Kota Depok
MENURUTLAPANGANUSAHA
ISSN
Nomor Publikasi
Katalog BPS
Ukuran Buku
Jumlah Halaman
:
:
:
:
:
3276.1501
9302003.3276
18,2 cm x 25,7 cm
x + 90
Naskah :
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit :
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Diterbitkan oleh :
Badan Pusat Statistik Kota Depok
Dicetak oleh :
Coqelat Visitama
h:
.
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan,
dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan
komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik Kota Depok
ii
KATA PENGANTAR
Buku Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Depok
Tahun 2010-2014 ini merupakan penerbitan pertama dengan tahun
dasar 2010. Publikasi ini menyajikan tinjauan perkembangan
perekonomian Kota Depok tahun 2010-2014 secara deskriptif. Dalam
buku ini juga ditampilkan tabel-tabel PDRB tahun 20102014 atas
dasar harga berlaku dan harga konstan 2010 dalam bentuk nilai
nominal dan persentase.
Pergeseran tahun dasar dari tahun 2000 ke tahun 2010 secara
umum
dimaksudkan
untuk
mengakomodir
pergeseran
struktur
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................
iii
iv
vi
DAFTAR GAMBAR
..................................................................................
vii
viii
ix
10
10
17
19
28
30
31
33
35
40
42
44
53
54
57
58
iv
Halaman
2.16. Kategori Q: Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial ..
58
59
63
63
67
68
70
70
73
76
79
LAMPIRAN ..................................................................................................
80
DAFTAR TABEL
Halaman
Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode Perhitungan
PDRB ..................................................................................
72
Tabel 4.2
73
Tabel 4.3
75
78
79
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 4.1
Tabel 4.4
Tabel 4.5
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta
rupiah), 2010-2014 .........................................
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
viii
PENJELASAN TEKNIS
Reparasi
Mobil
dan
Sepeda
Motor;
Transportasi
dan
ix
BAB I
PENJELASAN UMUM
Pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha peningkatan produktifitas
melaui proses produksi dengan cara pemanfaatan sumberdaya potensial yang
dimiliki oleh daerah baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun
sumber
daya
ekonominya
secara
optimal
guna
meningkatkan
tingkat
makro
lainnya
seperti
tingkat
penciptaan
kesempatan
kerja
Oleh sebab itu, perlu disajikan statistik PDRB secara berkala, untuk
digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional khususnya di
bidang ekonomi.
bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh
berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta.
dengan
1.3.1.
Menginformasikan
perekonomian
regional
yang
terkini
seperti
3)
1.3.3.
lain :
1)
Akan merubah besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang,
rasio investasi dan saving, nilai neraca berjalan,
struktur dan
pertumbuhan ekonomi;
3)
1.3.4.
berkala sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada tahun 1960, 1973, 1983, 1993, dan
2000.
Tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru menggantikan tahun dasar
2000 karena beberapa alasan berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDRB seperti data Sensus
Penduduk 2010 (SP 2010) dan Indeks Harga Produsen (Producers Price
Index /PPI);
6)
Tabel 1.1.
Perbandingan Perubahan Konsep
dan Metode Perhitungan PDRB
Variabel
1. Output pertanian
Konsep Lama
Hanya mencakup
output pada saat panen
Konsep Baru
Output saat panen
ditambah nilai hewan
dan tumbuhan yang
belum menghasilkan
Menggunakan metode
Financial Intermediary
Services Indirectly
Measured (FISIM)
3. Valuasi
Harga Produsen
Harga Dasar
4. Biaya eksplorasi
mineral dan
pembuatan produk
original
Dicatat sebagai
konsumsi antara
1.5. Perubahan Klasifikasi dari PDRB Tahun Dasar 2000 ke PDRB Tahun
Dasar 2010
Klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 (2000=100)
menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990)
sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010 (2010=100) menggunakan KBLI2009.
Perbandingan keduanya pada tingkat paling agregat dapat dilihat pada tabel 1.2
berikut ini.
Tabel 1.2.
Perbandingan Perubahan Klasifikasi PDRB
Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2000 dan 2010
PDRB Tahun Dasar 2000
5. Konstruksi
E. Pengadaan Air
F. Konstruksi
9. Jasa-jasa
Tabel 1.3.
