Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI INFRASTRUKTUR PASCA BENCANA

GEMPA BUMI YOGYAKARTA 27 MEI 2006


(SURVEY LAPANGAN)
(Studi Kasus: di Dusun Gatak, Sokoharjo, Prambanan, Kab. Sleman)

Muhammad Fahmi A
14511059

Chanif Fachriza
14511060

Mahasiswa
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Prodi Teknik Sipil
Universitas Islam Indonesia

Mahasiswa
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Prodi Teknik Sipil
Universitas Islam Indonesia

Ahmad Fauzi
14511138

Choirunisa Saumi D
14511188

Mahasiswa
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Prodi Teknik Sipil
Universitas Islam Indonesia

Mahasiswa
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Prodi Teknik Sipil
Universitas Islam Indonesia

Nida Faridha
14511389
Mahasiswa
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Prodi Teknik Sipil
Universitas Islam Indonesia

I.

PENDAHULUAN
Yogyakarta dikenal sebagai daerah yang kaya akan obyek wisata, nilai sejarah, dan

tempat pendidikan yang memadai. Kekayaan obyek wisata mulai bangunan situs peninggalan
Kerajaan Mataram Hindu (Komplek candi-candi di Prambanan dan sekitarnya), Mataram
Islam (Komplek Kotagede dan Pleret) hingga Ngayogyakarta Hadiningrat (Kraton
Yogyakarta) dengan kultur Jawa yang masih mengakar kuat dalam kehidupan bermasyarakat.
Wisata keindahan alam yang tersaji mulaidari eksotisme Gunungapi Merapi hingga Pantai
Selatan. Kekayaan lainnya yang istimewa lainnya yaitu tempat bersejarah dalam perjuangan
kemerdekaan dan pionir pendidikan nasional. Namun demikian, di balik kekayaan potensi
yang membangun tersebut, Yogyakarta mempunyai resiko akan potensi bencana alam yang
bersifat merusak. Berdasarkan hasil pemetaan wilayah rawan bencana gempabumi, daerah
penelitian termasuk daerah kegempaan dengan Intensitas Skala Modified Mercalli Intensity
(MMI) V-VI) (Kertapati (2001) dalam Departemen ESDM (2007)). Bencana alam gempa

bumi Yogyakarta yang terjadi pada tahun 2006 terbukti dahsyat dan masih berdampak hingga
kini.
Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 di Bantul, Yogyakarta
telah menyebabkan banyak kerugian harta benda dan korban jiwa serta menyebabkan
kerusakan struktur. Walaupun struktur yang rusak didominasi oleh rumah tinggal,
namun terdapat pula struktur gedung bertingkat yang mengalami kerusakan yang sangat
fatal. Dengan kejadian ini kota Yogyakarta seolah-olah menjadi laboratorium alam dengan
skala 1:1, sehingga menarik dan penting untuk diamati. Selain itu gempa ini juga merupakan
gempa yang cukup istimewa karena melanda salah satu kota yang relatif besar di Indonesia.
Pengamatan yang dilakukan diharapkan dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga
untuk

mencegah

kerugian

dan

kerusakan

bangunan seandainya gempa yang sama

melanda Yogyakarta atau kota lain di Indonesia. Dari pengamatan

yang

dilakukan,

kerusakan yang terjadi seharusnya dapat dihindari seandainya perencana dan pelaksana
memperhatikan prinsip-prinsip dan syarat-syarat perencanaan bangunan tahan gempa. Dalam
tulisan ini diulas tipe-tipe kerusakan yang terjadi pada bangunan di Yogyakarta, meliputi
kerusakan pada engineered buildings maupun non-engineered buildings serta meliputi
structural

damage

dan

non- structural damage. Ulasan ditujukan pada kemungkinan

sebab-sebab kegagalan yang terjadi pada bangunan tersebut. Dengan kejadian ini diharapkan
pengalaman ini dapat dijadikan pelajaran berharga agar kerusakan serupa tidak terjadi
seandainya gempa dengan intensitas yang sama atau lebih besar melanda suatu tempat di
Indonesia.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Gempa Yogyakarta 2006
Gempa Bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah peristiwa gempa Bumi tektonik kuat yang
mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih
pukul 05:55:03WIB selama 57 detik. Gempa Bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala
Richter. United States Geological Survey melaporkan bahwa gempa terjadi sebesar 6,2 pada
skala Richter
Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007 LS dan 110,286 BT pada kedalaman 17,1 km.
Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26 LS dan 110,31
BT pada kedalaman 33 km.itu di release sesaat setelah terjadi gempa. Setelah data dari

berbagai Stasiun yang dipunyai jejaring BMG dan dilakukan perhitungan, update terakhir
BMG menentukan pusat gempa berada di 8.03 LS dan 110,32 BT(update ke tiga) pada
kedalaman 11,3 Km dan kekuatan 5.9 SR Mb (Magnitude Body) atau setara 6.3 SR Mw
(Magnitude Moment).USGS memberikan koordinat 7,977 LS dan 110,318 BT pada
kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang
digunakan berbeda-beda.
Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115
km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara
Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami.
Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas.
Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun,
Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya. Gempa susulan terjadi beberapa
kali seperti pada pukul 06:10 WIB, 08:15 WIB dan 11:22 WIB.

2.2 Dampak Gempa (Umum)


Gempa bumi itu menewaskan lebih dari 5.700 orang, melukai puluhan ribu orang dan
membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Karena terjadi pada dini hari, gempa
bumi itu membuat banyak orang terperangkap di dalam rumah. Berdasarkan informasi
terbaru yang diterima, gempa bumi itu telah mengakibatkan lebih dari 5.700 korban jiwa.
Penderita luka-luka diperkirakan berkisar antara 37.000 dan 50,000 orang dan ratusan ribu
orang lainnya kehilangan tempat tinggal
Tabel 1 Korban jiwa dan jumlah luka-luka

Gambar 1 Peta distribusi kerugian akibat gempa bumi secara geografis


Gempa Bumi tersebut mengakibatkan banyak rumah dan gedung perkantoran yang
roboh, rusaknya instalasi listrik dan komunikasi. Bahkan 7 hari sesudah gempa, banyak
lokasi di Bantul yang belum teraliri listrik. Gempa Bumi juga mengakibatkan Bandara Adi
Sutjipto ditutup sehubungan dengan gangguan komunikasi, kerusakan bangunan dan
keretakan pada landas pacu, sehingga untuk sementara transportasi udara dialihkan ke
Bandara Achmad Yani Semarang dan Bandara Adisumarmo Solo.
Candi Prambanan mengalami kerusakan yang cukup parah dan ditutup sementara
untuk diteliti lagi tingkat kerusakannya. Kerusakan yang dialami candi prambanan
kebanyakan adalah runtuhnya bagian-bagian gunungan candi dan rusaknya beberapa batuan
yang menyusun candi.

Gambar 2 Kerusakan di daerah Bantul

Gambar 3 Kerusakan pada Candi Prambanan


2.3 Dampak Gempa di Dusun gatak, Sokoharjo, Prambanan, Kab. Sleman
1. Struktural
Dari segi struktural, presentase rumah tinggal yang roboh dan tidak dapat di
tinggali kurang lebih sekitar 90% karena cukup banyak rumah tinggal yang pada saat itu
tidak memiliki struktur konstruksi yang bagus. Kerusakan paling parah pada bangunan
non teknis (non-engineered buildings) umumnya terjadi pada bangunan tembokan (tanpa
perkuatan struktur beton bertulang ataupun struktur baja) dengan kualitas bahan dan
pelaksanaan yang rendah. Spesi yang digunakan umumnya spesi kapur tras tanpa
semen , bahkan beberapa rumah tinggal masih menggunakan tiang kayu sebagai pengganti
kolom bangunan, sehingga sangat rentan terhadap goncangan gempa..
Bangunan yang rawan rusak akibat getaran gempa bumi lebih disebabkan oleh
dinamika masyarakat yang seiring kemajuan zaman dan perubahan gaya hidup. Biaya,
kekuatan dan keindahan menjadi tiga unsur penentu, sehingga bahan dasar bangunan rumah
bergeser ke semen, batu dan besi yang membuat bangunan cepat bangun, tetapi kaku atau
tidak lentur (Prihantoro, 2009). Masyarakat lebih memilih mengganti rumah tradisional
dengan tembok yang tidak diikuti dengan konstruksi yang memadai dan memenuhi syarat
syarat bangunan tahan gempa.

Gambar 4 Rumah pasangan batu bata dengan spesi kapur yang roboh

Gambar 5 Tulangan kolom yang tidak diteruskan sampai ke pondasi

Gambar 6 Ikatan atap yang lepas


2. Sektor Ekonomi
Gempa bumi berdampak parah terhadap sektor-sektor produktif dalam
perekonomian. Kerusakan dan kerugian pada sektor produktif kira-kira sebanyak 30% dari
jumlah seluruh kerugian karena bencana ini. Banyak perusahaan, kebanyakan usaha kecil dan
menengah, toko, pedagang, dan mata pencahariannya hancur. Mengingat kerusakan yang luas
terhadap perumahan, kerugian berupa aset pribadi yang tidak diasuransikan kemungkinan
besar menjadi tantangan terbesar kedua untuk membangun kembali daerah-daerah yang
terkena dampak bencana. Struktur irigasi, sistem pertanian, dan sektor perikanan juga
terpengaruh, karena sebagian besar mata pencaharian di wilayah tersebut sebagai petani
buruh.
3. Sektor Sosial
Sosial Banyak yang trauma karena kehilangan rumah tinggal, sanak keluarga, serta
sumber mata pencaharian.akibatnya dilakukan trauma healing pada korban yang terdampak
reuma psikologis. trauma pasca bencana lebih banyak dialami oleh anak dibandingkan

dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan kegiatan anak yang terbatas pada belajar dan
bermain. Dalam situasi bencana, kegiatan tersebut menjadi tidak memungkinkan untuk
dilakukan sehingga anak banyak mengalami kebosanan dan trauma akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan tersebut.
Tak hanya itu, terdapat pula Korban jiwa sebanyak 6 orang meninggal dunia dan
sebagian besar mengalami luka-luka. adanya korban jiwa dan terluka lebih diakibatkan oleh
faktor tertimpa reruntuhan bangunan yang tidak mampu menahan gempa bumi.

2.3 Respon dan Pemulihan


Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian segera setelah gempa adalah reaksi cepat
dari pemerintah dan komunitas. Reaksi untuk membantu korban terutama yang mengalami
luka berat dan ringan harus segera dilakukan. Segera setelah gempa terjadi kebutuhan logistik
di daerah bencana sangat diperlukan. Tenda-tenda darurat dibutuhkan dalam jumlah yang
cukup. Sering terjadi bahwa beberapa daerah tidak langsung mendapat bantuan terutama
makanan. Bantuan makanan harus kontinyu dengan jenis makanan yang bervariasi. Setelah
itu adalah infrastruktur sanitasi yang harus segera disediakan.

Pada tahap recovery di daerah dengan kerusakan berat memerlukan kerja keras dari
warga untuk mempercepat perbaikan bangunan yang rusak, membongkar tembok yang
miring, membuang reruntuhan dan puing-puing bangunan sebelum proses pembangunan
dapat dilakukan kembali. Proses pembuangan puing-puing bangunan dapat dibantu oleh
tenaga sukarela dari daerah lainatau oleh angkatan bersenjata.masih kuatnya tradisi gotong
royong yang dilakukan untuk membuang reruntuhan bangunan dan memilih serta
mengumpulkan bagian bahan bangunan yang masih dapat digunakan kembali. Pembangunan
kembali rumah hendaknya memperhatikan syarat-syarat rumah tahan gempa sehingga
dibutuhkan pedoman sederhana dan massal untuk mensosialisasikan hal tersebut.
Pada kasus gempa di Dusun gatak sokoharjo prambanan....................tolong
ditambahin, aku sulit untuk merangkai kata pada bagian ini..........................
2.4 Kekurangan
2.5 Rekomendasi

III.

PENUTUP
Gempa yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan ratusan ribu

rumah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah penduduk yang rusak kebanyakan
merupakan rumah lama, yang dibuat dari tembok pasangan bata tanpa perkuatan kolom
praktis dan balok keliling serta menggunakan spesi kapur.
Untuk rumah dengan perkuatan kolom praktis dan balok keliling tetapi dengan
pendetailan serta pengangkuran yang kurang baik juga mengalami kerusakan. Pada bangunan
teknis, kerusakan yang terjadi pada kolom bawah menyebabkan keruntuhan bangunan. Pada
gedung yang memiliki ruang yang luas di lantai atas dengan kuda-kuda baja juga banyak
mengalami kerusakan pada tingkat paling atas walaupun tidak menyebabkan keruntuhan.

Anda mungkin juga menyukai