Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN LIMFADENOPATI

OLEH :
KELOMPOK 1
1. Fitria Tuahuns
2. Livin Sari Hasyim
3. Siti R Lussy
4. Sitna Kaisupy
5. Gesti Lilipory
6. Thelma Wenno

STIKES MALUKU HUSADA AMBON


TAHUN 2016

I.

KONSEP DASAR PENYAKIT LIMFADENOPATI


A. PENGERTIAN
Dalam tubuh manusia terdapat hampir 600 KGB tetapi hanya KGB di
submandibular, aksila dan inguinal yang sering teraba pada manusia yang
sehat. Istilah limfadenopati sering didefinisikan sebagai kelainan dari KGB
dalam bentuk ukuran, jumlah maupun konsistensinya yang disebabkan
adanya penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu
sendiri, adanya infiltrasi sel-sel peradangan (neutrofil) atau adanya infiltrasi
sel-sel ganas. Secara umum, ukuran KGB yang lebih dari 1 cm dikatakan
sebagai KGB abnormal sedangkan pada anak-anak ukuran yang lebih dari 2
cm baru dikatakan sebagai KGB yang abnormal. Limfadenitis merupakan
peradangan akut atau kronis pada KGB. Limfadenitis yang akut merupakan
reaksi akut terhadap bakteri atau toksin yang dibawa melalui pembuluh limfa
ke KGB regional. (Faraghta, Alifia. 2013)
Klasifikasi limfadenopati sangat bervariasi. Saat ini klasifikasi yang
sering digunakan untuk memudahkan dalam membedakan penyebab dan
penanganan yang tepat untuk limfadenopati adalah limfadenopati lokalisata
dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan
sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan
limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih
daerah yang berjauhan dan simetris. Sedangkan berdasarkan waktu terjadinya,
dikatakan limfadenopati akut jika pembesaran KGB terjadi kurang dari 2
minggu, sedangkan limfadenopati subakut jika pembesaran KGB berlangsung
2-6 minggu dan limfadenopati kronis jika pembesaran KGB berlangsung
lebih dari 6 minggu. . (Faraghta, Alifia. 2013)
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK
Sistem limfatik mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan
tubuh. Limfonodus/Kelenjar Getah Bening (KGB) menyaring cairan limfe
yang beredar di sistem limfe dalam seluruh tubuh. Limfonodus berkerja sama
dengan limpa, timus, tonsil, adenoid, agregat jaringan limfoid di lapisan
dalam saluran pencernaan yang disebut bercak peyer atau gut associated
lymphoid tissue (GALT) terorganisir sebagai pusat sel sel imun untuk
menyaring antigen dari cairan ekstraseluler.2

Gambar 1. Anatomi sistem limfatik


Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstitium ke
plasma melalui sistem limfe, tempat cairan tersebut disaring melalu kelenjar
limfe untuk pertahanan imun. Sistem limfe ini terdiri dari jaringan pembuluh
satu arah yang luas dan merupakan rute tambahan untuk mengembalikan
cairan interstitium ke dalam darah. Pembuluh-pembuluh limfe yang kecil dan
buntu (Kapiler limfe) berada hampir semua jaringan tubuh.Tekanan cairan
dibagian luar dari pembuluh mendorong tepi-tepi tersebut masuk, membuka
katup dan memungkinkan cairan interstitium tersebut masuk.

Fungsi dari sistem limfe ini adalah :


1. Pertahanan terhadap penyakit

Limfe disaring oleh KGB yang terletak di sepanjang perjalanan sistem


limfe. Sebagai contoh bakteri yang diserap dari cairan interstitium
dihancurkan oleh sel-sel fagosit khusus yang terletak dalam kelenjar
limfe.
2. Mengembalikan kelebihan cairan filtrasi
3. Transportasi lemak yang diserap
Produk akhir pencernaan lemak terlalu besar untuk memperoleh akses
ke kapiler darah tetapi mudah masuk ke pembuluh limfe terminal
4. Mengembalikan protein plasma yang difitrasi oleh kapiler
Tubuh mempunyai sekitar 600 KGB, tetapi hanya KGB yang terletak di
region submandibula, aksila atau inguinal yang dapat normal dipalpasi pada
orang sehat. Fungsi dari KGB sebagai tempat pertukaran limfosit dengan
limfe (menyingkiran, menyimpan, memproduksi dan menambahkan).
Limfosit dalam KGB menghasilkan antibody dan mensensitisasi sel T yang
kemudian dikeluarkan ke limfe.Makrofag dalam KGB membersihkan
mikroba dan debris lain berupa partikel dari limfe.

