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong (reinforcing factor)
adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan, informasi kesehatan baik literature,
media, atau kader (Natoatmodjo, 2003). Dimana motivasi merupakan gejala
kejiwaan yang direfleksikan dalam bentuk prilaku karena motivasi merupakan
dorongan untuk bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, dalam keadaan ini
tujuan ibu hamil adalah agar kehamilannya berjalan normal dan sehat.

Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari
faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal
care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan
persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan
janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan
untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada
kehamilan tersebut cepat diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh
tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal
care (Winkjosastro, 2006). Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik
atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat
membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas
dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2002).
2.2

Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care


Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pads dasarnya
mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe Motherhood yaitu
meliputi : Keluarga Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman, dan
Pelayanan Obstetri Essensial. Pendekatan Pollyanna obstetrik dan neonatal
kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer
(MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan


antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan
sebagai berikut : (Depkes, 2009).
a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14
minggu Tujuannya :
1) Penapisan dan pengobatan anemia
2) Perencanaan persalinan
3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 28 minggu Tujuannya :
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2)Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan ISK
3) Mengulang perencanaan persalinan
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan
setelah

36 minggu sampai lahir. Tujuannya :


1) Sama seperti kegiatan kunjungan II
2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3) Memantapkan rencana persalinan
4) Mengenali tanda-tanda persalinan

Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui


terlambat haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan
tertentu
2.3

Tujuan Antenatal Care


Menurut Depkes RI (1994), tujuan Antenatal care adalah untuk menjaga

agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan
baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Untuk mencapai tujuan dari ANC tersebut dilakukan pemeriksaan dan
pengawasan wanita selama kehamilannya secara berkala dan teratur agar bila

timbul kelainan kehamilan atau gangguan kesehatan sedini mungkin diketahui


sehingga dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat. (Depkes, 1997)
Mengacu pada penjelasan di atas, bagi ibu hamil dan suami/keluarga dapat
mengubah pola berpikir yang hanya datang ke dokter jika ada permasalahan
dengan kehamilannya. Karena dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
diharapkan proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan selamat. Dan yang
tak kalah penting adalah kondisi bayi yang dilahirkan juga sehat, begitu pula
dengan ibunya.
2.4.

Standar Pelayanan Antenatal Care


Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar

pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal
dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut
(Depkes RI, 2009) :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7.

Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8.

Test laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan

2.5.

Lokasi Pelayanan Antenatal Care


Menurut Dep Kes RI (1997), tempat pemberian pelayanan antenatal care

dapat bersifat statis dan aktif meliputi :


1. Puskesmas/ puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin desa
3. Posyandu
4. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah
5. Rumah sakit pemerintah/ swasta
6. Rumah sakit bersalin
7. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)
2.6.

Faktor-Faktor

yang

Memengaruhi

Kunjungan

Pemeriksaan

Kehamilan (ANC)
a. Kebutuhan
Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan
mahluk hidup dalam akitvitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan)
berusaha.Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu
memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari,
selama hidup manes membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti
makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Kebutuhan
dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu dan agama. Semakin tinggi
tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi/banyak pula macam
kebutuhan yang harus dipenuhi.
Pemeriksaan kehamilan secara teratur akan dilakukan oleh ibu
hamil, bila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dapat dikatakan
bahwa faktor-faktor kebutuhan ini merupakan dasar dan stimulus paling
langsung

untuk

menggunakan

kesehatannya selama kehamilan.

sarana

kesehatan

dalam

menjaga

b. Harapan
Seseorang termotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya
harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan
harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian
tujuan, misalnya ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga
kesehatan dengan harapan agar kesehatannya selama kehamilan terjamin,
dan apabila ada gejala/tanda komplikasi kehamilan dapat terdeteksi sedini
mungkin serta apabila ada komplikasi yang terjadi dapat segera
diatasi/ditangani.
c. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu
hal tanpa ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya
tanpa ada pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat ingin
bertemu dengan tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) dengan tujuan
untuk mengetahui keadaan/status kesehatan kehamilannya.
d. Dukungan Suami dan Keluarga
Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam lingkungan keluarga
dan budaya yang kompleks atau bermacam-macam.Pada kenyataanya
peranan suami dan keluarga sangat besar bagi ibu hamil dalam mendukung
perilaku atau tindakan ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Teori Snehendu B. Kar (Notoatmodjo, 2003) menyimpulkan bahwa
perilaku kesehatan seseorang ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya
dukungan masyarakat sekitarnya (social support). Orang yang tinggal
dilingkungan yang menjunjung tinggi aspek kesehatan akan lebih antusias
dalam

menjaga

kesehatannya.

