Kendari,
Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A.
LATAR BELAKANG...............................................................................1
B.
RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
C.
TUJUAN...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A.
DEFINISI..................................................................................................3
B.
SIFAT-SIFAT LEMAK..............................................................................4
C.
D.
BIOSINTESIS.........................................................................................10
E.
MANFAAT LIPID...................................................................................10
KESIMPULAN.......................................................................................12
B.
SARAN...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat
di laboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang
leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif.
Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua
cuplikan , dan kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi
murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara
mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama
yang terlibat ialah : (1) Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan
(kelarutan), (2) Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan
serbuk halus (adsorpsi, penjerapan), dan (3) Kecenderungan molekul untuk
menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian) .
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan
dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau
gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu adalah :
Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi
Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Teknik kormatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk
memisahkan dan mengkuantifikasikan berbagai macam komponen yang
kompleks, baik komponen organik maupun komponen anorganik.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi?
2. Apa saja pembagian dari kromatografi?
3. Bagaimana analisis dari masing-masing kromatografi?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi kromatografi.
2. Untuk mengetahui pembagian dari kromatografi.
3. Untuk mengetahui analisis dengan menggunakan berbagai macam
kromatografi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul
yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase
diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung
bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini,
berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada
kolom.
Dalam kromatografi, melibatkan proses sorpsi sebagai mekanisme
kerjanya. Sorpsi merupakan proses pemindahan solute dari fase gerak ke fase
diam, sementara itu proses sebaliknya (pemindahan solute dari fase diam ke
fase gerak) disebut dengan desorpsi. Kedua proses ini (sorpsi dan desorpsi)
terjadi secara terus menerus selama pemindahan kromatografi karenanya
sistem kromatografi berada dalam kesetimbangan dinamis. Solute akan
terdistribusi diantara dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan
distribusinya (D) untuk menjaga keadaan kesetimbangan ini.
Ada 4 jenis mekanisme sorpsi dasar dan umumya 2 atau lebih mekanisme
ini terlibat dalam satu jenis kromatografi. Keempat jenis tersebut adalah
adsorpsi, partisi, pertukaran ion, dan eksklusi ukuran.
1. Adsorpsi
jenis
adsorben
(fase
diam)
yang
penggunaannya paling luas. Permukaan silica gel terdiri atas gugus Si-OSi dan gugus Silanol (Si-OH). Gugus silanol bersifat sedikit asam dan
polar karenanya gugus ini mampu membentuk ikatan hidrogen dengan
solute-solut yang agak polar sampai sangat polar.
Adsorpsi solute oleh fase diam sangat bergantung pada : (a)
struktur kimia solute atau adanya gugus aktif
2. Partisi
3. Pertukaran Ion
4. Eksklusi
b. Analisis Kuantitatif
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan
beberapa keuntungan, diantaranya ;
Dapat digunakan secara luas
Memiliki kepekaan tinggi
Keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi
Ketelitian tinggi
Tidak rumit dan cepat
Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ;
Pembentukan warna (untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya
kurang kuat ),
Penentuan panjang gelombang maksimum,
Pembuatan kurva kalibrasi,
Pengukuran konsentrasi sampel.
Keterangan :
Violet
: 400 - 420 nm
Indigo
: 420 - 440 nm
Biru
: 440-490 nm
Hijau
: 490-570 nm
Kuning
: 570-585 nm
Oranye
: 585-620 nm
Merah
: 620-780 nm
Gambar 1.4 spektrum UV.
Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan
sampel yang diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-VIS adalah
aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = - log T = - log It / Io = . b . C
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
= Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
M*
tahap 2 : M*
M + heat
frekuensi
(banyaknya
E=h.v
E = energi foton
H = tetapan Planck
Suatu molekul memiliki panjang gelombang sendiri-sendiri.
Panjang gelombang suatu molekul memiliki panjang gelombang
yang tetap untuk terjadinya absorbansi yang maksimum.
2. Gugus Kromofor
Gugus kromofor adalah gugus senyawa radikal yang terdiri
dari
ikatan ganda
terkonjugasi
yang
mengandung
elektron
-CH=N-), nitroso (-NO atau N-OH), nitro (-NO 2 atau =NO-OH), dan
sulfur (C=S). Kromogen adalah senyawa aromatis yang biasanya
mengandung cincin benzena, naftalena, atau antrasena merupakan
bagian dari struktur kromogen-kromofor pada auksokrom. Adanya gugus
terionisasi yang dikenal sebagai auksokrom memberikan peningkatan
absorpsi dan kekuatan ikatan pada suatu senyawa. Beberapa gugus
auksokrom adalah NH3, -COOH, -HSO3, -OH.
Kromofor merupakan senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap yang terkonjugasi. Suatu ikatan rangkap yang terisolasi seperti
dalam etilen mengabsorpsi pada 165 nm, yaitu di luar daerah ukur yang
lazim dari spektroskopi elektron. Dua ikatan rangkap terkonjugasi
memberikan suatu kromofor seperti dalam butadien akan mengabsorpsi
pada 217 nm. Panjang gelombang maksimum absorpsi dan koefisien
ekstingsi molar akan bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan
10
rangkap terkonjugasi lainnya. Juga pada vitamin A-alkohol (retinol) dan karoten merupakan polien dengan 1 kromofor yang terdiri dari 5 atau 11
ikatan rangkap terkonjugasi.
Gugus auksokrom mengandung pasangan elektron bebas yang
disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam
gugus auksokrom ini adalah substituen seperti OH, -NH 2, -NHR dan
NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser
maksimum absorpsi kearah panjang gelombang yang lebih panjang. Gugus
auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800 nm, namun
mempengaruhi spektrum kromofor dimana auksokrom tersebut terikat.
Pada daerah sinar uv-sinar tampak hanya melibatkan transisi
elektron dari ke * dan n ke *, sehingga senyawa yang dapat
menunjukkan sifat absortivitasnya pada daerah ini hanya senyawasenyawa yang memiliki transisi elektron dari ke * dan n ke * saja.
Dimana senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa-senyawa yang
memiliki ikatan rangkap dengan panjang gelombang () >200 nm atau
dengan kata lain senyawa tersebut memiliki gugus kromofor.
Suatu zat atau senyawa yang bukan kromofor dapat direaksikan
dengan zat lain yang menghasilkan suatu kromofor sehingga dapat
dianalisis dengan spektofotometri uv-visibel.
Hanya ada beberapa unsur yang memiliki absortivitas cukup besar
untuk dapat ditentukan secara langsung dengan spektrometri molekuler.
11
TRANSISI ELEKTRON
Pada daerah sinar ultraviolet dan sinar tampak, energi diperoleh dari
transisi elektronik. Energi yang diserap oleh molekul digunakan untuk
menaikan energi elektron dari keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi.
Transisi elektron secara umum terjadi antara orbital ikatan (bonding)
atau lone-pair dengan orbital anti ikatan (anti-bonding) tak terisi. Penyerapan
dari panjang gelombang tersebut kemudian menjadi ukuran dari pemisahan
tingkat energi dari orbital-orbital terkait.
Berikut ini tabel panjang gelombang berbagai warna cahaya
12
Eksitasi dari elektron diikuti oleh perubahan vibrasi dan rotasi nomor
kuantum sedemikian hingga yang terjadi adalah suatu penyerapan menjadi
suatu puncak yang lebar, yang berisi vibrasi dan rotasi.
13
Tabel Transisi elektron molekul dari keadaan dasar ke tingkat energi yang
lebih tinggi.
Dalam kaitan dengan interaksi dari solut dengan molekul bahan pelarut ini
pada umumnya dikaburkan, dan diamati sebagai kurva yang bagus. Dalam
fase uap, dalam bahan pelarut non-polar, dan dengan puncak tertentu misalnya
benzene dengan pita 260 nm, vibrasi struktur halus terkadang teramati.
E. TEORI ORBITAL MOLEKUL
Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih
baik dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum yang lain yang
disebut sebagai teori orbital molekul (OM), yang menggambarkan ikatan
kovalen melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbitalorbital atom dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul
secara keseluruhan.
Menurut teori OM, tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen
mengarah pada pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan
dan satu orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi
yang lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan
orbital atom pembentuknya. Orbital molekul antiikatan memiliki energi yang
lebih besar dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital
atom pembentuknya. Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan penempatan elektron
14
dua
orbital
1s dalam
(a)
15
(b)
Gambar (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan orbital molekul ikatan sigma
(b) interaksi destruktif yang menghasilkan orbital molekul antiikatan sigma.
16
(a)
(b)
17
Gambar (a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital
molekul antiikatan sigma ketika orbital p saling tumpang tindih ujung-ke-ujung.
(b) ketika orbital p saling tumpang tindih menyamping, terbentuk suatu orbital
molekul pi dan suatu orbital molekul antiikatan pi.
Dalam
pembentukan
molekul,
orbital
atom
bertumpang
tindih
(2)
(3)
Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital
atom A dan B dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara
A dan B bila syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital
atom dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang
memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan tanda berlawanan yang akan
dihasilkan. Tingkat energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat
energi orbital molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom
penyusunnya. Semakin besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin
kuat ikatan. Bila tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital
18
molekul yang dihasilkan adalah orbital non ikatan. Elektron menempati orbital
molekul dari energi terendah ke energi yang tertinggi. Orbital molekul terisi dan
berenergi tertinggi disebut HOMO (highest occupied molecular orbital) dan
orbital molekul kosong berenergi terendah disebut LUMO (lowest unoccupied
molecular orbital). Kenichi Fukui (pemenang Nobel 1981) menamakan orbitalorbital ini orbital-orbital terdepan (frontier).
Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital
terdegenerasi (degenerate). Simbol orbital yang tidak terdegenerasi adalah a atau
b, yang terdegenerasi ganda e, dan yang terdegenerasi rangkap tiga t. Simbol g
(gerade) ditambahkan sebagai akhiran pada orbital yang sentrosimetrik dan u
(ungerade) pada orbital yang berubah tanda dengan inversi di titik pusat inversi.
Bilangan sebelum simbol simetri digunakan dalam urutan energi untuk
membedakan orbital yang sama degenarasinya. Selain itu, orbital-orbital itu
dinamakan sigma () atau pi() sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital
sigma mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki
bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang tindih orbital
s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d dan ikatan pi dibentuk oleh tumpang tindih orbital p-p,
p-d, dan dd.
19
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai lipid, dapat disimpulkan bahwa :
1. Lipid atau lemak merupakan senyawa organik yang hanya bisa larut dalam
pelarut non polar, misalnya alkohol, eter, kloroform dan aseton.
2. Sifat-sifat lemak yaitu : mwmiliki warna yang pucat, berbau wangi tetapi
dapat berbau tengik jika bereaksi dengan udara bebas, tidak larut dalam
air, minyak lemak dapat memadat dan dapat mencair pada batas
temperatur tertentu, ini berguna untuk pengenalan komponen, dan titik
didih asam lemak semakin besar sesuai dengan panjang rantai karbon dari
asam lemak penyusunnya.
3.
B. SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22