Perbandingan Perubahan Klasifikasi PDRB
Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2000 dan 2010
PDRB Tahun Dasar 2000
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
RUANG LINGKUP
Uraian lapangan usaha yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang
lingkup dan definisi dari masing-masing kategori dan subkategori lapangan
usaha, cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010, serta sumber datanya.
10
11
12
13
binatang (mati atau hidup) untuk makanan, bulu, kulit atau untuk penelitian,
untuk ditempatkan dalam kebun binatang atau sebagai hewan peliharaan,
produksi kulit bulu binatang, reptil atau kulit burung dari kegiatan perburuan atau
penangkapan. Sedangkan kegiatan penangkaran satwa liar mencakup usaha
penangkaran, pembesaran, penelitian untuk pelestarian satwa liar, baik satwa liar
darat dan satwa liar laut seperti mamalia laut, misalnya duyung, singa laut dan
anjing laut.
Output jasa pertanian diperoleh dengan pendekatan imputasi dengan
memperhatikan proporsi pengeluaran untuk jasa pertanian terhadap output yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan pertanian pada periode tertentu. Output kegiatan
pertanian diperoleh dari Subdit Neraca Barang BPS. Sedangkan proporsi
pengeluaran untuk jasa pertanian terhadap output diperoleh dari hasil Sensus
Pertanian, Survei Struktur Ongkos Usaha Tani, dan Survei Perusahaan
Peternakan yang dilakukan oleh BPS. Sedangkan untuk kegiatan perburuan dan
pengkapan satwa liar diestimasi menggunakan pendapatan devisa dari penjualan
satwa liar yang datanya diperoleh dari Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
14
Hidup dan Kehutanan, dan Subdit Statistik Kehutanan BPS. Data harga produsen
diperoleh dari Subdit Statistik Kehutanan BPS. Data indikator harga berupa
Indeks Harga Produsen diperoleh dari Subdit Statistik Harga Produsen BPS.
Sedangkan data struktur biaya kegiatan kehutanan diperoleh dari hasil Sensus
Pertanian dan Survei Perusahaan Kehutanan (Hak Pengusahaan Hutan dan
Pembudidaya Tanaman Kehutanan) yang dilakukan oleh Subdit Statistik
Kehutanan BPS.
3). Perikanan.
Subkategori ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan
budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar, air
payau maupun di laut. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan perikanan
meliputi segala jenis ikan, crustacea, mollusca, rumput laut, dan biota air lainnya
yang diperoleh dari penangkapan (di laut dan perairan umum) dan budidaya (laut,
tambak, karamba, jaring apung, kolam, dan sawah). Dicakup juga dalam kegiatan
perikanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan perikanan atas dasar balas
jasa (fee) atau kontrak.
Data produksi komoditas perikanan diperoleh dari Ditjen Perikanan
Tangkap dan Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Data harga berupa harga produsen diperoleh dari Subdit Statistik Harga
Perdesaan BPS.
Data indikator harga berupa Indeks Harga Produsen diperoleh dari Subdit
Statistik Harga Produsen BPS dan Indeks yang dibayar petani untuk biaya
produksi kelompok perikanan dari Subdit Statistik Harga Perdesaan BPS.
Sedangkan data struktur biaya kegiatan perikanan diperoleh dari hasil Sensus
Pertanian dan Survei Perusahaan Perikanan yang dilakukan oleh Subdit Statistik
Perikanan BPS.
Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah Kategori
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan adalah melalui pendekatan produksi.
15
16
17
terdapat pada publikasi tahunan Statistik PLN dan digerakkan dengan IHP gas
dan panas bumi untuk mendapatkan harga triwulanan.
Batubara
mencakup
usaha
operasi
penambangan,
pertambangan
pertambangan
tersebut
dengan
meliputi
cara
pencarian
penggalian,
(liquefaction).
penghancuran,
Operasi
pencucian,
pengangkutan
dan
penyimpanan/penampungan.
