Anda di halaman 1dari 20

DESTILASI FRAKSIONASI

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menjelaskan dan mengetahui prinsip-prinsip kesetimbangan suatu
campuran dan menjelaskan hubungan suhu, tekanan dan komposisi.
b. Menjelaskan perbedaan prinsip destilasi secara fraksionasi dan batch.
c. Melakukan pemisahan campuran biner dan multi komponen dengan sistim
destilasi fraksionasi.
d. Menentukan kadar produk hasil pemisahan dengan menggunakan kurva
kalibrasi.
e. Menentukan jumlah stage hasil pemisahan secara grafis atau dengan
metode McCabe and Thile.

II.

PERINCIAN KERJA
a. Membuat kurva kalibrasi.
b. Menghitung berat jenis umpan yang belum didestilasi.
c. Melakukan destilasi dengan alat destilasi fraksionasi.
d. Melakukan pengukuran volume, dan berat jenis pada bottom dan destilat
setiap 20 menit.

III.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat

Piknometer

Seperangkat alat destilasi

Erlenmeyer

Aluminium foil

Neraca analitik

Tissue

Corong plastik

Gelas kimia plastik

Gelas ukur

Stopwatch

B. BAHAN

IV.

Campuran Etanol-Air
Aquadest
Etanol murni

DASAR TEORI
A. Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali kedalam bantuk
cairan. Zat yang memliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan
panas.
B. Destilasi Fraksionasi
Destilasi fraksionasi merupakan suatu teknik pemisahan untuk
larutan yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh
yaitu sekitar 30C atau lebih. Dalam destilasi fraksionasi atau destilasi
bertingkat proses pemisahan parsial diulang berkali-kali dimana setiap
kali terjadi pemisahan lebih lanjut. Hal ini berarti proses pengayaan dari
uap yang lebih volatil juga terjadi sepanjang proses destilasi fraksional itu
berlangsung. Sebagai driving force pada proses pemisahan destilasi
fraksionasi adalah adanya panas dan perbedaan titik didih.
Destilasi fraksionasi berbeda dengan destilasi biasa, karena
terdapat suatu kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks.
Proses refluks pada destilasi ini dilakukan agar pemisahan campuran
dapat terjadi dengan baik. Kolom fraksionasi berfungsi agar kontak antara
cairan dengan uap terjadi lebih lama. Sehingga komponen yang lebih
ringan dengan titik didih lebih rendah akan terus menguap dan masuk
kondensor. Sedangkan komponen yang lebih berat akan kembali ke dalam
labu destilasi.
Kolom distilasi adalah sarana melaksanakan operasi pemisahan
komponen-komponen dari campuran fasa cair, khususnya yang
mempunyai perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup besar.
Perbedaan tekanan uap tersebut akan menyebabkan fasa uap yang ada

dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya mempunyai komposisi yang


perbedaannya cukup signifikan. Fasa uap mengandung lebih banyak
komponen yang memiliki tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair lebih
benyak menggandung komponen yang memiliki tekanan uap tinggi.
Kolom distilasi dapat berfungsi sebagai sarana pemisahan karena sistem
perangkat sebuah kolom distilasi memiliki bagaian-bagian proses yang
memiliki fungsi-fungsi:
1. Menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler)
2. Mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda
komposisinya (terjadi di kolom distilasi)
3. Mengondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)
Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan perpindahan
massa. Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan dengan dua cara
yang berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep tahapan
kesetimbangan (equilibrium stage) dan kedua atas dasar proses laju difusi
(difusional forces). Destilasi dilaksanakan dengan rangakaian alat berupa
kolom/menara yang terdiri dari piring (plate tower/tray) sehingga dengan
pemanasan komponen dapat menguap, terkondensasi, dan dipisahkan
secara bertahap berdasarkan tekanan uap/titik didihnya. Proses ini
memerlukan perhitungan tahap kesetimbangan.
Kolom distilasi adalah kolom fraksionasi kontinu yang dilengkapi
berbagai perlengkapan yang diperlukan dan mempunyai bagian
rektifikasi (enriching) dan bagian stripping. Umpan dimasukkan di
sekitar pertengahan kolom dengan laju tertentu. Tray tempat masuk
umpan dinamakan feed plate. Semua tray yang terletak di atas tray
umpan adalah bagian rektifikasi (enriching section) dan semua tray di
bawahnya, termasuk feed plate sendiri, adalah bagian stripping. Umpan
mengalir ke bawah pada stripping section ini, sampai di dasar kolom di
mana permukaan ditetapkan pada ketinggian tertentu. Cairan itu lalu
mengalir dengan gaya gravitasi ke dalam reboiler. Reboiler adalah suatu
penguap (vaporizer) dengan pemansan uap (steam) yang dapat
menghasilkan komponen uap (vapor) dan mengembalikannya ke dasar
kolom. Komponen uap tersebut lalu mengalir ke atas sepanjang kolom.

Pada ujung reboiler terdapat suatu tanggul. Produk bawah dikeluarkan


dari kolam zat cair itu pada bagian ujung tanggul dan mengalir melalui
pendingin. Pendinginan ini juga memberikan pemanasan awal pada
umpan melalui pertukaran kalor dengan hasil bawah yang panas.
Uap yang mengalir naik melalui bagian rektifikasi dikondensasi
seluruhnya oleh kondensor dan kondensatnya dikumpulkan dalam
akumulator (pengumpul D), di mana permukaan zat cair dijaga pada
ketinggian tertentu. Cairan tersebut ke udian dipompa oleh pompa refluks
dari akumulator ke tray teratas. Arus ini menjadi cairan yang mengalir ke
bawah di bagian rektifikasi, yang diperlukan untuk berinteraksi dengan
uap yang mengalir ke atas. Tanpa refluks tidak akan ada rektifikasi yang
dapat berlangsung dan kondensasi produk atas tidak akan lebih besar dari
konsentrasi uap yang mngalir naik dari feed plate. Kondensat yang tidak
terbawa pompa refluks didinginkan dalam penukar kalor, yang disebut
product cooler dan dikeluarkan sebagai produk atas. Karena tidak terjadi
azeotrop, produk atas dan produk bawah dapat terus dimurnikan sampai
tercapai kemurnian yang diinginkan dengan mengatur jumlah tray dan
refluks ratio.
Distilasi kontinu dengan refluks efektif memisahkan komponenkomponen yang volatilitasnya sebanding. Dengan melakukan redistilasi
berulang-ulang dapat diperoleh komponen yang hampir murni karena
jumlah komponen pengotor lain sedikit. Metoda ini dimodifikasi menjadi
lebih modern untuk diterapkan pada skala industri dengan dihasilkannya
distilasi metoda rektifikasi.
Kolom distilasi terdiri dari banyak tray yang diasumsikan ideal.
Jika diperhatikan tray ke-n dari puncak kolom, maka tray yang langsung
berada di atasnya adalah tray ken-1 dan tray yang langsung berada di
bawahnya adalah tray ke-n+1. Ada 2 aliran fluida yang masuk ke dalam
dan 2 arus keluar dari tray n. Aliran zat cair L n-1 (mol/jam) dari tray n-1
dan aliran uap Vn+1 dari tray n+1 (mol/jam) mengalami kontak di tray n.
Aliran uap Vn naik ke tray n-1 dan aliran cairan Ln turun ke tray n+1.
Jika konsentrasi aliran uap dalam fasa V ditandai dengan y, dan

konsentrasi aliran cairan ditandai dengan x, maka konsentrasi aliran yang


masuk dan yang keluar tray n adalah: uap keluar dari tray (yn), cairan
keluar dari tray (xn), uap masuk ke tray (yn+1), dan cairan masuk ke
tray (xn-1).
Sesuai definisi tray ideal, uap dan cairan yang keluar piring n
berada dalam kesetimbangan, sehingga xn dan yn merupakan konsentrasi
kesetimbangan. Oleh karena konsentrasi dalam fas uap dan cair berada
dalam kesetimbangan, aliran masuk dan ke luar tidak. Bila uap yang
keluar dari tray n+1 dan cairan dari tray n-1 dikontakkan, konsentrasinya
akan bergerak ke arah kesetimbangan. Sebagian komponen yang lebih
volatil akan menguap dari fasa cair sehingga konsentrasi zat cair pada xn1 turun menjadi xn, sedangkan komponen yang kurang volatil akan
terkondensasi dari uap sehingga konsentrasi uap naik dari yn+1 menjadi
yn. Aliran zat cair berada pada bubble point sedangkan aliran uap berada
pada dew point, sehingga kalor yang dibutuhkan untuk penguapan
didapatkan dari kalor yang dibebaskan selama kondensasi. Setiap tray
berfungsi sebagai media pertukaran dimana komponen volatil pindah ke
fasa uap, sedangkan komponen yang kurang volatil pindah ke fasa cair.
Karena konsentrasi komponen volatil di dalam cairan dan uap meningkat
dengan bertambahnya tinggi kolom, suhu akan berkurang dari n+1, n, ke
n-1.
Distilasi satu tahap tidak efektif menghasilkan bottom product yang
mendekati murni karena zat cair dalam umpan tidak mengalami
rektifikasi. Keterbatasan ini diatasi dengan memasukkan umpan ke tray
yang berada di bagian tengah kolom. Cairan itu mengalir ke bawah
kolom menuju reboiler dan mengalami rektifikasi dengan uap yang
mengalir naik dari reboiler. Karena komponen volatil yang berada di
reboiler telah diambil dari cairan maka produk bawahnya adalah
komponen kurang volatil yang hampir murni dari komponen volatil.
Faktor-faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan
kolom distilasi adalah jumlah tray yang diperlukan untuk mendapatkan
pemisahan yang dikehendaki, diameter kolom, kalor yang dikonsumsi

