Analisis Gender
Analisis Gender
Analisis Gender
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam banyak budaya tradisional, perempuan ditempatkan pada posisi yang
dilirik setelah kelompok laki-laki. Fungsi dan peran yang diemban perempuan dalam
mayarakat tersebut secara tidak sadar biasanya dikonstruksikan oleh budaya setempat
sebagai warga negara kelas dua. Pada posisi inilah terjadi bias gender dalam
masyarakat. Meski disadari bahwa ada perbedaan-perbedaan kodrati makhluk
perempuan dan laki-laki secara jenis kelamin dan konstruksi tubuh, namun dalam
konteks budaya peran yang diembannya haruslah memiliki kesetaraan.
Hingga saat ini masih ditengarai terjadi ketidaksejajaran peran antara laki-laki
dan perempuan, yang sebenarnya lebih didasarkan pada kelaziman budaya setempat.
Terkait dalam kehidupan keseharian, konstruksi budaya memiliki kontribusi yang kuat
dalam memposisikan peran laki-laki-perempuan. Banyaknya ketidaksetaraan ini pada
akhirnya memunculkan gerakan feminis yang menggugat dominasi laki-laki atas
perempuan. Bukan hanya itu, dalam banyak situasi hal ini mendorong digunakannya
analisis gender dalam banyak persoalan yang menyangkut ketidakadilan sosial,
terutama yang menimpa kaum perempuan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum analisis gender adalah untuk menyusun kebijakan program dan
kegiatan pembangunan dengan memperhitungkan situasi dan kondisikan
kebutuhan-kebutuhan gender.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
2. Hubungan struktural.
3. Kultural.
4. Historis.
Sehingga memungkinkan menangkap dan memahami realitas yang dihadapi.
Dalam arti sempit analisis sosial dimaksudkan sebagai usaha untuk menganalisis suatu
keadaan atau masalah sosial secara objektif, sehingga harus dipahami bahwa analisis
sosial bukanlah alat bantu siap pakai untuk membereskan masalah -masalah sosial.
Dalam arti luas, hasil analisis masalah sosial atau masyarakat dipakai dalam
hubungan dengan usaha mengubah keadaan atau memecahkan masalah yang dianalisis.
Jadi, analisis sosial mencoba mengaitkan analisis ilmiah dengan kepekaan etis,
artinya analisis dipergunakan sebagai alat untuk memperjuangkan tujuan tertentu.
Metode analisis sosial ini dapat dipergunakan untuk menganalisis satuan-satuan
sosial (misalnya desa, ormas), masalah-masalah sosial (misalnya kesehatan reproduksi,
narkoba, budaya, pendidikan) lembaga-lembaga sosial (misal sekolah, proyek
pembangunan), dll.
B.
C.
Sikap dan tindakan manusia adalah fungsi dari respon terhadap skema. Karena
itu dikenal istilah responden untuk menunjuk sumber data.
2.
3.
Manusia hidup didunia yang memiliki makna (meaning) baginya, karena itu
pemahaman makna perilaku manusia dalam konteks interaksi sosialnya
menjadi penting.
2.
Setiap individu atau komunal atau komunitas atau ikatan budaya adalah
spesifik atau unik, dan menjadi sumber informasi dalam memaknakan
dunianya. Sumber data disebut informan.
Perbedaan tipikal asumsi metode kuantitatif dan kualitatif dalam analisis sosial :
Dasar Falsafah
Ontologi (persepsi terhadap
Kualitatif
Realitas beragam, dan
Kuantitatif
Realitas tunggal, dan
realitas)
koeksistensi subyektivitas
eksistensi obyektivitas.
yang dianalisis
cara
bias cara
Personal, informal,
kontekstual
Metodologi (pendekatan)
Induktif, multivariat,
kontekstual
konteks
Level analisis :
1. Nominal : tak berjarak (agama, gender, etnis, ras, dsb).
2. Ordinal : berjenjang dengan jarak yang belum jelas (kurang-cukup-baik).
3. Interval : berjenjang dengan jarak yang jelas (nilai 0-10).
4. Rasio : perbandingan (2:1).
Pendekatan analisis sosial menggunakan pendekatan triangulasi, triangulasi
merupakan strategi pengumpulan data secara jamak.
