Anda di halaman 1dari 8

Tujuan: Untuk menentukan etiologi peritonitis, serta sensitivitas bakteri yang diisolasi terhadap

antibiotic. Metode: studi dilakukan di Klinik Bedah, Departemen Anestesiologi dan Reanimasi,
Departemen Mikrobiologi, Departemen Klinik Farmakologi Universitas Klinis Pusat (UCC)
Tuzla. Dalam sebuah studi prospektif, yang dilakukan sejak 06-01-2009 hingga 30-06-2010,
dilakukan analisa terhadap 60 pasien yang menjalani operasi peritonitis akut di Klinik Bedah,
UCC Tuzla. Hasil: Setelah pemeriksaan mikrobiologis dari komponen bidang operasi, swab luka
dan pap drainase, ditemukan kuman yang diisolasi antara lain: Gram bakteri cocci positif:
Koagulase-negatif

Staphylococcus

18.36%,

Staphylococcus

aureus

12,6%,

sedangkan

Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecum ditemukan 3,44%. Pada kelompok Gram-negatif
Bakteri kuman yang terisolasi antara lain: Escherichia coli 15,51%, dan Pseudomonas
aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae 10,34% dari kasus. Sensitivitas Staphylococcus
coagulase-negatif terbesar terhadap vankomisin (100%), dan terendah terhadap penisilin (10%)
dan sensitivitas Staphylococcus aureus adalah terbesar terhadap vankomisin dan amoksisilinklavulanat (100%) dan terendah terhadap penisilin (3,7%). Sensitivitas anaerob fakultatif basil
Gram-negatif adalah tertinggi terhadap carbapenems 95-100%, dan terendah terhadap penisilin
persiapan 0-56%. Kesimpulan: Berdasarkan hasil temuan mikrobiologi 83,33% pasien cocok
dengan terapi antibiotik empiris, dan 16,67% tidak adekuat dan kemudian berubah, menyusul
hasil temuan mikrobiologi. Pelajaran ini menunjukkan pentingnya dan validitas diagnosa
mikrobiologi untuk menentukan etiologi peritonitis dan pilihan antibiotik yang tepat untuk
mengobati infeksi ini, yang dibutuhkan dalam perawatan bedah. Kata kunci: peritonitis, etiologi,
sensitivitas antibiotik.
Peritonitis menandakan peritonitis difus, atau lokal, peradangan peritoneum oleh karena
sebab apapun (1, 2).
Tanda-tanda utama yang menyertai peritonitis adalah sakit perut, demam, takipnea,
takikardia, hipotensi, mual, muntah, dan penurunan gerak peristaltik usus. Gambaran klinis
berubah dengan meningkatnya gejala peradangan. Dengan skor APACHE II (Fisiologi akut
dan Evaluasi Kesehatan kronis, Tiss-28 skor (System Scoring Intervensi Terapi Modern), atau
Mannheim peritonitis indeks, yang termasuk sistem penilaian dengan penilaian prognosis
diterapkan pada pasien peritonitis, dapat menentukan keparahan penyakit (3, 4).

Peritonitis umumnya terjadi sebagai hasil dari perforasi saluran gastrointestinal, dan
sumber infeksi adalah mikroba flora usus. Pada orang dewasa yang sehat terdapat 400-600
spesies mikroorganisme yang berbeda, dan 60 sampai 80% dapat diidentifikasi dengan
menggunakan prosedur dan teknik mikrobiologi yang sudah ada.
Etiologi yang tepat dari infeksi

abdominal tergantung dari situs perforasi.

