BAB 1 Revisi 12 Okt
BAB 1 Revisi 12 Okt
Tanggal
Paraf
2,360 kg dengan pertumbuhan sebesar 3,51% dari tahun sebelumnya. Dan Provinsi DKI
Jakarta menduduki urutan ke 7 sebagai sentra produksi daging sapi dengan share sebesar
3,21% dan rata rata memproduksi daging sapi antara tahun 2011-2015 sebesar 15.097.000
ton. Dan dengan jumlah produksi tertinggi yaitu pada tahun 2015 sebesar 20.636.000 ton
daging sapi.
Menurut jurnal penelitian dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
menyebutkan bahwa rata-rata setidaknya limbah darah yang dihasilkan oleh satu ekor sapi
sebanyak 28 liter/ekor. Jika diakumulasikan dengan jumlah sapi yang dipotong di DKI
Jakarta pada tahun 2015 makan setidaknya akan ada 33.800.760 liter darah yang harus diolah
agar tidak menyebabkan masalah lingkungan yang akan sangat membahayakan bagi
kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Dilansir dari web resmi Pemprov DKI Jakarta yaitu www.jakarta.go.id tercatat hanya
tinggal satu rumah potong hewan yang beroperasi resmi di DKI Jakarta yang merupakan
Badan Usaha Milik Daerah Provinsi DKI Jakarta yaitu di PD. Dharma Jaya yang berlokasi di
Jalan Penggilingan Raya No. 25, RT. 07 / 08, Penggilingan, Cakung. Menurut Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahja Purnama penertiban RPH di Jakarta disebabkan karena ketidak
mampuan dari RPH tersebut dalam memberikan kontribusi positif dalam mengontrol stok
daging sapi maupun daging segar lainnya, serta menganalisis perilaku konsumen untuk
kepentingan pengendalian harga. Selain itu, PD Dharma Jaya dinilai belum mampu
mengelola limbah RPH yang dapat membahayakan kesehatan warga dan lingkungan yang
ada di sekitarnya.
Fakta tersebut menunjukan bahwa sangat sedikit rumah pemotongan hewan yang
dikelola sesuai dengan standar dari Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
13/Permentan/Ot.140/1/2010 Tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia Dan
Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant) di Jakarta. Terlebih dengan adanya UU No 32
Tahun 2009, AMDAL mendapat porsi yang cukup banyak dibandingkan instrumen
lingkungan lainnya, dari 127 pasal yang ada, 23 pasal diantaranya mengatur tentang
AMDAL. Serta didalam undang-undang tersebut pun telah dimuat pasal pasal yang mengatur
tentang sanksi terhadap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa memiliki izin
lingkungan atau melanggar izin tentang lingkungan.
Untuk itu Pemprov DKI Jakarta melalui Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian,
Darjamuni akan menertibkan keberadaan rumah penampungan dan pemotongan hewan
mulai Januari 2015 diseluruh wilayah DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan adanya protes dari
warga yang mengeluhkan keberadaan rumah pemotongan hewan yang tidak menyediakan
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang menimbulkan bau dan pencemaran terhadap
air dan tanah disekitar RPH tersebut.
Semua ini tidak terlepas dari tidak ketidakadaan instalasi pengolahan air limbah yang
memadai di rumah pemotongan hewan yang ada. Hal ini terutama dipicu karena kurang
tersedianya lahan untuk membuat sebuah instalasi pengolahan air limbah yang baik serta
minimnya kesadaran dari pengelola dalam menangani masalah lingkungan yang diakibatkan
oleh limbah.
Karena kebutuhan akan daging sapi yang jelas cara pemotongannya sesuai dengan
kriteria dari SNI 3932 tahun 2008 dan berstandar halal dari Majelis Ulama Indonesia, serta
tempat pemotongan yang higienis dan berstandar sesuai Peraturan Mentri Pertanian dan
pengolahan limbah yang sesuai dengan kriteria amdal dari Kementrian Lingkungan Hidup
mutlak dibutuhkan oleh masyarakat. Maka perlu dilakukan perencanaan instalasi pengolahan
limbah untuk rumah potong hewan yang efisien dari segi tempat, metode, dan
pengoperasiannya.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka timbulah beberapa permasalahan
yang dapat dibahas. Adapun permasalahan yang menjadi pokok permasalahan yang akan
ditinjau adalah:
1. Berapa banyak sapi yang dapat dipotong oleh satu rumah pemotongan hewan?
2. Bagaimanakah sistem cara pengolahan limbah rumah potong hewan tersebut?
3. Bagaimanakah penyaluran air limbah dari tiap unit bangunan instalasi pengolahan air
limbah di rumah potong hewan tersebut?
4. Apakah dimensi tempat penampungan air limbah sudah memadai?
5. Apakah kualitas air limbah yang dihasilkan sudah sesuai dengan baku mutu air limbah
kegiatan RPH?
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam rangka membatasi ruang lingkup penelitian maka pada skripsi Perencanaan
pengolahan limbah rumah potong hewan akan memfokuskan pada pembahasan :
1. Penelitian ini mengenai perencanaan infrastruktur pengolahan limbah rumah potong
hewan.
2. Perencanaan yang dilakukan hanya dalam lingkup pengolahan air limbah pada rumah
pemotongan hewan PD. Dharma Husada Cakung Jakarta Timur.
3. Data-data yang digunakan yang berkaitan dengan hasil dari uji laboratorium
menggunakan data dari penelitian yang sudah ada.