Gambar 2. Diagram Kelenjar getah bening


Bagian-bagian KGB terdiri dari subkapsular, korteks (folikel primer,
foliker sekunder dan zona interfolikuler) folikel di korteks ada tempat sel B
proliferasi, interfolikuler adalah tempat diferensiasi dan prolferasi antigendependent T-cell . Bagian terdalam dari KGB adalah bagian medulla yang
terdiri dari sel plasma dan small B lymphocytes yang memfasilitasi sekresi
immunoglobulin keluar dari kelenjar limfe.
Ukuran KGB tergantung dari umur seseorang, lokasi dari KGB dalam
tubuh dan kejadian imunologis sebelumnya. Pada neonates KBG hampir tidak

terlihat, sistem limfatik anak akan mencapai puncak pertumbuhannya pada


saat anak berusia 12 tahun.
C. ETIOLOGI
1. Infeksi virus dan infeksi bakteri
Ada berbagai infeksi yang menyebabkan limfadenopati generalisata,
lokalisata dan limfadenitis. Infeksi limfadenopati generalisata sering
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan protozoa (tabel 1). Infeksi
yang menyebabkan limfadenopati lokalisata maupun limfadenitis
dapat berasal bukan dari penyakit menular seksual, dapat juga berasal
dari penyakit menular seksual (limfadenopti inguinal primer) serta
sindrom limfokutaneus (tabel 2).
Tabel 1. Berbagai Infeksi Penyebab Limfadenopati Generalisata2
A. Viral
Epstein-Barr Virus (infectious mononucleosis)
Cytomegalovirus (infectious mononucleosis-like syndrome)
HIV (acute retroviral syndrome)
Hepatitis B virus
Hepatitis C virus
Varicella
Adenoviruses
Rubeola (measles)
Rubella
B. Bacterial
Endocarditis
Brucella (brucellosis)
Leptospira interrorgans (leptospirosis)
Streptobacillus moniliformis (bacillary rat-bite fever)
Mycobacterium tuberculosis (tuberculosis)
Treponema pallidum (secondary syphilis)
C. Fungal
Coccidioidesimmitis (coccidioidomycosis)
Histoplasma capsulatum (histoplasmosis)
D. Protozoa
Toxoplasma Gondii (toxoplasmosis)
Tabel 2. Berbagai Infeksi Penyebab Limfadenopati Lokalisata dan
Limfadenitis2

A. Nonvenereal Origin
Staphylococcus aureus
Group A streptococci
Group B streptococci (in infants)
Bartonella henselae (cat-scratch disease)
Yersinia pestis (plague)
Francisella tularensis (glandular tularemia)
Mycobacterium tuberculosis
Atypical mycobacteria
Sporothrix schenckii (sporotrichosis)
Epstein-Barr virus
Toxoplasmosis gondii
B. Sexually Transmitted Infections (Primarily Inguinal Lymphadenopathy)
Neisseria gonorrhoeae (gonorrhea)
Treponema pallidum (syphilis)
Herpes simplex virus
Haemophilus ducreyi (chancroid)
Chlamydia trachomatis serovars L1-3 (lymphogranuloma venereum)
C. Lymphocutaneous Syndromes
Bacillus anthracis (anthrax)
F. tularensis (ulceroglandular tularemia)
B. henselae (cat-scratch disease)
Pasteurella multocida (dog or cat bite)
Spirillum minus (spirillary rat-bite fever)
Y. pestis (plague)
Nocardia (nocardiosis)
Cutaneous diphtheria (Corynebacterium diphtheria)
Cutaneous coccidioidomycosis (Coccidioides immitis)
Cutaneous histoplasmosis (Histoplasmosis capsulatum)
Cutaneous sporotrichosis (S. schenckii)
2. Keganasan
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan
limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif
suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu
diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum
halus masih merupakan kontroversi.
3. Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan

limfadenopati

generalisata.

Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti


fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,
atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,
penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).

4. Imunisasi
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di
daerah leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.

5. Penyakit sistemik lainnya


Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati
adalah penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi,
penyakit Kolagen, penyakit Cat scratch, penyakit Castleman,
Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus
(SLE).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.
2. Sering keringat malam.
3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
4. Timbul benjolan di bagian tubuh tertentu
E. KARAKTERISTIK DARI LIMFADENOPATI
1. Onset dan Durasi
Berdasarkan durasinya, limfadenopati akut jika pembesaran KGB
terjadi kurang dari 2 minggu, sedangkan limfadenopati subakut jika
pembesaran KGB berlangsung 2-6 minggu dan limfadenopati kronis
jika pembesaran KGB berlangsung lebih dari 6 minggu.
2. Ukuran
Mendefinisikan ukuran normal tidaknya suatu KGB tidaklah mudah,
namun terdapat aturan praktis sebagai berikut: KGB normal daerah
aksila dan daerah servikal mencapai ukuran 1 cm, di daerah inguinal
mencapai ukuran 1,5 cm, dan di lokasi epitrochlear mencapai hingga
0,5 cm. Seperti disebutkan, batas ukuran KGB berbeda berdasarkan
umur dan umumnya kurang bermakna pada anak-anak dibandingkan
pada remaja dan orang dewasa, mungkin karena dipengaruhi paparan
antigen disamping pengaruh pembentukan antibodi serta imunitas.
Namun, dalam suatu studi terhadap 213 orang dewasa dengan
unexplained lymphadenopathy, pasien dengan ukuran KGB lebih kecil
dari 1 cm2 (1x1 cm) tidak ada yang mengalami keganasan, sedangkan
keganasan didapatkan pada 8 % dari mereka yang memiliki ukuran

KGB lebih dari 1- 2.25 cm2 (1x1 cm - 1,5x1,5cm) , dan 38 % dari


mereka dengan ukuran KGB lebih dari 2.25 cm2 (1,5x1,5 cm).
3. Nyeri
Rasa nyeri timbul ketika terjadi pembesaran KGB yang cepat
meningkat dalam ukuran maupun konsistensinya. Nyeri biasanya hasil
dari proses peradangan atau supurasi, tapi nyeri juga mungkin hasil
dari pendarahan ke dalam pusat nekrotik nodus yang ganas. Pada
pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan
dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri
pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan
dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari
sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif
menandakan

terjadinya

abses.