Ada 4 tipe triangulasi :
1. Triangulasi data
2. Triangulasi investigator
3. Triangulasi teori
4. Triangulasi metodologis
Instrument analisis sosial :
1. Ice Berg System
a. Analisis berjenjang menurut derajat substansi : fenomena- pola- struktur.
b. Fenomena : refleksi data yang analog dengan permukaan gunung es,
sifatnya artificial.
c. Pola : refleksi data yang lebih dalam derajat substansinya.
pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi lakilaki dan perempuan.
D. Ruang Lingkup Analisis Gender
Peran Sosial
Sifat Kegiatan
LAKI-LAKI
Organisasi politik
PEREMPUAN
Komunitas setempat
Pelindung keluarga
PengambilKeputusan
tambahan/ pengganti
/kebijakan
Publik
Produktif
Bersifat produktif T
Membutuhkan keterampilan
Dianggap alamiah
terlatih/ terdidik
Manajemen sederhana
Membutuhkan manajemen
Penggunaan teknologi
modern
terbatas
Melibatkan teknologi
Penerimaan kekuasaan
Sektor formal
Sopir
Pengusaha
Sekretaris
Satpam
Pedagang kecil
Mandor
Pramugari
Dosen
Manager
Buruh
Dokter
Baby sitter
Teknisi mekanik
Guru TK
Pilot
Publik relation
Atlet
Bidan/ Perawat
Polisi
Dokter anak
Direktur
Resepsionis
Analisis Gender ini dapat digunakan untuk menganalisis dalam perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi kebijakan program dan kegiatan dalam berbagai aspek
pembangunan.
Namun dalam realitas kehidupan telah terjadi perbedaan peran sosial laki-laki dan
perempuan di atas melahirkan perbedaan status sosial di masyarakat, di mana laki-laki
lebih diunggulkan dari perempuan melalui konstruksi sosial. Untuk lebih jelas dapat
dibandingkan pada peran sosial, sifat kegiatan dan jenis pekerjaan sebagaimana tabel di
bawah ini;
E. Pemaknaan Gender
1.
2.
3.
4.
6.
F.
proyek
untuk
lebih
efisien
dan
b. Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan strategis
bagi perempuan dan laki-laki. Kebutuhan strategis berelasi dengan kebutuhan
transformasi status dan posisi perempuan (spt subordinasi).
c. Pendekatan analisis kebijakan dari fokus pada kesejahteraan (welfare),
Kesamaan (equity), anti kemiskinan, effisiensi dan pemberdayaan atau dari WID
ke GAD.
Kekuatan/Keutamaan Kerangka Moser
a. Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki
Pendekatan
Tujuan
Implementasi
Asumsi
kebijakan
Kesejahteraan
Melibatkan
Proyek-2
(Welfare)
perempuan dalam
kesejahteraan social
penyebab ketertinggalan
1950-1970,
kegiatan
masih
pembangunan
digunakan
semata-mata
Ketrampilan masak
proyek-2 KB
Kesamaan
-upaya
Aslinya dikenal
(Equity)
mensejajarkan
dengan istilah
1975-1985,
perempuan dalam
Perempuan dalam
sangat
pembangunan
pembangunan
dipromosikan
-mempromosikan
WID/Women in
komunitas
pada
perempuan
Development yang
-pengakuan bahwa
konferensi
sebagai peserta
dipromosikan pada
perempuan I
aktif dalam
permulaan dekade
pembangunan
kebutuhan strategis
-menjawab
Nairobi Forward
masalah
Looking Strategies
subordinasi
perempuan dalam
pembangunan
pembangunan
-perempuan mulai dilihat
sebagai korban
Anti
-untuk
Proyek-2 WID
pembangunan
-Prioritas utama pada
Kemiskinan
meningkatakan
kerentanan dan
1970an
produktifitas
proyek-2 income
marginalisasi ekonomi
perempuan
generating (IGA)
perempuan
a.
