Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SEJARAH
Teori yang mengatakan bahwa kerak bumitidak bersifat permanen, tetapi bergerak secara
mengapung, mulai diperkenalkan pada awal abad 20. Setelah melalui berbagai perdebatan
yang sengit selama beberapa tahun, ide atau teori ini ditolak oleh sebagian besar ahli ilmu
bumi. Tetapi, selama periode tahun 1950-an sampai 1960-an banyak bukti-bukti yang
ditemukan oleh para peneliti yang mendukung teori tersebut, sehingga teori yang sudah
pernah ditinggalkan ini menjadi pembicaraan lagi atau mulai diperhatikan lagi. Pada tahun
1968 teori tentang kontinen mengapung ini telah diterima secara luas, dan selanjutnya
disebut Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonics).
Pengapungan
Kontinen
Sebuah
Ide
Tentang
Masa
Lalu
Pada tahun 1912, Alferd Wegener, seorang ahli klimatologi dan geofisika, menerbitkan
bukunya yang berjudul The Origin of Continents and Oceans. Pada bukunya ini Wegener
mengemukakan empat teori dasar yang berhubungan dengan hipotesis radikalnya
tentang Pengapungan Kontinen. Salah satu dalilnya mengatakan bahwa dulunya ada sebuah
superkontinen yang kemudian disebut Pangea (berarti benua secara keseluruhan), berada
dalam satu kesatuan. Kemudian dia menghipotesis bahwa sekitar 200 juta tahun yang lalu
superkontinen ini mulai terpecah-pecah menjadi kontinen-kontinen yang lebih kecil, yang
kemudian berpindah secara mengapung dan meempati posisinya seperti sekarang ini.
Wegener dan kawan-kawanya yang sependapat dengan teori ini, kemudian mengumpulkan
sejumlah bukti untuk mendukung pendapatnya. Bukti-bukti tersebut adalah adanya
kesesuaian antara Amerika Selatan dan Afrika, baik dari segi paleoklimatik, fosil, maupun
struktur batuan, yang kesemuanya menunjukkan bahwa kedua benua tersebut pernah menjadi
satu.
Bukti 1 : Kesesuaian Kontinen
Bukti yang paling kuat tentang adanya kesesuaian antara Amerika Selatan dan Afrika telah
dikemukakan oleh Sir Edward Bullard dan kawan-kawanya pada tahun 1960-an. Bukti
tersebut berupa peta yang digambar dengan menggunakan bantuan komputer, dimana datanya
diambil dari kedalaman 900 meter di bawah muka air laut.
Bukti 2 : Fosil
Fosil-fosil yang diajukan oleh Wegener untuk mendukung teorinya, adalah :
Fosil reptil Mesosaurus yang ditemukan di Amerika Selatan Bagian timur dan
Afrika bagian Barat.
menjadi
satu
rangkaian
pegunungan.
Bukti 4 : Paleoklimatik
Dari hasil penelitiannya, Wegener menemukan bahwa pada Akhir Paleozoikum, sebagian
besar daerah di belahan bumi bagian selatan telah ditutupi oleh lempengan-lempengan es
yang tebal. Daerah-daerah tersebut adalah Afrika bagian Selatan, Amerika Selatan, India dan
Australia.
Wegener juga menemukan bukti bahwa pada saat yang sama (Paleozoikum Akhir), daerahdaerah sekitar 30o di dekat khatulistiwa yang beriklim tropis dan subtropis juga ditutupi oleh
es.
mungkin terbentuk lapisan es yang luas dan tebal di daerah khatulistiwa, yang diketahui
beriklim tropis dan subtropis.