Bila

limfadenopati

disebabkan

keganasan, tanda-tanda peradangan tidak ada, kelenjar akan keras dan


tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di
bawahnya.
4. Konsistensi
Konsistensi atau kualitas KGB yang keras seperti batu mengarahkan
kepada keganasan, padat seperti karet ke arah limfoma, lunak
mengarah ke proses infeksi, dan fluktuasi menunjukkan telah
terjadinya abses atau pernanahan. Adanya kelenjar yang lunak, mudah
ditekan dan bergerak bebas lebih mengarah ke jinak. Istilah " shotty "
mengacu pada kelenjar kecil seperti gotri di bawah kulit, seperti yang
ditemukan dalam kelenjar di servikal anak-anak dengan penyakit virus.
5. Fiksasi
Sekelompok KGB yang merasa terhubung dan tampaknya bergerak
sebagai satu unit dikatakan membentuk suatu anyaman (terfiksir).
Kelenjar tersebut dapat berupa jinak (misalnya, tuberkulosis,
sarkoidosis atau lymphogranuloma venereum) atau ganas (misalnya,
karsinoma metastasis atau limfoma).

6. Lokasi

Penentuan

lokasi

pembesaran

KGB

sangat

berguna

dalam

mengklasifikasikan sebagai limfadenopati generalisata, di mana dua


atau lebih kelompok kelenjar atau situs yang terlibat, atau
limfadenopati lokal pada satu lokasi saja. Limfadenopati lokal lebih
umum

ditemukan

dalam

praktek

sehari-hari

dibandingkan

limfadenopati generalisata, dengan KGB di daerah leher terlibat paling


sering, diikuti oleh kelenjar inguinalis. Limfadenopati lokal dapat
terjadi dari infeksi kelenjar itu sendiri (lymphadenitis) atau dari infeksi
di daerah drainasenya. Jika limfadenopati generalisata, maka dalam
pemeriksaan fisik harus fokus pada mencari tanda-tanda penyakit
sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi membran
mukosa, hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Splenomegali dan
limfadenopati terjadi secara bersamaan di berbagai kondisi, termasuk
infeksi mononucleosis, leukemia limfositik, limfoma dan sarkoidosis.
Tabel 5. Kelompok Kelenjar Getah Bening Berdasarkan Lokasi, Aliran
Kelenjar dan Kemungkinan Diagnosis Bandingnya.
Location
Submandibular

Lymphatic drainage
Causes
Tongue,
submaxillary Infection

of

head,

gland, lips and mouth, neck,sinuses, ears, eyes,


Sub mental

conjunctivae
scalp, pharynx
Lowr lip, floor of mouth, Mononucleosis
tip of tongue, skin of cheek

syndromes,
virus,

cytomeglovirus,

toxoplasmosiss
pinna, Pharyngitis
organisms,

Jugular

Tongue,

Posterior cervical

parotid
rubella
Scalp and neck, skin of arm Tuberculosis, lymphoma,
and

tonsil,

Epstein-Barr

pectorals,

thorax, head and neck malignancy

Suboccipital
Postauricular

cervical and axillary nodes


Scalp and head
Local infection
External auditory meatus, Local infection

Preauricular

pinna, scalp
Eyelids and conjunctivae, Extrernal auditory canal
temporal region, pinna

Right

supraclavicular Mediastinum,

node
Left

esophagus
supraclavicular Thorax,
abdomen

node

lungs, Lung, retroperitoneal or


gastrointestinal cancer
via Lymphoma, thoracic or

thoracic duct

Axillary

Arm, thoracic wall, breast

retroperitoneal

cancer,

bacterial

fungal

or

infection
Infection,

cat-scratch

disease, lymphoma, breast


cancer, silicone implants,
brucellosis, melanoma
Ulnar aspect of forearm Infections,
lymphoma,

Epitrochlear

and hand
Inguinal

Penis,

sarcoidosis,

tularemia,

secondary syphilis
scrotum,vulva, Infections of the leg or

vagina, perineum, glutea foot, STDs (e.g., herpes


region, lower abdominal simplex virus, gonococcal
wall, lower anal canal

infection,

syphilis,

chancroid,

granuloma

inguinale,
lymphogranuloma
venereum),
pelvic

lymphoma,
malignancy,

bubonic plague
a. Limfadenopati pada Kepala dan Leher
Dalam sebuah studi KGB di servikal biasanya teraba hampir
60 % pada pemeriksaan fisik, meskipun kejadiannya menurun
dengan

bertambahnya

usia.

