Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

MENGUAK PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BERSEJARAH


(STUDI INTERPRETIF PADA MUSEUM SEMARAJAYA KLUNGKUNG)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebijakan akuntansi yang tidak
mengharuskan pemerintah menyajikan aset bersejarah di laporan posisi keuangan,
namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK). Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi pemahaman para aktor dari
pengalamannya terlibat langsung dalam pengelolaan aset bersejarah di Museum
Semarajaya. Penelitian mengkaji perlakuan akuntansi dalam konteks pengakuan,
penilaian, dan pengungkapan heritage assets.
Dalam rangka mengeksplorasi pemahaman perlakuan akuntansi aset
bersejarah dari perspektif pengelola, studi kasus digunakan sebagai pendekatan
dengan paradigma intepretif, dimana data yang didapatkan sesuai dengan realita
atau fenomena yang terjadi di lapangan. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan
dan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, peneliti menggunakan
metode pengumpulan data yang saling melengkapi yaitu wawancara, dokumentasi
dan observasi. Data disajikan dalam bentuk narasi yang berupa kutipan langsung
dari para informan dalam penelitian. Data yang diperoleh dari interpretasi
informan kemudian dianalisis secara mendalam.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa informan memahami definisi
heritage assets dari sudut pandang kriteria aset tetap dan pengertian cagar budaya.
Temuan lainnya bahwa heritage assets yang dapat diakui dalam neraca adalah
yang diperoleh pada periode berjalan. Penilaian digunakan dengan harga
perolehan yang dianggap sebagai atribut yang relevan. Namun, praktik akuntansi
heritage assets dalam pelaporan keuangan belum sesuai dengan standar akuntansi
yang ditetapkan oleh pemerintah. Keberadaan aset bersejarah museum yang tidak
bisa teridentifikasi nilainya belum disajikan dan diungkapkan dalam CaLK.
Kata kunci: Akuntansi, aset bersejarah, pengakuan, penilaian, pengungkapan,
laporan keuangan, CaLK.

viii

ABSTRACT
REVEALING THE ACCOUNTING TREATMENT OF
HERITAGE ASSETS
(INTERPRETIVE STUDY AT MUSEUM SEMARAJAYA KLUNGKUNG)
This research is motivated by the accounting policies that the government
do not require presents heritage assets in the balance sheet, however, the asset
should be disclosed in the Notes to the Financial Statements (CaLK). The study
aims to explore the understanding of the actors from their experience directly
involved in the management of heritage assets in the Museum Semarajaya. The
study evaluated the accounting treatment in the context of the recognition,
assessment and disclosure of heritage assets.
In order to explore the understanding of the accounting treament from the
perspective of the informant, is used as a case study approach with intepretif
paradigm, where data obtained in accordance with the facts or phenomena that
occur in the field. To obtain the required data and in accordance with the subject
matter under study, researchers used data collection methods that complement
each other is an interview, documentation and observation. Data is presented in
narrative form in the form of direct quotes from informants in the study. Data
obtained from the interpretation of the informant then analyzed in depth.
Results of the study indicate that the informant understands the definition
of heritage assets from viewpoint of the fixed assets and cultural heritage. Other
findings that heritage assets that can be recognized in the balance sheet was
obtained in the current period. Assessment used with an historical cost which is
considered as the relevant attributes. However, the accounting practices of
heritage assets in financial reporting is not in accordance with the accounting
standards set by the government. The existence of the museum historic assets that
can not be identified value has not been presented and disclosed in Financial
Statement.
Keywords: Accounting, heritage assets, recognition, assessment, disclosure,
financial statements.

ix

Anda mungkin juga menyukai