Pertentangan Pendapat
Sejak tahun 1924 hingga tahun 1930 banyak kritikan yang diajukan oleh para ahli untuk
menentang teori yang dikemukakan oleh Wegener. Salah satu keberatan yang paling utama
tentang teori ini adalah tidak mampunya Wegener untuk menjelaskan atau menggambarkan
bagaimana mekanisme dari proses pengapungan kontinen ini. Untuk menjawab kritikan ini,
Wegener mengajukan dua usulan tentang kemungkinan sumber energi yang menjadi
penyebab terjadinya pengapungan. Salah satunya adalah proses pasang-surut, yang oleh
Wegener dianggap mampu untuk menyebabkan terjadinya pergerakan pada kontinen. Tetapi,
seorang ahli fisika yang bernama Harold Jeffreys dengan cepat menentang argumen tersebut,
dengan mengajukan alasan bahwa pergeseran pasang-surut yang besar yang diperlukan untuk
memindahkan tempatkan kontinen, tentu saja akan menyebabkan terhentinya proses rotasi
bumi hanya dalam beberapa tahun saja.
Kemudian Wegener juga mengajukan usulan kedua, yaitu bahwa sebuah kontinen yang besar
dan luas akan mampu untuk memecahkan lempeng samudera menjadi pecahan-pecahan yang
lebih kecil, seperti es yang terpotong-potong. Tetapi, tidak ada bukti yang memuaskan yang
mampu untuk menjelaskan apakah kerak atau lantai samudera cukup lemah untuk mampu
dipecah oleh kontinen, tanpa menyebabkan terjadinya deformasi pada kontinen maupun
lempeng samudera itu sendiri. Sampai tahun 1929, kritikan-kritikan yang diterima oleh
Wegener sudah sangat gencar dan datang dari berbagai ahli di berbagai tempat. Untuk
menjawab serangan kritikan ini, Wegener menyelesaikan edisi keempat sekaligus edisi
terakhir dari bukunya, yang secara khusus memuat dasar-dasar hipotesisnya yang ditambah
dengan berbagai bukti untuk mendukung hipotesis tersebut.
TEKTONIK LEMPENG (PLATE TECTONIC)
Beberapa tahun setelah Wegener mengajukan teorinya, mengenai perkembangan teknologi
yang pesat menyebabkan mampunya dilakukan pemetaan pada lantai samudera, serta
ditemukannya data-data yang banyak tentang aktivitas seismik dan medan magnit bumi.
Sampai tahun 1968, perkembangan teknologi ini sedemikian pesatnya, hingga pada saat itu
dikemukakan sebuah teori yang lebih memuaskan daripada teori pengapungan kontinen.
Teori
ini
kemudian
dinamakan
Teori
Tektonik
Lempeng.
Teori ini menyatakan bahwa bagian luar dari bumi, yaitu pada bagian litosfer, terdapat sekitar
20 segmen yang padat yang dinamakan lempeng. Dari semua itu, yang terbesar adalah
lempeng Pasifik, yang menempati sebagian besar lautan, kecuali pada sebagian kecil dari
Amerika Utara yang meliputi Kalifornia bagian Baratdaya dan Semenanjung Baja. Semua
lempeng besar lainnya dapat berupa kerak-kerak kontinen maupun kerak samudera. Sedang
lempeng-lempeng yang lebih kecil umumnya hanya sebagai kerak samudera, contohnya
lempeng
Nazca
yang
terdapat
di
lepas
pantai
Barat
Amerika
Selatan.
Litosfer terletak di atas zona atau material yang lebih lemah dan lebih panas, yang disebut
astenosfer. Dengan demikian, lempeng-lempeng litosfer yang sifatnya padat dilapisbawahi
oleh material yang lebih plastis. Nampaknya ada hubungan antara ketebalan dari lempenglempeng litosfer dengan sifat dari material kerak yang menutupinya. Lempeng-lempeng
samudera sifatnya lebih tipis, dengan variasi ketebalan antara 80 sampai 100 km atau
lempeng atau blok kontinen mempunyai ketebalan 100 km atau lebih, bahkan pada beberapa
daerah dapat mencapai 400 km.
Salah satu prinsip utama dari teori tektonik lempeng adalah bahwa setiap lempeng bergerakgerak sebagai satu unit terhadap unit lempeng lainnya. Jika sebuah lempeng bergerak, maka
jarak antara dua kota yang berada dalam satu lempeng, seperti New York dan Denver, akan
tetap sama, sedangkan jarak antara New York dan London yang berada pada dua lempeng
yang berbeda, akan berubah. Karena setiap lempeng bergerak sebagai satu unit, maka banyak
interaksi yang dapat terjadi antara satu lempeng dengan lempeng lainnya di sepanjang batasbatas dari lempeng-lempeng tersebut. Berdasarkan hal inilah, maka sebagian besar aktivitas
seismik, volkanisma dan pembentukan pegunungan terjadi di sepanjang batas-batas yang
dinamis
tersebut.
Batas-Batas Lempeng
Ada tiga tipe batas-batas lempeng, yang masing-masing dibedakan dari jenis pergerakannya,
yaitu :
1. Batas-batas divergen, dimana lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, yang
menyebabkan naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudera
yang luas.
2. Batas-batas konvergen, dimana lempeng-lempeng bergerak saling mendekati, yang
menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut masuk ke mantel bumi dan berada di
bawah lempeng lainnya.
Tumbukan bisa terjadi antara dua lempeng samudera, satu lempeng samudera dan satu
lempeng kontinen, atau dua lempeng kontinen. Jika terjadi tumbukan antara lempeng
kontinen dan lempeng samudera, maka lempeng kontinen yang kecil densitasnya akan
berada di bagian atas, sedangkan lempeng samudera yang lebih besar densitasnya
akan menyusup ke bawah bagian astenosfer. Daerah dimana proses ini terjadi disebut
zona subdaksi. Karena lempeng samudera menyusup ke arah bawah, maka lempeng
ini akan melengkung dan selanjutnya membentuk palung laut dalam (trench) yang
berbatasan dengan zona subdaksi tersebut. Palung-palung yang terbentuk di daerah ini
bisa mencapai panjang ribuan kilometer, sedang dalamnya antara 8 sampai 11 km.
2.1. Tumbukan Kontinen-Samudera
Sudut kemiringan lempeng samudera yang menyusup ke dalam astenosfer umumnya
sebesar 45o atau lebih. Lempeng samudera ini, bersama-sama dengan material
sedimen serta cairan-cairan yang dikandungnya, akan larut dan bersatu dengan cairan
astenosfer yang panas. Magma baru yang terbentuk dari proses ini densitasnya lebih
kecil daripada densitas material disekitarnya, yaitu densitas penyusun mantel bumi,
konsekuensinya, jika jumlah magma baru ini sudah jenu, maka magma tersebut akan
naik secara perlahan. Sebagian besar magma yang naik ini akan sampai ke bagian atas
dari kerak kontinen, dimana dia akan menjadi dingin dan terkristalisasi pada
kedalaman beberapa kilometer. Sedangkan sebagian sisanya akan termigrasi ke
permukaan dan kadang-kadang membentuk erupsi volkanik yang eksplosif.
Pegunungan volkanik Andes merupakan pegunungan yang terbentuk dari proses ini,
dimana Lempeng Nazca mengalami peleburan pada saat menunjam di bawah
Lempeng Kontinen Amerika Selatan. Tingginya frekuensi gempa bumi di daerah
Andes, merupakan bukti dari proses tersebut. Pegunungan seperti Andes yang
terbentuk akibat asosiasi aktifitas volkanik dengan proses subdaksi, disebut busur
volkanik.
2.2. Tumbukan Samudera-Samudera
Pada saat dua buah lempeng samudera saling bertumbukan, maka salah satunya akan
menunjam di bawah yang lain, yang juga akan diikuti oleh terjadinya aktivitas volkanik,
seperti pada tumbukan kontinen-samudera. Tetapi, dalam kasus ini volkanisma akan terjadi di
lantai samudera, bukan di daerah kontinen. Jika aktivitas volkanik ini terjadi terus menerus,
maka sebuah benua baru akan muncul dari laut dalam. Pada tahap awal dari proses ini, benua
baru yang terbentuk tersebut akan terdiri atas jajaran kepulauan volkanik yang kecil, yang
disebut busur kepulauan. Busur kepulauan ini umumnya berlokasi sekitar beberapa ratus
kilometer dari palung laut dalam, dimana aktivitas subdaksi sedang terjadi.
2.3. Tumbukan Kontinen-Kontinen
Tumbukan antara lempeng kontinen dengan kontinen dapat diambil contoh tumbukan antara
Lempeng India yang membentur Asia, dan membentuk Pegunungan Himalaya, yang
merupakan pegunungan yang terbesar dan terluas di dunia. Pada saat terjadi tumbukan seperti
ini, maka lempeng kontinen akan tertekuk, terpecah-pecah dan umumnya menjadi lebih
pendek.
3. Patahan Transform
Tipe ketiga dari batas-batas lempeng adalah patahan transform, dimana lempeng-lempeng
saling bergesekan satu dengan yang lain tanpa menyebabkan terbentuknya lempeng/kerak
yang baru, seperti yang terjadi pada pemekaran punggungan samudera, serta juga tidak
mengakibatkan rusaknya lempeng, seperti yang terjadi pada zona subdaksi.
Istilah patahan transform ini pertama kali diusulkan oleh J. Tuzo Wilson dari University of
Toronto, pada tahun 1965. Wilson mengatakan bahwa patahan normal ini, bersama-sama
dengan proses konvergen dan divergen, merupakan suatu rangkaian proses kontinyu yang
membagi-bagi selubung luar bumi menjadi beberapa lempeng padat yang terpisah-pisah.
Wilson memberikan istilah yang khusus pada patahan ini, yaitu patahan transform, karena
pergerakan relatif dari lempeng-lempeng tersebut dapat berubah atau tertransformasi satu
sama lainnya. Seperti telah diperhatikan atau dijelaskan pada contoh terdahulu, bahwa proses
divergen yang terjadi pada pusat pemekaran dapat berubah/tertransformasi menjadi proses
konvergen di zona subdaksi. Sebagian besar patahan transform terjadi di kerak samudera,
tetapi ada juga sedikit yang terjadi di kerak kontinen, seperti di Patahan San Andreas di
Kalifornia.
PANGEA
Robert Dietz dan John Holden telah mencoba untuk merekonstruksi bagaimana keadaan
sebenarnya dari migrasi besar-besaran yang pernah dialami oleh individu-individu kontinen,
selama lebih dari 500 juta tahun. Dengan mengekstrapolasikan kembali pergeraekn lempeng,
yang dihubungkan dengan perjalanan waktu, dan dibantuk oleh data-data seperti orientasi
struktur volkanik, distrubusi dan pergerakan transform, serta paleomagnetisme, Dietz dan
Holden telah mampu untuk merekonstruksi Pangea. Dengan menggunakan data penanggalan
radiometri, kedua ahli ini juga dapat menentukan kapan Pangea ini mulai terbentuk dan
kapan mulai terpecah. Kemudian berdasarkan data-data posisi relatif dari hot spot, maka juga
dapat menentukan lokasi yang tepat dari setiap kontinen.
Terpecah-pecahnya Pangea
Pangea mulai terpecah sekitar 200 juta tahun yang lalu, dimana terjadi fragmentasi yang
diikuti oleh jalur-jalur pergerakan dari setiap kontinen dan terdapt dua buah celah besar yang
terjadi akibat fragmentasi ini. Celah antara Amerika Utara dan Afrika menyebabkan
munculnya batuan basal yang berumur Trias secara besar-besaran disepanjang Pantai Timur
Amerika Serikat. Penanggalan radiometri pada basal ini menunjukkan bahwa celah tersebut
antara 200 sampai 165 juta tahun yang lalu. Waktu ini sekaligus bisa digunakan sebagai
waktu terbentuknya Atlantik Utara. Celah yang terbentuk di bagian selatan Gondwana
berbentuk hurup Y, yang menyebabkan termigrasinya Lempeng India ke bagian Utara dan
sekaligus memisahkan Amerika Selatan Afrika dari Australia Antartika.
Sekitar 135 juta tahun yang lalu, posisi kontinen Afrika dan Amerika Selatan mulai memisah
dari Atlantik Selatan. Pada saat ini India sudah berada separuh jalan menuju ke Asia, dan
bagian selatan dari Atlantik Utara telah mulai melebar. Pada Kapur Akhir, sekitar 65 juta
tahun yang lalu, Madagaskar telah terpisah dari Afrika, dan Atlantik Selatan berubah menjadi
laut terbuka.