Penyebab

paling

umum

dari

limfadenopati servikal adalah infeksi, yang pada anak-anak


biasanya infeksi virus akut dan self-limeted. Sementara kebanyakan
kasus limfadenopati servikal bisa membaik dengan cepat, dan
beberapa penyakit seperti mikobakterium atipikal, toksoplasmosis,
cat-scratch disease, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan sindrom

Kawasaki dapat membuat limfadenopati servikal bertahan sampai


berbulan-bulan, dan mungkin sulit dibedakan dengan neoplasma.
Limfadenopati supraklavikula memiliki risiko tertinggi
kearah keganasan, diperkirakan sebagai 90 % pada pasien yang
lebih tua dari 40 tahun dan 25 % pada mereka yang lebih muda dari
usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula kanan dikaitkan
dengan keganasan di mediastinum, paru-paru atau esofagus.
Limfadenopati supraklavikula kiri menerima aliran limfatik dari
dada dan perut, dan mungkin menandakan patologi di testis,
ovarium, ginjal, pankreas, prostat, perut atau kantong empedu.5,8

Gambar 3. KGB pada kepala dan leher dan area yang di drainase
b. Limfadenopati pada Aksila
Limfadenopati persisten jarang ditemukan di KGB daerah
aksilaris daripada di daerah inguinal. Adenokarsinoma mammae
sering metastase awalnya ke KGB aksilaris anterior dan medial,
yang mungkin teraba sebelum penemuan tumor primer. Limfoma
Hodgkin dan non-Hodgkin jarang memanifestasikan semata-mata
atau awalnya di KGB aksilaris, meskipun hal ini dapat menjadi
daerah pertama kali ditemukan oleh pasien. Limfadenopati
antecubital atau epitrochlear dapat menunjukkan adanya limfoma,
atau melanoma dari ekstremitas, yang pertama bermetastasis ke
daerah KGB ipsilateral.

Gambar 4. KGB pada aksilaris dan epitrochlear dan struktur drainase


c. Limfadenopati di Inguinal
Limfadenopati inguinal sering terjadi, pada orang dewasa
yang sehat biasanya terdapat pembesaran KGB sampai dengan
diameter 1-2 cm, terutama mereka yang sering tanpa alas kaki.
Abnormalitas genetic,
factorjinak dan infeksi adalah etiologi yang
Limfadenopati
reaktif yang
lingkungan, infeksi virus

paling seing, dan limfadenopati inguinal jarang merupakan


keganasan. Limfoma hodgkin jarang ditemukan pada daerah
Nyeri

Gangguan

inguinal,Pembesaran
tidak seperti limfomatermoregulasi
non hodgkin. KarsinomaHipertermi
sel
kelenjar getah

Resiko

Resiko dan
terjadinya
skuama pada
penis dan vulva, limfoma,
melanoma juga terjadinya
dapat
bening
infeksi
terjadi dengan limfadenopati di daerah ini. Karsinoma testis infeksi
dapat

menyebabkan limfadenopati inguinal apabila melibatkan jaringan


Mendesak jaringan
sekitar

Mendesak pembuluh
Mendesak
sel yang
kulit
diatasnya. Hal ini juga dijumpai pada 58 persen
pasien
darah
saraf

didiagnosis dengan karsinoma penis atau uretra. Dalam kedua


kasus
itu tidak ditemukan
Sistem
saraf
Sistem gejala yang khas.
Sistem
pencernaan
muskuluskletal

Sistem
pernapasan
Pa O2 menurun
PCO2
meningkat
Sesak napas
Peningkatan
produksi sekret
Penurunan
imunitas
Jalan nafas
tidak efektif

Paralisis
faringeal

Efek
hiperventilasi

Kesulitan
menelan

Produksi asam
lambung
meningkat

Penurunan
nafsu
makan
Gambar
5.

KGB

Peristaltik
pada
inguinal
menurun

Respons
psikososial
Sesak napas

dan

F. PATHWAY

Penurunan
suplai oksigen
kejaringan
Peningkatan
metabolisme
struktur drainase
anaerob

Tindakan
invasif
Koping tidak
efektif

Ansietas
Mual, nyeri
lambung
konstipasi

Peningkatan
produksi asam
laktat

Pola napas
tidak efektif

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

Kelemahan fisik
umum,odem

Intoleransi

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah dapat diperlukan pada anak dengan limfadenopati.
Adanya leukostosis dengan dominasi netrofil mungkin menunjukkan adanya
infeksi bakteri akut. Leukositosis yang didominasi limfositik dapat dikaitkan
dengan infeksi virus Ebstein-Barr. Leukositosis dengan adanya blast pada
hapusan darah tepi diindikasi terjadinya leukemia. Leukopenia dengan
depresi hemoglobin dan trombosit juga mungkin indikasi adanya keganasan
yang melibatkan sumsum tulang. Limfopenia diindikasikan adanya infeksi
HIV atau adanya gangguan immunodefisiensi bawaan. Laju endap darah
(LED) dan kadar C-reaktif protein dapat digunakan sebagai petanda adanya
peradangan dan infeksi dan juga mungkin membantu dalam mengevaluasi
pengobatan yang dilakukan. Kadar enzim hati yang tinggi dapat menunjukkan
keterlibatan hati yang disebabkan infeksi sistemik atau proses infiltratif.
Aspirasi dan kultur KGB membantu dalam mengisolasi organisme
penyebab infeksi dan keputusan antibiotik yang sesuai sebagai penyebab
limfadenopati. Aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration / FNAB)

mungkin menghasilkan diagnosis sitologi pasti atau awal dan kadang-kadang


tidak memerlukan lagi untuk biopsi KGB. Penelitian yang dilakukan oleh
Dasgupta tahun 1994, dilakukan FNAB sitologi pada 188 kasus limfadenopati
servikalis dengan kecurigaan ke arah tuberkulosis. Akurasi diagnostik pada
penelitian ini didapatkan 84.4% untuk tuberkulosis, 84,2% untuk nekrosis
kaseosa

