Anda di halaman 1dari 14

KESENIAN SUKU MINANGKABAU

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah: Antropologi
Dosen pengampu: Maria Ulfa

Disusun Oleh :
Ahmad Nurul Qolbinda H

(1507026002)

Tegar Kanugran W

(1507026005)

Niken Ervita Dewi

(1507026013)

M. Mufid Arfiana

(1507026014)

Rinda Yusuf D.R

(1507026023)

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO
TAHUN 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang diciptakan tuhan sebagai satusatunya makhluk yang berbudaya, dimana kebudayaan memiliki
pengertian sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan manusia dalam proses belajar (Koentjaraningrat).
Sebelum

kedatangan

bangsa-bangsa

Barat

di

kawasan

Nusantara ini, adat adalah satu-satunya sistem yang mengatur


masyarakat dan pemerintahan, terutama di kerajaan-kerajaan
Melayu, mulai dari Aceh, Riau, Malaka, Jawa, Banjar, Bugis,
hingga Ambon dan Ternate. Agama Islam pada umumnya
terintagrasi dengan adat-adat yang dipakai di kerajaan-kerajaan
tersebut.
Adat Minangkabau pada dasarnya sama seperti adat pada
suku-suku

lain,

tetapi

dengan

beberapa

kekhasan

yang

membedakannya.

perbedaan

Kekhasan

ini

atau

terutama

disebabkan karena masyarakat Minang sudah menganut sistem


garis keturunan menurut Ibu, matrilinial, sejak kedatangannya di
wilayah Minangkabau sekarang ini. Kekhasan lain yang sangat
penting ialah bahwa adat Minang merata dipakai oleh setiap
orang di seluruh pelosok nagari dan tidak menjadi adat para
bangsawan dan raja-raja saja. Setiap individu terikat dan terlibat
dengan adat, hampir semua laki-laki dewasa menyandang gelar
adat, dan semua hubungan kekerabatan diatur secara adat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul Suku Minangkabau?

2.
C.
1.
2.

Bagaimana kesenian Suku Minangkabau?


Tujuan
Untuk mengetahui asal-usul dari Suku Minangkabau.
Untuk mengetahui kesenian yang ada pada Suku Minangkabau.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal usul Suku Minangkabau


Mengenal
asal
usul,

kebudayaan,

kesenian

suku

Minangkabau. Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis


Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau.
Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat,
separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat
Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga
Negeri Sembilan di Malaysia.
Sebutan orang Minang seringkali disamakan sebagai orang
Padang, hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera
Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan
menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang
bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau.
Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang
dikenal di dalam tambo. Dari tambo yang diterima secara turun
temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal
dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo tersebut tidak
tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding
fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah
menjadi milik masyarakat banyak. Namun kisah tambo ini sedikit
banyaknya dapat dibandingkan dengan Sulalatus Salatin yang
juga

menceritakan

bagaimana

masyarakat

Minangkabau

mengutus wakilnya untuk meminta Sang Sapurba salah seorang


keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut untuk menjadi raja
mereka.

Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat


Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari
daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.5002.000
tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk
dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar
sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi
kampung halaman orang Minangkabau. Beberapa kawasan darek
ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal
dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama
Luhak Nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo Puluah, Luhak
Agam, dan Luhak Tanah Data. Pada masa pemerintahan HindiaBelanda, kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial
pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai oleh seorang
residen yang oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan
nama Tuan Luhak.
Awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan
orang Melayu, namun sejak abad ke-19, penyebutan Minang dan
Melayu mulai dibedakan melihat budaya matrilineal yang tetap
bertahan berbanding patrilineal yang dianut oleh masyarakat
Melayu

umumnya.

Kemudian

pengelompokan

ini

terus

berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.