Sekitar 45 juta tahun yang lalu, India telah bersatu dengan Asia, yang kemudian
menyebabkan terbentuknya pegunungan tertinggi di dunia, yaitu Himalaya, yang tersebar di
sepanjang Dataran Tinggi Tibet. Kemudian terjadi pemisahan Greendland dari Eurasia, yang
bersamaan juga terjadi pembentukan Semenanjung Baja dan Teluk Kalifornia. Peristiwa
tersebut ditaksi terjadi kurang dari 10 juta tahun yang lalu.
Sebelum Pangea
Sebelum Pangea terbentuk, massa-massa benua mungkin telah mengalami berbagai episode
fragmentasi yang sama dengan yang telah kita ketahui sekarang. Kontinen-kontinen purba
tersebut dulu telah bergerak saling menjauh satu dengan yang lainnya. Selama periode antara
500 sampai 225 juta tahun yang lalu, fragmen-fragmen yang sebelumnya telah menyebar,
mulai bersatu membentuk Pangea. Bukti dari adanya tumbukan awal ini meliputi Pegunungan
Ural
di
Uni
Soviet
dan
Pegunungan
Appalacian
di
Amerika
Utara.
tahun yang akan datang, perubahan penting terjadi pada Lempeng Afrika, dimana sebuah
lautan yang baru akan terbentuk akibat Afrika bagian timur terpisah dari benua utama. Di
Amerika Utara terlihat bahwa Semenanjung Baja dan bagian selatan Kalifornia yang terletak
di sebelah barat Sesar San Andreas, telah tergeser melewati Lempeng Amerika Utara tersebut.
Jika pergerakan ke arah utara ini, betul-betul terjadi sesuai yang diprediksi, maka Los
Angeles
dan
San
Francisco
akan
saling
melewati
satu
sama
lain.
Mekanisme Pergerakan
Distribusi panas yang tidak merata yang terdapat di dalam bumi, telah disepakati oleh para
ahli, sebagai penyebab utama terjadinya pergerakan lempeng. Distribusi panas tidak merata
inilah yang menyebabkan terjadinya arus konveksi yang besar dalam mantel bumi. Material
yang panas dan lebih kecil densitasnya, yang berasal dari mantel bagian bawah, secara
perlahan-lahan akan bergerak naik ke daerah pegunungan samudera. Pada saat material ini
mnyebar secara lateral, suhunya akan turun dan densitasnya bertambah, setelah itu material
tersebut akan masuk kembali ke dalam mantel dan suhunya naik kembali. Dalam hal ini,
batuan yang ada tidak perlu untuk mencair dulu agar dapat terbawa aliran. Analogi peristiwa
ini bisa dilihat pada logam padat yang dimasukkan ke dalam cairan yang panas, dimana
logam-logam tersebut berada pada berbagai bentuk yang berbeda-beda. Demikian juga
halnya pada batuan yang berada dalam cairan panas. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
di daerah punggungan samudera tingkat aliran panasnya lebih tinggi dibandingkan daerah
daerah lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa arus konveksi tidak hanya satu macam. Tetapi,
jenis-jenisnya tersebut belum diketahui dengan jelas. Ada beberapa banyakkah sebenarnya
tipe arus konveksi ini ? Pada kedalaman berapakah sebenarnya arus tersebut berada ?
Bagaimanakah struktur yang sebenarnya ?.
Telah diketahui lempeng samudera yang dingin mempunyai densitas yang lebih besar
daripada astenosfer yang berada di bawahnya. Dengan demikian, pada saat lempeng
samudera tersebut, tertunjam ke bawah, karena sifatnya yang berat, maka bagian belakang
dari litosfer tersebut akan tertarik. Hipotesis ini sama dengan model yang beranggapan bahwa
karena tingginya tempat/posisi dari punggungan samudera yang dapat menyebabkan litosfer
tergelincir ke bawah akibat pengaruh gravitasi. Model tekan-tarik inilah yang dengan
sendirinya merupakan tipe dari arus konveksi. Pada sisi lain, material astenosfer akan
bergerak
naik
dan
mengisi
celah
yang
terbuka
akibat
proses
divergen.