dan 73,6% untuk sel-sel epithelioid. Karsinoma metastatik juga

menghasilkan akurasi diagnostik yang tinggi dari 98% sehingga menunjukkan


pentingnya dilakukan sitologi FNAB.18 Di Italia, Pilotti et al pada tahun 1993,
dilakukan penelitian untuk membandingkan kemampuan sitologi FNAB pada
KGB suprficial yang didiagnosis kearah keganasan dengan eksisi biopsi. Pada
penelitian ini diperoleh akurasi diagnostik FNAB sebesar 99,1%. Ini
menunjukkan bahwa FNAB sitologi dapat dianggap langkah pertama dalam
mendiagnostik pembesaran KGB superficial.
Sebuah studi di Brazil, nilai diagnostik sitologi FNAB pada
limfadenopati supraklavikular yang teraba menunjukkan hal yang positif,
dimana sensitivitasnya mencapai 92.7%, spesifitas 98.5%, nilai prediktif
positif 97.3% dan nilai prediktif negatif adalah 94,8%. Studi retrospektif ini
dilakukan pada 627 kasus limfadenopati yang di FNAB, diagnosis
berdasarkan sitologikal didapatkan 14.7% kasus meragukan ke arah
keganasan, 46% positif kearah keganasan, dan 39,3% negatif kearah
keganasan. Antara kasus positif, 79.4% diklasifikasikan sebagai metastasis,
14,2% sebagai limfoma, dan 6,4% tidak bisa ditentukan.
Pemeriksaan FNAB sederhana, cepat dan tidak memerlukan anestesi
umum. Prosedur FNAB dapat dilakukan di poliklinik rawat jalan.
Kebanyakan pasien yang memiliki diagnosis jinak pada FNAB tidak
memerlukan lebih lanjut evaluasi. Keterbatasan FNAB adalah sering terjadi
kurangnya sampel jaringan yang tepat untuk pemeriksaan khusus termasuk
sitogenetik, Flow cytometry, mikroskop elektron dan pengecatan khusus.
Selain itu, potensi risiko adanya keganasan harus selalu dipertimbangkan
sebagai hasil dari prosedur FNAB.
Biopsi eksterna (bila suspek tuberkulosa atau infeksi nontuberkulosa
mycobacterium) atau insisi dan drainase dapat diindikasikan pada anak
dengan limfadenotis unilateral sedang atau berat. Beberapa hal yang

diindikasikan untuk dilakukan biopsi adalah awal pemeriksaan fisik dan


riwayat klinis menunjukkan keganasan, KGB dengan ukuran lebih besar
daripada 2,5 cm, pembesaran KGB menetap atau membesar, pemberian
antibiotik yang sesuai gagal untuk mengecilkan node dalam waktu 2 minggu.
(tabel 8)
Penelitian McNeely didapatkan dari 14 limfoma folikular yang secara
histologis sudah konfirmasi melalui FNAB, 4 kasus telah disalahtafsirkan
sebagai hiperplasia limfoid reaktif. Sedangkan pada studi Pilotti et al, terjadi
10 kasus misdiagnosis dari 16 folikular limfoma setelah dilakukan biopsi.
Oleh karena itu, sangat penting bagi dokter untuk menyadari bahwa hasil
FNAB yang negatif tidak selalu menyingkirkan adanya limfoma pada pasien
dengan pembesaran KGB yang tidak jelas (unxeplained lymphadenopathy ).
Tabel 8. Pertimbangan Dilakukan Biopsi Pada Limfadenopati
A. Size
- Greater than 2 cm
- Increasing over 2 weeks
- No decrease in size of node after 4 weeks
B. Location
- Supraclavicular lymph node
C. Consistency
- Hard
- Matted
- Rubbery
D. Asscociated Features
- Abnormal chest radiograph suggestive of lymphoma
- Fever
- Weight loss
- Hepatosplenomegaly
Biopsi KGB akan lebih maksimal hasilnya apabila diperhatikan hal-hal
berikut :
1. Biopsi KGB servikal bagian atas dan inguinalis harus dihindari
sedangkan biopsi KGB daerah servikal bawah dan aksilaris lebih
mungkin memberikan informasi yang dapat dipercaya.
2. Biopsi dilakukan pada KGB yang paling besar, tidak pada KGB yang
paling mudah didapat.
3. KGB harus diambil utuh dengan kapsulnya, tidak sedikit demi sedikit.