dalam pendidih, dan rincian konstruksi tray. Sesuai dengan asas-asas


umum, analisis unjuk kerja kolom distilasi tray didasarkan pada neraca
massa, neraca energi, dan kesetimbangan fasa.
Kolom diumpani dengan F (mol/jam) umpan yang berkonsentrasi
xf, dan menghasilkan D (mol/jam) distilat yang berkonsentrasi xd dan
produk bawah yang berkonsentrasi xb. Ada 2 neraca massa yang penting:
Neraca massa total:
F=D+B
(1)
Neraca komponen:
F.xf = D.xd + B.xb (2)
C. Prinsip Operasi
Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala
bahwa bila campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya,
komposisi uap dan cairan berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak
komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan cairan akan
mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila uap
dipisahkan dari cairan dan uap tersebut dikondensasikan, akan didapatkan
cairan yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih banyak
komponen yang mudah menguap dibandingkan dengan cairan yang tidak
teruapkan. Bila kemudian cairan dari kondensasi uap tersebut diuapkan
lagi sebagian, akan didapatkan uap dengan kadar komponen yang lebih
mudah menguap lebih tinggi. Untuk menunjukkan lebih jelas uraian di
atas, berikut digambarkan secara skematis:
1. Keadaan awal
Campuran A dan B (fasa cair). A adalah

2.

komponen yang lebih mudah menguap.


xA,0 = fraksi berat A di fasa cair
xB,0 = fraksi berat B di fasa cair
xA +xB =1
Campuran diuapkan sebagian, uap dan cairannya
dibiarkan dalam keadaan setimbang.
xA,1 = fraksi berat A di fasa cair (setimbang)

xB,1 = fraksi berat B di fasa cair


(setimbang)
xA +xB =1
yA,1 = fraksi berat A di fasa uap
(setimbang)
yB,1 = fraksi berat B di fasa uap (setimbang)
yA +yB =1
Pada keadaan ini maka: yA,1 > xA,1 dan yB,1< xB,1
Bila dibandingkan dengan keadaan mula:
yA,1 > xA,1> xA,2 dan yB,1< xB,1 < xB,2.
3. Uap dipisahkan dari cairannya dan dikondensasi; maka didapat dua
cairan, cairan I dan cairan II. Cairan I mengandung lebih sedikit
komponen A (lebih mudah menguap) dibandingkan cairan II

Skema proses perpindahan massa pada peristiwa distilasi


D. Kesetimbangan Uap-Cair
Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pada keadaan
setimbang yang terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran.
Dalam hal ini akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari komponen A
(yang lebih mudah menguap) dan komponen B (yang kurang mudah
menguap).
Karena pada umumnya proses distilasi dilaksanakan dalam
keadaan bubble temperature dan dew temperature, dengan komposisi uap
ditunjukkan pada Gambar a, sedangkan komposisi uap dan cairan yang
ada dalam kesetimbangan ditunjukkan pada Gambar b.
Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di
antara titik didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik

didih komponen yang kurang mudah menguap (Tb). Untuk setiap suhu,
harga yA selalu lebih besar daripada harga xA.

Gambar a. Kesetimbangan uap cair pada temperatur bubble dan


temperatur dew

xA,1 dan yA,1 adalah


komposisi cairan dan uap
pada keadaan setimbang.

