Anda di halaman 1dari 5

Lokasi perancangan berada di Jl. H.

Djuanda, Bandung, yang dikenal dengan nama


Pasar Simpang Dago. Tapak berada pada kawasan yang strategis karena menjadi
pusat komersial dan pusat pendidikan kawasan. Dago sendiri digemari oleh para
turis dan menjadi salah satu citra bagi Kota Bandung. Area perancangan yang
semula berupa pasar tradisional akan dikembangan menjadi pasar higienis serta
stasiun monorail. Rencana pembangunan stasiun monorail tersebut merupakan
salah satu solusi untuk mengurangi kemacetan di Kota Bandung. Stasiun yang ada
pada tapak akan terhubung dengan kawasan Setiabudi dan Gasibu yang merupakan
daerah wisata yang penting di Kota Bandung.
Area Simpang Dago memiliki aksesibiltas yang tinggi. Area ini dilalui oleh beberapa
angkutan umum dari berbagai jurusan. Tersedia jalur pedestrian disekitar tapak
meskipun kondisinya kurang baik. Tapak perancangan berada di persimpangan
empat jalan dua arah dengan tingkat volume kendaraan yang tinggi. Jalan Ir. H.
Juanda sebagai jalan utama untuk mengkases area Dago atas, Bandung Utara
berada di sisi Barat tapak.
Melihat konteks tapak dan analisis fungsional, pengguna fasilitas ini mencakup
penduduk setempat sebagai pelanggan pasar, mahasiswa, wisatawan, pedagang
pasar, serta komunitas-komunitas setempat. Beberapa aktivitas dalam tapak akan
beroperasi hingga 24 jam. Lokasi Pasar Simpang Dago memiliki beberapa
keunggulan yang dapat dimanfaatkan. Lokasi yang strategis dapat menjadikan
rancangan sebagai gerbang utara Bandung. Keberadaan pusat transit ini dapat
menjadi jembatan penghubung untuk jalan di sekitar seperti Dipati Ukur dan
Tubagus Ismail.
Isu

Citra / Image

Jalan Dago merupakan salah satu citra Kota Bandung. Keberadaan fungsi baru pada
tapak perancangan, yaitu pasar higienis dan stasiun monorail, harus
memperhatikan citra Dago yang telah ada. Keberagaman aktivitas khas Dago
yang dikemas sedemikian rupa dalam bangunan dapat menguatkan citra rancangan
sebagai pintu gerbang Dago, serta menjadi pusat orientasi kawasan.

Aktif 24 Jam

Kesibukan di sekitar kawasan Dago yang dapat berlangsung hingga 24 jam menjadi
salah satu isu perancangan. Rancangan harus dapat mewadahi beberapa kegiatan
yang berlangsung selama 24 jam.

Tema Perancangan

Isu perancangan tersebut diselesaikan dengan menggunakan show-off sebagai


gagasan utama perancangan. Tujuan dari perancangan ini adalah menciptakan area
transit yang dapat menjadi citra kawasan serta pusat aktivitas yang aktif selama 24
jam bagi masyarakat sekitar, turis, dan mahasiswa.

Tapak Simpang Dago memiliki potensi dan kendala yang dapat dijadikan
pertimbangan dalam merancang. Potensi tapak adalah sebagai berikut: terletak
pada posisi strategis, dilewati oleh tiga jalan yaitu Jalan Dago, Jalan Tubagus Ismail,
Jalan Dipatiukur; memiliki aksesibilitas yang mudah (dilewati 5 jalur angkutan dan
DAMRI); terletak dekat dengan enam universitas di Bandung, ITB, Universitas
Parahyangan, Universitas Padjajaran, Universitas Komputer, ITHB, Politeknik
Manufaktur; dan dekat dengan Dago sebagai kawasan wisata kuliner dan fashion.
Sedangkan kendala tapak tersebut adalah: harga lahan di Dago tergolong mahal;
sering terjadi kemacetan karena angkutan umum yang berhenti di sembarang
tempat dan pedagang yang berjualan di badan jalan; tempat pembuangan sampah
terletak di pinggir jalan; jalur pedestrian yang sempit karena digunakan oleh
pedagang kaki lima.
Akses masuk tapak yang utama adalah dari sisi Jalan Dago, dan akses keluar tapak
yang utama adalah dari sisi Jalan Dipati Ukur. Kedua akses tersebut harus menjauh
dari titik persimpangan karena akan berpotensi menimbulkan kemacetan. Untuk
mempermudah dan menghidupkan tapak maka akan diusulkan untuk membuat
akses pejalan kaki langsung dari Jalan Dago ke Jalan Tubagus Ismail. Dalam hal ini
Tubagus Ismail dinilai berpotensi karena merupakan area permukiman bagi
mahasiswa yag menjadi sasaran utama pengguna dalam perancangan Pasar
Higienis dan Stasiun Monorel.
Sasaran pengguna fungsi ini terbagi menjadi tiga kelompok utama yaitu mahasiswa
sebagai sasaran utama, turis dan warga. Setiap pengguna memiliki kegiatan dan
karakteristik yang berbeda. Dari penetapan sasaran pengguna, dapat disimpulkan
hubungan kegiatan dan program ruang yang diharapkan dapat membuat tapak
tersebut menjadi hidup selama 24 jam.
Lokasi Simpang Dago merupakan area perbatasan imajiner antara Dago dan Dago
Utara, yang menyebabkan dibutuhkan sesuatu yang spesial sebagai gerbang
menuju Dago Utara. Simpang Dago menjadi sebuah titik temu yang strategis dan
dapat dicapai dari berbagai daerah. Bentuk Simpang Dago mencerminkan bentuk
Gunung Tangkuban Perahu yang menjadi gambaran Kota Bandung. Bentukan
Simpang Dago dapat memunculkan kekhasan tersendiri di benak pengguna untuk
mempermudah mengingat lokasi sehingga memperkuat fungsinya sebagai titik
temu dan gerbang menuju Dago Utara.
Jalan Dago memiliki permasalahan yang cukup kuat dalam hal kepadatan kendaraan
bermotor yang sering kali menimbulkan kemacetan. Oleh karena itu, muncul ide
untuk membuat akses yang memotong tapak dan menghubungkan langsung Jalan
Dago tapak Jalan Dipati Ukur. Dimana area kendaraan berada di bawah level
jalan (setengah lantai ke bawah) sehingga level lantai dasar tapak bersih dari
kendaraan.
Lokasi rancangan berada di salah satu titik keramaian di kota bandung, yaitu
simpang dago. Dago terkenal dengan kawasan gaul muda-mudi bandung, maupun
wisatawan. Hal ini dikarenakan sekitar kawasan terdapat beberapa perguruan
tinggi. Dago juga terkenal dengan koridor jalan berbagai merek factory outlet. Oleh

karena itu, sasaran pengguna utama rancangan adalah golongan usia muda hingga
dewasa.

Tapak berada di persimpangan Jl. Ir. H. Juanda dan Jl. Dipatiukur, memiliki
aksesibilitas tinggi dan dilalui oleh 6 macam kendaran umum dari berbagai jurusan.
Pada jam masuk kerja di pagi hari dan jam pulang kerja di sore hari, volume
kendaraan menjadi tinggi dan menyebabkan kemacetan. Faktor lain penyebab
kemacetan di simpang dago adalah kendaraan umum yang kurang tertib, adanya
traffic light, dan pedagang kaki lima yang menutupi jalan.
Konsep Perancangan

Sesuai dengan sejarahnya, daerah tersebut dinamakan dago yang berarti tempat
berkumpul dan menunggu. Selain sebagai stasiun dan pasar, disediakan fungsi
tambahan yang mendukung dan menghubungkan kegiatan utama, yakni sebagai
tempat untuk berkumpul dan bertemu. Sebagai masyarakat berbudaya sosial,
sebagian besar orang Indonesia selalu berpergian bersama orang lain, dan kaum
wanita yang berbelanja ke pasar cenderung akan meluangkan waktu untuk bertemu
rekannya dan bercerita banyak hal. Dengan demikian, akan disediakan ruang
terbuka sebagai tempat untuk menunggu, bertemu, dan berkumpul, terutama bagi
para mahasiswa yang menjadi sasaran utama pengguna.

Lokasi tapak yang berada di simpul jalan sangat mendukung sebagai tempat
bertemu/meeting point. Bagian sudut depan tapak yang merupakan simpul jalan
memiliki nilai (+) karena banyak atraksi yang bisa dilihat dari dalam tapak, dan bisa
menjadi penarik perhatian pengguna jalan, sehingga menjadi orientasi utama
bangunan dan tapak. Area ini dijadikan daya tarik utama dan dimanfaatkan sebagai
area penangkap bagi orang yang sedang melintas di depan tapak. Area penerima di
simpul jalan berupa ruang terbuka yang berada di elevasi lebih tinggi dari jalan.
Akses masuk ke dalam tapak diletakkan jauh dari simpang jalan untuk
mengantisipasi banyaknya kegiatan yang akan terjadi di simpang jalan tersebut.
Area penerima ini minim elemen landscape/hardscape karena area tersebut
dijtujukan untuk melihat dan dilihat orang, sehingga dibutuhkan view yang luas baik
dari dalam ke luar tapak maupun view dari luar ke dalam tapak. Hanya tersedia
kolam yang mengarahkan pengunjung untuk masuk ke dalam bangunan dan ke
dalam tapak, dan tempat duduk untuk menunggu.

Tampilan sudut bangunan yang mengarah ke simpul jalan diekspos dan diolah
sedemikian rupa sehingga menjadi sudut pandang terbaik dari luar tapak. Level
ground dibuat terbuka, sedangkan lantai 1 terdapat void yang berfungsi sebagai
concourse stasiun. Sementara lantai 2 dibuat lebih besar dari lantai 1 dengan
tujuan untuk menimbulkan kesan melingkupi lantai di bawahnya. Dengan demikian

timbul kesan menerus karena tidak ada pemisah antara ruang dalam dan ruang
luar, terutama pada lantai dasar.
Pembentukan masa mengikuti garis batas tapak. Masa bangunan berbentuk L
menyesuaikan lokasi tapak yang berada di sudut jalan. Peletakan masa bangunan
juga mengikuti dan mempertimbangkan garis-garis kontur tapak. Dengan demikian,
munculah pengaturan bentuk dan letak masa bangunan sebagai berikut:
Berdasarkan rencana jalur monorail, maka bangunan pada sisi Jl. Dipatiukur
difungsikan sebagai stasiun monorail.
Pasar diletakkan di sisi Jl. Ir. H. Juanda, untuk mempermudah akses orang karena
letaknya yang tidak berubah.
Main Enterance diletakkan di bagian tengah sisi terpanjang tapak berada , yaitu
di sisi Jl. Ir. H. Juanda karena kapasitas jalan yang lebih besar. Area main enterance
juga merupakan area penghubung antara stasiun monorail dan pasar, sehingga
pengunjung yang masuk kedalam tapak akan mudah beroirientasi, untuk menuju ke
area pasar atau ke area stasiun.
Stasiun monorel dan pasar di letakkan terpisah pada dua massa bangunan yang
berbeda karena pertimbangan mobilitas pergerakan penggunanya yang berbeda.
Area stasiun monorel memiliki mobilitas yang tinggi, dan area pasar mobilitasnya
cenderung rendah walau cukup ramai.
Bagian dalam tapak memanfaatkan kondisi tanah yang semakin menurun dengan
menyediakan ampitheater. Selain sebagai tempat duduk saat ada pertunjukan,
amphitheater juga bisa dimanfaatkan untuk tempat berkumpul mahasiswa yang
mengerjakan tugas atau hanya sekedar mengobrol santai. Bagian tengah
ampitheater dibuat terbuka untuk berbagai kegiatan, seperti bermain skateboard,
olahraga, dsb. Sebagai atraksi untuk menggantikan pertunjukan yang
temporer/berkala, akan disediakan air mancur yang akan hidup pada periode waktu
tertentu.
Untuk mengurai kepadatan lalu lintas, penulis mengusulkan jalan tambahan dari
Jl. Dipatiukur langsung menuju Jl. Tubagus Ismail. Jalan usulan tersebut dapat
menjadi atraksi tambahan dari dalam tapak. Jalan ini juga memiliki keunggulan view
ke dalam kawasan perancangan dan ke kawasan perumahan di sekitar lokasi.
Hubungan anak muda Bandung TerhadapKawasan Dago
Seperti yang dapat dilihat tiap akhir pekan atau saat liburan, kawasan Dago masih
menjadi pilihan bagi para anak-anak muda dikota Bandung dalam menunjukan
eksistensi mereka. Para anak muda menghadirkan kegiatan-kegiatan kreatif untuk
meramaikan kawasan dago menjadi sebuah ruang berkumpul yang menjadi bagian
dari gaya hidup anak muda kota Bandung. Seperti pertunjukan music yang meriah
di beberapa titik kawasan dago, komunitas-komunitas anak muda seperti klub
motor, klub sepeda, komunitas skateboard dan komunitas lain yang
berkumpul disepanjang kawasan Dago.

Setiap akhir pekan tepatnya pada hari minggu pagi, di kawasan Dago diadakan
kegiatan car free day dan menjadi tempat bagi semua kalangan termasuk para
anak-anak muda kota Bandung untuk berkumpul dan berjalan bersama-sama
menikmati sepanjang kawasan Dago. Dapat dikatakan bahwa Dago masih
menjadi tempat yang menarik dan memiliki nilai tersendiri bagi para anak
muda kota Bandung.
Secara geografis target audience dikhususkan pada anak muda kota Bandung dan
seluruh warga yang sering berkunjung ke kawasan Dago. Hal ini dilakukan karena
mengenalkan sejarah kawasan Dago penting bagi generasi penerus bangsa
dan juga masyarakat umum sebagai pelestarian sejarah kawasan Dago.

Anda mungkin juga menyukai