Termasuk
Non
Migas
BPS
serta
beberapa
data
dari
BPS
18
2.3.
perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi
produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian,
19
20
21
yang siap pakai, pembuatan koper, tas tangan dan sejenisnya, pakaian kuda dan
peralatan kuda yang terbuat dari kulit, dan pembuatan alas kaki. Golongan pokok
ini juga mencakup pembuatan produk sejenisnya dari bahan lain (kulit imitasi
atau kulit tiruan), seperti alas kaki dari bahan karet, koper dari tekstil, dan lainlain. KBLI 2009: kode 15
6). Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan Barang
Anyaman
Golongan pokok ini mencakup pembuatan barang-barang dari kayu.
Kebanyakan digunakan untuk konstruksi dan juga mencakup berbagai proses
pengerjaan dari penggergajian sampai pembentukan dan perakitan barang-barang
dari kayu, dan dari perakitan sampai produk jadi seperti kontainer kayu.
Terkecuali penggergajian, golongan pokok ini terbagi lagi sebagian besar
didasarkan pada produk spesifik yang dihasilkan.
Golongan pokok ini tidak mencakup pembuatan mebeler, atau
perakitan/pemasangan perabot kayu dan sejenisnya. Contohnya: pemotongan
kayu gelondongan menjadi balok, kaso, papan, pengolahan rotan, kayu lapis,
barang-barang bangunan dari kayu, kerajinan dari kayu, alat dapur dari kayu,
rotan dan bambu. KBLI 2009: kode 16
7).
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, dan Industri Pencetakan dan Reproduksi
Media Rekaman. Industri Kertas dan Barang dari Kertas mencakup pembuatan
bubur kayu, kertas, dan produk kertas olahan Pembuatan dari produk-produk
tersebut merupakan satu rangkaian dengan tiga kegiatan utama.
Kegiatan pertama pembuatan bubur kertas, lalu yang kedua pembuatan
kertas yang menjadi lembaran-lembaran dan yang ketiga barang dari kertas
dengan berbagai tehnik pemotongan dan pembentukan, termasuk kegiatan
22
pelapisan dan laminasi. Barang kertas dapat merupakan barang cetakan selagi
pencetakan bukanlah merupakan hal yang utama.
Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman mencakup
pencetakan barang-barang dan kegiatan pendukung yang berkaitan dan tidak
terpisahkan dengan Industri Pencetakan; proses pencetakan termasuk bermacammacam metode/cara untuk memindahkan suatu image dari piringan atau layar
monitor ke suatu media melalui/dengan berbagai teknologi pencetakan. KBLI
2009: kode 17 dan 18.
23
Namun demikian tidak berarti bahwa semua barang dari bahan baku
karet dan plastik termasuk di golongan ini, misalnya industri alas kaki dari karet,
industri lem, industri matras, industri permainan dari karet, termasuk kolam
renang mainan anak-anak. KBLI 2009: kode 22.
24
25
26
27
2.4.
buatan, uap panas, air panas, udara dingin dan produksi es dan sejenisnya melalui
jaringan,
saluran,
atau
pipa
infrastruktur
permanen.
Dimensi
1). Ketenagalistrikan.
Golongan ini mencakup pembangkitan, pengiriman dan penyaluran
tenaga listrik kepada konsumen, baik yang diselenggarakan oleh PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero) maupun oleh perusahaan swasta (Non-PLN), seperti
pembangkitan listrik oleh perusahaan milik Pemerintah Daerah, dan listrik yang
diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan) dengan tujuan untuk
dijual. Listrik yang dibangkitkan atau diproduksi meliputi listrik yang dijual,
dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan distribusi, dan listrik yang dicuri.
Metode penghitungan dengan menggunakan pendekatan produksi.
Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara kuantum
barang yang dihasilkan dengan harga dasar per unit produksi pada masingmasing tahun.
Sedangkan output atas dasar harga konstan 2010 diperoleh dengan cara
revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masingmasing tahun dengan harga dasar per unit produksi pada tahun 2010. Selanjutnya
untuk memperoleh NTB baik atas dasar harga berlaku maupun konstan 2010
adalah dengan mengalikan output pada masing-masing tahun dengan rasio NTB.
