Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN
SUB KULTUR ANGGREK

Oleh:
Rukhil Lailah
(2130610021)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji anggrek dengan tujuan untuk mengecambahkannya
dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari anggrek tidak mempunyai cadangan makanan.
Kultur jaringan terus berkembang dari mengkulturkan biji berkembang dengan mengkulturkan
jaringan dan terus berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel dari tanaman.
Penggunaan kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu memproduksi bibit
yang seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatifr singkat. Oleh karena itu
kultur jaringan sering dijadikan solusi sebagai metode perbanyakana tanaman dan juga dapat
digunakan sebagai suatu metode penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan tempat
yang besar.
Keberhasilan dari kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan konsentrasi nutrisi
yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini menyangkut pada ketersediaan
nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi dari tanaman akan menyebabkan tanaman
mengalami keracunan unsur hara. Oleh karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media
dianggap penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan kultur
jaringan.
Perbanyakan tanaman anggrek secara kultur jaringan membutuhkan perawatan yang
rutin untuk mencapai keberhasilan mendapat planlet baru. Eksplan anggrek yang sudah ditanam
dalam media yang sudah disiapkan walaupun berada didalam botol kultur yang tertutup rapat,
juga bisa rawan terkena kontaminasi oleh bakteri maupun jamur. Untuk itu diperlukannya
penyemprotan alkohol secara berkala pada luar permukaan botol kultur untuk mengurangi
bahaya kontaminasi yang akan menyebabkan kegagalan mendapat planlet anggrek.
Selain faktor luar yang berpengaruh, kebutuhan nutrisi pada media bisa berkurang
seiiring pertumbuhan berupa regerenasi maupun diferensiasi eksplan anggrek tersebut. Untuk itu
diperlukannya pemindahan eksplan ke media baru secara berkala, dimana dengan media baru

tersebut, eksplan mendapat kebutuhan nutrisi yang cukup sehingga dapat tetap hidup optimal.
Pemindahan eksplan ini diperlukan kehati-hatian untuk menghindari kerusakan mekanis akibat
pengambilan maupun peletakan eksplan anggrek dengan pinset. Pemahaman mengenai kegiatan
subkultur pada tanaman anggrek ini akan memberikan manfaat bagi praktikan dalam menunjang
keberhasilan kegiatan kultur jaringannya.
1.2 Tujuan
Mengetahui teknik subkultur anggrek (Dendrobium sp)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur,
dalam bahasa Inggris disebut tissue culture, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut weefsel
kweek atau weefsel cultuur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu
jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Suryowinoto,
1991 dalam Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Anggrek merupakan salah satu anggota family Orchidaceae yang dapat dijumpai hampir
diseluruh belahan dunia terutama daerah tropis mulai dari dataran rendah hingga tinggi, bahkan
sampai ke daerah perbatasan pegunungan bersalju. Bermacam variasi bentuk, warna, bau,dan
ukuran dengan ciri-ciri yang unik menjadi daya tarik anggrek yang dikenal sebagai tanaman hias
berbunga indah. Anggrek merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kecepatan tumbuh
lambat dan berbeda-beda. Pertumbuhan anggrek, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, batang,
daun, dan akar) serta pertumbuhan generatif (pertumbuhan primordial bunga, buah, dan biji)
tidak hanya ditentukan oleh faktor genetic, tetapi juga oleh faktor iklim dan faktor pemeliharaan
(Widiastoety, 2007).
Dendrobium adalah salah satu kelompok terbesar kedua di antara genus dalam keluarga
anggrek (Orchidaceae), kurang lebih 1600 spesies tersebar mulai dari Jepang, Korea, Malaysia,
Indonesia, New Guinea dan Australia (Teo, 1979 dalam Jenimar, 1990). Anggrek dendrobium
termasuk anggrek epifit memiliki sifat hidup menumpang tetapi tidak merugikan tanaman yang
ditumpangi. Akar tanaman anggrek berfungsi sebagai tempat menempelkan tubuh tanaman pada
media tumbuh. Akar anggrek epifit mempunyai lapisan velamen yang berongga. Lapisan ini
berfungsi untuk memudahkan akar dalam menyerap air hujan yang jatuh di kulit pohon media
tumbuh anggrek.
Menurut Herdaryono dan Wijayanti (1994), overplanting adalah pemindahan anggrek
yang masih sangat kecil dari medium lama ke dalam medium baru yang dilakukan secara aseptis
di dalam entkas atau ruang penabur (laminar air flow). Istilah lain yang digunakan adalah
subkultur. Tujuan dilakukan overplanting adalah agar anggrek tetap mendapatkan unsur hara

untuk pertumbuhannya. Bila media agar lebih dari tiga bulan tidak diganti, maka media akan
tampak kecoklatan, menjadi semakin sedikit, dan mengering. Untuk anggrek hasil
silangan,keadaan demikian akan sangat merugikan. Oleh karena itu, sebelum terlambat, anggrek
botol harus segera disubkultur dengan media segar yang baru.
Pada dasarnya subkultur merupakan tahap kegiatan yang relatif mudah dibandingkan
dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan. Subkultur dilakukan karena beberapa alasan berikut:
-