B. Kesenian Suku Minangkabau
1. Seni Arsitektur
Arsitektur Minangkabau

merupakan

bagian

dari

seni

arsitektur khas Nusantara, yang wilayahnya merupakan kawasan


rawan gempa. Sehingga banyak rumah-rumah tradisionalnya
yang berbentuk panggung, menggunakan kayu dan pasak, serta
tiang penyangga yang diletakkan di atas batu tertanam. Namun
ada beberapa kekhasan arsitektur Minangkabau yang tak dapat
dijumpai di wilayah lain, seperti atap bergonjong. Model ini
digunakan sebagai bentuk atap rumah, balai pertemuan, dan kini

juga digunakan sebagai bentuk atap kantor-kantor di seluruh


Sumatera Barat. Di luar Sumatera Barat, atap bergonjong juga
terdapat pada kantor perwakilan Pemda Sumatera Barat di
Jakarta, serta pada salah satu bangunan di halaman Istana Seri
Menanti, Negeri Sembilan. Bentuk gonjong diyakini berasal dari
bentuk tanduk kerbau, yang sekaligus merupakan ciri khas etnik
Minangkabau.
2. Seni menyulam :
Seni menyulam di tangan padusi Minangkabau dikenal dua
jenis, yaitu kapalo panitik dan suji caie (sulaman halus).
Pasca kedatangan orang Cina di Kota Padang, ditunjukkan
dengan tampilnya Pelaminan Minang yang bernuansa singgasana
kekaisaran Dinasti Tiongkok. Minangkabau mengolahnya menjadi
sebuah Pelaminan yang disesuaikan dengan falsafah kehidupan
berumah tangga bagi pasangan penganten.
Baju Anak Daro berkualitas adi busana, karena dijahit
diatas kain sutera. Pada kain sutera itu ditempelkan atau
bubuhkan benang emas, sebagai suatu seni menjahit sulaman
yang tinggi, yang kita kenal dengan sebutan baju Bajahik.
Sulaman itulah yang kenal dengan sebutan kapalo panitik dan
suji caie itu.
Secara keseluruhan bahan bajunya, berupa kain sutera,
benang emas dan benang sulam diimpor dari negara masingmasing, yaitu ; Benang emas berasal dari India, kain sutera
berasal dari China termasuk benang suteranya. Umumnya,
desain sulaman, berupa bunga serangga burung hong
naga,

sangat

terlihat

jelas

pada

desain

baju

bajahik

tradisional kala

dulu.

Selendangnya

pun

dibuat

dengan

desain yang sama dengan baju kurung berjahit itu, dari masa
kemasa hingga sekarang tidak berubah. Demikian pula halnya,
kita masih menemukan beberapa selendang bajahik , seperti
halnya baju kurung.
Di Kota Padang lebih satu abad yang lalu, penjahit baju anak
daro ini dilakukan oleh wanita-wanita China itu. Saya masih
menyimpan baju pengantin buatan perempuan Cina yang sudah
berusia k.l 1 abad.
Sekarang ini karena pengaruh zaman, perubahan dari waktu
ke waktu tidak bisa dihindari, mengingat begitu banyaknya
bahan-bahan baju yang sudah tidak memerlukan pekerjaan
tangan lagi, karena sudah dikerjakan dengan menggunakan
mesin.
3. Seni Aksara Minangkabau
Masyarakat Minangkabau telah memiliki budaya literasi sejak
abad ke-12. Hal ini ditandai dengan ditemukannya aksara
Minangkabau. Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah merupakan
salah satu literatur masyarakat Minangkabau yang pertama.
Tambo

Minangkabau

merupakan

literatur

yang

ditulis

dalam

Minangkabau

Bahasa

berupa

Melayu,

historiograf

tradisional. Pada abad pertengahan, sastra Minangkabau banyak


ditulis

menggunakan

Huruf

Jawi.

Pada

masa

ini,

sastra

Minangkabau banyak yang berupa dongeng-dongeng jenaka dan


nasehat. Selain itu ada pula kitab-kitab keagamaan yang ditulis
oleh ulama-ulama tarekat. Di akhir abad ke-19, cerita-cerita
tradisional yang bersumber dari mulut ke mulut, seperti Cindua
Mato, Anggun Nan Tongga, dan Malin Kundang mulai dibukukan.

