Analisis Gender

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam banyak budaya tradisional, perempuan ditempatkan pada posisi yang
dilirik setelah kelompok laki-laki. Fungsi dan peran yang diemban perempuan dalam
mayarakat tersebut secara tidak sadar biasanya dikonstruksikan oleh budaya setempat
sebagai warga negara kelas dua. Pada posisi inilah terjadi bias gender dalam
masyarakat. Meski disadari bahwa ada perbedaan-perbedaan kodrati makhluk
perempuan dan laki-laki secara jenis kelamin dan konstruksi tubuh, namun dalam
konteks budaya peran yang diembannya haruslah memiliki kesetaraan.
Hingga saat ini masih ditengarai terjadi ketidaksejajaran peran antara laki-laki
dan perempuan, yang sebenarnya lebih didasarkan pada kelaziman budaya setempat.
Terkait dalam kehidupan keseharian, konstruksi budaya memiliki kontribusi yang kuat
dalam memposisikan peran laki-laki-perempuan. Banyaknya ketidaksetaraan ini pada
akhirnya memunculkan gerakan feminis yang menggugat dominasi laki-laki atas
perempuan. Bukan hanya itu, dalam banyak situasi hal ini mendorong digunakannya
analisis gender dalam banyak persoalan yang menyangkut ketidakadilan sosial,
terutama yang menimpa kaum perempuan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum analisis gender adalah untuk menyusun kebijakan program dan
kegiatan pembangunan dengan memperhitungkan situasi dan kondisikan
kebutuhan-kebutuhan gender.

2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Memahami pengertian menganalisis posisi perempuan dan laki-laki


Memahami pengertian analisis
Memahami ruang lingkup
Memahami fungsi analisis gender
Memahami tujuan analisis gender
Memahami langkah-langkah analisis gender
Memahami teknik analisis gender
Mampu melakukan analisis gender

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

Definisi dan Konsep Analisis Sosial


Holland-Henriot, mendefinisikan analisis sosial sebagai usaha memperoleh
gambaran yang lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubunganhubungan histories dan strukturalnya.
Dari definisi diatas, terdapat elemen :
1. Situasi sosial.

2. Hubungan struktural.
3. Kultural.
4. Historis.
Sehingga memungkinkan menangkap dan memahami realitas yang dihadapi.
Dalam arti sempit analisis sosial dimaksudkan sebagai usaha untuk menganalisis suatu
keadaan atau masalah sosial secara objektif, sehingga harus dipahami bahwa analisis
sosial bukanlah alat bantu siap pakai untuk membereskan masalah -masalah sosial.
Dalam arti luas, hasil analisis masalah sosial atau masyarakat dipakai dalam
hubungan dengan usaha mengubah keadaan atau memecahkan masalah yang dianalisis.
Jadi, analisis sosial mencoba mengaitkan analisis ilmiah dengan kepekaan etis,
artinya analisis dipergunakan sebagai alat untuk memperjuangkan tujuan tertentu.
Metode analisis sosial ini dapat dipergunakan untuk menganalisis satuan-satuan
sosial (misalnya desa, ormas), masalah-masalah sosial (misalnya kesehatan reproduksi,
narkoba, budaya, pendidikan) lembaga-lembaga sosial (misal sekolah, proyek
pembangunan), dll.

B.

Fungsi Analisis Sosial


1. Identifikasi dan pemahaman masalah secara lebih seksama, melihat akar masalah
dan ranting masalah.
2. Mendalami potensi (kekuatan-kelemahan-peluang-tantangan) yang ada dalam
komunitas atau masyarakat.
3. Membangun ukuran dengan lebih baik untuk kelompok yang dirugikan.
4. Membangun prediksi berupa tindakan-tindakan (program) sebagai upaya untuk
mengubah, nah tugas KKN untuk mendorong perubahan tersebut.

C.

Falsafah Dan Metode Analisis Sosial


1. Falsafah : positivisme vs anti-positivisme.
2. Falsafah positivisme : melahirkan metode kuantitatif.
3. Falsafah anti-positivisme : melahirkan metode kualitatif.
Asumsi metode kuantitatif dalam analisis sosial :
1.

Sikap dan tindakan manusia adalah fungsi dari respon terhadap skema. Karena
itu dikenal istilah responden untuk menunjuk sumber data.

2.

Melalui tracking dapat diketahui keteraturan (regularity) sikap dan tindakan


manusia yang mengarah ke pembentukan pola (pattern).

3.

Sikap dan tindakan manusia serba terukur secara obyektif.

Asumsi metode kualitatif dalam analisis sosial :


1.

Manusia hidup didunia yang memiliki makna (meaning) baginya, karena itu
pemahaman makna perilaku manusia dalam konteks interaksi sosialnya
menjadi penting.

2.

Setiap individu atau komunal atau komunitas atau ikatan budaya adalah
spesifik atau unik, dan menjadi sumber informasi dalam memaknakan
dunianya. Sumber data disebut informan.

Perbedaan tipikal asumsi metode kuantitatif dan kualitatif dalam analisis sosial :
Dasar Falsafah
Ontologi (persepsi terhadap

Kualitatif
Realitas beragam, dan

Kuantitatif
Realitas tunggal, dan

realitas)

koeksistensi subyektivitas

eksistensi obyektivitas.

Epistemologi (peran analis)

Harus berinteraksi dengan

Independen dari variabel

gejala yang dianalisis

yang dianalisis

Bertindak sarat nilai dan bias

Bertindak bebas nilai dan tak

Aksiologi (nilai analis)

Retorik (gaya bahasa)

cara

bias cara

Personal, informal,

Impersonal, formal, tekstual

kontekstual
Metodologi (pendekatan)

Induktif, multivariat,

Deduktif, hubungan sebab-

interaksi multiproses, metode

akibat, metode bebas

kontekstual

konteks

Level analisis :
1. Nominal : tak berjarak (agama, gender, etnis, ras, dsb).
2. Ordinal : berjenjang dengan jarak yang belum jelas (kurang-cukup-baik).
3. Interval : berjenjang dengan jarak yang jelas (nilai 0-10).
4. Rasio : perbandingan (2:1).
Pendekatan analisis sosial menggunakan pendekatan triangulasi, triangulasi
merupakan strategi pengumpulan data secara jamak.
Ada 4 tipe triangulasi :
1. Triangulasi data
2. Triangulasi investigator
3. Triangulasi teori
4. Triangulasi metodologis
Instrument analisis sosial :
1. Ice Berg System
a. Analisis berjenjang menurut derajat substansi : fenomena- pola- struktur.
b. Fenomena : refleksi data yang analog dengan permukaan gunung es,
sifatnya artificial.
c. Pola : refleksi data yang lebih dalam derajat substansinya.

d. Struktur : refleksi data yang mendasar dalam derajat substansinya.

2. Pengertian analisis Gender


Analisis Gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara
sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasikan dan
mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dalam kamus bahasa Indonesia antara gender dengan seks belum mempunyai
perbedaan pengertian yang transparan. Kata "gender" banyak dipergunakan dengan kata
yang lain, seperti ketidakadilan, kesetaraan dan sebagainya, keduanya sulit untuk diberi
pengertian secara terpisah. Nasaruddin Umar memberikan pengertian gender sebagai
suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Gender dalam arti tersebut
mengidentifikasikan laki-laki dan perempuan dari sudut non biologis.
Kata Gender berasal dari bahasa Inggris, berarti jenis kelamin. Dalam Websters
New World, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Sedangkan dalam Womens Studies
Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya
membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat. Gender merujuk pada peranan dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang diciptakan dalam keluarga, masyarakat dan budaya(UNESCO).
Begitu pula pemahaman konsep gender menurut HT.Wilson yang memandang gender
sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan

pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi lakilaki dan perempuan.
D. Ruang Lingkup Analisis Gender

Peran Sosial

Sifat Kegiatan

LAKI-LAKI
Organisasi politik

PEREMPUAN
Komunitas setempat

Pencari nafkah utama

(arisan, PKK, Keluarga,

Pelindung keluarga

Pengajian) Pencari nafkah

PengambilKeputusan

tambahan/ pengganti

/kebijakan
Publik

Perawat, pendidik anak


Domestik

Produktif

Bersifat produktif T

Berupa lebih besar

idak berupah/ rendah

Membutuhkan keterampilan

Dianggap alamiah

terlatih/ terdidik

Manajemen sederhana

Membutuhkan manajemen

Penggunaan teknologi

modern

terbatas

Melibatkan teknologi

Penerimaan kekuasaan

Melibatkan aspek kekuasaan Sektor informal


lebih besar
Pekerjaan

Sektor formal
Sopir

Ibu rumah tangga

Pengusaha

Sekretaris

Satpam

Pedagang kecil

Mandor

Pramugari

Dosen

Pekerja rumah tangga

Manager

Buruh

Dokter

Baby sitter

Teknisi mekanik

Guru TK

Pilot

Publik relation

Atlet

Bidan/ Perawat

Polisi

Dokter anak

Direktur

Resepsionis

Analisis Gender ini dapat digunakan untuk menganalisis dalam perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi kebijakan program dan kegiatan dalam berbagai aspek
pembangunan.
Namun dalam realitas kehidupan telah terjadi perbedaan peran sosial laki-laki dan
perempuan di atas melahirkan perbedaan status sosial di masyarakat, di mana laki-laki
lebih diunggulkan dari perempuan melalui konstruksi sosial. Untuk lebih jelas dapat
dibandingkan pada peran sosial, sifat kegiatan dan jenis pekerjaan sebagaimana tabel di
bawah ini;

E. Pemaknaan Gender
1.

Gender sebagai istilah asing dengan makna tertentu


Perbedaan manusia berdasar jenis kelamin (sex) dikenal sebagai sexual
differentiation, pembedaan seksual. Sedang "gender" sebagai istilah adalah
hasil atau akibat dari pembedaan atas dasar jenis kelamin tersebut. Pada
konteks ini sering terjadi perbedaan persepsi karena gender berasal dari bahasa
asing yang sulit dicari padan katanya. Berbeda dengan kata demokrasi,
politik, ekonomi dan sebagainya mudah untuk diterima karena tidak
menimbulkan dampak pada terusiknya status dan peran laki- laki yang sejak
semula telah diunggulkan oleh konstruk budaya. Sehingga tidak heran ketika
perempuan sendiri sering menolak gender karena dianggap melampaui
tatanan kehidupan dalam masyarakat.

2.

Gender sebagai fenomena sosial budaya


Gender sebagai fenomena sosial berarti sebab akibat atau implikasi
sosial (kemasyarakatan) yang muncul dalam masyarakat karena pembedaan
yang didasarkan pada perbedaan jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.

Akibat-akibat sosial ini bisa berupa pembagian kerja, sistem penggajian,


proses sosialisasi dan sebagainya. Gender sebagai fenomena budaya berarti
akibat-akibat atau implikasi dalam budaya (yaitu pada pola dan isi pemikiran)
yang muncul dalam masyarakat karena adanya klasifikasi dualistis yang
didasarkan pada perbedaan antara laki dan perempuan.

3.

Gender sebagai kesadaran sosial


Gender juga perlu dipahami sebagai kesadaran sosial. Setiap orang
yang mengetahui ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak selalu
menyadari bahwa hal itu merupakan sesuatu yang bersifat sosial maupun
kultural. Gender sebagai kesadaran sosial adalah kesadaran di kalangan warga
masyarakat bahwa hal-hal yang berasal atau diturunkan dari pembedaan antara
laki-laki dan perempuan adalah hal-hal yang bersifat sosial budaya atau
merupakan sesuatu yang dibentuk oleh tatanan. Disini warga masyarakat
mulai menyadari bahwa pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan
misalnya bukanlah sesuatu yang alami, yang telah "ditakdirkan", yang
diterima begitu saja, tetapi merupakan produk sejarah adaptasi atau hubungan
masyarakat dengan lingkungan.

4.