Lambung, duodenum dan usus kecil relatif sedikit mikroorganisme. Situasi ini dikondisikan
dengan adanya asam lambung, yang merupakan barier utama terhadap bakteri. Berbeda dengan
organ-organ ini, colon dikolonisasi oleh 1011 bakteri gram pada tinja. Jumlah bakteri anaerob
meningkatkan di bagian distal dari system pencernaan. Ileum mengandung jumlah bakteri aerob
dan

anaerob

yang

sama,

sementara

di

bagian

terendah

dari

pencernaan

sistem, proporsi ratio infeksi bakteri aerobic : anaerob adalah 1:10.000. Infeksi usus proksimal
dan sistem empedu sering disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri
dominan yang diisolasi antara lain: Escherichia coli (60%), Klebsiella pneumoniae (26%),
Proteus spp. (22%), Enterococcus spp. (17%), Enterobacter spp., Staphylococcus aureus (7%)
dan Streptococcus spp. (28%). Selain bakteri aerobik ini, pada infeksi ini, bakteri anaerob seperti
Bacteroides fragilis, Clostridium spp., Peptostreptococcus spp. Dan Prevotella spp. dapat
ditemukan dalam jumlah infeksi yang signifikan. Mengenai etiologi apendisitis perforasi dan
diverticulitis beberapa bakteri aerobik memiliki peran penting: Escherichia coli, Enterococci,
Streptococcus viridans, Staphylococcus spp., Klebsiella spp. dan Enterobacter spp. 80% dari
bakteri anaerob yang terisolasi merupakan Bacterioides fragilis.
Penyebab infeksi intraabdominal secara signifikan berbeda antara infeksi yang diperoleh
pada pasien rawat jalan dan di rumah sakit. Escherichia coli dan Bacteroide fragilis merupakan
bakteri yang paling sering diisolasi bakteri di intraabdominal rawat jalan diakuisisi
infeksi

sementara

infeksi

yang

di
didapat

Staphylococcus

spp.

kita

Enterobacter
Proteus
Pada

pasien

Pseudomonas
spp.,

spp.

Enterococcus
dan

yang

terapi

antibiotik

sebelum

berada

di

kelompok

sakit
terisolasi

epidermidis,

aeruginosa,
spp.,

rumah

Morganela
telah

diambil

infeksi

atau

immunocompromised

pasien,
ini
Candida

MPI

sering
isolat

bakteri
spp.

di
yang
(5,

kami
6,

samping
temukan
7,

dan
8).

Abstrak: Evaluasi departemen kegawat daruratan terhadap pasien dengan nyeri


perut akut kadang-kadang sulit. Berbagai faktor dapat mengaburkan presentasi,
menunda atau mencegah diagnosis yang benar, dengan hasil pasien berikutnya
yang merugikan. Dokter harus mempertimbangkan beberapa diagnosis, terutama
yang kondisi yang mengancam jiwa yang memerlukan intervensi tepat waktu untuk
membatasi morbiditas dan mortalitas. Artikel ini akan meninjau informasi umum
tentang nyeri perut dan membahas pendekatan klinis oleh review dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Selain itu, artikel ini akan membahas pendekatan untuk
pasien

dengan

nyeri

perut

yang

tidak

stabil.

Kata kunci: abdomen akut, pengobatan darurat, peritonitis

Nyeri perut adalah alas an paling sering untuk dating ke department gawat darurat, perhitungan
sekitar 8 juta (7%) dari 119 juta kunjungan di ED tahun 2006. Jelasnya, siapapun yang
berpraktek di bidang pengobatan emergency harus terlatih untuk mengasses nyeri perut.
Walaupun presentasi umum, nyeri perut harus dilakukan pendekatan serius, karena sering
merupakan gejala yang serius dan dapat terjadi kesalahan diagnosa. Nyeri perut merupakan
kajian masalah dengan presentasi yang tinggi pada tindakan medikolegal baik pada praktek
umum maupun anak-anak. Dokter praktek modern harus dihadapkan pada fakta bahwa meskipun
kemajuan diagnostic dan terapeutik (computed tomography (CT), ultrasonography, dan
laparoscopy), tingkat kesalahan diagnostic kasus bedah emergency, acute appendicitis, telah
sedikit berubah waktu ke waktu.
Klinisi harus mencoba untuk mendapatkan anamnesa yang selengkap mungkin sebagai landasan
umum untuk diagnosis yang akurat. Anamnesa harus mencakup deskripsi lengkap tentang nyeri
pada pasien dan berhubungan dengan gejala. Riwayat pengobatan, operasi, dan social harus
digali sebagai informasi penting.

