Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PEMBAHASAN KETIMPANGAN

EKONOMI MENURUT SUDUT PANDANG SILA


KELIMA

OLEH
1.
2.
3.
4.
5.

Uswatun Nisaa R
13/248463/TK/40928 Teknik Fisika
Abdul R Al Ghofiqi S 13/348239/TK/40842 Teknik Sipil
Kemal HM Ansor
15/378782/TK/42724 Teknik Fisika
Jaap Carlos W
16/406183/TK/45410 Teknik Arsitektur
Julia Vanessa Sahetapy 16/406184/TK/40928 Teknik
Arsitektur

DIAMPU OLEH :
Dr. Septiana Dwiputri M
Dosen Pengampu Matakuliah Pancasila

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2016
A. Teori dan Bahan Rujukan

Sila kelima dari Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD


1945 alinea keempat, berbunyi: ..dengan berdasar kepada: ..,
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Adil dalam sila keadilan sosial ini adalah khusus dalam
artian adil terhadap sesama manusia yang didasari dan dijiwai oleh
adil terhadap diri sendiri serta adil terhadap Tuhan. Perbuatan adil
menyebabkan seseorang memperoleh apa yang menjadi haknya, dan
dasar dari hak ini ialah pengakuan kemanusiaan yang mendorong
perbuatan manusia itu memperlakukan sesama sebagaiman mestinya.
Dengan demikian pelaksanaan keadilan selalu bertalian dengan
kehidupan bersama, berhubungan dengan pihak lain dalam hidup
bermasyarakat. Di dalam masyarakat ada tiga macam bentuk keadilan
yang pokok, hal ini berdasarkan tiga macam hubungan hidup manusia
bermasyarakat, yaitu keadilan komutatif, keadilan distributif, dan
keadilan legalis. Ketiga macam keadilan ini diuraikan sebagai berikut:
1. Keadilan Komutatif Hubungan pribadi dengan pribadi. Dalam
hubungan ini harus ada perlakuan sifat adil antara sesama warga
masyarakat, antara pribadi dengan pribadi. Keadilan yang
berlaku dalam hal ini. Suatu hubungan keadilan antara warga
satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Keadilan ini
bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini
merupakan asan pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.
Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan
ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan
pertalian dalam masyarakat. Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah
merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup
bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu
mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi
seluruh warganya dan wilayahnya, mencerdaskan seluruh
warganya.
2. Keadilan Distributif Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan
terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama
dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama. Keadilan
distributif sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara negara
terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib
memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam
bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam
hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban. Jadi
hubungan masyarakat dengan pribadi. dalam hubungan ini harus

ada perlakuan sifat adil dari masyarakat keseluruhan terhadap


pribadi.
3. Keadilan Legalis Hubungan pribadi dengan masyarakat. Dalam
hubungan ini harus ada perlakuan sifat adil dari pribadi terhadap
masyarakat keseluruhan. Dalam masyarakat, pelaksanaan tiga
macam keadilan ini ada dua musuh besar, yang keduanya itu
merupakan penonjolan dari penjelmaan salah satu sifat kodrat
manusia, yaitu sifat individu dan sifat sosial
Adapun syarat yang harus dipenuhi terlaksananya keadilan sosial
adalah sebagai berikut:
1. Semua warga wajib bertindak, bersikap secara adil, karena
keadilan sosial dapat tercapai apabila tiap individu bertindak dan
mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
2. Semua manusia berhak untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai
manusiawi, maka berhak pula untuk menuntut dan mendapatkan
segala sesuatu yang bersangkutan dengan kebutuhan hidupnya.
Seluruh Rakyat Manusia Rumusan seluruh rakyat manusia yang
dimaksudkannya ialah sekelompok manusia yang menjadi warga
negara Indonesia, baik yang berbangsa Indonesia asli maupun
keturunan asing, demikian juga baik yang berada dalam wilayah
Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia yang berada di
negara lain, setiap warga harus mengembangkan sikap adil terhadap
sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya serta
menghormati hak-hak orang lain. Sila ini mempunyai makna bahwa
seluruh rakyat Indonesia mendapatkan perlakuan yang adil dalam
bidang hukum, politik, ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan spiritual
rohani sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Butir-butir
implementasi sila kelima adalah sebagai berikut:
a. mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan
sikap
dan
suasana
kekeluargaan
dan
kegotongroyongan. Butir ini menghendaki agar setiap warga
negara nerbuat baik satu sama lain. Perbuatan luhur dalam
pengertian seperti apa yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi
yang dilarang. Perbuatan baik dan luhur tersebut dilaksanakan
pada setiap manusia dengan cara saling membantu, bergotongroyong, dan merasa setiap manusia adalah bagian dari keluarga
yangdekat yang layak dibantu, sehingga kehidupan setiap
manusia layak dan terhormat.
b. Bersikap adil. Butir ini menghendaki dalam melaksanakan
kegiatan antarmanusia untuk tidak saling pilih kasih, dan
pengertian adil juga sesuai dengan kebutuhan manusia untuk
hidup layak, dan tidak diskriminatif terhadap sesama manusia
yang akan ditolong.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Butir ini


menghendaki bawa manusia Indonesia jangan hanya
mendahulukan hak-haknya seperti hak hidup bebas, berserikat,
perlakuan yang sama, kepemilikan, dan lain-lain, tetapi menjaga
kewajiban secara seimbang. Kewajiban yang harus dilakukan
adalah berhubungan yang baik dengan sesama manusia,
membantu sesama manusia, membela yanng teraniaya,
membarikan nasehat yang benar dan menghormati kebebasan
beragama.
d. Menghormati hak-hak orang lain. Bahwa setiap manusia untuk
menghormati hak orang dan memberikan peluang orang lain
dalam mencapai hak, dan tidak berusaha menghalang-halangi
hak orang lain. Perbuatan seperti mencuri arta orang lain,
menyiksa, merusak tempat peribadatan agama lain, adalah
contoh-contoh tidak menghormati hak orang lain.
Faradiba, Deby G. 2015. Implementasi sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
http://www.kompasiana.com/bebefaradiba/implementasi-silakelima-keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakya-tindonesia_
-552fcb6b6ea8344b3e8b4567 diakses pada 4 Oktober 2016 Pukul
22.03 WIB

B. Permasalahan yang Diangkat


Pada makalah kali ini tim penulis mengangkat dua permasalahan yang
berada di Indonesia yang sampai saat ini dianggap masih cukup
relevan untuk dikaji karena hingga kini masalah klise ini belum
terselesaikan secara sempurna
Permasalahan Pertama
:

BPS: Ketimpangan Kemiskinan di RI Makin Parah

BPS menyatakan untuk mengatasi ketimpangan orang miskin


dengan menaikkan pendapatan di kelompok miskin.
Liputan6.com,
Jakarta
- Badan
Pusat
Statistik (BPS)
menyatakan, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di
Indonesia mengalami peningkatan di Maret 2016 menjadi masingmasing 1,94 dan 0,52 dibanding realisasi 1,84 dan 0,51 di periode
yang sama 2015. Penyebabnya, karena pertumbuhan ekonomi
belum mampu dinikmati orang-orang miskin yang berada di bawah
garis kemiskinan.
Kepala BPS, Suryamin mengungkapkan indeks kedalaman
kemiskinan mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk
miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan sebesar Rp 354.386
per kapita per bulan di Maret 2016. Indeks keparahan kemiskinan
mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk
miskin. "Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,84 pada
September 2015 menjadi 1,94 pada Maret 2016, Indeks Keparahan
Kemiskinan juga naik dari 0,51 menjadi 0,52 pada periode yang
sama meskipun jumlah penduduk miskin turun," ujar Suryamin di
kantornya, Jakarta, Senin (18/7/2016). Suryamin merinci, indeks
kedalaman kemiskinan di perkotaan sebesar 1,19 di Maret ini dan di
pedesaan 2,74. Sementara indeks keparahan kemiskinan di
perkotaan 27,0 dan 0,79 di pedesaan.
"Ada masyarakat miskin yang begitu cepat mengalami
peningkatan pendapatan sehingga keluar dari garis kemiskinan
seiring stabilnya harga-harga kebutuhan pokok. Tapi percepatan ini
tidak diikuti orang-orang miskin yang ada di bawah garis
kemiskinan, sehingga timpangnya semakin jauh," jelas dia. Dirinya
berharap, penyaluran dana desa dari pemerintah pusat dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, seperti pembangunan
infrastruktur, diantaranya jalan, jembatan dan lainnya. "Kalau
pembangunan infrastruktur ini melibatkan masyarakat miskin yang
tidak punya kerjaan, maka mereka bisa keluar dari garis
kemiskinan," ujar Suryamin.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, M Sairi
Hasbullah mengungkapkan, terkendalinya inflasi dan diiringi dengan
kenaikan pendapatan mendorong penghasilan masyarakat yang
berada di tengah garis kemiskinan menanjak. "Tapi tidak sampai
mepet di garis kemiskinan sehingga jaraknya makin jauh.
Percepatan kenaikan pendapatan orang miskin tidak sampai ke level
atas," ujar dia.
Sairi menuturkan, golongan orang miskin
berdasarkan data BPS adalah petani gurem di perdesaan, buruh
tani, pekerja serabutan di perkotaan. Sayangnya, dia bilang,
pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang mencapai 5 persen-6

persen per tahun belum mampu mengurangi angka maupun tingkat


kemiskinan secara signifikan. "Ada pertumbuhan ekonomi relatif
tinggi tapi tidak pengaruh kuat ke penurunan kemiskinan. Itu karena
orang-orang miskin ini secara langsung tidak menikmati kue
pertumbuhan itu. Jadi solusinya untuk mengatasi ketimpangan,
dengan menaikkan pendapatan di kelompok miskin," pungkas Sairi.
(Fik/Ahm)
Ariyanti, Fiki. 2016. BPS : Ketimpangan Kemiskinan di RI makin parah.
http://bisnis.liputan6.com/read/2555384/bps-ketimpangankemiskinan-di-ri-makin-parah diakses pada 4 Oktober 2016
Pukul 21.51 WIB

Permasalahan Kedua

Kesenjangan Tak Dibenahi, Arab Spring Bisa Terjadi di


RI

Ternyata di balik gemerlapnya Ibu Kota, masih banyak warga yang


hidup di bawah garis kemiskinan, Jakarta, Senin (16/6/14).
(Liputan6.com/Faizal Fanani)
Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan
disparitas antara si kaya dan si miskin di Indonesia telah masuk ke

kategori lampu kuning. Bila hal ini dibiarkan, Indonesia bisa saja
mengalami pemberontakan seperti di wilayah Arab atau lebih
dikenal dengan fenomena Arab Spring. "Di Timur Tengah bermula
dari ketimpangan. Arab Spring dimulai karena gini ratio 0,45. Kita
sekarang 0,41 dan 0,43 di perkotaan. Sekarang sudah lampu
kuning," kata JK, dalam acara Dies Natalis ke 18 Universitas
Paramadina, di Jakarta, Rabu (13/1/2016). "Mudah-mudahan bisa
jadi lampu hijau, kalau tidak bahaya untuk keutuhan bangsa ke
depan," tambah dia. Jusuf Kalla juga mengutip laporan World Bank
berjudul 'Indonesia's Rising Divide', yang mengungkapkan selama 1
dekade terakhir, 20 persen penduduk terkaya Indonesia menikmati
pertumbuhan ekonomi yang tidak proporsional. Ketimpangan ini,
lanjut JK, bahkan membuat hanya terdapat 1 persen kelompok
orang kaya di Indonesia menguasai 50,3 persen kekayaan, dan 10
persen terkaya di Indonesia mengusasi 77 persen kekayaan. Data
itu merupakan hasil survei pada 2014.
"Ketimpangan
di
Indonesia
merupakan
tantangan
multidimensi. Ini bukan saja merupakan isu struktural ekonomi,
tetapi juga isu budaya dan terutama isu kondisi geografis Indonesia
yang sangat menantang," tuturnya. Oleh sebab itu, diperlukan
langkah komprehensif dan pendekatan yang tidak biasa. Untuk
menghilangkan ketimpangan itu, struktur ekonomi Indonesia perlu
didorong untuk lebih berorientasi pada produk-produk berteknologi
tinggi. Juga diperlukan visi ke depan dan langkah sistemasi agar
Indonesia bisa menapaki tanggap global supply chain, naik kasta
dari penghasil komoditas primer dan barang berteknologi rendah
menjadi penghasil produk berteknologi tinggi serta jasa berkualitas.
Pemerintah juga berusaha untuk memberikan kemudahan
dalam dunia usaha sebagai salah satu upaya menghilangkan
ketimpangan. Salah satunya adalah mempermudah perizinan
memulai usaha melalui penerapan layanan Pusat Terpadu Satu Pintu
(PTSP) di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mendorong
pemanfaatan produk dalam negeri seperti program listrik 35 ribu
MW, dan kebijakan yang pro inovasi, melalui perundang-undangan
terkait dengan e-commerece. "Pekerjaan rumah kita tidak ringan.
Perlu kerja keras dan cerdas untuk menyelesaikannya. Dengan
semangat memajukan bangsa yang menyala, kita akan mampu
mengemban tanggung jawab untuk menyongsong Indonesia yang
lebih baik," tandas JK. (Silvanus Alvin/Gdn)*
Gideon, Arthur. 2016. Ksenjangan Tak Dibenahi Arab Spring bisa di
RI.
http://bisnis.liputan6.com/read/2410678/kesenjangan-tak-

dibenahi-arab-spring-bisa-terjadi-di-ri diakses pada 4 Oktober


2016 Pukul 21.55 WIB

C. Analisis masalah dari sudut pandang Pancasila sila


Kelima
a. Keadilan menurut Sila Kelima
##keadilan sila kelima berdasarkan kasus, untuk keadilan ini dapat
dilihat di poin A Dasar Rujukan, rujukan juga terdapat di ppt
b. Benturan Realita Sosial Ekonomi
##benturan sosial ekonomi yang terjadi di kasus diats
dibandingkan dengan poin a. dan realitas yang harus dibentuk,
rujukan terdapat di ppt
c. Pengembangan Karakter
##pengembangan karakter yang harus dibentuk untuk
menyelesaikan permasalahan yang muncul ini
d. Ekonomi Pancasila
e. Politike dan Economisch Leiderschap

Anda mungkin juga menyukai