28
Sumber data produksi berupa listrik terjual dan listrik dibangkitkan baik
oleh PLN maupun non-PLN. Penilaian PDB listrik menggunakan harga dasar,
sementara penilaian PDRB listrik menggunakan harga produsen. Harga produsen
didapat dengan mengalikan kuantum listrik terjual dengan harga jual tersubsidi.
Sementara harga dasar diestimasi dari harga produsen ditambahkan dengan
subsidi yang ditanggung oleh pemerintah dan dikurangi pajak.
lain
dan
pengoperasian
pengubahan
komoditas
dan
kapasitas
29
Sedangkan output atas dasar harga konstan 2010 diperoleh dengan cara
revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masingmasing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun 2010. Selanjutnya untuk
memperoleh NTB baik atas dasar harga berlaku maupun konstan 2010 adalah
dengan mengalikan output pada masing-masing tahun dengan rasio NTB.
Sumber data produksi dan harga gas kota diperoleh dari PT PGN
(Persero). Data produksi dilaporkan langsung oleh PT. PGN setiap tiga bulan.
Sementara data harga dikutip dari laporan keuangan PT. PGN yang terbit setiap
tiga bulanan. Untuk data harga, terdapat jeda satu triwulan sehingga harus
diestimasi untuk triwulan terakhir.
30
harga per unit produksi pada tahun 2010. Selanjutnya untuk memperoleh NTB
baik atas dasar harga berlaku maupun konstan 2010 adalah dengan mengalikan
output pada masing-masing tahun dengan rasio NTB.
Penghitungan
pengelolaan
Sampah/Limbah
dengan
pendekatan
2.6.
Kategori F: KONSTRUKSI
Kategori Konstruksi adalah kegiatan usaha di bidang konstruksi umum
dan konstruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan sipil. baik digunakan
sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi
mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian
prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek dan juga konstruksi yang
bersifat sementara. Kegiatan konstruksi dilakukan baik oleh kontraktor umum,
yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun
oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan
konstruksi untuk dipakai sendiri.
Hasil kegiatan konstruksi antara lain: Konstruksi gedung tempat tinggal;
Konstruksi gedung bukan tempat tinggal; Konstruksi bangunan sipil, misal: jalan,
tol, jembatan, landasan pesawat terbang, jalan rel dan jembatan kereta api,
terowongan, bendungan, waduk, menara air, jaringan irigasi, drainase, sanitasi,
tanggul pengendali banjir, terminal, stasiun, parkir, dermaga, pergudangan,
31
gedung
atau
bangunan
lainnya
serta
pembersihannya;
32
33
beberapa pedagang pengecer bertindak sebagai agen, dan menjual atas dasar
konsinyasi atau komisi.
2). Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor.
Sub kategori ini mencakup kegiatan ekonomi di bidang perdagangan
besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis
barang, baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran dan
merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan selain produk
mobil dan sepeda motor. Perdagangan besar nasional dan internasional atas usaha
sendiri atau atas dasar balas jasa atau kontrak (perdagangan komisi) juga
merupakan cakupan dalam sub kategori ini.
Output lapangan usaha perdagangan adalah margin perdagangan, yaitu
nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi biaya
angkutan
yang
dikeluarkan
oleh
pedagang.
Output
perdagangan
34
reparasi mobil dan sepeda motor dihitung dengan pendekatan produksi, dengan
indikator produksinya adalah jumlah kendaraan. Untuk mendapatkan nilai
tambah konstannya, nilai tambah berlaku yang diperoleh di-deflate menggunakan
IHK umum (BPS).
Sumber data yang digunakan dalam kategori perdagangan besar dan
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor adalah data output barang dari industri
domestik (dari Subdit Neraca Barang dan Neraca Jasa, BPS), Statistik
Transportasi (BPS), Impor barang (BPS), Indeks Harga Konsumen (BPS) dan
survei lainnya yang dilakukan oleh Direktorat Neraca Produksi BPS RI.
35
angkut
kendaraan
jalan
raya,
baik
bermotor
maupun
tidak
36
menggunakan IHK jasa angkutan jalan dari Subdit Statistik Harga Konsumen,
BPS.
37
38
NTB diperoleh dengan mengalikan rasio NTB dengan outputnya untuk masingmasing harga tersebut.
Data indikator produksi berupa jumlah penumpang naik dan barang yang
diangkut diperoleh dari PT Angkasa Pura I (Kawasan Tengah dan Timur
Indonesia) dan PT Angkasa Pura II (Kawasan Barat Indonesia). Sedangkan
indikator harga berupa rata-rata output per penumpang/km-penumpang dan ratarata output per barang/km-ton barang diperoleh dari laporan perusahaan
penerbangan nasional, PT Garuda Indonesia Airlines dan PT Merpati Nusantara
Air-lines; serta IHK jasa angkutan udara dari Subdit Statistik Harga Konsumen,
BPS.
39
dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan indikator harga berupa IHK sarana
penunjang transpor dari Subdit Statistik Harga Konsumen, BPS.
40
produksi.
Indikator
produksinya
berupa
jumlah
penduduk
41
Sedangkan data indikator harga diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) dan IHK makanan jadi, minuman dan rokok dari publikasi
Indikator Ekonomi - BPS.
42
43
44
45
46
47
48
c. Modal Ventura
Modal ventura mencakup kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan
modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee company) untuk
jangka waktu tertentu.
Metode estimasi yang digunakan dalam menghitung output atas dasar
harga berlaku adalah pendekatan produksi. Output dari kegiatan ini merupakan
hasil pengolahan laporan keuangan perusahaan modal ventura. Sedangkan output
atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode deflasi,
dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) umum digunakan sebagai deflator.
Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan diperoleh dari hasil perkalian output dan rasio NTB.
Sumber data berupa laporan keuangan kegiatan pegadaian diperoleh dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK dan Subdirektorat Statistik Keuangan BPS RI.
Sedangkan untuk IHK umum diperoleh dari Subdirektorat Statistik Harga
Konsumen BPS RI.
pasar
uang
(bursa
efek)
mencakup
usaha
yang
49
50
penyimpanan
dan
penyelesaian
mencakup
usaha
51
amanat
(trustee)
mencakup
kegiatan
usaha
pihak
yang
penukaran berbagai jenis mata uang, termasuk pelayanan penjualan mata uang.
Metode estimasi yang digunakan dalam menghitung output atas dasar
harga berlaku adalah pendekatan produksi. Output dari kegiatan ini merupakan
hasil pengolahan laporan keuangan perusahaan jasa penukaran mata uang.
Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan
52
53
dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lainyang dilakukan atas dasar
balas jasa kontrak. Kategori ini juga mencakup
kegiatan pembangunan
54
pengetahuan, periklanan dan penelitian pasar, serta jasa professional, ilmiah dan
teknis lainnya.
Kategori N mencakup berbagai kegiatan yang mendukung operasional
usaha secara umum. Kegiatan yang termasuk kategori N antara lain: jasa
persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, jasa ketenagakerjaan, jasa agen
perjalanan, penyelenggaraan tur dan jasa reservasi lainnya, jasa keamanan dan
penyelidikan, jasa untuk gedung dan pertamanan, jasa administrasi kantor, serta
jasa penunjang kantor dan jasa penunjang usaha lainnya.
a. Jasa Hukum
Jasa hukum mencakup usaha jasa pengacara/penasihat hukum, notaris,
lembaga bantuan hukum, serta jasa hukum lainnya.
b. Jasa Akuntansi, Pembukuan dan Pemeriksa
Jasa akuntansi, pembukuan dan pemeriksaan mencakup usaha jasa
pembukuan, penyusunan, dan analisis laporan keuangan, persiapan atau
pemeriksaan laporan keuangan dan pengujian laporan serta sertifikasi
keakuratannya. Termasuk juga jasa konsultasi perpajakan.
c. Jasa Arsitek dan Teknik Sipil Serta Konsultasi Teknis Lainnya
Jasa arsitek dan teknik sipil serta konsultasi teknis mencakup usaha jasa
konsultasi arsitek, seperti jasa arsitektur perancangan gedung dan drafting, jasa
arsitektur
perencanaan
perkotaan,
jasa
arsitektur
pemugaran
bangunan
55
e. Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Mesin dan
Peralatan Konstruksi dan Teknik Sipil
Jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin dan peralatan
konstruksi dan teknik sipil mencakup usaha jasa persewaan dan sewa guna usaha
tanpa hak opsi mesin dan peralatan konstruksi dan teknik sipil termasuk
perlengkapannya tanpa operatornya.