4. KGB harus dikirim ke ahli patologi dalam media kultur jaringan yang
cukup untuk mencegah jaringan menjadi kering. Jaringan jangan
dikenakan cahaya yang berlebihan dan jangan juga dibungkus dalam
kain kasa kering. Sampel yang segar dan beku harus disisihkan untuk
studi tambahan.
Tuberkulosis skin test (TST) dapat diindikasikan untuk menyingkirkan
infeksi M. Tuberkulosis. TST dapat menunjukkan indikasi reaktif pada anak
dengan mikobakterium nontuberculosis tapi tidak sensitif.
Foto toraks merupakan suatu pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam
evaluasi limfadenopati kronis lokal atau generalisata dan dapat melihat
adanya pelebaran mediastinum karena limfadenopati dari limfoma dan
sarcoid. Dua pertiga dari pasien yang memiliki Hodgkin limfoma mungkin
menunjukkan pelebaran mediastinum pada foto dada. Pada penelitian
Swingler, et al didapatkan dari 46 anak (rata-rata usia 21.5 bulan) dengan
limfadenopati mediastinum yang dicurigai kearah TB paru melalui
pemeriksaan CT scan dengan kontras, pada pemeriksaan foto thorax hanya
mampu mendiagnosis adanya limfadenopati mediastinum sebesar 47,1%.
Secara keseluruhan sensitivitas dari foto thorak mencapai 67% dan
spesifitasnya 59%. Deteksi dari mediastinum Limfadenopati melalui thorak
foto untuk mendiagnosa TB paru pada anak-anak harus ditafsirkan dengan
hati-hati. Akurasi diagnostik mungkin ditingkatkan dengan menyempurnakan
kriteria radiologis limfadenopati dan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan
klinis lainnya.
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk
mendiagnosis limfadenopati servikal. Penggunaan USG untuk mengetahui
ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal
dan ada tidaknya klasifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi
jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih
memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98 % dan spesivisitas 95%.
CT scan dapat mendeteksi limfadenopati servikalis dengan diameter 5
mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati
supraklavikula pada penderita inonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak

ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan


USG atau CT scan.

H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan limfadenopati

KGB

leher

didasarkan

kepada

penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh


dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat
menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan
terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada
keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif
yang

biasa

disebabkan

oleh

Staphyilococcus.

aureus

dan

Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik dalam 10-14


hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis
dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan
evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani
pasien ini.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah:
a. Memonitor keadaan umum pasien, memonitor suhu tubuh
pasien
b. Menjaga kebersihan saat akan memegang pasien, agar tidak
menjadi infeksi
c. Dorong pemasukan cairan,diit tinggi protein
d. Mengevaluasi nyeri secara regular
e. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada
kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan
f. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran

II. KONSEP

DASAR

ASUHAN

KEPERAWATAN

PADA

PASIEN

DENGAN PENYAKIT LIMFADENOPATI


A. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian Fisik
Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat
mengarahkan kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau
gangguan system kekebalan tubuh.
Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan.
KGB harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada
tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas
digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi
apakah keras atau kenyal.
1. Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm
dikatakan abnormal.
2. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses
perdarahan.
3. Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan,
padat

seperti

karet

mengarahkan

kepada

limfoma;

lunak

mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah


terjadinya abses/pernanahan.
4. Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan
bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis,
sarkoidosis atau keganasan.
Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada
infeksi rubella dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian
belakang memiliki risiko keganasan lebih besar daripada pembesaran
KGB bagian anterior. Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya
juga sering disebabkan oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan,
penyakit

kolagen umumnya

dikaitkan

degnan pembesaran

KGB

generalisata.
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak
dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya
nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan
dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya
mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya
abses. Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan

tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat
dengan jaringan di bawahnya.
Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak,
KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah
dan terbentuk jembatan-jembatan kulit di atasnya.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil,
bintikbintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri
streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit
yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan
lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri.
Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi
Epstein Barr Virus (EBV).
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan
kepada campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah
yang tidak hilang dengan penekanan), memar yang tidak jelas
penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada
leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam,
kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok, strawberry tongue,
perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan
dan kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada
penyakit Kawasaki.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat ( mual, muntah)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Ansietas berhubungan dengan infeksi
4. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi
sekunder terhadap inflamasi
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
6. Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis
7. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan

peningkatan produksi sekret


8. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dan keletihan
otot pernapasan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
1.

Diagnosa
Keperawatan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Tujuan dan Kriteria


Intervensi (NIC)
Hasil (NOC)
NOC
Nutrition
1. Nutritional Status : Management
Food and Fluid
1. Kaji
adanya
Intake
alergi makanan
2. Nutritional Status :
2. Kolaborasi
Nutrient Intake
dengan ahli gizi
3. Weight Control
untuk
menentukan
Kriteria Hasil :
jumlah
kalori
1. Adanya peningkatan
dan nutrisi yang
berat badan sesuai
dibutuhkan
dengan tujuan
pasien
2. Berat badan ideal
3. Anjurkan pasien
sesuai dengan tinggi
untuk
badan
meningkatkan
3. Mampu
intake Fe
mengidentifikasi
4. Anjurkan pasien
kebutuhan nutrisi
untuk
4. Tidak ada tandameningkatkan
tanda malnutrisi
protein
dan
5. Menunjukkan
vitamin C
peningkatan fungsi
5. Berikan
pengecapan
dari
substansi gula
menelan
6. Yakinkan diet
6. Tidak
terjadi
yang dimakan
penurunan
berat
mengandung
badan yang berarti
tinggi
serat
untuk mencegah
konstipasi
7. Ajarkan pasien
bagimana
membuat
catatan
makanan harian
8. Monitor jumlah
nutrisi
dan
kandungan
kalori

9. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
10. Kaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
Nutrition
Management
1. Monitor
BB
pasien
dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor
tipe
dan
jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor
interaksi anak
atau orang tua
selama makan
5. Monitor
lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama
jam
makan
7. Monitor
kulit
kering
dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit

2.

Risiko infeksi

NOC
1. Immune Status
2. Knowledge
:
Infection Control
3. Risk Control
Kriteria Hasil :
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
2. Mendeskripsikan
proses
penularan
penyakit,
faktor

9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan
mudah
patah
10. Monitor mual,
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori
dan
intake
nutrisi
15. Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papilla
lidah
dan cavitas oral
Infection Control
1. Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai
pasien lain
2. Pertahankan
teknik isolasi
3. Batasi
pengunjung bila
perlu
4. Instruksikan
pada pengunjung
untuk mencuci

yang
mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaannya
3. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya infeksi
4. Jumlah
leukosit
dalam batas normal
5. Menunjukkan
perilaku hidup sehat

tangan
saat
berkunjung dan
setelah
berkunjung
5. Gunakan sabun
antimikroba
untuk mencuci
tangan
6. Cuci
tangan
setiap sebelum
dan
sesudah
tindakan
keperawatan
7. Gunakan baju,
sarung
tangan
sebagai
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
10. Berikan
terapi
antibiotik
bila
perlu Infection
Protection
11. Monitor
tanda
dan
gejala
infeksi sistemik
dan lokal
12. Monitor hitung
granulosit, WBC
13. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
14. Pertahankan
teknik
asepsis
pada
pasien

3.

Ansietas

NOC
1. Anxiety
Selfcontrol
2. Anxiety Level
3. Coping
Kriteria Hasil :
1. Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas.
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan,
dan menunjukkan
teknik
untuk
mengontrol cemas.
3. Vital sign dalam
batas normal.
4. Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.

berisiko
15. Instruksikan
pasien
untuk
minum antibiotik
sesuai resep
16. Ajarkan pasien
dan
keluarga
tanda dan gejala
infeksi
17. Ajarkan
cara
menghindari
infeksi
Anxiety
Reduction
(penurunan
kecemasan)
1. Gunakan
pendekatan yang
menenangkan.
2. Pahami
perspektif pasien
terhadap situasi
stres.
3. Temani
pasien
untuk
memberikan
keamanan
dan
mengurangi
takut.
4. Identifikasi
tingkat
kecemasan.
5. Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi.
6. Instruksikan
psien
menggunakan
teknik relaksasi.
7. Berikan
obat

4.

Hipertermi

NOC
Thermoregulation
Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam
rentang normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
3. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing

untuk
mengurangi
kecemasan.
Fever Treatment
1. Monitor suhu
sesering
mungkin
2. Monitor IWL
3. Monitor warna
dan suhu kulit
4. Monitor tekanan
darah, nadi dan
RR
5. Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
6. Monitor WBC,
Hb, dan Hct
7. Monitor intake
dan output
8. Berikan
anti
piretik
9. Berikan
pengobatan
untuk mengatasi
penyebab
demam
10. Kolaborasi
pemberian
cairan intravena
11. Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
12. Tingkatkan
sirkulasi udara
13. Berikan
pengobatan
untuk mencegah
menggigil
Temperature

regulation
1. Monitor suhu
minimal tiap 2
jam
2. Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinu
3. Monitor
TD,
nadi dan RR
4. Monitor warna
dan suhu kulit
5. Monitor tandatanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan
intake
cairan
dan nutrisi
7. Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan
kemungkinan
efek
negative
dari kedinginan
8. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan
dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
9. Berikan
anti
piretik
jika
perlu
Vital sign Monitoring
1. Monitor
TD,
suhu, dan RR
2. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan darah

5.

Intoleransi aktivitas

NOC
1. Energy Conservation
2. Activity Tolerance
3. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR

3. Monitor
TD,
nadi,
RR,
sebelum,
selama,
dan
setelah aktivitas
4. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
5. Monitor suara
paru
6. Monitor
pola
pernapasan
abnormal
7. Monitor suhu,
warna
dan
kelembaban
kulit
8. Monitor
sianosis perifer
9. Monitor adanya
cushing
triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
10. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
Activity Therapy:
1. Kolaborasikan
dengan
Tenaga
Rehabilitas Medik
dalam
merencanakan
program
terapi
yang tepat
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas
yang

2. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
(ADLs)
secara
mandiri
3. Tanda-tanda
vital
normal
4. Energy psikomotor
5. Level kelemahan
6. Mampu berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat
7. Status
kardiopulmunari
adekuat
8. Sirkulasi status baik
9. Status
respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat

6.

Nyeri akut

NOC
1. Pain Level
2. Pain Control
3. Comfort Level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
2. Melaporkan bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri

mampu dilakukan
3. Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber
yang
diperlukan untuk
aktivitas
yang
diinginkan
4. Bantu
untuk
mendapat
alat
bantu
aktivitas
seperti kursi roda,
krek
5. Bantu
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
6. Bantu
pasien
untuk
mengembankan
motivasi diri dan
penguatan
7. Monitor
respon
fisik, emosi, sosial
dan spiritual
Pain Management
1. Lakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakterisitik,
durasi, frekuensi,
kualitas dari faktor
presipitasi
2. Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
3. Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
4. Evaluasi bersama
pasien dan tim

3. Mampu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas, frekuensi,
dan tanda nyeri)
4. Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

kesehatan
lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
5. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
6. Kurangi
faktor
presipitasi nyeri
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi,
dan interpersonal)
8. Kaji
tipe
dan
sumber
nyeri
untuk menentukan
intervensi
9. Ajarkan
tentang
teknik
nonfarmakologi
10. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
11. Tingkatkan
istirahat
12. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan
nyeri
tidak berhasil
13. Monitor
penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri
Analagesic

Administration
1. Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas,
dan
derajat
nyeri
sebelum pemberian
obat.
2. Cek
instruksi
dokter
tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi.
3. Pilih
analgesik
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari
analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
4. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
5. Tentukan analgesik
pilihan,
rute
pemberian,
dan
dosis optimal.
6. Pilih
rute
pemberian secara
IV,
IM
untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
7. Monitor vital sign
sebelum
dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali.
8. Berikan analgesik
tepat
waktu
terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda
dan gejala.