Penilaian nyeri pada pasien


Metode PQRST untuk melengkapi anamnesa nyeri adalah sebagai berikut:
P3: posisi, peringan, factor yang memprovokasi
Q: kualitas
R3: region, radiation, referral
S: berat
T3: temporal factor (waktu, onset, progresivitas, episode sebelumnya)

Assessment of the patients pain


The classic PQRST mnemonic for a complete pain history is as follows:
P3 Positional, palliating, and provoking factors
Q Quality
R3 Region, radiation, referral
S Severity
T3 Temporal factors (time and mode of onset, progression, previous episodes)

Metode ini akan membantu untuk memastikan keseluruhan kronologi, tetapi anamnesa tidak
perlu kaku seperti panduan di atas, sehingga penulis memilih untuk bertanya pada pasien dimana
nyeri dirasakan (lokasi), bagaimana nyeri terasa (karakteristik), kapan dan bagaimana terjadi
(onset), sebagaimana sakit nyeri (intensitas), dan dimana lagi pasien merasa nyeri, apa yang
memperburuk atau memperbaiki nyeri, bagaimana perjalanan rasa nyeri dari waktu ke waktu,
dan apakah pasien pernah mengalami sebelumnya.
Lokasi:
Embriologi menentukan dimana pasien akan merasakan nyeri visceral, yang umumnya dirasakan
pada garis tengah karena lokasi implus saraf afferent dari organ visceral. Nociseptor visceral
dapat distimulasi oleh distensi, perenggangan, kontraksi kuat, dan iskemik. Tipe nyeri yang
berasal dari struktur foregut, termasuk lambung, pancreas, hepar, system biliary, dan duodenum
proksimal, akan berlokasi pada region epigastrium. Sisa dari usus halus dan sepertiga proksimal
dari colon termasuk appendix merupakan struktur midgut, dan nyeri visceral yang berhubungan
dengan organ ini dirasan di region periumbilical. Struktur hindgut seperti vesika urinary dan du
pertiga distal colon, serta organ pelvic genitourinary biasanya menyebabkan nyeri pada region

suprapubic. Nyeri biasanya dilaporkan pada bagian belakang pada struktur retroperitoneal seperti
aorta dan ginjal.
Karakteristik
Klinisi harus mencari perbedaan antara nyeri tumpul, gatal, sakit, atau nyeri gigit yang dihasilkan
organ visceral yang diinervasi, dibandingkan dengan karakteristik tajam, lebih pasti dan lokasi
nyeri somatik oleh karena iritasi dari peritoneum parietal atau struktur inervasi somatic lainnya.
Nyeri somatic ditransmisikan melalui saraf spinal dari peritoneum parietal atau struktur
mesoderm dari dinding abdomen. Rangsangan berbahaya pada peritoneum parietal dapat berupa
inflamasi atau bahan kimia di alam (darah, infeksi cairan peritoneum, dan isi lambung).
Onset
Onset nyeri akut, khusunya berat, harus segera mendapat perhatian tentang potensi terjadinya
kegawatan intra abdomen. Pertimbangan utama dapat berupa darurat vascular seperti rupture
Abdominal Aortic Aneurysm (AAA) atau diseksi aorta. Pertimbangan lain untuk nyeri akut
adalah ulkus perforasi, volvulus, iskemik mesentrika, dan torsio; namun kondisi ini dapat juga
terjadi tanpa onset akut. Sebagai contoh, hanya 47% pasien lanjut usia dengan ulkus perforasi
dilaporkan onset nyeri akut. Kejadian vascular yang serius seperti iskemik mesentrika muncul
dengan rasa nyeri yang bertahap. Sebaliknya, onset yang bertahap dalam proses infeksi dan
inflamasi. Nyeri hingga membangunkan pasien dari tidur harus dipertimbangan secara serius
hingga dibuktikan penyebabnya. Onset menetapkan durasi nyeri dan memungkinkan dokter
untuk menginterpretasikan temuan ini dalam kaitannya dengan progresivitas dari berbagai
penyebab nyeri perut.
Intensiitas
Nyeri berat harus semakin diperhatikan terhadap penyebab nyeri; namun, deskripsi nyeri sedang
tidak dapat diabaikan sebagai penyebab serius, terutama pada pasien lansia yang mungkin tidak
dapat melaporkan gejalanya.
Pola penyebaran nyeri
Jalur saraf menunjukkan pola penyebaran nyeri. Kehrs sign adalah contoh klasik dimana terjadi
iritasi diafragma, biasanya dari darah bebas intraperitoneal, menyebabkan nyeri bahu. Proses

