Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM NORMAL DI RUANG SERUNI (NIFAS)

RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

NAMA : ALFUN HIDAYATULLOH


NIM : 122310101047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM NORMAL DI RUANG SERUNI (NIFAS)


RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO
Oleh Alfun Hidayatulloh (122310101047)
1. Kasus (Diagnosa Medis)
Post Partum Normal
2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, Patofisiologi, tanda & gejala, Penangan)
a. Pengertian
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004). Masa nifas (puerperium)
adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Prawiroharjo, 2002). Adaptasi psikologis ibu post
partum dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase taking in/ ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan.
2. Fase taking hold/ ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat
sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar
tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai
bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik.
3. Fase letting go/ saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasien telah sembuh, perasan
rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
b. Etiologi

Post partum terjadi setelah mengalami persalinan kala I-1V.

c. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan

alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjarkelenjar mamae. Otot-otot uterus berkontraksi dengan segera, pembuluh-pembuluh darah
yang ada akan menyebabkan otot-otot uterus menjadi terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir (Bobak, 2004).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks saat post partum ialah bentuk
serviks seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala (Bobak, 2004).
d. Tanda dan gejala
Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari organ reproduksi yaitu sebagai
berikut:
a) Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran
(involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum
menurut masa involusi, Tabel 1. TFU menurut masa involusi (Bobak,2004:493):
INVOLUSI

TFU

BERAT UTERUS

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000 gram

Placenta
lahir
1 minggu

2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus 1000 gram


bersandar pada promontorium sakralis
Pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis 500 gram

2 minggu

Tidak teraba di atas simfisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50-60 gram

2) Vagina dan Perineum


Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina. Macam-macam lochia sebagai berikut:

a. Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, terjadi selama 2
hari pasca persalinan
b. Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi
hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke
7- 14 hari pasca persalinan
d. Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
3) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi mengkonsumsi ASI

pada ibunya karena saat menyusui

merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI (Mansjoer, 2002).


b) Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu
merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah
biasa dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selamawaktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
4) Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
c) Sistem Perkemihan
Uretra dan kandung kemih trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih
dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi.
d) Sistem Integumen

Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
e. Penanganan
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum, dilakukan berbagai macam
penatalaksanaan (Hadijono, 2008), diantaranya:
1) Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi suhu
tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2) Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan
menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan
tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3) Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan infus
atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan post partum.
4) Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum.

3.a Pohon Masalah


Post Partum Normal

Perubahan fisiologis

Sistem
gastrointestinal

Sistem
perkemihan

Sistem
kardiovaskuler

Pasca melahirkan

Kadar steroid
menurun

Perdarahan
post partum

Penurunan kadar
Hormon
progesteron

Faal usus
memerlukan 3-4
hari untuk
kembali normal

Overdistansi
saat kala II
persalinan dan
pengeluaran
urin yang
tertahan saat
persalinan

Kandung kemih
mengalami
enema,
kongesti, dan
hipotonik

Tonus otot
menurun
Penurunan
peristaltik usus

Konstipasi

Volume darah
ibu berkurang

Mekanisme
kompensasi
Peningkatan
tekanan darah

Peningkatan
TIK

Perubahan Psikologis

Sistem Endokrin

Sistem Reproduksi

Proses involunsi

Vagina dan
perineum

Estrogen dan
progesteron

Peningkatan
kadar
oxytosin,
peningkatan
kontraksi
uterus
Prolaktin
meningkat
Pembentukan
ASI

Gangguan Eliminasi Urin

Retensi ASI

Ruptur jaringan
Laserasi jalan
lahir
- Episiotomi

Penyempitan
pada duktus
intiverus

Taking hold
(ketergantungan
kemandirian)

Butuh perlindungan
dan pelayanan

Belajar
mengenai
perawatan
diri dan
bayi

Berfokus pada diri


sendiri

Taking go
(kemandirian)

Kondiri
tubuh
mengalami
perubahan

Resiko
perubahan
peran
menjadi
orang tua

Keletihan

Ansietas

Kurang
Pengetahuan
Tanda-tanda vital

Pembuluh
darah rusak

Perdarahan
Syok
Hipovolemik

Nyeri Akut
Diuresis terjadi
setelah 2-3 hari
post partum

Trauma mekanis

Taking in
(ketergantungan)

Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan

Personal
hygiene
buruk

Suhu badan

Nadi

Hari ketiga
post partum
Bakteri
mudah
berkembang

Suhu
badan
naik

RR
naik

Tekanan darah
Tekanan darah tinggi

Denyut
nadi
>100x/mnt

Preeklamsi
post partum

Resiko
Infeksi
Terjadi infeksi pada endometrium, mastitis,
traktus urogenitalis

Hipertermi

3.b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


Setelah melahirkan ibu perlu dikaji dan diobservasi terhadap kemungkinan adanya perdarahan
atau infeksi postpartum.Keamanan ibu tergantung pada pengkajian yang kontinu dan intervensi
dari perawat yang siaga. Pengkajian yang dapat dilakukan meliputi:
1. Keadaan umum
Kaji kondisi ibu secara umum, apakah ibu merasa kelelahan atau ibu merasa segar. Hal ini
mempengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi serta kemampuan ibu dalam menyusui dan
mengasuh bayi.
2. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu. Periksa tanda-tanda vital tersebut
setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau sampai stabil, kemudian
periksa setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya.
a) Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi
b) Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan dan keletihan
c) Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungknan adanya perdarahan PP
3. Kepala dan wajah
a) Mata
Konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan saat
persalinan.
b) Hidung
Kaji dan tanyakan pada ibu ,apakah ibu menderita pilek atau sinusitis.Infeksi pada ibu
postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi
c) Telinga
Kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga
d) Mulut dan gigi
Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,atau gigi yang berlubang.Gigi yang
berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara
sistemik
e) Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid.Kelenjar limfe
yang membesar dapat menunjukan adanya infeksi,ditunjang dengan adanya data yang
lain seperti hipertermi,nyeri dan bengkak.

4. Payudara
a) Payudara
1) Kaji ukuran dan bentuk, ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi,
perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi
2) Kontur atau permukaan
Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi
atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
3) Warna kulit

Kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan
b) Kalang Payudara
1) Kaji ukuran dan bentuk, simetris atau tidak, biasanya akan meluas saat pubertas dan
selama kehamilan
2) Kaji permukaan kondisi dapat licin atau berkerut, bila ada sisik putih perlu dipikirkan
adanya penyakit kulit.
3) Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna kulit Pada
areola mammae menjadi lebih gelap dibanding sebelum hamil
c) Papilla mammae
1) Ukuran dan bentuk
Kaji ukuran dan bentuk, ukuran sangat berfariasi dan tidak mempunyai arti
kusus.Bentuk putting susu ada beberapa macam seperti datar , normal, panjang dan
terbenam.
2) Permukaan dan warna
Kaji permukaan dan warna, permukaan biasanya tidak beraturan kaji ada sisik, luka
atau lecet.Warna biasanya terjadi hiperpigmentasi pada kehamilan
d) Palpasi payudara
1) Konsistensi
Kaji konsistensi payudara, pada ibu PP konsistensi lebih keras karena laktasi
2) Massa
3) Putting susu
Kaji putting susu, pemeriksaan putting susu merupakan hal yang penting dalam
mempersiapkan ibu menyusui.
5.

Abdomen
a) Keadaan
Kaji adakah strie dan linia alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras.
Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase untuk
merangsang kontraksi.
b) Kondisi luka
Luka episiotomi harus dikaji apakah terdapat tanda-tanda infeksi, jika ada harus dilaporkan
segera untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
c) Diastasis rektus abdominis
Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat pembesaran
uterus. Jika dipalpasi ,regangan ini menyerupai celah memanjang dari prosessus Xiphoideus
ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya.Diastasis ini tidak dapat menyatu
kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
melakukan senam nifas.
d) Fundus uteri
Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah. Tentukan tinggi fundus uteri, misalnya 1
jari diatas pusat dll.posisi fundus apakah sentral atau lateral.Posisi lateral biasanya terdorong

oleh bladder yang penuh.Konteraksi juga harus diperiksa, kontraksi lemah atau perut teraba
lunak menunjukan konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya
perdarahan.
e) Kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urne di kandung kemih. Kandung kemih yang bulat dan
lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal ini dapat mengganggu
involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
f) Lokhea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhea pada ibu PP. Perubahan warna harus
sesuai.Misalnya Ibu PP hari ke tujuh harus memiliki lokhea yang sudah berwarna merah
muda atau keputihan. Jika warna lokhea masih merah maka ibu mengalami komplikasi PP.
Lokhea yang berbau busuk menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus
segera ditangani.

g) Perineum
Kaji kondisi perineum, apakah utuh atau terdapat luka episiotmi, atau ruptur. Kaji juga
adanya tanda-tanda REEDA (Redness, Edema,Ekimosis, Discharge dan Aproximation).
Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.Serta adanya hemoroid derajat 1
normal untuk ibu hamil dan pasca persalinan.
h) Ekstremitas
Kaji apakah ada varises dan tanda homan,tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda
homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka
tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.
3.c. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kadar oksitosin, peningkatan kontraksi uterus,
dan luka laserasi.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan pendarahan lebih dari 500 ml.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang menjaga kebersihan hyigiene pada genetalia.
d. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan aspek psikologis
kemandirian (Letting go)
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.