Sebaliknya

mereka

yang

tinggal

dilingkungan dengan pola hidup tidak sehat/tidak memperhatikan


kesehatan akan cenderung tidak perduli dengan pencegahan penyakit atau
pemeriksan kesehatan secara teratur. Hasil penelitian Simanjuntak (2002)

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan


suami/keluarga dengan kunjungan K4, dimana diperoleh OR = 2, 89 yang
berarti bahwa responden yang memperoleh dukungan baik mempunyai
kecenderungan untuk melakukan kunjungan K4 sesuai standar 3 kali lebih
besar dibandingkan responden yang kurang mendapat dukungan
suami/keluarga.
e. Imbalan
Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga
orang tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu melakukan
pemeriksaan kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu akan
mendapatkan imbalan seperti makanan tambahan, susu, atau vitamin
secara gratis. Imbalan yang positif ini akan semakin memotivasi ibu untuk
datang ketenaga kesehatan until memeriksakan kehamilannya.
f. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu keadaan/kejadian yang dialami ibu pada
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Ibu yang memiliki pengalaman
buruk dalam kehamilan yang lalu akan cenderung untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan (Tangkin, Y, 2000). Menurut Akin dalam Adhaniyah
mengatakan bahwa pengalaman masa lalu dalam kehamilan, persalinan
dan pelayanan kesehatan mempunyai efek sangat besar terhadap
pengetahuan, sikap, dan penggunaan pelayanan kesehatan ibu. Serta
pengalaman ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan
sebelumnya akan berpengaruh tehadap perilaku ibu dalam melakukan
pemeriksaan

kehamilan

pengalaman

yang

yang

kurang

sekarang.

menyenangkan

Ibu

yang

pada

saat

mendapatkan
melakukan

pemeriksaan pada kehamilan sebelumnya akan cenderung kurang antusias


dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, karena takut pengalaman yang
lalu akan terulang kembali.

g. Sikap
Tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap (attitude)
yaitu suatu tingkat efek (perasaan) baik yang positif (menguntungkan)
maupun negatif (merugikan). Sikap belum tentu merupakan tindakan atau
aktivitas, tetapi merupakan priedisposisi tindakan atau perilaku
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Sarwono (2005) sikap merupakan potensi
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka
dapat dikatakan seorang ibu hamil yang bersikap positif terhadap
perawatan kehamilan (ANC) cenderung akan mempunyai motivasi tinggi
untuk melakukan ANC. Hal ini dikarenakan informasi, pengetahuan dan
pemahaman ibu hamil yang baik mengenai pentingnya pemeriksaan
kehamilan (ANC) selama kehamilan dapat mencegah bahaya dan risiko
yang mungkin terjadi selama hamil. Sikap ibu terhadap pelayanan
antenatal care berperan dalam pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Hasil penelitian Simanjuntak menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara sikap responden dengan antenatal K4 sesuai standar,
diperoleh OR = 2,83 yang berarti bahwa responden yang memiliki sikap
positif akan memiliki kecenderungan 2,83 kali untuk melakukan
kunjungan antenatal K4 sesuai standar dibandingkan yang memiliki sikap
negatif.
h. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yakni : indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan dalam domain
kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan : tahu, memahami, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi. Tingkat pendidikan adalah upaya untuk


memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang
meningkat. Pengetahuan tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk
dapat menyiapkan fisik atau mental agar sampai akhir kehamilannya sama
sehatnya, bilamana ada kelainan fisik atau psikologis bisa ditemukan
secara dini dan diobati, serta melahirkan tanpa kesulitan dengan bayi yang
sehat.
Hasil Penelitian Zainal menunjukkan adanya hubungan bermakna
antara pengetahuan dengan pemeriksaan kehamilan dengan p value 0,005
dengan OR

sebesar 0,119 artinya ibu dengan pengetahuan baik

berpeluang 0,119 kali memeriksakan kehamilan lengkap jika dibandingkan


dengan ibu dengan pengetahuan kurang. Sementara hasil penelitian
Metrys,

diperoleh

nilai

OR

sebesar

3,853,

artinya

ibu

yang

pengetahuannya baik mempunyai peluang 3,8 kali memeriksakan


kehamilannya dibandingkan ibu yang pengetahuannya kurang.
i. Ekonomi/Penghasilan
Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.Penghasilan keluarga juga
menentukan stasus sosial ekonomi keluarga tersebut. Sosial ekonomi
merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang
ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena
ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan
kesehatan (Notoatmodjo, 2003)
Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat
dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan
karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai
masalah tersebut (Effendy, N, 1998).
Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) faktor ekonomi juga
berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi
kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam

bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dan


pemeriksaan

kehamilannya.

Hasil

penelitian

Simanjuntak

(2002)

menujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penghasilan


dengan kunjungan antenatal K4, dimana OR sebesar 2,42 yang berarti ibu
yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan kunjungan antenatal
sesuai standar 2,42 kali dibandingkan dengan ibu yang berpenghasilan
rendah.

Anda mungkin juga menyukai