inflamasi lain atau organ yang bersebelahan dengan diafragma jug adapt menyebarkan nyeri
bahun. Contoh lain adalah nyeri scapula ipsilateral karena penyakit billiary. Penyebaran juga
dapat merefleksikan progresifitas dari penyakit seperti diseksi aortic lanjutan, atau batu ureter
yang sedang terjadi. Sementara mempertimbangkan nyeri, penting juga untuk mengingat struktur
musklusskeletal bagian dalam (khususnya bagian belakang) diinervasi oleh serabut sensori
visceral dengan kualitas mirip dengan yang dihasilkan organ intra abdominal. Serabut ini
berkumpul pada sumsum tulang, sehingga menimbulkan scleratomes: region penyebaran di
abdomen dan flank. Dengan demikian, pada kasus dimana pasien menunjukkan lokasi gejala
tersebut dapat dipastikan dengan pemeriksaan fisik, penilaian yang hati-hati pada struktur
muskulusskeletal harus dilakukan.
Durasi dan progresivitas
Nyeri yang memburuk menetap mengkhawatirkan, sementara perbaikan nyeri biasanya
menguntungkan. Penyebab serius dari nyeri abdomen secara umum muncul di awal; namun,
keterlambatan nyeri dapat dirasakan, khususnya pada pasien lanjut usia. Pola perkembangan
tertentu dapan didiagnisa seperti nyeri pindah pada apendisitis dimana distensi appendix
menyebabkan nyeri visceral periumbilical yang berpindah ke kuadran kanan bawah setelah
proses inflamasi dideteksi oleh sensor somatic pada peritoneum parietal. Walaupun nyeri kolik,
nyeri kandung empedu umumnya tidak paroxysmal, dan hampur tidak pernah berlangsung
kurang dari 1 jam, dengan rata-rata durasi 5-16 jam, dan berkisar hingga 24 jam. Obstruksi usus
halus biasanya berlangsung intermiten (kolik) hingga nyeri konsan dimana terjadi distensi. Nyeri
somatic (yang timbul dari iskemik transmural atau perforasi dekat dengan peritoneum parietal) di
akhir perjalanan obstruksi usus.
Factor pemberat dan peringan
Dokter perlu menanyakan apa, jika ada, yang membuat nyeri semakin buruk dan meningkatkan
nyeri. Hal ini penting untuk menentukan gerakan seperti batuk atau berjalan memperburuk rasa
nyeri, menunjukkan iritasi peritoneal. Pasien dengan peritonitis mengeluhkan peningkatan nyeri
dengan goncangan dan gundukkan di jalan. Ututan anamnesa yang direkomendasikan
bagaimana anda datang keari? Ceritakan tentang perjalanan ambulance/mobil. Dengan nyeri
abdomen atas perlu ditanyakan nyeri pleuritic yang signifikan pada penyakit dada. Ulkus

peptikum dapat diperburuk (gaster) atau mereda (duodenal) dengan makan. Iskemik mesentrik
dapat memberat dengan makan, dapt nyeri intermiten pada kandung empedu, berhubungan
dengan makanan berlemak, pasien harus ditanyakan tentang pengobatan, seperti analgetik dan
antasida, dan respon terhadap obat tersebut.
Episode sebelumnya
Episode berulang umumnya menunjukkan penyebab medic, dengan pengecualian iskemik
mesentrika (angina intestinal), kandung empedum atau obstruksi usus parsial.

Anda mungkin juga menyukai