Versi lain dari model arus konveksi ini, menjelaskan bahwa arus tersebut berhubungan erat
dengan bintik panas (hot spot) yang terjadi di daerah mantel. Bintik panas ini diperkirakan
berasal dari daerah perbatasan antara mantel dan inti bumi. setelah bintik panas ini bergerak
naik dan mencapai litosfer, maka bintik-bintik tersebut akab tersebar secara lateral dan
membawa serta lempeng-lempeng menjauh dari pusat tempat dia naik.
Asal Mula Teori Tektonik Lempeng
Email
Pegunungan Himalaya sering disebut-sebut sebagai roof of the world (atap bumi), karena
memiliki puncak-puncak tinggi di bumi, salah satunya adalah Everest 8.850 meter di atas
permukaan laut. Puncak gunung ini ditempati oleh batugamping, tipe batuan yang terbentuk
di perairan hangat laut dangkal dan pada umumnya tersusun dari sisa-sisa organisme laut,
seperti;
plankton,
terumbu
dan
ikan.
Bertahun-tahun ahli geologi mencoba mencari tahu, bagaimana bisa organisme laut berada
di puncak pegunungan?
Di tahun 1900-an, banyak ilmuan percaya bahwa setelah bumi terbentuk, permukaan bumi
mengalami pengerutan. Teori pengerutan ini secara bebas diusulkan oleh dua ilmuan
terdahulu di akhir 1800-an dan awal 1900-an, mengimplikasikan bahwa deretan pegunungan
seperti Himalaya terbentuk dari proses tersebut. Teori ini mengasumsikan; semua bentuk
permukaan bumi dihasilkan oleh satu proses pendingan magma dan kemudian mengerut
selama lebih dari 1 juta tahun.
kapal selam. Magnetometer digunakan setiap kali saat kapal melakukan perjalanan bolakbalik melintasi Atlantik dan Pasifik, dan mereka menemukan lebih dari sekedar kapal selam.
Ketika para ilmuan Angkatan Laut memeriksa data, mereka menemukan grafik yang
menunjukan anomali pergantian kemagnetan kuat dan lemah pada batuan dasar samudera.
Data kemagnetan dihasilkan dari kehadiran mineral-mineral magnetik pada batuan,
contohnya; mineral magnetit, yang umum terdapat pada batuan basalt sebagai penyusun
batuan dasar samudera. Ketika magma mulai membeku, mineral magnetit akan searah dengan
medan
magnet
bumi
seperti
yang
terjadi
pada
jarum
kompas.
Karya Hess, Vine, dan Matthews menghasilkan peta bumi yang baru, dengan adanya
penambahan fitur dasar laut, diantaranya adalah pemekaran lantai samudera dan zona
subduksi.
Garis merah menunjukan pematang tengah samudera. Garis kuning menunjukan zona
subduksi.
Sedangkan garis biru bukan termasuk keduanya. (USGS)
Keberlanjutan bukti teori Tektonik Lempeng
Saat ini, banyak bukti-bukti tentang tektonik lempeng yang diakuisisi dengan teknologi
satelit. Melalui penggunaan Global Positioning System (GPS) dan teknik pengumpulan data
berbasis satelit lainnya, para ilmuwan dapat langsung mengukur velocity (kecepatan dan arah
gerakan) dari lempeng di permukaan bumi.
Himalaya, ternyata, mulai terbentuk sekitar 50 juta tahun yang lalu ketika Lempeng India
bertabrakan dengan Lempeng Eurasia, mengangkat dan melipat batuan yang terbentuk di
bawah permukaan laut ke puncak gunung. Karena Lempeng India sampai sekarang masih
bergerak ke utara, maka Himalaya masih terus terangkat dengan laju sekitar 1 cm per tahun.
Kita tidak perlu lagi menggunakan teori pengerutan bumi untuk menjelaskan keberadaan
fosil laut di puncak Himalaya; yang ternyata itu merupakan proses tektonik lempeng.
Bumi sangat dinamis rantai pegunungan terbentuk dan kemudian tererosi, sebuah gunung
berapi erupsi dan kemudian punah, muka air laut naik dan kemudian surut, perubahanperubahan ini semua adalah hasil dari proses tektonik lempeng. Teori pergerakan benua yang
diusulkan oleh Wegener merupakan langkah awal dalam pengembangan teori tektonik
lempeng, yang kemudian menjadi fondasi dalam pengembangan konsep-konsep geologi
moderen.
Mulanya kita semua beranggapan bahwa muka bumi ini datar. Tapi ternyata seiring
berjalannya waktu kita sadar bahwa permukaan bumi ini lengkung, berbentuk bola. Lalu
pertanyaan kembali muncul, Di permukaan bumi sendiri, ada bagian tinggi (gunung, bukit
dll), ada pula bagian rendah (danau, laut dll) ? Kenapa ya ?
Ternyata para ilmuwan punya jawaban yang beragam tentang hal ini, di antaranya :
1. Teori kontraksi (Contraction theory
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa bumi
semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses
pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah,
dan dataran. Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant
(1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses
pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut
membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar,
yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua
benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi, sehingga akhirnya
terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia,
Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia dan
Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess
pada 1884.
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan
bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut Pangea.
Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus bergerak melalui dasar
laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut
bergerak ke arah barat menuju equator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan
garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya
kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
Teori ini, dikembangkan lagi dalam buku The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun
1915. Alfred, mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu
bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti
bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di
atas lautan basal yang lebih padat.
Lahirnya teori lempeng tektonik (Tectonic Plate Theory) merupakan kenyataan mutakhir
dalam geologi yang menunjukkan terjadinya evolusi bentuk permukaan bumi. Teori lempeng
tektonik
dikemukakan
oleh Tozo
Wilso, pada
tahun
1968.
Berdasarkan teori ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang
berada di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu
bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer yang berada
di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
Prinsip teori tektonik lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang kaku
dengan bentuk tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai
ukuran yang besar di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil
pada arah vertikal (ketebalan). Bandingkan dengan daun meja, daun pintu, atau lantai di
kelas kalian! Lempeng ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar 40 km) dan lempeng
samudera (tebal sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut berada di atas lapisan astenosfer
dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun. Astenosfer merupakan
suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya cairan astenosfer senantiasa
memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk menggerakkan lempeng-lempeng
secara tidak beraturan. Kekuatan ini dinamakan tenaga endogen yang telah menghasilkan
berbagai bentuk di permukaan bumi. Di bumi ini litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12
lempeng. Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data
penelitian
geologi,
geologi
kelautan,
kemagnetan
purba,
kegempaan,
pendugaan
paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng tektonik sebenarnya
merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori Apungan Benua, Teori
Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori Sesar Mendatar, sebagaimana
telah dijelaskan pada teori-teori di atas. Berdasarkan kajian para ahli, lempeng tektonik yang
tersebar di permukaan bumi. Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak dan mendesak
satu sama lain.
Bukti Paleoiklim
Bukti bahwa beberapa bagian lempeng pernah memiliki iklim yang sama
Bukti Paleontologi
Zona Kolisi
Gerakan antara lempeng benua dan lempeng benua yang saling bertumbukan. contohnya :
Tumbukan antara lempeng Eurasia dan lempeng Hindia di India, membentuk Pegunungan
Himalaya.
Zona Susduksi
Gerakan antara lempeng benua dan lempeng samudra yang saling berhubungan. contohnya
: Tumbukan antara lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia di Jepang, membuat negara ini
penuh dengan aktivitas vulkanik dan aktivitas gempabumi.
Divergen : Gerakan antar lempeng di mana keduanya saling menjauh, dibedakan menjadi :
Gerakan menjauh antara lempeng benua dan lempeng benua, contoh di bagian
Timur benua Afrika.
Gerakan menjauh antara lempeng samudra dan lempeng samudra, contoh di tengah
Samudra Pasifik yang membentuk Punggungan Tengah Samudra (Mid Oceanic
Ridge).