Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus
melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang mengandung darah
ini terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia subur dan yang sedang tidak hamil.
Peristiwa ini dimulai dengan adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam
rahim atau endometrium.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting
dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia
pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang
sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan
timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan
progesteron (Hawari, 1997).
Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat :
Lamanya 3-6 hari
Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari
Satu siklus normal 21-35 hari
Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi
Gangguan haid adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau
sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.
Kelainan haid sering menimbulkan kecemasan pada wanita karena kehawatiran akan
pengaruh kelainan haid terhadap kesuburan dan kesehatan wanita pada umumnya.
Jenis-jenis gangguan haid :

Menurut gangguan siklusnya :


1.

Disminore (nyeri haid)

2.

polimenore (sering)

3.

oligomenore (jarang)

4.

tidak teratur

5.

amenore (tidak haid)

Menurut gangguan perdarahan :


1. hypermenore (banyak)
2. hypomenore (sedikit)
3. spotting (perdarahan bercak)

Perdarahan diluar haid (metroragia)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari disminore ?
2. Bagaimana patofisiologi dari disminore?
3. Bagaimana manifestasi klinis disminore?
4. Bagaimana penatalaksanaan medis disminore?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan disminore?
1.3. Tujuan
1.3.1.

Tujuan Umum

Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan disminore.


1.3.2.

Tujuan khusus

1.Menjelaskan definisi disminore


2.Menjelaskan patofisiologi dari disminore
3.Menjelaskan manifestasi klinis disminore
4.Menjelaskan penatalaksanaan medis dari disminore
5.Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan disminore
1.4. Manfaat
1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan
medis, serta patofisiologi pada disminore
2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan menstruasi disminore.
3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
gangguan disminore.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dismenoroe adalah nyeri sewaktu haid. Biasanya terasa di perut bagian bawah. Nyeri
tersebut dapat terasa sebelum haid, selama, dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik
atau terus-menerus, ini diduga karena adanya kontraksi uterus .
2.2Klasifikasi
1.Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional) adalah
nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat
kandungan.
2. Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami
dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri,
endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya
AKDR, tumor ovarium.
2.3 ETIOLOGI
1. Etiologi dismenore primer di antaranya yaitu:
a. Faktor psikologis
Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mempunyai
ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan
sangat merasa kesakitan. Seringkali segera setelah perkawinan dismenorea hilang, dan
jarang sekali dismenorea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan
tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia
maupun perubahan psikis.
b. Faktor endokrin
Pada umumnya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak bagus.
Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi
prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi
sehingga menimbulkan nyeri.
c. Alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan hubungan asosiasi antara dismenore


dengan urtikaria, migren, asma bronchial, namun bagaimana pun belum dapat
dibuktikan mekanismenya.
d. Faktor neurologis
Uterus dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf simpatis dan
parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada
keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga
serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
e. Prostaglandin
Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin
memegang peranan penting dalam terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang
berperan disini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2 (PGF2). Pelepasan
prostaglandin diinduksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel
akibat pelepasan lisosim.
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf
terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan
peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400
mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi
miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah,
sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri
spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam
peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah.
2.Dismenore sekunder
Faktor konstitusi seperti : anemia.
Faktor seperti obstruksi kanalis servikalis
Anomali uterus congenital
Leiomioma submukosa.
Endometriosis dan adenomiosis
2.4 Manifestasi Klinis
a.
Dismenorea Primer
Rasa nyeri di perut bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha. Kadangkadang disertai mual, muntah, diare, sakit kepala dan emosi yang labil. Nyeri timbul
sebelum haid dan berangsur hilang setelah darah haid keluar.
b.
Dismenorea Sekunder
Cenderung timbul setelah siklus 2 tahun teratur
Nyeri sering timbul terus menerus dan tumpul
Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaaan dengan keluarnya darah.
2.5 Komplikasi
Syok
Penurunan kesadaran

2.6 Pathway

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


Terapi medis untuk klien dismenore di antaranya:
Pemberian obat analgetik.
Terapi hormonal
Terapi dengan obat nonsteriod antiprostagladin.
Dilatasi kanalis serviksalis
Dapat memberikan keringan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan
prostaglandin
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore adalah:
a.Tes laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap : normal.
Urinalisis : normal
b.Tes diagnostic tambahan
Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.

BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan mengadakan
wawancara mengenai aspek-aspek umum seperti:
I. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit dahulu
pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat nyeri serupa yang
timbul pada setiap siklus haid. Dismenore primer biasanya mulai sesaat setelah
menarche. Kadang-kadang pasien mengemukakan riwayat kelelahan yang berlebihan
dan ketegangan saraf.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Tidak Ada
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Nutrisi
Pola Latihan
Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya
Konsep diri (body image)
Skala nyeri 4-6
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6 :
B1 (Breath)
Pernapasan tidak teratur
B2 (Blood)
Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg
Akral Basah dan dingin
B3 (Brain)
Penurunan Konsentrasi
Pusing
Konjungtiva Anemia
B4 (Bladder)
Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
B5 (Bowel)
Nyeripadaadomen
Nafsu makan Menurun
B6 (Bone)
Badan mudah capek
Nyeri pada punggung
II. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum
Klien terlihat pucat ,letih,gelisah atau klien sadar penuh dll.
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah (TD) : menurun
Nadi :menurun
Suhu : normal atau turun

Respiratory Rate (RR) : normal atau naik


III. Pemeriksaan Persistem
A. Sistem pernafasan
Hidung
Inspeksi
: tidak ada nafas cuping hidung,bentuk
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi
: gigi lengkap, tidak ada karies, lidah tidak ada bercak putih
Sinus paranasalis
Inspeksi
: tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi
: bentuk simetris atau tidak,bersih atau kotor
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak adanya pembesaran kelenjar limfe
B. Sistem kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi
: konjungtiva anemis,pucat
Leher
Inspeksi
: tidak adanya bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi
: dada terlihat simetris
Auskultasi
: suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak ada mundur
C. Sistem Pencernaan eliminasi alvi
Mulut
Inspeksi
: mukosa bibir kering, kondisi gigi bersih, tidak ada stomatitis
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
Lidah
Inspeksi

: bentuk simetris

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan

Abdomen
Inspeksi

: tidak ada pembesaran abdomen

Perkusi

: tidak ada acietes

Palpasi

: adanya nyeri tekan pada perut bagian bawah

Auskultasi

: tidak ada bising usus

D. Sistem perkemihan
Perempuan
Genetalia eksterna
Inspeksi
: tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun
varises
Palpasi
Kandung kemih
Inspeksi

: tidak ada nyeri tekan maupun benjolan


: tidak ada benjolan, dan tidak ada pembesaran

Palpasi
Ginjal
Inspeksi
Palpasi

: tidak ada nyeri tekan


: tidak ada pembesaran daerah pinggang
: tidak ada nyeri tekan.

E. Sistem endokrin
Kelenjar paratiroid
Otot
Inspeksi : tidak ada deformitas dan hipertrofi otot
Persendian
Inspeksi : tidak ada kelainan pada sendi
F. Sistem genetalia
Inspeksi
: tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda - tanda
infeksi, pendarahan sedikit atau keluar banyak darah.
Palpasi
: tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
G. Sistem muskuloskeletel dan integument
Kulit : Turgor kulit baik atau jelek ,pucat
5

Kekuatan otot

Ekstremitas Atas
Inspeksi

: tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger

Palpasi

: suhu akral normal

Auskultasi

: tidak ada krepitasi

Ekstremitas Bawah
Inspeksi

: tidak ada varises, tidak ada oedem, tidak ada clubbing finger

Palpasi

: suhu akral normal

Auskultasi

: tidak ada krepitasi

IV. Sistem persarafan


Pemeriksaan nervus

Nervus I olfaktorius (pembau)


Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.

Nervus III oculomotorius


Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
normal
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
Uvula klien oedem terlihat ketika klien membuka mulut
Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan tahanan
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah

V.Persepsi sensori
Mata
Inspeksi

: bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa normal

Palpasi

jernih, sklera putih


: tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata

Penciuman-(hidung)
Palpasi

: tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri.