Gender sebagai persoalan sosial budaya


Pembedaan laki-laki dan perempuan bukan merupakan masalah bagi
kebanyakan orang, tetapi pembedaan ini menjadi masalah ketika
menghasilkan ketidaksetaraan, dimana laki-laki memperoleh dan menikmati
kedudukan yang lebih baik dan menguntungkan daripada perempuan. Jadi
yang menjadi persoalan bukan hanya perbedaan laki-laki dan perempuan.
Lebih jauh, pembedaan laki-laki dan perempuan telah menjadi landasan

ketidaksetaraan tersebut, karena masyarakat memandang perempuan lebih


rendah dari pada laki-laki. Gender sebagai persoalan sosial-budaya adalah
ketidaksetaraan gender yang menghasilkan bentuk ketidakadilan dan
penindasan berdasar jenis kelamin dan perempuan merupakan pihak yang
lebih rentan sebagai korban. Semuanya ini merupakan kenyataan yang
dibentuk oleh tatanan sosial, budaya dan sejarah, karena itu sebenarnya dapat
dan perlu dir ubah. Perubahan ini tentu saja tidak mudah, karena untuk dapat
melakukannya diperlukan analisis serta penarikan kesimpulan yang tepat.
Disinilah gender sebagai alat analisis menjadi penting peranannya.
5.

Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis


Dalam ilmu sosial, defisini gender tidak lepas dari asumsi-asumsi dasar
yang ada pada sebuah paradigma, dimana konsep analisis merupakan salah
satu komponennya. Asumsi-asumsi dasar itu umumnya, merupakan
pandangan-pandangan filosofis dan juga ideologis. Yang menjadi persoalan,
definisi mana yang akan digunakan? misalnya, konsep gender didefinisikan
sebagai hasil atau akibat dari pembedaan atas dasar jenis kelamin atau yang
lainnya, sesuai dengan paradigma yang digunakan dalam penelitian. Gender
sebagai konsep untuk analisis merupakan gender yang digunakan oleh seorang
ilmuwan dalam mempelajari gender sebagai fenomena sosial budaya.

6.

Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang suatu realitas gerakan


Dalam hal ini, gender menjadi sebuah paradigma atau kerangka teori
lengkap dengan asumsi dasar, model, dan konsep-konsepnya. Seorang peneliti
menggunakan ideologi gender untuk mengungkap pembagian peran atas dasar
jenis kelamin serta implikasi-implikasi sosial budayanya, termasuk
ketidakadilan yang ditimbulkannya. Penelitian yang dilakukan dengan

perspektif gender akan menonjolkan aspek kesetaraan dan kadang-kadang


menjadi bias perempuan, karena kenyataan menuntut demikian. Misalnva
apakah kategori-kategori dalam kehidupan dimasyarakat menimbulkan
ketidakadilan gender?, bagian-bagian mana saja?, dan pihak mana yang lebih
diuntungkan? Dalam hal ini, peneliti dituntut untuk memiliki sensitivitas
gender yang baik.

F.

Teknik-teknik Analisis Gender


Teknik analisis gender adalah suatu rangkaian proses kegiatan yang dimulai
dari usaha untuk mengetahui latar belakang dan sebab-sebab terjadinya kesenjangan
sampai pada upaya pemecahan masalah dan menyampaikan cara/langkah tindak untuk
menghilangkan atau mengurangi adanya kesenjangan dan dalam rangka mencapai
persamaan kedudukan dan peranan laki-laki dan perempuan.
Penggunaan teknik analisis gender ini harus disesuaikan dengan permasalahan
dan tujuan penelitian. Peranan majemuk dan kebutuhan gender, relevan dengan
pendekatan moser. Pemberdayaan perempuan, relevan dengan pendekatan longwe.
Profil gender, relevan dengan pendekatan harvard, dll.
Berikut adalah teknik-teknik analisis gender:
1. Teknik Harvard
Kerangka Analisis Harvard, disebut juga Kerangka Analisis Peran
Gender, adalah kerangka analisis gender yang dikembangkan oleh Harvard
Institute for International Development, AS yang bekerjasama dengan USAID
dan dipublikasikan tahun 1985 pada saat dimana sangat populer pendekatan
efisiensi di era Perempuan dalam Pembangunan (Women in Development).
Tujuan dari kerangka analisis gender ini adalah untuk menunjukkan bahwa ada
persoalan ekonomi dalam alokasi sumberdaya baik bagi perempuan maupun

laki-laki. Alat ini bertujuan untuk menolong para perencana program


mendisain program atau proyek lebih efisien dan meningkatkan produktivitas
secara keseluruhan yaitu dengan melakukan pemetaan peran dan sumbersumber daya yang dimiliki perempuan dan laki-laki dalam komunitas dan
dengan memberikan perhatian khusus pada perbedaan utamanya masingmasing.
Kerangka analisis gender Harvard lebih concern dengan membuat
pembagian kerja gender (division of labour), peran dalam pengambilan
keputusan, tingkat control atas sumberdaya yang kelihatan.
Sebagai konsep dan alat, ini dibutuhkan data detail bagi perencanaan
gender. Implikasi perencanaan program terhadap gender perempuan adalah
diperlukan analisis yang menutupi bolong (gaps) pada level beban kerja,
pengambilan keputusan dsb antara perempuan dan laki-laki.
Tiga data set utama yang diperlukan:
a. Siapa melakukan apa, kapan, di mana, dan berapa banyak alokasi
waktu yang diperlukan? Hal ini dikenal sebagai kontrol (seperti
pembuatan kebijakan) atas sumber daya tertentu? Hal ini kerap dikenal
dengan Profil Akses dan Kontrol Siapa yang memeliki akses dan
kontrol atas benefit seperti produksi pangan, uang dsb?
b. Faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam pembagian kerja berbasis
gender, serta akses dan kontrol yang ada pada profil aktifitas dan
profil akses dan kontrol.
Tujuan dari alat analisis ini adalah:
1) Membedah alokasi sumberdaya ekonomis terhadap laki-laki
dan perempuan.
2) Membantu perencana

proyek

untuk

lebih

efisien

dan

meningkatan produtifitas secara keseluruhan


Gender dan dominasi umur: indetifikasi yang lebih jelas soal perempuan
dewasa, laki-laki dewasa, anak-anak, dan/atau orang tua yang melakukan aktifitas
tertentu

Kekuatan/keutamaan dari Kerangka Harvard:


a. Praktis dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro yakni level
komunitas dan keluarga
b. Berguna untuk baseline informasi yang detail
c. Fokus pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus pada perbedaan gender
dan bukan pada kesenjangan
d. Gampang dikomunikasikan pada pemula/awam
Keterbatasan:
a. Tidak ada fokus pada dinamika relasi kuasa dan kesenjangan (inequality)
b. Tidak efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata seperti jaringan sosial dan
sosial kapital
c. Terlalu menyederhanakan relasi gender yang kompleks, kehilangan aspek
negosiasi, tawar-menawar dan pembagian peran.
2. Teknik Moser
Dikembangkan oleh Caroline Moser pada tahun 1980an dari Development
Planning Unit, University of London. Latar Belakang lahirnya teknik ini salah
satunya adalah pembangunan yang tidak adil dari perspektif gender, kelas dan
kelompok etnis, perempuan dari kelompok pekerja miskin (umumnya berasal dari
kelompok etnis tertentu) memikul 3 peran (manajemen produksi, reproduksi dan
masyarakat). Teknik ini menyodorkan konsep kebutuhan praktis dan strategis.
Bertujuan untuk meningkatkan akses dan kontrol untuk sumberdaya material
(tangible) melalui organisasi masyarakat. Menitikberatkan pemberdayaan
perempuan sebagai suatu proses pengorganisasian perempuan dan yang secara ketat
membutuhkan konsep yang lebih tegas antara gender, kuasa dan negara. Rumah
tangga dan masyarakat sebagai ruang lingkup institusional.
Tiga konsep utama dari kerangka ini adalah:
Peran lipat tiga (triple roles) perempuan pada tiga aras
a. kerja reproduksi, kerja produktif dan kerja komunitas. Ini berguna untuk
pemetaan pembagian kerja gender dan alokasi kerja

b. Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan strategis
bagi perempuan dan laki-laki. Kebutuhan strategis berelasi dengan kebutuhan
transformasi status dan posisi perempuan (spt subordinasi).
c. Pendekatan analisis kebijakan dari fokus pada kesejahteraan (welfare),
Kesamaan (equity), anti kemiskinan, effisiensi dan pemberdayaan atau dari WID
ke GAD.
Kekuatan/Keutamaan Kerangka Moser
a. Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki

Pendekatan

Tujuan

Implementasi

Asumsi

kebijakan
Kesejahteraan

Melibatkan

Proyek-2

-Perempuan dilihat sebagai

(Welfare)

perempuan dalam

kesejahteraan social

penyebab ketertinggalan

1950-1970,

kegiatan

focus pada bantuan

-peran pasif perempuan

masih

pembangunan

pangan, nutrisi spt.

dalam penelitian pertanian,

digunakan

semata-mata

Ketrampilan masak

SDA dan pembangunan

sebagai ibu yang

yang lebih tinggi, dan

-Tidak ada kaitan antara

lebih baik dan

proyek-2 KB

perempuan, gender dan isu

ibu rumah tangga

strategis spt nutrisi,

Kesamaan

-upaya

Aslinya dikenal

kesehatan dan pangan


-pengakuan atas triple

(Equity)

mensejajarkan

dengan istilah

roles perempuan dalam

1975-1985,

perempuan dalam

Perempuan dalam

pembangunan pada ranah

sangat

pembangunan

pembangunan

rumah tangga, ekonomi dan

dipromosikan

-mempromosikan

WID/Women in

komunitas

pada

perempuan

Development yang

-pengakuan bahwa

konferensi

sebagai peserta

dipromosikan pada

perempuan memiliki hak-

perempuan I

aktif dalam

permulaan dekade

hak dasar tapi juga

pembangunan

Perempuan PBB dan

kebutuhan strategis

-menjawab

Nairobi Forward

-penelitian pertanian dan

masalah

Looking Strategies

SDA mulai mengakui peran

subordinasi

lipat tiga dan kebutuhan

perempuan dalam

strategis perempuan dalam

pembangunan

pembangunan
-perempuan mulai dilihat
sebagai korban

Anti

-untuk

Proyek-2 WID

pembangunan
-Prioritas utama pada

Kemiskinan

meningkatakan

berubah fokus pada

kerentanan dan

1970an

produktifitas

proyek-2 income

marginalisasi ekonomi

perempuan

generating (IGA)

perempuan

a.

Penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat peranan ganda

perempuan terlihat
b. Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi
c. Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan
kebutuhan strategis
Keterbatasan/Kelemahan Kerangka Moser:
a. Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial
b. Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan spt akses atas sumber daya
c. Jika ditanyakan, perempuan akan mengidentifikasikan kebutuhan praktisnya.
Menemukan ukuran-2 kebutuhan strategis sulit. Perubahan strategis adalah
sebuah proses yang kompleks dan kontradiktif. Dalam prakteknya, sesuatu yang
praktis dan strategis berkaitan erat.
d. Pendekatan kebijakan yang berbeda-2 bercampur dalam prakteknya
e. Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi ketimbang
perencanaan.
Perkembangan Pendekatan Kebijakan Gender

3. Teknik Longwe
Sara Hlupekile Longwe memperkenalkan konsep isu-isu perempuan. Menurut
definisinya, isu-isu perempuan adalah mengenai persamaan dengan laki-laki dalam
setiap peran sosial dan ekonomi, dan mencakup setiap tingkat persamaan
(kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, kontrol). Misalnya suatu isu menjadi
isu perempuan ketika isu itu dilihat pada hubungan antara laki-laki dan perempuan,
dan bukan hanya melihat hal-hal yang berkaitan dengan peran gender tradisional
perempuan dan peran gender yang distereotipekan jenis kelamin subordinat. Selain
itu tingkat pemberdayaan perempuan menurut kerangka ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat di mana sasaran proyek benar-benar mempedulikan
pembangunan perempuan berkenaan dengan apakah isu perempuan (sebagaimana

didefinisikan di atas berkenaan dengan persamaan perempuan dengan laki-laki)


diabaikan atau diakui. Dari sudut pandang ini mungkin sekali untuk
mengidentifikasi tiga tingkat pengakuan isu perempuan yang berbeda dalam
rancangan proyek.
Didesain oleh Sara Hlupekile Longwe, konsultan gender dan pembangunan di
Zambia. Metode untuk mengubah sikap, menjelaskan peran pemberdayaan pada
proses pembangunan. Memikirkan bagaimana pemberdayaan perempuan dan makna
persamaan dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukung
pemberdayaan. Pemberdayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan
perempuan mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat secara sama
dalam proses pembangunan untuk mencapai kontrol atas faktor-faktor produksi di
atas landasan yang sama dengan laki-laki.
Memiliki perspektif politik yang sangat kuat. Pembangunan berarti mengatasi
ketidaksamaan perempuan dengan laki-laki dalam setiap bidang
Pembangunan didefinisikan sebagai kemungkinan seseorang/sekelompok
orang keluar dari kemiskinan yang disebabkan karena penindasan dan eksploitasi.
Ada lima tingkat persamaan yang berbeda sebagai landasan kriteria untuk
menilai tingkat pemberdayaan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan sosial
atau ekonomi, dimulai dari yang paling rendah: kesejahteraan, akses, kesadaran,
partisipasi, kontrol. Tingkat persamaan ini berada dalam hubungan hirarkis, sehingga
persamaan kontrol lebih penting ketimbang persamaan kesejahteraan. Tingkat
persamaan yang lebih tinggi secara otomatis merupakan tingkat pembangunan dan
pemberdayaan yang lebih tinggi. Misalnya partisipasi yang sama dalam proses
pembuatan keputusan tentang sumberdaya tertentu adalah lebih penting berkenaan

dengan pemberdayaan perempuan ketimbang akses yang sama terhadap


sumberdaya, dan juga tidak sama pentingnya dengan kontrol yang sama.
4. Teknik SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi
dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan
(Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup
faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Treaths). Aspek Internal dan Eksternal
tersebut dipertimbangkan dalam kaitan dengan konsep strategis dalam rangka
menyusun program aksi, langkah-langkah/tindakan untuk mencapai sasaran maupun
tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta
meminimalkan kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengurangi resiko dan
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam makalah kali ini karena dilihat dari tema yang dikasih, yakni membahas
mengenai konsep dan analisis sosial berspektif gender di komunitas yakni proses
menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk
mengidentifikasikan dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab
laki-laki dan perempuan.
Sehingga memungkinkan menangkap dan memahami realitas yang dihadapi. Dalam arti
sempit analisis sosial dimaksudkan sebagai usaha untuk menganalisis suatu keadaan atau
masalah sosial secara objektif, sehingga harus dipahami bahwa analisis sosial bukanlah
alat bantu siap pakai untuk membereskan masalah-masalah sosial.
Dalam kamus bahasa Indonesia antara gender dengan seks belum mempunyai
perbedaan pengertian yang transparan. Kata "gender" banyak dipergunakan dengan kata
yang lain, seperti ketidakadilan, kesetaraan dan sebagainya, keduanya sulit untuk diberi
pengertian secara terpisah. Nasaruddin Umar memberikan pengertian gender sebagai suatu
konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi sosial budaya. Gender dalam arti tersebut mengidentifikasikan laki-laki dan
perempuan dari sudut non biologis.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd, Konsep dan Analisis Jender____Mufidah
Ch, Rekonstruksi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Konteks Sosial Budaya dan
Agama
Analisis gender beserta table diambil dari penilitian oleh Jonattan A. Lassa, Coordinator
Hivos Aceh dalam kerja-kerja rekonstruksi di Aceh Kerangka Analisis Perencanaan
Gender.
Candida March, Ines A. Smyth, Maitrayee Mukhopadhyay A Guide to Gender-analysis
Frameworks
Fiona E. Leach Practising Gender Analysis in Education
Dr.Ir.Herien Puspitawati, Makalah Seminar; Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu
Keluarga(Bogor;2009)
Tim Penulis Pusat Studi Wanita, Pengantar Kajian Gender, (jakarta:UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2003)

Anda mungkin juga menyukai