Anda di halaman 1dari 7

Pengelolaan Kuantitas Dan Kontinuitas Sumber Daya Air

Air merupakan sumberdaya utama untuk kehidupan manusia dan semua


makhluk hidup. Tanpa air tidak ada kehidupan di permukaan bumi. Tubuh
manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 65% dari berat badannya. Orang
dewasa membutuhkan 3-5 liter air minum setiap hari untuk kelangsungan
hidupnya. Selain itu setiap individu di Indonesia membutuhkan air 144
ltr/hari dan 175 ltr/hari di Kota Medan untuk keperluan mandi, cuci dan keperluan
rumah tangga lainnya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air, Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat. Sedangkan Pengelolaan sumber daya air
adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
dan pengendalian daya rusak air.
Ada 3 (tiga) aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyediaan air
bersih di suatu kawasan, yaitu: aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Aspek
kuantitas yang berhubungan dengan kebutuhan air bersih, debit air baku yang
tersedia dan kapasitas dari fasilitas pengolahan air bersih dan air kotor. Aspek
kualitas yang berhubungan dengan standar air bersih ataupun air baku untuk
diolah menjadi air bersih atau air minum.

Adapun standar air baku dan air bersih di Indonesia mengacu


pada:
1. Standar air baku untuk air minum: PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
2. Standar air bersih: Keputusan Menkes No. 416/1990 tentang Persyaratan
Kualitas Air Bersih.
Aspek kontinuitas berhubungan dengan jaminan ketersediaan air baku
untuk diolah menjadi air bersih sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia
berdasarkan peruntukannya dan tersedianya sepanjang kita butuhkan merupakan
salah satu hal pokok dalam pengelolaan air untuk keperluan masyarakat, untuk itu
perlu diketahui tinggi air sungai minimum yang terjadi pada musim air kering
yang harus dapat memenuhi kebutuhan air bersih. Untuk menjaga kuantitas dan
kontinuitas sumberdaya air tersebut, maka yang perlu kita perhatikan adalah
sumber atau asal air yang akan dijadikan sebagai bahan baku air minum tersebut.
Kuantitas dan kontinuitas air tidak terlepas dari terpeliharanya siklus
hidrologi, sistem pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan beban pencemaran
yang terjadi di suatu daerah. Siklus hidrologi yang terjadi secara alami akan
memberikan ketersedian air sepanjang tahun, namun demikian langkah ini harus
dibarengi dengan pengelolaan daerah aliran sungai yang berfungsi sebagai
catchmant area air hujan.
Salah satu alternatif dalam menjaga kuantitas dan kontinuitas bahan baku
air minum pada daerah yang mempunyai curah hujan rendah / kering adalah
dengan pembangunan waduk dan bendungan yang diharapkan dapat menampung
air sehingga ketersedian air di musim kemarau tetap terjaga. Dan tanpa disadari,
Indonesia sekarang telah mengalami proses penggunaan air yang berlangsung

dengan laju kecepatan yang lebih besar dari proses penyimpanannya, karena
penyediaan air dari aliran mantap berkurang karena kemampuan hutan, bumi dan
tanah kita dalam menahan air hujan makin berkurang.
Air yang dapat menjadi sumber bahan baku air minum dan mandi-cucikakus (MCK) dapat bersumber dari air hujan, sungai, sumber mata air, sumur,
bendungan, waduk dll. Dalam upaya pendayagunaan dan pemanfaatan air, ada dua
kriteria yang harus dipenuhi :
tingkat kualitas dari air baku yang harus tersedia, dan
tingkat kualitas air minum olahan dari air baku.
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan air untuk
keperluan domestik, industri dan irigasi di Indonesia pada tahun 2000 ke atas
diperkirakan sebesar 164.933.106 m3/ tahun. Sedangkan kebutuhan air tawar ratarata sekitar 12 liter/hari /orang, dinegara maju misalnya Inggris kebutuhan air
mencapai 150 liter/hari/orang, bahkan di Amerika Serikat mencapai 250 liter/hari/
orang, sedangkan kebutuhan air tawar di Indonesia berkisar 40 liter/hari/orang.
Air yang bersih dan dapat menjadi air minum biasanya mempunyai pH =
7, dan oksigen terlarut jenuh berkisar 9 mg/l (ppm), kadar unsur-unsur tertentu
yang terkandung didalamnya tidak melebihi ambang batas yang membahayakan
dan telah ditetapkan sesuai dengan standar mutu internasional. Kualitas air dapat
dilihat dari tiga golongan sifat yang penting yaitu sifat fisik, kimia dan biologis.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat standar kualitas air untuk bakumutu sumber air
golongan A dan standar kualitas air golongan A yang berlaku di Indonesia
berdasarkan:
1. Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup, No. Kep 02/
MENKLH/I/1988.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 atau


peraturan yang terbaru lainnya.
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan wilayah (lahan) yang
menerima masukan hujan, menyimpan dan mengalirkan air melalui jaringan
sungai, sehingga menghasilkan luaran berupa debit sungai. Hubungan hujanlimpasan/debit sungai menyatakan kondisi hidrologi DAS, dan diharapkan bahwa
DAS memiliki fungsi yang menjamin keberlanjutan hubungan hujan-limpasan
yang seimbang. Apabila keberlanjutan fungsi-fungsi DAS ini terganggu karena
telah terjadi perubahan bio-geo-fisik lahan DAS, maka dikatakan telah terjadi
kerusakan DAS atau dikenal dengan DAS Kritis.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pengelolaan DAS adalah upaya manusia
dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia
di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian
ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara
berkelanjutan.
Sumberdaya air yang merupakan bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai
(DAS) terdiri dari sub sistem sumberdaya lahan, sumberdaya hutan, sumberdaya
sosekbud, dan sumberdaya air itu sendiri. Pengelolaan sumberdaya air tidak
terlepas dari pengelolaan DAS, dengan demikian strategi pengelolaan DAS yang
baik akan menghasilkan sumberdaya air yang baik pula. Proteksi DAS mengacu
kepada komoditas jasa lingkungan yang terdiri dari seperangkat pemanfaatan
lahan yang menjaga kesatuan dari DAS untuk menghasilkan air yang secara
kualitas relatif bebas dari bahan pencemar, berbagai jasa lingkungan DAS

biasanya berasosiasi dengan keterkaitan daerah hulu dan hilir yang memberikan
implikasi bahwa penyedia jasa tidak dapat menjadi pemanfaat jasa dan dengan
demikian mekanisme pembayaran jasa lingkungan terjadi antara komunitas hulu
dan penerima manfaat di hilir.
Upaya konservasi sumberdaya air dilakukan dengan cara mengendalikan
aliran permukaan guna memperkecil daya rusak air, menampung dan menahan
limpasan hujan untuk dimanfaatkan secara optimal dan air mempunyai
kesempatan yang lebih lama untuk masuk ke dalam tanah. Kegiatan konservasi
sumberdaya air dilakukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan ketersediaan
air, baik secara kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Pengaruh hutan pada tata
air (hasil air) akan nyata bila kondisi hutan mengalami perubahan secara nyata.
Adanya penanaman maupun penebangan yang luas, menimbulkan perubahan
dalam tata air (hasil air) secara nyata. Perubahan hutan (penebangan atau
penanaman) yang sempit (tidak luas) pengaruhnya terhadap hidrologi (tata air)
tidak nyata atau tidak terdeteksi.
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam
kaitannya dengan sumber daya air adalah kerusakan sumber-sumber air yang
menyebabkan penurunan kuantitas, kualitas dan kontinuitas ketersediaan sumber
daya air. Hal ini terjadi karena besarnya tekanan penduduk dengan penggunaan air
telah melampaui daya dukung lingkungan sehingga terjadi degradasi daya
tampung lingkungan.
Permasalahan sumber daya air ini diperparah oleh adanya limbah dan
percemaran sumber air yang menurunkan mutu air lingkungan. Upaya
pengendalian mutu air menunjukkan bahwa limbah dan pencemaran air ini telah

menjadi pengguna air yang bersaing dengan pengguna air lainnya. Permasalahan
sumber daya air yang semakin kompleks ini menuntut kita untuk mengelola
sumber daya air dengan baik sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat
dengan baik.
Dalam rencana Pembangunan Menengah Nasional tahun 2004 2009 (PP
No: 7 tahun 2005) disebutkan DAS yang berada pada kondisi kritis semakin
meningkat dari 22 DAS (tahun 1984) menjadi 39 DAS (tahun 1994) dan
meningkat menjadi 62 DAS (tahun 1999). Pada saat ini diperkirakan DAS kritis
telah meningkat menjadi sekitar 282 DAS.

DAFTAR PUSTAKA

Ruslan, M., 2016., Pemantauan, Metode Sampling dan Pengolahan Air., Bahan
Ajar, Universitas Hasanuddin.

Parwitan, H dan Kartiwa, B., 2009., Degradasi Sumber-Sumber Air., Institut


Pertanian Bogor, Bandung.
Rohmat, D., 2009., Posisi Strategis Upaya Konservasi Untuk Pengelolaan Sumber
Daya Air (DAS) Citarum di Indonesia., Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai