PERUSAHAAN
Diajukan sebagai tugas dalam mata kuliah kapita selekta pajak
Disusun oleh:
Kelompok 3
Astrid Felisia Syiami
161522039
161522041
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persaingan usaha mendorong perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang
Salah satu transaksi akuisisi pertama di pasar modal Indonesia adalah akuisisi yang
dilakukan oleh PT Jakarta Internasional Hotel Development melalui pembelian 100% saham
PT Danayasa Arthatama pada tahun 1990. Dengan dikeluarkannya Surat oleh Ketua Bapepam
kepada seluruh emiten dengan nomor S-456/PM/1991 yang berisikan persyaratan yang harus
dipenuhi dalam pembelian saham atau penyertaan pada perusahaan lain, maka kegiatan
akuisisi menjadi semakin sering dilakukan.
Hal yang menjadi perhatian pada saat itu adalah bahwa peraturan yang diterapkan
belum cukup untuk melindungi kepentingan publik terutama untuk transaksi akuisisi yang
mengandung benturan kepentingan, seperti transaksi akuisisi internal. Yang terjadi pada saat
itu adalah pada akuisisi internal, pengambil keputusan mulai dari rencana sampai dengan
pelaksanaan transaksi berada pada pihak yang sama sehingga menyebabkan adanya benturan
kepentingan. Sebagai contoh adalah akuisisi yang dilakukan oleh PT Indo Cement terhadap
PT Bogasari, Indofood dan Wisma Indocement pada tahun 1992. Peraturan yang berlaku pada
saat itu adalah bahwa keputusan boleh tidaknya suatu transaksi dilakukan ditentukan oleh
suara terbanyak pada RUPS, sedangkan suara terbanyak dimiliki oleh pemegang saham
utama yang memang berkepentingan dengan transaksi-transaksi tersebut.
Peraturan Bapepam No IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, yang
berisikan bahwa setiap transaksi yang mengandung benturan kepentingan harus mendapat
persetujuan pemegang saham independen. Dapat diartikan bahwa walaupun pemegang saham
utama setuju dengan suatu transaksi, tapi transaksi tersebut tidak disetujui pemegang saham
independen maka transaksi tersebut tidak dapat dilaksanakan. Pemegang saham independen
adalah mereka yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan suatu transaksi tertentu
dan atau bukan merupakan pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham
utama yang mempunyai benturan kepentingan atas transaksi tertentu. Perlindungan yang
diberikan oleh aturan Bapepam tersebut misalnya adalah kewajaran nilai transaksi,
penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap merger dan akuisisi,
keterbukaan informasi, dan sebagainya. Pada akhirnya merger dan akuisisi dapat dilakukan
apabila telah memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal.
Ada beberapa tujuan perusahaan untuk melakukan merger diantaranya :
1. Lebih murah mendapatkan fasilitas yang sudah ada dari pada membangun. (Cost
Advantage).
2. Lebih
kecil
risikonya
membeli
pabrik
dan
pasar
yang
ada
dari
pada
3. Jika fasilitas didapatkan dengan membeli maka kegiatan perusahaan bisa langsung
beroperasi dari pada melalui pembangunan sendiri yang perlu waktu untuk perijinan,
konstruksi, uji coba. (Fewer Operating Delays).
4. Dengan melakukan penggabungan usaha, perusahaan menjadi semakin besar dan kuat
sehingga dapat terhindar dari pengambil alihan oleh perusahaan lain. (Avoidance Of
Takeovers).
5. Melalui penggabungan usaha dapat diperoleh patents, mineral rights, hasil penelitian,
goodwill (databse pelanggan, nama baik perusahaan, manajemen yang baik, lokasi
yang baik). (Aquisition of intangible assets).
6. Untuk menghindari kewajiban perpajakan (Tax Avoidance).
BAB II
LANDASAN HUKUM DAN LANDASAN TEORI
2.1
karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru. Pada metode ini aktiva
bersih dibukukan sesuai nilai buku (book value), tidak terdapat goodwill dan kenaikan
nilai aktiva dan selisih biaya perolehan (cost of investment) dengan nilai buku (book
value) aktiva perusahaan.