Pada abad ke-20, sastrawan Minangkabau merupakan tokohtokoh utama dalam pembentukan bahasa dan sastra Indonesia.
Lewat karya-karya mereka berupa novel, roman, dan puisi, sastra
Indonesia mulai tumbuh dan berkembang. Sehingga novel yang
beredar luas dan menjadi bahan pengajaran penting bagi pelajar
di

seluruh

Indonesia

dan

Malaysia,

adalah

novel-novel

berlatarbelakang budaya Minangkabau. Seperti Tenggelamnya


Kapal Van der Wijck, Merantau ke Deli dan Di Bawah Lindungan
Ka'bah karya Hamka, Salah Asuhan karya Abdul Muis, Sitti
Nurbaya karya Marah Rusli, dan Robohnya Surau Kami karya Ali
Akbar Navis. Budaya literasi Minangkabau juga melahirkan tokoh
penyair seperti Chairil Anwar, Taufq Ismail dan tokoh sastra
lainnya Sutan Takdir Alisjahbana.
4. Seni Pelaminan
Sebenarnya sebuah pelamiman adalah seni dekorasi ruang.
Bagi Minangkabau pelaminan ini adalah symbol dari kedudukan
raja dan ratu. Dahulu kala terutama diwilayah pesisir pantai
hanya kaum bangsawan yang bisa duduk dipelaminan lengkap
kala itu. Pelaminan tidak bisa dipakai untuk rakyat kebanyakan.
Siapakah yang diperbolehkan memakai pelaminan itu ?
a. Jika di Pariaman, ialah para anak keluarga Sidi, Bagindo
atau Sutan.
b. Di kota Padang, ialah para anak keluarga Puti atau Sutan.
Sepasang pengantin yang dipersandingkan berdua dapat
diumpamakan sebagai raja ratu sehari, Pasangan ini dianggap
memakai singgana golongan ningrat atau terpandang itu. Karena
itulah, dikala dulunya pelaminan ini hanya dipakai pada orang
orang tertentu saja. Orang lain yang bukan keturunan Puti
atau berinduk bako Puti atau Siti, harus meminta izin lebih

dahulu kepada Puti Puti itu. Bagi rakyat kebanyakan namun


memiliki kemampuan keuangan lebih dapat menyewa atau
membayar para Puti itu, sebagai pihak yang mendampingi anak
daro disaat dipersandingkan. Jadi pada masa itu secara tidak
sadar telah terjadi komersialisasi pada budaya.
Di

pesisir

Minangkabau/Rantau,

warna

warna

yang

mendominasi warna pelaminan dilambangkan dalam 3 warna,


yaitu ; hijau merah dan kuning. Ketiganya dipersatukan dalam
tigo sapilin untuk mengikat sebuah limpapeh . Limpapeh itu
adalah tiang utama rumah tangga.
Arti warna itu ialah :
* Warna hijau , melambangkan raja muda,
* Warna kuning, sebenarnya raja,
* Warna merah, raja berani
Bagian-bagian dari pelaminan yang lambang kedudukan
orang orang terpandang itu adalah :
1. Banta Gadang, lambang kedudukan seseorang, untuk kalangan
bangsawan atau orang orang yang dihormati.
2. Limpapeh, sebagai tiang yang kokoh pada sebuah rumah
tangga yang berbalut dengan kain 3 warna sapilin.
3. Tabir, sebagai pelindung yang menaungi suatu rumah tangga
pengantin.
4. Tirai, jumlah lapisan tirai tergantung dari siapa yang akan duduk
pada singgasana pelaminan itu. Bagi orang yang berpangkat

raja, manti masing masing akan menggunakan 7 atau 3 lapisan


tirai. Sedangkan bagi rakyat kebanyak hanya 1 lapis tirai saja.
Yang menarik dari lambang Tirai yang berlapis-lapis ini yang
disebut Puti Manyibuak. Puti Manyibuak ini, merupakan
lambang dari kalangan wanita untuk mampu menjaga diri dari
gangguan dan godaan pihak luar.
Seorang wanita baik ia seorang gadis, maupun yang sudah
berkeluarga harus mampu menjaga harkat dan martabat dirinya
sebagai seorang wanita. Ia melakukan upaya penyelidikan
terlebih dahulu siapa orang yang mendatangi rumahnya.
5. Seni Pantun dan pepatah-petitih
Dalam masyarakat Minangkabau, pantun dan pepatah-petitih
merupakan salah satu bentuk seni persembahan dan diplomasi
yang

khas.

menggunakan

Pada

umumnya

bahasa

kiasan

pantun

dan

pepatah-petitih

dalam

penyampaiannya.[14]

Sehingga di Minangkabau, seseorang bisa dikatakan tidak


beradat

jika

disampaikan

tidak

menguasai

seni

dengan

sindiran,

pantun

persembahan.
dan

Meski

pepatah-petitih

bersifat lugas. Di dalamnya tak ada kata-kata yang ambigu dan


bersifat mendua. Budaya pepatah-petitih, juga digunakan dalam
sambah-manyambah untuk menghormati tamu yang datang.
Sambah-manyambah ini biasa digunakan ketika tuan rumah (si
pangka) hendak mengajak tamunya makan. Atau dalam suatu
acara pernikahan, ketika pihak penganten wanita (anak daro)
menjemput penganten laki-laki (marapulai). Contoh pantun dan

pepatah-petitih :
Anak dipangku, kamanakan dibimbiang (Artinya : anak diberikan
nafkah dan disekolahkan, serta kemenakan dibimbing untuk
menjalani kehidupannya)

Duduak

marauk

ranjau,

tagak

meninjau

jarak

(Artinya

hendaklah mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, dan jangan

menyia-nyiakan waktu)
Dima rantiang dipatah, disinan sumua digali (Artinya : dimana

kita tinggal, hendaklah menjunjung adat daerah setempat)


Gadang jan malendo, cadiak jan manjua (Artinya : seorang
pemimpin jangan menginjak anggotanya, sedangkan seorang

yang cerdik jangan menipu orang yang bodoh)


Satinggi-tinggi tabang bangau, babaliaknyo ka kubangan juo
(Artinya : sejauh-jauh pergi merantau, di hari tua akan kembali
ke kampung asalnya).

6. Seni Ukiran
Masyarakat Minangkabau sejak lama telah mengembangkan
seni budaya berupa ukiran, pakaian, dan perhiasan. Seni ukir
dahulunya dimiliki oleh banyak nagari di Minangkabau. Namun
saat ini seni ukir hanya berkembang di nagari-nagari tertentu,
seperti Pandai Sikek. Kain merupakan media ukiran yang sering
digunakan oleh masyarakat Minang. Selain itu ukiran juga
banyak digunakan sebagai hiasan Rumah Gadang. Ukiran Rumah
Gadang biasanya berbentuk garis melingkar atau persegi,
dengan motif seperti tumbuhan merambat, akar yang berdaun,
berbunga dan berbuah. Pola akar biasanya berbentuk lingkaran,
akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung
menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke
dalam, ke atas dan ke bawah. Disamping itu motif lain yang
dijumpai dalam ukiran Rumah Gadang adalah motif geometri
bersegi tiga, empat, dan genjang. Jenis-jenis ukiran Rumah
Gadang antara lain kaluak paku, pucuak tabuang, saluak aka,
jalo, jarek, itiak pulang patang, saik galamai, dan sikambang
manis.

7. Seni Tarian
Tari-tarian merupakan salah satu corak budaya Minangkabau
yang sering digunakan dalam pesta adat ataupun perayaan
pernikahan. Tari Minangkabau tidak hanya dimainkan oleh kaum
perempuan tapi juga oleh laki-laki. Ciri khas tari Minangkabau
adalah cepat, keras, menghentak, dan dinamis. Adapula tarian
yang memasukkan gerakan silat ke dalamnya, yang disebut
randai. Tari-tarian Minangkabau lahir dari kehidupan masyarakat
Minangkabau yang egaliter dan saling menghormati. Dalam
pesta

adat

ataupun

perkawinan,

masyarakat

Minangkabau

memberikan persembahan dan hormat kepada para tamu dan


menyambutnya
Minangkabau

dengan
antara

tarian

lain:

Tari

Pasambahan, dan Tari Indang.


8. Seni Bela diri
Pencak Silat adalah seni
Minangkabau

yang

diwariskan

galombang.
Piring,

bela

Tari

diri

secara

Jenis
Payung,

khas

turun

tari
Tari

masyarakat

temurun

dari

generasi ke generasi. Pada mulanya silat merupakan bekal bagi


perantau untuk menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di
perjalanan atau di perantauan. Selain untuk menjaga diri, silat
juga merupakan sistem pertahanan nagari (parik paga dalam
nagari).
Pencak silat memiliki dua flosof dalam satu gerakan. Pencak
(mancak) yang berarti bunga silat merupakan gerakan tarian
yang dipamerkan dalam acara adat atau seremoni lainnya.
Gerakan-gerakan mancak diupayakan seindah dan sebagus
mungkin karena untuk pertunjukkan. Sedangkan silat merupakan
suatu

seni

pertempuran

yang

dipergunakan

untuk

mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakangerakannya diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan
melumpuhkan lawan.

Orang

yang

mahir

bermain

silat

dinamakan

pendekar

(pandeka). Gelar pendekar ini pada zaman dahulunya dikukuhkan


secara adat oleh ninik mamak dari nagari yang bersangkutan.
Kini pencak silat tidak hanya diajarkan kepada generasi muda
Minangkabau saja, namun juga telah menyebar ke seluruh
Nusantara bahkan ke Eropa dan Amerika Serikat.
9. Seni Musik
Budaya Minangkabau juga melahirkan banyak jenis alat
musik dan lagu. Di antara alat musik khas Minangkabau adalah
saluang, talempong, rabab, serta bansi. Keempat alat musik ini
biasanya dimainkan dalam pesta adat dan perkawinan. Kini
musik Minang tidak terbatas dimainkan dengan menggunakan
empat alat musik tersebut. Namun juga menggunakan istrumen
musik modern seperti orgen, piano, gitar, dan drum. Lagu-lagu
Minang kontemporer, juga banyak yang mengikuti aliran-aliran
musik modern seperti pop, hip-hop, dan remix.
Sejak masa kemerdekaan Indonesia, lagu Minang tidak hanya
dinyanyikan di Sumatera Barat saja, namun juga banyak
didendangkan di perantauan. Bahkan adapula pagelaran Festival
Lagu Minangkabau yang diselenggarakan di Jakarta. Era 1960-an
merupakan masa kejayaan lagu Minang. Orkes Gumarang
pimpinan Asbon Madjid, merupakan salah satu kelompok musik
yang banyak menyanyikan lagu-lagu khas Minangkabau. Selain
Orkes Gumarang, penyanyi-penyanyi Minang seperti Elly Kasim,
Ernie Djohan, Tiar Ramon, dan Oslan Husein, turut menyebarkan
musik Minang ke seluruh Nusantara. Semaraknya industri musik
Minang

pada

paruh

kedua

abad

ke-20,

disebabkan

oleh

banyaknya studio-studio musik milik pengusaha Minang. Selain


itu, besarnya permintaan lagu-lagu Minang oleh masyarakat
perantauan, dan menjadi faktor kesuksesan industri musik
Minang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan
kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang
yang dikenal di dalam tambo. Minangkabau (Minang) adalah
kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat
Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah
Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu,
bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya
Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.
Suku minangkabau memiliki beberapa kesenian antara lain
adalah Seni Arsitektur, Seni menyulam, Seni Aksara Minangkabau,
Seni Pelaminan, Seni Pantun dan pepatah-petitih, Seni Ukiran,
Seni Tarian, Seni Bela diri, Seni Musik.

B. Kritik dan Saran


Demikian makalaah ini kami susun, kami sadar bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan maupun penyampaian dalam
maakalah ini.Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sengat kami
harapkan guna memperbaiki penyusun makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita, amin

Daftar Pustaka

Koetjaraningrat. 2000, Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan ke-8


Jakarta: Rineka Cipta.
http://id.wikipedia.org/wiki/orang_minang
shttp://id.wikipedia.org/wiki/budaya_minangkabau
https://bundokanduang.wordpress.com/category/e-budaya-dantradisi-minangkabau/

Anda mungkin juga menyukai