3.2 Analisis Data


No
.
1

DATA

ETIOLOGI

DS:
Penyebab timbulnya
nyeri: disminore.
Nyeri dirasakan
meningkat saat aktivitas
Lokasi nyeri abdomen
Skala nyeri 4-6
Nyeri sering dan terus
menerus
DO:

Menstruasi

Regresi korpus luteum

progesteron

Miometrium terangsang

Kontraksi&disritmia uterus

MASALAH
KEPERAWATAN
Nyeriakut

Wajah tampak menahan


nyeri

Aliran darah ke uterus

Iskemia

Nyeri haid

DS:
Pasien menyatakan
mudah lelah
DO:
Nadi lemah (TD 90/60
mmHg)
Px. Terlihat pucat
Sclera/ konjungtiva
anemi

Menstruasi

Pendarahan

Anemia

Kelemahan

Intoleran aktivitas

Intoleranaktivitas

Menstruasi

Nyeri haid

Kurang pengetahuan

Ansietas

Ansietas

2
DS:
Px. Menyatakan merasa
gelisah
DO:
Pucat
Memperlihatkan kurang
inisiatif
3

3.3 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
3.4Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
Tujuan:
1. Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
Kriteria hasil:
Skala nyeri 0-1
Pasien tampak rileks
INTERVENSI
RASIONAL

1.

Beri linkungan tenang dan kurangi


1.
Meningkatkan istirahat dan
rangsangan penuh stress
meningkatkan kemampuan koping
2.
Kolaborasi dengan dokter dalam
2.
Analgesik dapat menurunkan nyeri
pemberian analgesic
3.
Ajarkan strategi relaksasi (misalnya
3.
Memudahkan relaksasi, terapi non
nafas berirama lambat, nafas dalam, bimbingan
farmakologi
tambahan
imajinasi
4.
Penggunaan persepsi sendiri atau
4.
Evaluasi dan dukung mekanisme
prilaku
untuk menghilangkan nyeri dapat
koping px
membantu mengatasinya lebih efektif
5.
Mengurangi rasa nyeri dan
5.
Kompres hangat
memperlancar aliran darah
2.Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen
Tujuan:
Pasien dapat beraktivitas seperti semul
Kriteria hasil:
Pasien dapat mengidentifikasi faktor faktor yang memperberat dan
memperingan intoleran aktivitas
Pasien mampu beraktivitas

INTERVENSI
RASIONAL
1.
Beri lingkungan tenang dan perode
istirahat tanpa gangguan, dorong istirahat
Menghemat energi untuk aktivitas dan
sebelum makan
regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan
2.
Tingkatkan aktivitas secara bertahap 1.
Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan
3.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
2.
Menurunkan penggunaan energi dan
membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen
3.Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
Tujuan:
Pasien bisa kembali
Kriteria hasil:
Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
Pasien menunjukkan relaksasi
Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Libatkan pasien/ orang terdekat dalam1.
Keterlibatan akan membantu pasien
rencana perawatan
merasa stres berkurang,memungkinkan energi
untuk ditujukan pada penyembuhan
2.

Berikan lingkungan tenang dan


istirahat

2.

Memindahkan pasien dari stress luar


meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas

3.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi/
memerlukan perilaku koping yang digunakan
pada masa lalu
4.
4.
Bantu pasien belajar mekanisme
koping baru, misalnya teknik mengatasi stres
3.

Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan


pada penerimaan masalah stress saat ini,
meningkatkan rasa control diri pasien
Belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam menurunkan
stress dan ansietas

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang
dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.
Macam macam gangguan menstruasi :
Menurut gangguan siklusnya :
1.disminore (nyeri )
2. polimenore (sering)
3.oligomenore (jarang)
4.tidak teratur
5.amenore (tidak haid)

Menurut gangguan perdarahan :

1.hypermenore (banyak)
2.hypomenore (sedikit)
3.spotting (perdarahan bercak)

Perdarahan diluar haid (metroragia)

4.2 Saran
1. Disarankan bagi wanita banyak mengkonsumsi makanan yang berzigi dan olah raga
secara teratur
2. Disarankan bagi wanita agar mengupayakan pola hidup sehat dan Periksa kesehatan
secara berkala dan teratur

Daftar Pustaka
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Menstruasi _ Nova elfriana.htm
Kumpulan Askep Askep Gangguan Haid.htm
Kumpulan Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan Kelainan Haid.htm
Perawat Hati Askep Gangguan Menstruasi.htm

Anda mungkin juga menyukai