perempuan terlihat
b. Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi
c. Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan
kebutuhan strategis
Keterbatasan/Kelemahan Kerangka Moser:
a. Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial
b. Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan spt akses atas sumber daya
c. Jika ditanyakan, perempuan akan mengidentifikasikan kebutuhan praktisnya.
Menemukan ukuran-2 kebutuhan strategis sulit. Perubahan strategis adalah
sebuah proses yang kompleks dan kontradiktif. Dalam prakteknya, sesuatu yang
praktis dan strategis berkaitan erat.
d. Pendekatan kebijakan yang berbeda-2 bercampur dalam prakteknya
e. Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi ketimbang
perencanaan.
Perkembangan Pendekatan Kebijakan Gender
3. Teknik Longwe
Sara Hlupekile Longwe memperkenalkan konsep isu-isu perempuan. Menurut
definisinya, isu-isu perempuan adalah mengenai persamaan dengan laki-laki dalam
setiap peran sosial dan ekonomi, dan mencakup setiap tingkat persamaan
(kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, kontrol). Misalnya suatu isu menjadi
isu perempuan ketika isu itu dilihat pada hubungan antara laki-laki dan perempuan,
dan bukan hanya melihat hal-hal yang berkaitan dengan peran gender tradisional
perempuan dan peran gender yang distereotipekan jenis kelamin subordinat. Selain
itu tingkat pemberdayaan perempuan menurut kerangka ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat di mana sasaran proyek benar-benar mempedulikan
pembangunan perempuan berkenaan dengan apakah isu perempuan (sebagaimana
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam makalah kali ini karena dilihat dari tema yang dikasih, yakni membahas
mengenai konsep dan analisis sosial berspektif gender di komunitas yakni proses
menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk
mengidentifikasikan dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab
laki-laki dan perempuan.
Sehingga memungkinkan menangkap dan memahami realitas yang dihadapi. Dalam arti
sempit analisis sosial dimaksudkan sebagai usaha untuk menganalisis suatu keadaan atau
masalah sosial secara objektif, sehingga harus dipahami bahwa analisis sosial bukanlah
alat bantu siap pakai untuk membereskan masalah-masalah sosial.
Dalam kamus bahasa Indonesia antara gender dengan seks belum mempunyai
perbedaan pengertian yang transparan. Kata "gender" banyak dipergunakan dengan kata
yang lain, seperti ketidakadilan, kesetaraan dan sebagainya, keduanya sulit untuk diberi
pengertian secara terpisah. Nasaruddin Umar memberikan pengertian gender sebagai suatu
konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi sosial budaya. Gender dalam arti tersebut mengidentifikasikan laki-laki dan
perempuan dari sudut non biologis.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd, Konsep dan Analisis Jender____Mufidah
Ch, Rekonstruksi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Konteks Sosial Budaya dan
Agama
Analisis gender beserta table diambil dari penilitian oleh Jonattan A. Lassa, Coordinator
Hivos Aceh dalam kerja-kerja rekonstruksi di Aceh Kerangka Analisis Perencanaan
Gender.
Candida March, Ines A. Smyth, Maitrayee Mukhopadhyay A Guide to Gender-analysis
Frameworks
Fiona E. Leach Practising Gender Analysis in Education
Dr.Ir.Herien Puspitawati, Makalah Seminar; Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu
Keluarga(Bogor;2009)
Tim Penulis Pusat Studi Wanita, Pengantar Kajian Gender, (jakarta:UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2003)