Penggabungan usaha (business combination) atau yang biasa dikenal dengan
konsolidasi atau merger merupakan salah satu bentuk tindakan restrukturisasi yang paling
sering dipakai, dibanding tindakan-tindakan yang lainnya. Beams dan Jusuf (1998:2-3)
mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan yang muncul sehingga beberapa perusahaan
mengambil tindakan untuk melakukan penggabungan usaha yaitu :
a. Manfaat biaya (Cost Advantange)
Lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan
melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan, terutama pada
keadaan inflasi.
b. Risiko Lebih Rendah (Lower Risk).
Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih besar risikonya
dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan
usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.
c. Penundaan Operasi Lebih Sedikit (Fewer Operating Delays).
Fasilitas- fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat
diharapkan untuk segera beroperasi. Sedangkan apabila membangun fasilitas
perusahaan yang baru akan menimbulkan masalah yang baru juga misalnya
perlunya izin pemerintah.
d. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance Of Takeovers).
Beberapa perusahaan bergabung untuk mencegah pengambilalihan diantara
mereka.
e. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud
maupun berwujud. Akusisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan,
atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu
penggabungan usaha.
f. Alasan-alasan lain.
Selain untuk perluasan, perusahaan-perusahaan mungkin memilih penggabungan
usaha untuk memperoleh manfaat dari segi pajak. Meskipun pada dasarnya
Aspek Perpajakan atas Restrukturisasi Perusahaan
Pada Metode ini aktiva bersih dibukukan sesuai biaya perolehan (cost of
investment) yaitu sejumlah kas atau harga pasar aktiva lain yang dikeluarkan
untuk membeli perusahaan.
Nilai aktiva diadjust sesuai harga pasar (fair value) dan menjadi dasar pengenaan
depresiasi dan amortisasi yang baru bagi perusahaan setelah akuisisi.
Goodwill diakui sebagai selisih biaya perolehan (cost of investment) dengan harga
pasar (fair value) aktiva perusahaan yang diakuisisi. Nantinya akan diamortisasi
oleh perusahaan setelah akuisisi.
Pada metode ini aktiva bersih dibukukan sesuai nilai buku (book value), tidak
terdapat goodwill dan kenaikan nilai aktiva.
selisih biaya perolehan (cost of investment) dengan nilai buku (book value) aktiva
perusahaan.
Saham yang ditawarkan adalah jenis saham yang memiliki hak suara dan
identik dengan jenis saham yang dimiliki oleh mayoritas pemegang saham
yang sekarang
5.
Hak suara pemegang saham tetap terjaga dalam perusahaan gabungan. Hak
tersebut tidak boleh dikurangi atau dibatasi penggunaanya untuk suatu periode
9.
nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan pada harga pasar (arm length transaction).
Kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Dalam hal ini , selisih antara harga pasar
dan nilai sisa buku harta yang dialihkan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak atau
dengan perkataan lain menggunakan purchase method.
Sesuai dengan Surat Edaran No SE-23/PJ.42/1999 yang ditetapkan tanggal 27 Mei
1999 tentang Buku Panduan Tentang Perlakuan Perpajakan atas Restrukturisasi Perusahaan,
diatur mengenai definisi Merger, bentuk-bentuk Merger, Peleburan Usaha (Consolidation),
Pemekaran
Usaha
(Expansion), Restrukturisasi
dengan menggunakan
nilai
buku.
5. Peraturan Pemerintah no. 14 tahun 1997 mengatur bahwa pemilik saham pendiri
dikenakan tambahan pajak Penghasilan sebesar 0,5% dari harga saham pada saat
penawaran umum perdana.
6. Selanjutnya Keputusan Menteri Keuangan No. 282/KM.04/1997 menjelaskan
tentang saham pendiri
7. Peraturan Menteri Keuangan 43/PMK.03/2008 (tidak boleh kompensasi
kerugian untuk merger dengan nilai buku)
-
Wajib Pajak yang melakukan Merger dengan menggunakan nilai buku tidak
boleh mengkompensasikan kerugian/sisa kerugian dari Wajib Pajak yang
menggabungkan diri/Wajib Pajak yang dilebur.
2.4
adequacy ratio) tidak dapat merger. Padahal bank-bank tersebut rugi besar dan
terancam dilikuidasi namun tidak dapat mengkompensasikan kerugiannya padahal
perusahaan dalam situasi normal saja dapat mengkompensasikan kerugian. Hal ini
menimbulkan ketidakadilan antara sesama Wajib Pajak.
Untuk menyeimbangkan antara insentif ekonomi, asas keadilan dan usaha pencegahan
penghindaran pajak, beberapa negara menyatakan hal yang sama seperti PSAK no. 22, yaitu
persyaratan khusus untuk merger dengan nilai buku (bebas pajak) dan nilai pasar (tidak bebas
pajak).
2.4.1
dikatakan Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
Artinya Dikenakan PPh final sebesar 5% dari mana yang lebih tinggi antara Nilai yang tertera
di akta pengalihan dan NJOP PBB.
Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP), yaitu a. jual beli
adalah harga transaksi peleburan usaha adalah nilai pasar dikalikan 5%. (NPOP Kena Pajak =
NPOP NPOPTKP).
2.4.2
Pengenaan PPN
PPN yang dikenakan atas pengalihan aktiva tersebut merupakan PPN Keluaran bagi
transferor company yang dapat dikreditkan sebagai PPN Masukan oleh acquiring company.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pemilik saham pendiri dikenakan tambahan pajak
Penghasilan sebesar 0,5% dari harga saham pada saat penawaran umum perdana.
Pengertian Saham pendiri sendiri adalah :
a. Saham yang diperoleh pendiri berasal dari kapitalisasi agio yang dikeluarkan setelah
penawaran umum perdana
b. Saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri
Adapun yang dimaksud pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya tercatat dalam
Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas sebelum Pernyataan Pendaftaran yang diajukan kepada Bapepam dalam rangka
penawaran umum perdana. Termasuk dalam pengertian pendiri adalan orang pribadi atau
10
Warisan
Hibah
Cara lain yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan pada saat pengalihan tersebut
Ketika pertama kali diperkenalkan PPN dengan UU Nomor 8 Tahun 1983, pengalihan
BKP dalam restrukturisasi usaha sebenarnya tidak termasuk penyerahan kena pajak. Hal ini
diatur dalam Pasal 1 huruf d UU tersebut di mana dinyatakan bahwa pemindahtanganan
sebagian atau seluruh perusahaan tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena
Pajak.
Dalam UU Nomor 11 Tahun 1994 (perubahan pertama UU PPN), masalah ini
dipertegas lagi dengan menyatakan bahwa tidak termasuk dalam penyerahan Barang Kena
Pajak adalah penyerahan Barang Kena Pajak dalam rangka perubahan bentuk usaha atau
penggabungan usaha atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan
perubahan pihak yang berhak atas persediaan Barang Kena Pajak.
Namun demikian, mulai 1 Januari 2001, pengalihan BKP dalam rangka restrukturisasi usaha
ini dikenakan PPN di mana dalam Pasal baru yaitu Pasal 1A UU Nomor 18 Tahun 2000,
penyerahan BKP dalam rangka restrukturisasi usaha ini tidak lagi dimasukkan dalam daftar
bukan penyerahan BKP.
Bagaimana dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 yang berlaku 1 April 2010? Ternyata,
perlakuan PPN atas penyerahan BKP dalam rangka restrukturisasi usaha ini kembali seperti
semula yaitu tidak dikenakan PPN. Namun demikian, kondisi ini berlaku jika yang
mengalihkan dan yang menerima pengalihan statusnya adalah Pengusaha Kena Pajak. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 1A ayat (2) huruf d :
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah:
Dengan demikian, apabila salah satu bukan Pengusaha Kena Pajak, maka atas pengalihan ini
tetap dikenakan PPN.
Dalam Pasal 9 ayat (14) UU nomor 42 Tahun 2009 diatur bahwa dalam hal terjadi
pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka restrukturisasi usaha, Pajak Masukan atas
Barang Kena Pajak yang dialihkan yang belum dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang
Aspek Perpajakan atas Restrukturisasi Perusahaan
11
mengalihkan dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menerima pengalihan,
sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan Pajak Masukan
tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi.
Ketentuan ini pada hakikatnya adalah menghidupkan kembali rumusan yang hampir serupa
dalam Pasal 9 ayat (14) UU Nomor 11 Tahun 1994 yang sempat dihapuskan oleh UU Nomor
18 Tahun 2000.
2.5
12
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1
Enseval (Enseval dan secara bersama-sama dengan Kalbe dan Dankos disebut peserta
penggabungan) bermaksud untuk melakukan penggabungan di mana Dankos dan Enseval
(secara bersama-sama akan selanjutnya disebut perusahaan yang bergabung) akan
bergabung ke dalam Kalbe (penggabungan). Penggabungan sebagaimana dimaksud dalam
rancangan penggabungan ini merupakan transaksi benturan kepentingan, yaitu terjadinya
benturan kepentingan transaksi tertentu yaitu danya hubungan kepemilikan dan hubungan
kepengurusan. Informasi Keuangan dari perusahaan yang bergabung adalah sebagai berikut:
A. PT. Kalbe
PT Kalbe melakukan kegiatan usaha dibidang farmasi, makanan kesehatan dan
kemasan. Bentuk kegiatan mulai dari pembuatan produk sampai dengan
pemasarannya. Laporan keuangan PT Kalbe per 31 Mei 2005 adalah sebagai berikut:
NERACA KONSOLIDASI
31 Mei 2005 (Rp)
Aktiva
Aktiva Lancar
Aktiva Tidak Lancar
Jumlah Aktiva
Kewajiban dan Ekuitas
Kewajiban Lancar
Kewajiban Tidak Lancar
Hak Minoritas Aktiva Bersih
Ekuitas
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
LAPORAN LABA RUGI
Penjualan Bersih
Laba Kotor
Beban Usaha
Laba Usaha
Beban Lain-Lain
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Beban Pajak Penghasilan
Laba Sebelum Hak Minoritas Atas Laba Bersih
Hak Minoritas Laba Bersih Anak Perusahaan
Laba Bersih
B. PT Dankos
2.787.686.026.258
713.083.516.043
3.500.769.542.301
872.235.808.501
749.667.696.825
392.607.939.716
1.486.258.087.259
3.500.769.542.301
1.807.287.021.113
1.006.490.925.318
523.539.968.754
482.950.956.564
(29.765.423.342)
453.185.533.222
137.681.925.366
315.503.607.856
(45.060.776.918)
270.442.830.938
13
Ruang lingkup kegiatan usaha Dankos adalah berusaha dalam bidang industry
farmasi dan kosmetik, perdagangan serta perwakilan/agen untuk menjalankan kegiatan
tersebut. Hasil produksi Dankos terdiri dari obat bebas dan obat resep dokter. Laporan
keuangan PT Dankos per 31 Mei 2005 adalah sebagai berikut:
NERACA KONSOLIDASI
31 Mei 2005 (Rp)
Aktiva
Aktiva Lancar
Aktiva Tidak Lancar
Jumlah Aktiva
Kewajiban dan Ekuitas
Kewajiban Lancar
Kewajiban Tidak Lancar
Hak Minoritas Aktiva Bersih
Ekuitas
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
LAPORAN LABA RUGI
Penjualan Bersih
Laba Kotor
Beban Usaha
Laba Usaha
Beban Lain-Lain
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Beban Pajak Penghasilan
Laba Sebelum Hak Minoritas Atas Laba Bersih
Hak Minoritas Laba Bersih Anak Perusahaan
Laba Bersih
953.985.205.035
253.343.191.759
1.207.328.396.794
472.305.493.612
21.700.350.652
6.621.620.662
706.700.931.868
1.207.328.396.794
679.258.534.087
372.820.131.307
189.493.702.700
183.326.428.607
(1.499.501.557)
181.826.927.050
52.263.338.500
129.563.588.550
(43.804.285)
129.607.392.835
C. PT ENSEVAL
Ruang lingkup usaha Enseval adalah berusaha dalam bidang perdagangan besar
(distributor utama) untuk barang-barang dagangan antara lain obat-obatan, alat
kesehatan, makanan dan minuman. Laporan keuangan PT Enseval per 31 Mei 2005
adalah sebagai berikut:
NERACA KONSOLIDASI
31 Mei 2005 (Rp)
Aktiva
Aktiva Lancar
3.947.008.852.619
Aspek Perpajakan atas Restrukturisasi Perusahaan
14
879.822.023.900
4.826.830.876.519
1.229.645.394.928
938.931.474.085
465.152.851
1.388.173.872.041
1.269.614.982.614
4.826.830.876.519
2.365.784.101.635
1.262.642.122.801
665.455.311.900
597.186.810.901
(49.035.527.575)
548.151.283.326
169.931.863.181
378.219.420..145
210.225.717.373
167.993.702.772
Sebelum Penggabungan
Setelah Penggabungan
Jumlah Saham
17.000.000.000
Nilai Nominal @Rp 50
Rp 850.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh:
Jumlah Saham
8.121.600.000
Nilai Nominal @Rp 50
Rp 406.080.000.000
Saham Dalam Portepel:
Jumlah Saham
8.878.400.000
Nilai Nominal @Rp 50
Rp 443.920.000.000
17.000.000.000
Rp 850.000.000.000
Dari
segi
akuntansi
PT Enseval
dikategorikan
10.156.014.422
Rp 507.800.721.100
6.843.985.578
Rp 342.199.978.900
sebagai
perusahaan
yang
15
Sebelum Penggabungan
(Rp)
Setelah
(Rp)
2.787.686.026.258
713.083.516.043
3.500.769.542.301
3.893.819.965.143
919.180.579.913
4.813.000.545.056
872.235.808.501
749.667.696.825
1.486.258.097.259
3.500.769.542.301
1.413.413.490.736
1.224.883.433.869
2.174.703.620.451
4.813.000.545.056
1.807.287.021.113
523.539.968.754
482.950.956.564
453.185.533.222
270.442.830.938
59.47
33.30
2.365.784.101.635
665.455.311.900
597.186.810.901
548.151.283.326
333.944.452.414
58.80
32.88
Jika dilihat dari substansi yang telah dilakukan oleh ke tiga perusahaan di atas dengan
menggunakan metode penggabungan usaha pooling of interest ada yang kurang tepat. Di
samping itu penentuan konversi untuk jumlah saham hasil penggabungan usaha, perlu
dijelaskan dasar perhitungannya. Penggabungan usaha menggunakan pooling of interest
harus berpatokan pada nilai buku perusahaan yang bergabung, tidak ada penambahan aset
atau penilaian kembali aktiva tetap yang akan menambah nilai aset.
Walaupun pada penggabungan ini ada beberapa persyaratan yang dilaksanakan
diantaranya tidak ada pengeluaran kas, tetapi dengan adanya perubahan aset dan ekuitas
setelah penggabungan maka gugurlah penggabungan usaha dengan metode pooling of
interest, karena menurut Accounting Principle Board (APB) no 16, jika satu syarat saja tidak
terpenuhi (1 dari 12) maka penggabungan usaha harus dicatat dengan menggunakan metode
purchases. Dampaknya pada penggabungan usaha ini perusahaan hasil gabungan yang telah
Aspek Perpajakan atas Restrukturisasi Perusahaan
16
meningkatkan asetnya harus mengeluarkan pajak dari goodwill atau selisih lebih aset
berdasarkan pasal 19 Undang-undang PPh sebesar 10% dan bersifat final. Kecuali ada
informasi lain yang belum disampaikan kepada publik, tetapi sudah disampaikan kepada
pihak pemerintah dalam hal ini departemen keuangan dan perpajakan serta mendapatkan
kebijakan untuk menggunakan metode pooling of interest. Berita acara kebijakan dari yang
berwenang tersebut harus dimasukkan ke dalam bagian dari laporan keuangan hasil
penggabungan usaha.
Sebagai ilustrasi hasil penggabungan usaha berdasarkan pooling of interest ke tiga
perusahaan tersebut secara normal tanpa ada peningkatan aset.
Akan berbeda pula hasilnya jika metode penggabungan usaha yang digunakan adalah
purchases. Dari hasil pelaksanaan penggabungan usaha ketiga perusahaan tersebut dengan
metode purchases, dengan pemisalan ada kenaikan aset dan dengan biaya penggabungan
sebesar Rp 350.000.000 dan biaya penerbitan saham sebesar Rp 300.000.000 adalah sebagai
berikut:
Perusahaan Kalbe Group akan melakukan penjurnalan:
Saham 10.156.014.422 lbr X Rp 50
= Rp 507.800.721.100
17
Biaya Penggabungan
=
350.000.000
Harga Perolehan
Rp 508.150.721.100
Nilai Wajar Aktiva Perusahaan
= Rp 4.813.000.545.056
Total Nilai Wajar Utang
= Rp 4.656.200.000.000
Total Nilai Wajar Aktiva Netto
Rp 156.800.545.056
Goodwill
Rp 351.350.176.044
Aset Lancar
Rp 3.893.819.965.143
Tanah
Rp 250.000.000.000
Bangunan
Rp 650.000.000.000
Peralatan
Rp
19.180.579.913
Goodwill
Rp 351.350.176.044
Utang Lancar
Rp 4.656.200.000.000
Modal Saham
Rp 507.800.721.100
Dasar pengenaan pajak penghasilan atas transaksi di atas didasarkan pada kelebihan
penilaian aset yang mempengaruhi modal perusahaan sebelum penggabungan. Tarifnya
adalah sebesar 10% final dari goodwill perusahaan hasil penggabungan.
18
BAB IV
KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
Merger dan akuisisi merupakan salah satu bentuk dari restrukturisasi. Tujuan dari
restrukturisasi ini adalah untuk mencapai optimalisasi tujuan perusahaan, sehingga
dapat memberikan wealth lebih baik kepada shareholders.
Terdapat 2 metode penggabungan usaha yaitu by purchase dan pooling of interest.
Metode by purchase berdampak pengenaan pajak atas goodwill akibat kenaikan nilai
aset atas penggabungan usaha, sedangkan pooling of interest tidak ada dampak atas
akuntansi perpajakannya.
Pajak yang seharusnya diperhatikan disini adalah
1. PPN atas pengalihan aktiva
2. PPh Pasal 4 Ayat 2
3. BPHTB
4. SPT Tahunan Perusahaan
5. SPT Tahunan Orang Pribadi
Pada studi kasus penggabungan PT Kalbe, pengenaan akuntansi penggabungan usaha
yang tepat adalah dengan by purchase bukan dengan pooling of interest karena adanya
kenaikan nilai aset dan modal sehingga penggabungan tersebut pantas untuk dikenakan
pajak atas goodwill yang muncul dari penggabungan usaha tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aspek Perpajakan atas Restrukturisasi Perusahaan
19
Beams, F & Yusuf, AA. (1998). Akuntansi keuangan lanjutan di Indonesia, Buku Satu.
Jakarta: Salemba Empat.
Hendrian, Muktiyanto Ali. Jurnal Akuntansi Perpajakan Dalam Penggabungan Usaha,
Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka.
Blog Pajak Indonesia
www.pajak.go.id
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0CDwQFjAF
ahUKEwjjk62lp-XHAhXEmZQKHas0ArI&url=http%3A%2F%2Fjurnal.ut.ac.id
%2FJOM%2Farticle%2Fdownload%2F208%2F210&usg=AFQjCNHKVUEMT9HaNV8I7HJek1FG75Olw&sig2=v_6E0OYVTQi87xfS7nN0fQ&bvm=bv.10202
2582,d.dGo
https://fordispajak.wordpress.com/2014/06/20/aspek-perpajakan-atas-mergerpenggabunganperusahaan/
20