Gambar b. Komposisi uap dan cairan pada kesetimbangan


E. Neraca Massa pada Aliran Komponen Operasi Distilasi
Lebih lengkapnya, aliran perpindahan massa pada proses distilasi multi
tahap ditunjukkan pada Gambar c.
Neraca massa total untuk amplop 1:
V2 = D + L1

(1)

Neraca massa total untuk amplop 2 (termasuk tahap 2) :


V3 = D + L2

(2)

Dan seterusnya, sehingga didapat n tahap kesetimbangan:


Vn+1 = D + Ln

(3)

Neraca massa komponen A (pada amplop ke n):


Vn+1.yA,n+1 = D.xA,D + Ln.xA,n

(4)

dimana:
Vn+1

= laju massa uap masuk tahap ke-n

= laju massa dsitilat

Ln

= laju massa cairan keluar dari tahap ke-n

yA,n+1 = komposisi uap masuk tahap ke-n


xA,D

= komposisi dsitilat = komposisi cairan masuk tahap ke-1

xA,n

= komposisi cairan keluar fari tahap ke-n

Gambar c.

Aliran

perpindahan massa pada proses distilasi multi tahap


Penyelesaian persamaan neraca-neraca massa tersebut akan
menghasilkan
persamaan garis operasi fraksionasi:

Persamaan tersebut diperlukan dalam pencatatan jumlah tahap


kesetimbangan teoretis menurut cara Mc Cabe-Thiele. Jika R tidak
berhingga yang artinya semua hasil atas kembali ke tahap pertama,
maka operasi distilasi disebut berlangsung pada refluks total, sehingga
persamaan garis operasi menjadi:
yA,n+1 = xA,n
Pada operasi dengan refluks total, maka jumlah tahap minimum.
Sedang untuk 0<R< operasi distilasi berlangsung pada refluks parsial.
Kurva kesetimbangan yang dilengkapi dengan garis operasi sesuai

persamaan yang diperoleh di atas akan menunjukkan hubungan antara


komposisi uap Vn+1 dan komposisi cairan Ln, seperti dapat dilihat ada
Gambar d. Misalnya titik P pada gambar 10 menunjukkan hubungan
antara komposisi uap Vn dan komposisi cairan Ln yang keduanya
meninggalkan tahap n dalam keadaan setimbang. Misalnya titik Q
menunjukkan hubungan antara yA,2 dan xA,2. Gambar d dapat pula
digunakan untuk menentukan jumlah tahap kesetimbangan bila
komposisi hasil atas (xA,0 sama dengan yA,0) dan komposisi hasil
bawah (xA,3) diketahui.

Gambar d. Persamaan garis operasi pada kurva kesetimbangan


F. Aplikasi dari Destilasi Bertingkat
Contoh destilasi bertingkat adalah pemisahan campuran alkohol-air
titik didih alkohol adalah 78o C dan titik didih air adalah 100o C.
Campuran tersebut dicampurkan dalam labu didih. Pada suhu sekitar
78o C alkohol mulai mendidih tetapi sebagian air juga ikut menguap.
Oleh karena alkohol lebih mudah menguap, kadar alkohol dalam uap
lebih tinggi daripada kadar alkohol dalam campuran
semula. Ketika mencapai kolom fraksionasi, uap mengembun dan
memanaskan kolom tersebut. Setelah suhu kolom mencapai 78o C,
alkohol tak lagi mengembun sehingga uap yang mengandung lebih

banyak alkohol naik ke kolom di atasnya, sedangkan sebagian air turun


ke dalamlabu didih. Proses seperti itu berulang beberapa kali
( bergantung pada banyaknya plat dalam kolom), sehingga akhirnya
diperoleh alkohol yang lebih murni.
Contoh lain dari Destilasi bertingkat adalah pemurnian minyak bumi,
yaitu memisahkan gas, bensin, minyak tanah, dan sebagainya dari
minyak mentah.
Minyak bumi ditemukan bersama-sama dengan gas alam. Minyak
bumi yang telah dipisahkan dari gas alam disebut juga minyak mentah
(crude oil). Minyak mentah dapat dibedakan menjadi:
Minyak mentah ringan (light crude oil) yang mengandung kadar
logam dan belerang rendah, berwarna terang dan bersifat encer

(viskositas rendah).
Minyak mentah berat (heavy crude oil) yang mengandung kadar
logam danbelerang tinggi, memiliki viskositas tinggi sehingga

harus dipanaskan agar meleleh.


Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan
komponen utama alkana dan sebagian kecil alkena, alkuna, siklo-alkana,
aromatik, dan senyawa anorganik. Meskipun kompleks, untungnya
terdapat cara mudah untuk memisahkan komponen-komponennya, yakni
berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya. Proses ini disebut destilasi
bertingkat. Untuk mendapatkan produk akhir sesuai dengan yang
diinginkan, maka sebagian hasil dari destilasi bertingkat perlu diolah
lebih lanjut melalui proses konversi, pemisahan pengotor dalam fraksi,
V.

dan pencampuran fraksi.


PROSEDUR KERJA
1. Kalibrasi piknometer
a. Disiapkan larutan (H2O) yang telah diketahui nilai nya.
b. Ditimbang bobot pikno kosong yang telah bersih dan
kering
c. Ditimbang bobot pikno + larutan
d. Dihitung nilai volume piknometer hasil kalibrasi
Bobot larutan
Vol pikno=
larutan

2. Membuat sampel kalibrasi


a. Disiapkan 6 buah Erlenmeyer
b. Pada masing-masing Erlenmeyer dibuat larutan etanol
dengan komposisi berbeda beda
c. Sampel kalibrasi yang telah jadi, lalu diukur nilai nya
menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi.
d. Dihitung nilai fraksi volume etanol sampel kalibrasi lalu
dibuat kurva kalibrasi.
3. Proses pemisahan (distilasi fraksionasi)
a. Disiapkan Feed campuran antara air-etanol. Diambil 30 ml
feed untuk diukur nya dan sebanyak 3,2 L (3200 ml)
lalu dimasukkan ke dalam labu destilat.
b. Dinyalakn alat distilasi fraksionasi, diatur nilai refluksnya,
dan diatur suhu tiap plat nya. Perlu dicatat pada alat yang
digunakan nilai T2 tidak boleh lebih dari 80C karena akan
menyebabkan koil pemanas sangat berpijar dan
menimbulakn resiko yang besar.
c. Dijalankan proses distilasi selama 20 menit.
d. Setelah 20 menit, diambil destilat dan bottom product nya,
untuk diukur volume dan nya.
e. Ditentukan fraksi mol etanol masing-masing sampel
melalui kurva kalibrasi.
VI.

DATA PENGAMATAN
a. Data untuk penentuan densitas
Berat piknometer kosong
Berat piknometer + aquadest
Suhu aquadest
Densitas aquadest 30

VII.

= 27,5734 g
= 53,8706 g
= 30
= 0,99567 g/ml

Berat piknometer + feed


= 52,2081 g
Berat piknometer + destilat
= 48,2989 g
Berat piknometer + bottom
= 52,2681 g
b. Volume
Volume feed
= 2613 ml
Volume destilat
= 89 ml
Volume bottom
= 2524 ml
PENGOLAHAN DATA
a. Penentuan densitas

Berat piknometer kosong


Berat piknometer + aquadest
Suhu aquadest

= 27,5734 g
= 53,8706 g
= 30

Berat aquadest

= (Berat pikno + aquadest) berat

pikno
kosong
= 53,8706 g 27,5734
= 26,2972 g

Densitas aquadest 30
Vol aquadest = vol piknometer

= 0,99567 g/ml
Berat aquadest
= densitas aquadest 30
=

vol piknometer
Penentuan densitas :
Densitas (

26,2972 g
0,99567 g /ml

= 26,4115 ml

( Berat piknometer+ sampel )Berat piknometer kosong


Volume piknometer

Feed (umpan)
Densitas ( =

52,2081 g 27,5734 g
26,4115 ml

= 0,93 g/ml

Destilat
Densitas ( =

48,2989 g27,5734 g
26,4115 ml

= 0,785 g/ml

Bottom
Densitas ( =

52,2681 g27,5734 g
26,4115 ml

= 0,935 g/ml
b. Penentuan volume komponen
Feed (umpan)
Volume feed
= 2613 ml

Densitas feed
% volume etanol
Volume etanol feed

= 0,93 g/ml
= 42 % (hasil ploting dari kurva standar)
= %vol etanol vol feed
= 42 % 2613 ml

Volume air feed

Destilat
Volume destilat
Densitas destilat
% volume etanol
Volome etanol detilat

= 1097,46 ml
= Volume feed volume etanol
= 2613 ml 1097,46 ml
= 1515,54 ml
= 89 ml
= 0,785 g/ml
= 99,5 % (hasil ploting dari kurva standar)
= %vol etanol vol destilat
= 99,5% 89 ml

Volume air destilat

Bottom
Volume bottom
Densitas bottom
% volume etanol
Volume etanol bottom

= 88,55 ml
= volume destilat volume etanol
= 89 ml 88,55 ml
= 0,45 ml
= 2524 ml
= 0,935 g/ml
= 39 %

= %vol etanol vol bottom


= 39% 2524 ml

= 984,36 ml
= volume bottom volume etanol
= 2524 ml 984,36 ml
= 1539,64 ml
Neraca Massa Komponen
Etanol
F
=
D
+
B
Vol etanol feed
= vol etanol destilat + vol etanol bottom
1097,46 ml
= 88,55 ml + 984,36 ml
1097,46 ml
= 1072,91 ml
Air
F
=
D
+
B
Vol air feed
= vol air destilat + vol air bottom
1515,54 ml
= 0,45 ml + 1539,64 ml
1515,54 ml
= 1540,09 ml
Volume air bottom

c. Penentuan mol dan fraksi mol

Feed (umpan)
Mol etanol feed =

vol etanol feed etanol


BM etanol

1097,46 ml 0,789 g /ml


46 g /mol

Mol air feed

= 18,82 mol
vol air feed air
=
BM air
=

1515,54 ml 0,99567 g/ml


18 g /mol

= 83,83 mol
Mol total feed = mol etanol feed + mol air feed
= 18,82 mol + 83,83 mol
= 102,65 mol
mol etanol feed
Fraksi mol etanol= mol total feed
=
Fraksi mol air

18,82 mol
102,65 mol

= 0,183
= 1 fraksi mol etanol
= 1 - 0,183
= 0,817

Destilat
Mol etanol destilat=
=

vol etanol destilat etanol


BM etanol
88,55ml 0,789 g/ml
46 g/mol

= 1,518 mol
vol air destilat air
Mol air destilat =
BM air
=

0,45ml 0,99567 g/ml


18 g /mol

= 0,025 mol
Mol total destilat = mol etanol destilat + mol air destilat
= 1,518 mol + 0,025 mol
= 1,543 mol

Fraksi mol etanol=


=
Fraksi mol air

mol etanol destilat


mol total destilat
1,518 mol
1,543 mol

= 0,9837
= 1 fraksi mol etanol
= 1 - 0,9837
= 0,0163

Bottom
Mol etanol bottom=
=

vol etanol bottom etanol


BM etanol
984,36 ml 0,789 g/ml
46 g/mol

= 16,88 mol
vol air bottom air
Mol air bottom =
BM air
=

1539,64 ml 0,99567 g/ml


18 g /mol

= 85,16 mol
Mol total bottom = mol etanol bottom + mol air bottom
= 16,88 mol + 85,16 mol
= 102,04 mol
mol etanol bottom
Fraksi mol etanol= mol total bottom
=

16,88mol
102,04 mol

= 0,165
Fraksi mol air = 1 fraksi mol etanol
= 1 0,165
= 0,835
d. Penentuan stage destilasi
Xd
Yd = R+ 1
Xd = fraksi mol etanol pada
destilat
0,9837
R =5
=
5+1
= 0,163
VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan destilasi fraksionasi (destilasi


bertingkat) yaitu suatu teknik pemisahan untuk larutan yang mempunyai
perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30C atau lebih.
Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang
pada labu destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk
memisahkan uap campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir
sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom
fraksionasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama
menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga
akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang
titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka
senyawa tersebut akan menetes kembali kedalam labu destilasi, yang
akhirnya jika pemanasan terus dilanjutkan akan menguap setelah mencapai
titik didihnya.
Kolom destilasi terdiri dari banyak tray yang diasumsikan ideal.
Dimana uap dan cairan yang keluar stage berada dalam kesetimbangan,
sehingga fraksi uap dan fraksi cair merupakan konsentrasi kesetimbangan.
Setiap tray berfungsi sebagai media pertukaran dimana komponen volatil
pindah ke fasa uap sedangkan komponen yang kurang volatil pindah ke
fasa cair. Karena konsentrasi komponen volatil di dalam cairan dan uap
meningkat dengan bertambahnya tinggi kolom.
Dari percobaan, dipisahkan campuran yang terdiri dari etanol dan
air. Titik didih air adalah 100C, sedangkan etanol memiliki titik didih
78C. Pada saat campuran dipanaskan, suhu campuran akan meningkat,
dimana ketika temperatur telah berada di sekitar 78C yakni titik didih
etanol, temperatur proses akan dijaga agar tetap berada pada titik didih
etanol. Hal ini menunjukkan bahwa pada temperatur 78C ini, tekanan uap
etanol sama dengan tekanan atmosfer sehingga etanol akan menguap
sedangkan air akan tetap berada pada labu destilasi karena pada temperatur
tersebut belum mencapai titik didih air. Akibatnya air akan tetap berada

pada fasa cair dan tidak ikut menguap bersama etanol karena tekanan uap
air belum mencapai tekanan atmosfer.
Uap etanol yang telah keluar dari dalam kolom selanjutnya akan
masuk kedalam kondensor. Pada kondensor dialirkan air secara terusmenerus yang berfungsi sebagai pendingin, dimana pada kondensor ini
terjadi peristiwa kondensasi atau pengembunan yaitu uap etanol akan
didinginkan sehingga mengembun dan menjadi cairan (destilat) yang
ditampung pada erlenmeyer.
Pada Percobaan ini, volume feed yang digunakan sebesar 2613 ml,
adapun volume destilat yang diperoleh setelah proses destilasi dilakukan
yaitu sebesar 89 ml dan volume bottom sebesar 2524 ml.
Selanjutnya dilakukan analisa densitas terhadap sampel umpan,
destilat dan bottom. Adapun nilai densitas yang diperoleh yaitu umpan
0,93 g/ml , destilat 0,785 g/ml , dan bottom 0,935 g/ml. hasil yang
diperoleh tersebut kemudian di plotkan pada kurva kalibrasi (densitas vs
%volume) sehingga akan diperoleh %volme untuk masing-masing sampel.
Dari pengukuran densitas tersebut dapat dilihat bahwa densitas destilat
yang diperoleh mendekati nilai densitas etanol murni.
Pada percobaan ini juga di tentukan jumlah stage yang diperoleh
dengan menggunakan metode pembuatan grafik kesetimbangan etanol-air
atau dengan metode Mc-Cabe and Thile. Metode ini memerlukan data
fraksi mol umpan, destilat dan bottom untuk penentuan daerah stage.
Berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasi etanol pada destilat sebesar
98,37%. Hal ini menunjukkan bahwa destilasi fraksionasi menghasilkan
kemurnian yang cukup tinggi.
Pada alat destilasi fraksinasi ini digunakan 7 stage. Adapun pada
penentuan stage berdasarkan kurva kesetimbangan diperoleh 7 stage. Ini
berarti hasil yang di peroleh sesuai dengan stage sesungguhnya yang
terdapat pada alat destilasi fraksionasi.
Persen kehilangan etanol berdasarkan hasil perhitungan disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah kemungkinan menguapnya etanol
atau kebocoran alat sehingga pada saat proses destilasi dilakukan sebagian
dari etanol tertumpah.

IX.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah diperoleh kesimpulan antara lain:
Komposisi komponen dari campuran yaitu:
a) Feed
Volume etanol
= 1097,46 ml
Volume air
= 1515,54 ml
Fraksi mol etanol
= 0,183
Fraksi mol air
= 0,817
b) Destilat
Volume etanol
= 88,55 ml
Volume air
= 0,45 ml
Fraksi mol etanol
= 0,9837
Fraksi mol air
= 0,0163
c) Bottom
Volume etanol
= 984,36 ml
Volume air
= 1539,64 ml
Fraksi mol etanol
= 0,165
Fraksi mol air
= 0,835
Jumlah stage dari destilasi fraksionasi yang ditentukan dari kurva
kesetimbangan yaitu 7 stage.

X.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Teknik Kimia ITB. Panduan Pelaksanaan Laboratorium
Instruksional I/II. Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung:
Bandung.
Pratiwi, Dewi Ariska. 2016. Laporan Destilasi Sederhana. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang: Makassar.
Saputri, Hardina Apri, dkk. 2014. Laporan Tetap Satuan Operasi Distilasi
Fraksionasi. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.
Zulmanwardi. 2007. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi 2. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang: Makassar.

Anda mungkin juga menyukai