4. Rencana tindakan keperawatan


No.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
akut
berhubungan NOC
dengan

peningkatan

oksitosin,

NOC

NIC
NIC

kadar Pain level

Pain management

peningkatan Pain control

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk

kontraksi uterus, dan luka Comfort level


laserasi.

Kriteria hasil:
a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

mengetahui pengalaman nyeri pasien


4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

menggunakan manajemen nyeri


b. Menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri
5. Ajarkan

nyeri

berkurang

2.

Resiko

tinggi

kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x

volume cairan berhubungan 24 jam pasien dapat pulih lagi volume cairannya;
pendarahan lebih dari 500 ml.

1) Keseimbangan elektrolit dan asam basa


adekuat

teknik

non

mengurangi nyeri
6. Kolborasikan
pemberian

farmakologi

untuk

analgetik

untuk

mengurangi nyeri
7. Tingkatkan istirahat
8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
MANAJEMEN CAIRAN
1) Catat intake dan output cairan
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor tanda-tanda vital
4) Monitor status nutrisi

2) Keseimbangan cairan adekuat

5) Kaji tanda-tanda vital

3) Hidrasi normal

6) Timbang berat badan setiap hari dan pantau

4) Status nutrisi : intake makanan dan cairan

kemajuannya.
7) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan
haluaran.
8) Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap

retensi cairan
9) Pantau indikasi kelebihan/retensi cairan.
3.

Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2 x

MENEJEMEN LINGKUNGAN

dengan

1) Kaji tanda-tanda vital

kurang

kebersihan

menjaga 24 jam status kekebalan pasien meningkat dengan

hyigiene

pada indikator :

genetalia.

1) Tidak didapatkan infeksi berulang


2) Tidak didapatkan tumor
3) Status respirasi sesuai yang diharapkan
temperatur badan sesuai yang di harapkan

kemerahan, panas, nyeri, tumor


6) Pastikan perawatan aseptik IV line

6) Tidak ada fatigue kronis

MONITOR TANDA VITAL


1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
2) Monitor jumlah dan irama jantung
3) Monitor bunyi jantung
4) Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

menjadi

orang

tua x 24 jam pasien dapat mengontrol Proses Keluarga

berhubungan

dengan

(Letting go)

4) Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi

5) Integritas mukosa

peran Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3


aspek 1) keluarga bisa menyesuaikan kondisi dan

kemandirian

saat berkunjung

5) Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku

perubahan

psikologis

3) Intruksikan pengunjung untuk mencuci tangan

4) Integritas kulit

7) Reaksi skintes sesuai paparan

4. Resiko

2) Bersikan lingkungan setelah dipakai pasien lain

keadaan saat ini


2) koping keluarga menjadi efektif

1) Lakukan bina hubungan saling percaya kepada


keluarga pasien
2) Kaji keadaan keluarga ( Cerai, KDRT, isolasi
sosial, dan sebagainya)
3) Fasilitasi interaksi sosial antara pasien dan bayi
4) Berikan Pasien dan bapak kesempatan untuk
menggendong bayi

5) Gunakan teknik terapi kelompok pada pasien


5.

Kurang

pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama TEACHING: PENGETAHUAN MENGENAI POST

berhubungan dengan informasi 3x24 jam psien mengetahui tentang proses penyakit PARTUM
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
yang kurang didapat
dengan indikator pasien dapat:
1) Familiar dengan nama Post Partum
pasien tentang proses Post Partum yang spesifik
2) Mendeskripsikan proses Post Partum
2) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
3) Mendeskripsikan faktor penyebab Post Partum
pada post partum
4) Mendeskripsikan faktor resiko Post Partum
3) Sediakan informasi tentang kondisi pasien
5) Mendeskripsikan efek Post Partum
4) Sediakan bagi keluarga informasi tentang
6) Mendeskripsikan tanda dan gejala Post Partum
kemajuan pasien

6. Daftar Pustaka
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta :EGC
Bulecheck, M. Gloria. Et all. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th edition. United
State: Elsevier Mosby.
Hadijono, Soejo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Moorhead, Su. Et all. Nursig Outcome Classification (NOC) 5 th edition. United State: Elsevier
Mosby.
NANDA. 2012. Nursing Diagnosa : Definitions & Classification. Jakarta : EGC
Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP

Anda mungkin juga menyukai