7.

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

NOC
Airway suction
1. Respiratory Status :
1. Pastikan
Ventilation
kebutuhan oral/
2. Respiratory Status :
tracheal
Airway Patency
suctioning
2. Auskultasi suara
Kriteria Hasil :
nafas sebelum dan
1. Mendemonstrasikan
sesudah
batuk efektif dan
suctioning
suara napas yang
3. Informasikan pada
bersih, tidak ada
klien dan keluarga
sianosis dan dyspneu
tentang suctioning
(mampu
4. Minta klien nafas
mengeluarkan
dalam
sebelum
sputum,
mampu
suction dilakukan
bernapas
dengan
5. Berikan
O2
mudah, tidak ada
dengan
pursed lips)
menggunakan
2. Menunjukkan jalan
nasal
untuk
napas yang paten
memfasilitasi
(klien tidak merasa
suction
tercekik,
irama
nasotrakeal
napas,
frekuensi
6. Gunakan
alat
pernapasan
dalam
yang steril setiap
rentang
normal,
melakukan
tidak ada suara napas
tindakan
abnormal)
7. Anjurkan pasien
3. Mampu
untuk istirahat dan
mengidentifikasi dan
napas
dalam
mencegah
faktor
setelah
kateter
yang
dapat
dikeluarkan dari
menghambat jalan
nasotrakeal
nafas
8. Monitor
status
oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga
bagaimana
cara
melakukan
suction
10. Hentikan suction
dan
berikan
oksigen
apabila
pasien

menunjukkan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2, dll.

8.

Ketidakefektifan
pola napas

Airway Management
1. Buka jalan napas,
gunakan
teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan napas buatan
4. Lakukan
fisioterapi
dada
jika perlu
5. Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
6. Auskultasi suara
napas,
catat
adanya
suara
tambahan
7. Berikan
bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
9. Monitor respirasi
dan status O2
NOC
NIC
1. Respiratory Status : Airway Management
Ventilation
1. Buka
jalan
2. Respiratory Status :
napas, gunakan
Airway Patency
teknik chin lift

3. Vital Sign Status


Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara napas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
bernapas
dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan
napas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik,
irama
napas,
frekuensi
pernapasan
dalam
rentang
normal,
tidak ada suara napas
abnormal)
3. Tanda-tanda
vital
dalam
rentang
normal
(tekanan
darah,
nadi,
pernapasan)

atau jaw thrust


bila perlu
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan
napas
buatan
4. Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
5. Keluarkan
secret dengan
batuk
atau
suction
6. Auskultasi suara
napas,
catat
adanya
suara
tambahan
7. Berikan
bronkodilator
bila perlu
8. Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalka
n keseimbangan
9. Monitor
respirasi
dan
status
O2
Oxygen
Therapy
10. Bersihkan
mulut, hidung
dan
secret
trakea
11. Pertahankan
jalan
napas
yang paten
12. Atur peralatan

oksigenasi
13. Monitor aliran
oksigen
14. Observasi
adanya tandatanda
hipoventilasi
15. Monitor adanya
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
Vital Sign Monitoring
1. Monitor
TD,
nadi, suhu, dan
RR
2. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan darah
3. Auskultasi TD
pada
kedua
lengan
dan
bandingkan
4. Monitor
TD,
nadi,
RR,
sebelum,
selama,
dan
setelah aktivitas
5. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
6. Monitor suara
paru
7. Monitor
pola
pernapasan
abnormal
8. Monitor suhu,
warna
dan
kelembaban
kulit
9. Monitor

sianosis perifer
10. Monitor adanya
cushing
triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
11. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

III. REFERENSI
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 20122014. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1
& 2. Yogyakarta : MediAction
Faraghta, Alifia. 2013. Limfadenopati. Available (online) :
https://www.scribd.com/doc/238513523/limfadenopati
Diakses tanggal 4 November 2015 pukul 18.55 WITA
Arifiyanti, David. 2008. Askep Limfadenopaty. Available (Online) :
https://www.scribd.com/doc/91496001/Askep-Limfadenopaty
Diakses tanggal 4 November 2015 pukul 19.05 WITA
Andreyani, Luthfi. 2013. LP Limfadenopati Colli Fix. Available (Online) :
https://www.scribd.com/doc/181155176/LP-Limfadenopati-Colli-Fix
Diakses tanggal 4 November 2015 pukul 19.13 WITA
Suradhipa, Wayan. TP Limfadenopati Pada Anak. Available (online) :
https://www.academia.edu/5481630/TP_limfadenopati_pada_anak
Diakses tanggal 4 November 2015 pukul 19.25 WITA

Anda mungkin juga menyukai