Tanaman sudah memenuhi atau sudah setinggi botol


Tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga pertumbuhannya berkurang
Tanaman mulai kekurangan hara
Media dalam botol sudah mengering
Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang dikulturkan. Setiap

tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Sehingga cara dan
waktu subkultur juga berbeda-beda. Tanaman yang harus segera atau relatif cepat disubkultur
adalah jenis pisang-pisangan, alokasia, dan caladium.(Henuhili, 2012) Tanaman yang relatif lama
adalah aglaonema. Untuk tanaman yang diperbanyak dengan kultur biji, kultur embrio, baik pada
embrio somatik maupun embrio mikrospora, serta multifikasi tunas, maka subkultur dapat
dilakukan dengan memisahkan anakan tanaman dari koloninya atau melakukan penjarangan.
Contoh tanamannya adalah anggrek, pisang, dan tanaman lain yang satu tipe pertumbuhan.
Untuk tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang maka subkultur bisa
dilakukan dengan memotong tanaman perruas tanaman yang ada. Namun jika ada planlet yang
masih terlalu kecil dan beresiko tinggi untuk dipotong, maka subkulturnya cukup dilakukan
dengan dipisahkan dari induknya dan ditanam kembali secara terpisah. Contoh tanamannya
adalah jati, krisan, dan tanaman lain yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang sama. kita
dapat menghitung kecepatan produksi tanaman dengan mengetahui kecepatan tanaman
melakukan multifikasi hingga siap disubkultur.
Eksplan atau kalus yang sudah waktunya dipindahkan ke dalam media kultur yang baru
harus segera dilaksanakan dan tidak boleh sampai terlambat. Sub kultur yang terlambat dapat
menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus tersebut akan terhenti atau mengalami
pencoklatan atau bahkan terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Hari

: Senin

Tanggal
Tempat

: 11 Mei 2016
: Laboratorium Kultur Jaringan Universitas Islam Malang, Malang

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

Cawan petri
Scalpel
Pinset
Bunsen
LAF

3.2.2 Bahan

Media modifikasi sub kultur anggrek


Planlet anggrek
Spiritus
Alcohol

3.3 Cara kerja

Di masukkan alat dan bahan (kecuali media dan plantlet anggrek) yang digunakan

kedalam LAF cabinet dan di UV selama 1 jam.


Matikan UV, dihidupkan blower dan lampu TL, disemprot media dan plantlet anggrek

dengan alcohol dan dimasukkan kedalam LAF cabinet.


Diambil plantlet anggrek menggunakan pinset, jikan akar terlalu panjang, dipotong

menggunakan scalpel dan diletakkan di cawan petri.


Dipindahkan plantlet ke dalam media modifikasi sub kultur anggrek.
Diletakkan anggrek hasil sub kultur dalam rak inkubasi dan diamati pertumbuhannya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Seperti yang disebutkan oleh George et all (2007) dalam bukunya bahwa subkultur
sangat penting dilakukan ketika kepadatan sel, jaringan, atau organ dalam suatu media kultur
telah menjadi berlebihan. Lebih lanjut disebutkan bahwa subkultur dilakukan untuk
meningkatkan hasil bididaya atau untuk meningkatkan jumlah organisme yang dihasilkan.
Subkultur biasanya dilakukan dengan cara memotong atau membelah planlet yang berasal dari
hasil kultur jaringan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memperbanyak dan mengoptimalkan
hasil yang diperoleh dari kultur jaringan. Namun, dalam kegiatan subkultur anggrek Dendrobium
sp. yang dilakukan kali ini planlet dipotong-potong menjadi bagian yang kecil. Planlet yang akan
disubkultur dikeluarkan dari dalam botol kultur secara aseptik di dalam LAF untuk menjaga
kesterilannya. Kultur jaringan dilakukan terkadang dengan tujuan untuk mendapatkan pucuk
steril untuk kegiatan selanjutnya yaitu subkultur.
Setelah dilakukan pengamatan selama sepuluh hari sejak pelaksanaan pertama subkultur
dilakukan dapat dikatakan bahwa subkultur planlet anggrek Dendrobium sp berhasil karena tidak
terjadi kontaminasi dan planlet tumbuh dengan baik. Tidak terjadinya kontaminasi menandakan
pelaksanaan subkultur telah dilakukan dengan benar oleh praktikan sehingga kesterilan pada saat
subkultur dapat terjaga. Akan tetapi pada beberapa planlet dapat terlihat jaringan yang rusak pada
ujung daun planlet. Jaringan yang rusak tersebut ditandai dengan perubahan warna hijau menjadi
putih kecoklatan terutama pada daun planlet yang berukuran kecil. Kerusakan jaringan yang
terjadi bukan disebabkan karena kontaminasi maupun penyakit karena setelah dilakukan
pengamatan terus menerus, kerusakan jaringan tidak meluas dan tanaman masih terus tumbuh
meskipun jaringan diujung daun mengalami kerusakan.
Kerusakan jaringan pada ujung daun planlet anggrek Dendrodium sp tersebut
diperkirakan disebabkan oleh ujung pinset yang digunakan untuk memindahkan planlet dari
botol lama ke botol baru masih terlalu panas karena ujung pinset memang harus dipanaskan
terlebih dahulu untuk menjaga kesterilan pada saat inokulasi subkultur. Namun karena pinset
terbuat dari bahan logam, maka pinset masih dapat menyimpan panas meskipun telah

didinginkan. Selain itu ukuran daun planlet yang sangat kecil menjadikannya lebih sensitif
terhadap panas dibanding daun yang telah berukuran besar. Hal ini dibuktikan dari kerusakan
jaringan yang hanya terjadi pada daun planlet yang berukuran kecil, sedangkan pada daun
berukuran lebih besar tidak terjadi kerusakan jaringan.
Bagaimanapun keberhasilan pada inokulasi subkultur tidak dapat lepas dari media yang
digunakan. Karena media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang
mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan
jaringan

untuk

hidup

dan

memperbanyak

dirinya. Inokulasi

subkultur

planlet

anggrek Dendrobium sp ini menggunakan media MS dengan penambahan BAP. Menurut Wetter
dan Constabel (1991) medium MS mempunyai kandungan nitrat, kalium dan ammonium yang
layak untuk untukmemenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur in vitro.Media
MS yang digunakan dibuat dari campuran unsur makro, unsur mikro, vitamin, dan gula, dengan
penambahan norit dan ZPT yakni BAP. BAP (Benzyl Amino Purine) merupakan zat pengatur
tumbuh golongan sitokinin. Sitokinin merupakan salah satu dari golongan zat pengatur tumbuh
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan teknik jaringan. Menurut Gunawan (1987),
sitokinin adalah turunan adenin, yang berperan sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel
dan morfogenesis. Norit juga ditambahkan ke dalam medium sebagai carbon aktif yang dapat
menyerap senyawa racun pada media atau menyerap senyawa racun dalam media yang
disekresikan oleh planlet, menstabilkan pH media, merangsang pertumbuhan akar dengan
mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam media, mencegah atau mengurangi
pembentukan kalus dan merangsang morfogenesis (Pierik, 1987).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Subkultur sangat penting dilakukan ketika kepadatan sel, jaringan, atau organ dalam
suatu media kultur telah menjadi berlebihan. Subkultur dilakukan untuk meningkatkan hasil
budidaya atau untuk meningkatkan jumlah organisme yang dihasilkan. Inokulasi subkultur
planlet anggrek Dendrobium sp yang telah dilakukan dikatakan berhasil karena tidak terjadi
kontaminasi dan planlet tumbuh dengan baik yang ditandai dengan pertambahan jumlah akar dan
daunnya serta pertambahan ukuran daun dan akarnya. Hanya saja terjadi kerusakan pada jaringan
di ujung daun pada beberapa planlet yang diperkirakan disebabkan oleh ujung pinset yang
digunakan untuk memindahkan planlet dari botol lama ke botol baru masih terlalu panas.

Daftar Pustaka

George, Edwin F. Hall, Michael A. Jan De Klerk, Geert. 2007. Plant Propagation by

Tissue Culture 3rd Edition. Netherland : Springer.


Gunawan L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan

Tanaman. PAU Bioteknologi IPB.


Hendaryono, D.P.S, dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius
Henuhili, V. 2012. Kultur Jaringan Tumbuhan. Petunjuk Praktikum. Yogyakarta: FMIPA

UNY.
Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Dordrecht: Martinus Nijhoff

Publishers.
Wetter, L. R. dan F. Constabel, 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai