Anda di halaman 1dari 11

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

( MPKP)

Di susun oleh:
1. Nurlena
2. Rosmida
3. Taruli
4. Fallynda

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JAKARTA
2016
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terusmenerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan ada hal
penting yang harus dibahas yaitu Model Praktik Keperawatan Profesioanal yang dapat
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dan dalam hal ini, makalah ini akan
membicarakan tentang Model Praktik Keperawatan Profesional.
Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien termasuk individu, keluarga dan
masyarakat. Perawat menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial
dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit,
serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa fenomena diatas
wajib diketahui oleh seorang perawat yang profesional, sehingga profesi keperawatan mampu
memilih dan menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesioanl yang paling tepat bagi klien.
Sehingga diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan
mutu asuhan dan pelayanan keperawatan.

A. PENGERTIAN

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilainilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 1996).
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang nyata
dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik
keperawatan profesional (MPKP).
TUJUAN MODEL KEPERAWATAN
1.Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2.Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh
tim keperawata.
3.Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5.Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota
tim keperawatan.
Ada lima komponen MPKP :
1.

Nilai professional

2.

Pendekatan manajemen

3.

Metode pemberian asuhan keperawatan

4.

Hubungan professional

5.

System penghargaan dan kompensasi

B.

MACAM METODE PENUGASAN DALAM KEPERAWATAN


Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode
pendekatan di bawah ini :

1. Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas

menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga
ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan,
melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan
kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat
tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Administrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan
administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan,
membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala
ruangan.

Kerugian metode fungsional:


- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus

Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai


Kelebihan dari metode fungsional :
- Sederhana
- Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.

Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu
tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk
ketrampilan tertentu.
Contoh metode fungsional
-Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien

2. Metode penugasan pasien/metode kasus


Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh
satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua
laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh
kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di
ruang isolasi dan ICU.

Kekurangan metode kasus :


- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu
memberikan asuhan secara menyeluruh
- Membutuhkan banyak tenaga.
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana
terlewatkan.
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien
bertugas.

Kelebihan metode kasus:


- Kebutuhan pasien terpenuhi.
- Pasien merasa puas.
- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

3. Metode penugasan tim


Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin
kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan
kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
- Ketua tim
- Pelakaana perawatan
- Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan
menggunakan tenaga yang tersedia.

Kelebihan metode tim:


- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Pasien dilayani secara komfrehesif
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Tercipta kerja sama yang baik .
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.

Kekurangan metode tim:


-Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau trburu-buru
sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat.
-Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung

kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.


- Akontabilitas dalam tim kabur.

4. Metode Perawatan Primer


Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep
selama pasien dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
- Menerima pasien
- Mengkaji kebutuhan
- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
- Mengkoordinasi pelayanan
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada perawat asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer:


- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

- Berkomunikasi langsung dengan Dokter


- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

Kelemahan dari metode perawat primer:


- Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat,
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5. Metode Modul (Distrik)


Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan primer. Metode
ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.
Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf
yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang sebelumnya.

C.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


PROFESIONAL
Kelebihan model praktek keperawatan professional :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikankepuasan pada anggota tim
d. bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
e. ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
f. ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing
Kekurangan model praktek keperawatan professional :

a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu
dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
b. Akuntabilitas pada tim.Konsep
c. beban kerja tinggi
d. pendelegasian tugas terbatas
e. kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien tugas
D. KARATERISTIK MPKP
1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

E. LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI MPKP


Tahap persiapan :
1. Pembentukan team
Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP
2. Rancangan penilaian mutu
Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi kepuasan klien.
3. Presentasi MPKP
Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat presentasi.
4. Penetapan tempat implementasi
Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas tenaga perawat
apakah ada staf baru.
5. Identifikasi jumlah klien
Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)
6. Penetapan tenaga keperawatan
7. Penetapan jenis tenaga :
a. Kepala Ruang Rawat
b. Clinical Care Manager

c.

Perawat Primer

d. Perawat Asociate
8. Pengembangan standar asuhan keperawatan
Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis untuk
melakukan tindakan keperawatan
9. Penetapan format dokumentasi keperawatan
10. Identifikasi fasilitas
a.

Badge atau kartu nama tim

b. Papan nama
c.

Papan MPKP

Tahap pelaksanaan :
1. Pelatihan MPKP
2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra
5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien
6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA
8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan
Tahap evaluasi :
1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang
2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
3. Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat
4. Penilaian rata-rata lama hari rawat

Daftar Pustaka

Swanburg, Russel C.2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Perawatan


Klinis.Jakarta:EGC.
Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Panduan
Implementasi,. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai