dengan laju kecepatan yang lebih besar dari proses penyimpanannya, karena
penyediaan air dari aliran mantap berkurang karena kemampuan hutan, bumi dan
tanah kita dalam menahan air hujan makin berkurang.
Air yang dapat menjadi sumber bahan baku air minum dan mandi-cucikakus (MCK) dapat bersumber dari air hujan, sungai, sumber mata air, sumur,
bendungan, waduk dll. Dalam upaya pendayagunaan dan pemanfaatan air, ada dua
kriteria yang harus dipenuhi :
tingkat kualitas dari air baku yang harus tersedia, dan
tingkat kualitas air minum olahan dari air baku.
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan air untuk
keperluan domestik, industri dan irigasi di Indonesia pada tahun 2000 ke atas
diperkirakan sebesar 164.933.106 m3/ tahun. Sedangkan kebutuhan air tawar ratarata sekitar 12 liter/hari /orang, dinegara maju misalnya Inggris kebutuhan air
mencapai 150 liter/hari/orang, bahkan di Amerika Serikat mencapai 250 liter/hari/
orang, sedangkan kebutuhan air tawar di Indonesia berkisar 40 liter/hari/orang.
Air yang bersih dan dapat menjadi air minum biasanya mempunyai pH =
7, dan oksigen terlarut jenuh berkisar 9 mg/l (ppm), kadar unsur-unsur tertentu
yang terkandung didalamnya tidak melebihi ambang batas yang membahayakan
dan telah ditetapkan sesuai dengan standar mutu internasional. Kualitas air dapat
dilihat dari tiga golongan sifat yang penting yaitu sifat fisik, kimia dan biologis.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat standar kualitas air untuk bakumutu sumber air
golongan A dan standar kualitas air golongan A yang berlaku di Indonesia
berdasarkan:
1. Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup, No. Kep 02/
MENKLH/I/1988.
biasanya berasosiasi dengan keterkaitan daerah hulu dan hilir yang memberikan
implikasi bahwa penyedia jasa tidak dapat menjadi pemanfaat jasa dan dengan
demikian mekanisme pembayaran jasa lingkungan terjadi antara komunitas hulu
dan penerima manfaat di hilir.
Upaya konservasi sumberdaya air dilakukan dengan cara mengendalikan
aliran permukaan guna memperkecil daya rusak air, menampung dan menahan
limpasan hujan untuk dimanfaatkan secara optimal dan air mempunyai
kesempatan yang lebih lama untuk masuk ke dalam tanah. Kegiatan konservasi
sumberdaya air dilakukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan ketersediaan
air, baik secara kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Pengaruh hutan pada tata
air (hasil air) akan nyata bila kondisi hutan mengalami perubahan secara nyata.
Adanya penanaman maupun penebangan yang luas, menimbulkan perubahan
dalam tata air (hasil air) secara nyata. Perubahan hutan (penebangan atau
penanaman) yang sempit (tidak luas) pengaruhnya terhadap hidrologi (tata air)
tidak nyata atau tidak terdeteksi.
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam
kaitannya dengan sumber daya air adalah kerusakan sumber-sumber air yang
menyebabkan penurunan kuantitas, kualitas dan kontinuitas ketersediaan sumber
daya air. Hal ini terjadi karena besarnya tekanan penduduk dengan penggunaan air
telah melampaui daya dukung lingkungan sehingga terjadi degradasi daya
tampung lingkungan.
Permasalahan sumber daya air ini diperparah oleh adanya limbah dan
percemaran sumber air yang menurunkan mutu air lingkungan. Upaya
pengendalian mutu air menunjukkan bahwa limbah dan pencemaran air ini telah
menjadi pengguna air yang bersaing dengan pengguna air lainnya. Permasalahan
sumber daya air yang semakin kompleks ini menuntut kita untuk mengelola
sumber daya air dengan baik sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat
dengan baik.
Dalam rencana Pembangunan Menengah Nasional tahun 2004 2009 (PP
No: 7 tahun 2005) disebutkan DAS yang berada pada kondisi kritis semakin
meningkat dari 22 DAS (tahun 1984) menjadi 39 DAS (tahun 1994) dan
meningkat menjadi 62 DAS (tahun 1999). Pada saat ini diperkirakan DAS kritis
telah meningkat menjadi sekitar 282 DAS.
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan, M., 2016., Pemantauan, Metode Sampling dan Pengolahan Air., Bahan
Ajar, Universitas Hasanuddin.