c. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjarkelenjar mamae. Otot-otot uterus berkontraksi dengan segera, pembuluh-pembuluh darah
yang ada akan menyebabkan otot-otot uterus menjadi terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir (Bobak, 2004).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks saat post partum ialah bentuk
serviks seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala (Bobak, 2004).
d. Tanda dan gejala
Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari organ reproduksi yaitu sebagai
berikut:
a) Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran
(involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum
menurut masa involusi, Tabel 1. TFU menurut masa involusi (Bobak,2004:493):
INVOLUSI
TFU
BERAT UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Placenta
lahir
1 minggu
2 minggu
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50-60 gram
a. Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, terjadi selama 2
hari pasca persalinan
b. Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi
hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke
7- 14 hari pasca persalinan
d. Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
3) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi mengkonsumsi ASI
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selamawaktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
4) Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
c) Sistem Perkemihan
Uretra dan kandung kemih trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama
proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih
dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi.
d) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
e. Penanganan
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum, dilakukan berbagai macam
penatalaksanaan (Hadijono, 2008), diantaranya:
1) Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi suhu
tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2) Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan
menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan
tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3) Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan infus
atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan post partum.
4) Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum.
Perubahan fisiologis
Sistem
gastrointestinal
Sistem
perkemihan
Sistem
kardiovaskuler
Pasca melahirkan
Kadar steroid
menurun
Perdarahan
post partum
Penurunan kadar
Hormon
progesteron
Faal usus
memerlukan 3-4
hari untuk
kembali normal
Overdistansi
saat kala II
persalinan dan
pengeluaran
urin yang
tertahan saat
persalinan
Kandung kemih
mengalami
enema,
kongesti, dan
hipotonik
Tonus otot
menurun
Penurunan
peristaltik usus
Konstipasi
Volume darah
ibu berkurang
Mekanisme
kompensasi
Peningkatan
tekanan darah
Peningkatan
TIK
Perubahan Psikologis
Sistem Endokrin
Sistem Reproduksi
Proses involunsi
Vagina dan
perineum
Estrogen dan
progesteron
Peningkatan
kadar
oxytosin,
peningkatan
kontraksi
uterus
Prolaktin
meningkat
Pembentukan
ASI
Retensi ASI
Ruptur jaringan
Laserasi jalan
lahir
- Episiotomi
Penyempitan
pada duktus
intiverus
Taking hold
(ketergantungan
kemandirian)
Butuh perlindungan
dan pelayanan
Belajar
mengenai
perawatan
diri dan
bayi
Taking go
(kemandirian)
Kondiri
tubuh
mengalami
perubahan
Resiko
perubahan
peran
menjadi
orang tua
Keletihan
Ansietas
Kurang
Pengetahuan
Tanda-tanda vital
Pembuluh
darah rusak
Perdarahan
Syok
Hipovolemik
Nyeri Akut
Diuresis terjadi
setelah 2-3 hari
post partum
Trauma mekanis
Taking in
(ketergantungan)
Resiko tinggi
kekurangan
volume cairan
Personal
hygiene
buruk
Suhu badan
Nadi
Hari ketiga
post partum
Bakteri
mudah
berkembang
Suhu
badan
naik
RR
naik
Tekanan darah
Tekanan darah tinggi
Denyut
nadi
>100x/mnt
Preeklamsi
post partum
Resiko
Infeksi
Terjadi infeksi pada endometrium, mastitis,
traktus urogenitalis
Hipertermi
4. Payudara
a) Payudara
1) Kaji ukuran dan bentuk, ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi,
perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi
2) Kontur atau permukaan
Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi
atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
3) Warna kulit
Kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan
b) Kalang Payudara
1) Kaji ukuran dan bentuk, simetris atau tidak, biasanya akan meluas saat pubertas dan
selama kehamilan
2) Kaji permukaan kondisi dapat licin atau berkerut, bila ada sisik putih perlu dipikirkan
adanya penyakit kulit.
3) Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna kulit Pada
areola mammae menjadi lebih gelap dibanding sebelum hamil
c) Papilla mammae
1) Ukuran dan bentuk
Kaji ukuran dan bentuk, ukuran sangat berfariasi dan tidak mempunyai arti
kusus.Bentuk putting susu ada beberapa macam seperti datar , normal, panjang dan
terbenam.
2) Permukaan dan warna
Kaji permukaan dan warna, permukaan biasanya tidak beraturan kaji ada sisik, luka
atau lecet.Warna biasanya terjadi hiperpigmentasi pada kehamilan
d) Palpasi payudara
1) Konsistensi
Kaji konsistensi payudara, pada ibu PP konsistensi lebih keras karena laktasi
2) Massa
3) Putting susu
Kaji putting susu, pemeriksaan putting susu merupakan hal yang penting dalam
mempersiapkan ibu menyusui.
5.
Abdomen
a) Keadaan
Kaji adakah strie dan linia alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras.
Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase untuk
merangsang kontraksi.
b) Kondisi luka
Luka episiotomi harus dikaji apakah terdapat tanda-tanda infeksi, jika ada harus dilaporkan
segera untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
c) Diastasis rektus abdominis
Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat pembesaran
uterus. Jika dipalpasi ,regangan ini menyerupai celah memanjang dari prosessus Xiphoideus
ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya.Diastasis ini tidak dapat menyatu
kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
melakukan senam nifas.
d) Fundus uteri
Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah. Tentukan tinggi fundus uteri, misalnya 1
jari diatas pusat dll.posisi fundus apakah sentral atau lateral.Posisi lateral biasanya terdorong
oleh bladder yang penuh.Konteraksi juga harus diperiksa, kontraksi lemah atau perut teraba
lunak menunjukan konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya
perdarahan.
e) Kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urne di kandung kemih. Kandung kemih yang bulat dan
lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal ini dapat mengganggu
involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
f) Lokhea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhea pada ibu PP. Perubahan warna harus
sesuai.Misalnya Ibu PP hari ke tujuh harus memiliki lokhea yang sudah berwarna merah
muda atau keputihan. Jika warna lokhea masih merah maka ibu mengalami komplikasi PP.
Lokhea yang berbau busuk menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus
segera ditangani.
g) Perineum
Kaji kondisi perineum, apakah utuh atau terdapat luka episiotmi, atau ruptur. Kaji juga
adanya tanda-tanda REEDA (Redness, Edema,Ekimosis, Discharge dan Aproximation).
Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.Serta adanya hemoroid derajat 1
normal untuk ibu hamil dan pasca persalinan.
h) Ekstremitas
Kaji apakah ada varises dan tanda homan,tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda
homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka
tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.
3.c. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kadar oksitosin, peningkatan kontraksi uterus,
dan luka laserasi.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan pendarahan lebih dari 500 ml.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang menjaga kebersihan hyigiene pada genetalia.
d. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan aspek psikologis
kemandirian (Letting go)
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.
peningkatan
oksitosin,
NOC
NIC
NIC
Pain management
Kriteria hasil:
a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
nyeri
5. Ajarkan
nyeri
berkurang
2.
Resiko
tinggi
volume cairan berhubungan 24 jam pasien dapat pulih lagi volume cairannya;
pendarahan lebih dari 500 ml.
teknik
non
mengurangi nyeri
6. Kolborasikan
pemberian
farmakologi
untuk
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
7. Tingkatkan istirahat
8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
MANAJEMEN CAIRAN
1) Catat intake dan output cairan
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor tanda-tanda vital
4) Monitor status nutrisi
3) Hidrasi normal
kemajuannya.
7) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan
haluaran.
8) Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap
retensi cairan
9) Pantau indikasi kelebihan/retensi cairan.
3.
MENEJEMEN LINGKUNGAN
dengan
kurang
kebersihan
hyigiene
pada indikator :
genetalia.
menjadi
orang
berhubungan
dengan
(Letting go)
5) Integritas mukosa
kemandirian
saat berkunjung
perubahan
psikologis
4) Integritas kulit
4. Resiko
Kurang
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama TEACHING: PENGETAHUAN MENGENAI POST
berhubungan dengan informasi 3x24 jam psien mengetahui tentang proses penyakit PARTUM
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
yang kurang didapat
dengan indikator pasien dapat:
1) Familiar dengan nama Post Partum
pasien tentang proses Post Partum yang spesifik
2) Mendeskripsikan proses Post Partum
2) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
3) Mendeskripsikan faktor penyebab Post Partum
pada post partum
4) Mendeskripsikan faktor resiko Post Partum
3) Sediakan informasi tentang kondisi pasien
5) Mendeskripsikan efek Post Partum
4) Sediakan bagi keluarga informasi tentang
6) Mendeskripsikan tanda dan gejala Post Partum
kemajuan pasien
6. Daftar Pustaka
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta :EGC
Bulecheck, M. Gloria. Et all. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th edition. United
State: Elsevier Mosby.
Hadijono, Soejo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Moorhead, Su. Et all. Nursig Outcome Classification (NOC) 5 th edition. United State: Elsevier
Mosby.
NANDA. 2012. Nursing Diagnosa : Definitions & Classification. Jakarta : EGC
Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP