A. Mekanisme Kerja
Penghambat ACE menghambat konversi angiotensin I
(Ang I) menjadi angiotensin II (Ang II). Kebanyakan efek
biologik Ang II diperantarai oleh reseptor angiotensin tipe 1
(AT1).Stimulasi
reseptor
AT1menyebabkan
vasokontriksi,
II
di
reseptor
pengurangan
AT1
hipertrofi
maupun
miokard
AT2,
dan
sehingga
penurunan
terjadi
preload
nitric
oxide
(NO)
dan
prostasiklin
(PGI 2),
bilateral,
atau
angioedema
pada
terapi
dengan
pemeliharaan
yang
telah
terbukti
efektif
untuk
Dosis awal
Dosis pemeliharaan
Kaptopril
6,25 mg tid
25-50 mg tid
Enalapril
2,5 mg od
10-20 mg bid
Lisinopril
2,5 mg od
5-20 mg od
Ramipril
1,25 mg od/bid
2,5-5 mg bid
1 mg od
4 mg od
Kuinapril
2,5 mg od
5-10 mg bid
Fosinopril
5-10 mg od
20-40 mg od
Perindopril
2 mg od
4 mg od
Trandolapril
dan angioedema.
bradikinin
dipecah
menjadi
kinin
inaktif,
diduga
mekanismenya
juga
sama,
yakni
akumulasi
Dosis Awal
4 8 mg od
25 50 mg od
20 40 mg od
Dosis Maksimal
32 mg od
50 100 mg od
160
bid
1.3. Diuretik
A. Mekanisme Kerja
a. Farmakodinamik
Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara menghambat
reabsorpsi elektrolit Na+/K+/2CI- di ansa Henle asendens
bagian epitel tebal; tempat kedanya di permukaan sel epitel
bagian lumina) (yang menghadap ke lumen tubuh). Pada
pemberian secara IV obat ini cenderung meningkatkan aliran
darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus.
Perubahan
hemodinamik
menurunnya
reabsorpsi
ginjal
cairan
ini
dan
mengakibatkan
elektrolit
di
tubuh
reabsorpsi
cairan
dan elektrolit
di
tubuh
derivat
asetazolamid,
tetapi
sulfonamid,
seperti
aktivitasnya
juga
terlalu
tiazid
lemah
dan
untuk
sebanding
dengan
peningkatan
ekskresi
Ca++
ini,
di
tubuh
golongan
distal.Berdasarkan
diuretik
kuat
atas
digunakan
efek
untuk
volume
cairan
ekstrasel.Sebaliknya
pada
b. Farmakokinetik
Diuretik kuat mudah diserap melalui saluran cema,
dengan
derajat
yang
agak
berbeda-beda.Bioavailabilitas
glukoronid. Kira-kira
50%
D. Efek Samping
a. Gangguan cairan dan elektrolit
b. Ototoksisitas
c. Hipotensi
d. Efek metabolik
e. Reaksi alergi
f. Nefritis interstisialis alergik
E. Interaksi
Seperti diuretik tiazid, hipopkalemia akibat pemberian
diuretik kuat dapat meningkatkan risiko aritmia pada pasien
yang juga mendapat digitalis atau obat antiaritmia.
Pemberian bersama obat yang bersifat nefrotoksik seperti
aminoglikosida dan antikanker sisplatin akan meningkatkan
risiko nefrotoksisitas.
Probenesid mengurangi sekresi diuretik ke lumen tubulus
sehingga efek diuresisnya berkurang.
Diuretik kuat dapat berinteraksi dengan warfarin dan
klofibrat melalui penggeseran ikatannya dengan protein.Pada
penggunaan kronis, diuretik kuat ini dapat menurunkan
klirens litium.Penggunaan bersama dengan sefalosporin dapat
meningkatkan nefrotoksisitas sefalosporin.Anti-inflamasi non-
(akibat
aldosteron),
bisa
aktivasi
sampai
20x
sistem
kadar
reninangiotensinnormal.
Aldosteron
jantung.
Aldosteron
memacu
remodelling
dan
aldosteron
akan
mengurangi
progresi
remodelling
sehari,
kemudian
dosis
dapat
ditingkatkan
menjadi
gejala-gejala gagal
diabetes
untuk
mengurangi
1.5. Blocker
A. Mekanisme Kerja
mortalitas
dan
akan
mengurangi
pasokan
darah
pada
Binding
menyebabkan
peningkatan
iskemia
kebutuhan
O2
miokard
miokard
relatif
karena
disertai
dengan
perlambatan
terjadinya
meningkatkan
konduksi
aritmia
automatisitas
jantung.
sel-sel
jantung,
yang
akan
Norepinefrin
juga
automatik
jantung
sehingga
terbentuk
fokus-fokus
ektopik
yang
akan
sehingga
terjadi
remodelling
miokard,
yang
juga
menghambat
penglepasan
renin
sehingga
miokard,
apoptosis
&
fibrosis
miokard,
dan
Dosis
Bloker
awal
Bisoprol
1,25 mg
(mg/hari)
2,5; 3,75; 5;
ol
Metoprol
od
7.5; 10
25; 50; 100;
200 mg
suksinat
12,5/25
mg od
200
od
CR
Karvedil
3,125 mg
6,25; 12,5;
25 mg od
ol
dosis
Dosis
Periode
target
titrasi
10 mg od
Minggu bulan
Idem
Idem
ol
dib
25; 50
C. Efek Samping
Pada awal terapi dengan -bloker dapat terjadi :
a. Retensi
cairan
dan
memburuknya
gejala-gejala,
memperbaiki
kualitas
hidup.
Hidralazin
merupakan
dinitrat
merupakan
venodilator
nitric
oxide
sehingga
(NO),
suatu
menurunkan
preload
jantung.
Pada
pasien
gagal
angiotensin
dan
norepinefrin
dengan
menimbulkan
1.7. Digoksin
Beberapa efek digoksin pada pengobatan gagal jantung, yaitu :
a. Inotropik positif
b. Kronotropik negatif
c. Mengurangi aktivasi saraf simpatis
A. Mekanisme Kerja
a. Inotropik positif
Digoksin menghambat pompa Na-K-ATPase pada
membran sel otot jantung sehingga meningkatkan kadar
Na+
intrasel,
dan
ini
menyebabkan
berkurangnya
di
nodus
SA
maupun
AV,
sehingga
dapat
dapat
memperlambat
kecepatan
ventrikel
kardiomiopati
obstruktif
hipertrofik,
hipokalemia.
D. Dosis
Dosis digoksin biasanya 0,125-0,25 mg sehari jika fungsi
ginjal normal (pada lansia 0,06250-125 mg, kadang-kadang
0,25 mg). Digoksin tersedia dalam bentuk tablet 0,25 mg.
E. Efek Samping
ambang
rangsang,
dan
penurunan
konduksi AV.
ii.
Peningkatan automatisitas.
b. Efek samping gastrointestinal : anoreksia, mual, muntah,
nyeri lambung.
c. Efek samping visual: penglihatan berwarna kuning.
d. Lain-lain : delirium, rasa lelah, malaise, bingung, mimpi
buruk
F. Interaksi
a. Kuinidin, verapamil, amiodaron akan menghambat Pglikoprotein, yakni transporter di usus dan di tubulus
ginjal,
sehingga
terjadi
peningkatan
absorpsi
dan
toleransi,
sehingga
memerlukan
substitusi
amrinon)
dan
milrinon
1.9. Antitrombotik
Warfarin
(antikoagulan
oral)
diindikasikan
pada
gagal
1.10.Antiaritmia
Antiaritmia yang digunakan pada gagal jantung hanyalah bloker dan amiodaron.-bloker mengurangi kematian mendadak
pada gagal jantung. Penggunaan -bloker pada gagal jantung
dapat dilihat pada butir 2.5.
Amiodaron digunakan pada gagal jantung hanya jika disertai
dengan fibrilasi atrial dan dikehendaki ritme sinus.Amiodaron
adalah satu-satunya obat antiaritmia yang tidak disertai dengan
efek inotropik negatif.