f.
penyaluran para tuna karya yang siap pakai, seperti agen penyalur jasa tenaga
kerja Indonesia, agen penyalur pembantu rumah tangga, dan lainnya.
g. Jasa Kebersihan Umum Bangunan
Jasa kebersihan umum bangunan mencakup usaha jasa kebersihan
bermacam jenis gedung, seperti gedung perkantoran, pabrik, pertokoan, balai
pertemuan, dan gedung sekolah.
Metode estimasi yang digunakan dalam menghitung output kategori
jasa perusahaan atas dasar harga berlaku adalah pendekatan produksi. Output
diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata
output per tenaga kerja. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh
dengan menggunakan metode revaluasi. Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan diperoleh dari hasil
perkalian output dan rasio NTB.
Sumber data berupa jumlah tenaga kerja diperoleh dari Direktorat Statistik
Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI. Sedangkan untuk IHK umum
diperoleh dari Subdirektorat Statistik Harga Konsumen BPS RI.
56
Keuangan;
Realisasi
anggaran
belanja
rutin
dan
belanja
pembangunan; Statistik Keuangan Pemerintah daerah (K1, K2, K3), Badan Pusat
Statistik; Realisasi APBD, Biro Keuangan Pemerintah Daerah;Jumlah pegawai
negeri sipil, Badan Kepegawaian Nasional (BKN).
57
58
59
60
Sumber data yang diperlukan berasal dari data penunjang intern BPS
(Sensus Ekonomi, Subdit Statistik Demografi, Susenas, Statistik Harga
Konsumen).
c. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan yang
Menghasilkan Barang dan Jasa oleh Rumah Tangga yang Digunakan
Sendiri untuk Memenuhi Kebutuhan
Kegiatan ini berkategori T di KBLI 2009, mencakup kegiatan yang
memanfaatkan Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga yan didalamnya
termauk jasa pekerja domestik (pembantu rumah tangga, satpam, tukang kebun,
supir, dan sejenisnya), dan Kegiatan Yang Menghasilkan Barang Dan Jasa Oleh
Rumah Tangga Yang Digunakan Sendiri Untuk Memenuhi Kebutuhan
(didalamnya termasuk kegiatan pertanian, industri, penggalian, konstruksi, dan
pengadaan air).
Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perorangan yang melayani
rumah tangga/ jasa pekerja domestik (pembantu rumah tangga, satpam, tukang
kebun, supir, dan sejenisnya) diperoleh dari perkalian antara pengeluaran
perkapita untuk jasa pekerja domestik dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun, sedangkan NTB-nya sama dengan output yang dihasilkan karena
konsumsi antara pekerja jasa domestik merupakan pengeluaran konsumsi rumah
tangga majikan.
Untuk kegiatan yang menghasilkan barang oleh rumah tangga yang
digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan, (pertanian, industri, konstruksi,
penggalian) output dan NTB berlaku diperoleh dengan hasil survei intern BPS
(SKTIR). Sedangkan output pengadaan air diperoleh dengan pendekatan rumah
tangga yang menggunakan pompa dan sumur, baik sumur terlindung maupun
tidak terlindung. Sementara itu, output dan NTB atas dasar harga konstan, baik
untuk kegiatan pekerja domestik maupun kegiatan menghasilkan barang dan jasa
untuk digunakan sendiri oleh rumah tangga diperoleh dengan menggunakan
metode deflasi dengan deflatornya laju IHK umum.
61
Sumber data kategori ini diperoleh dari intern BPS, yaitu, Susenas, Sensus
Penduduk, Subdit PEK (Publikasi Statistik Air Bersih), dan Survei Khusus yang
Dilakukam Direktorat Neraca Pengeluaran.
d. Kegiatan Badan Internasional dan Ekstra Internasional Lainnya
Kategori ini berkategori U yang mencakup kegiatan badan internasional,
seperti PBB dan perwakilannya, Badan Regional dan lain-lain, termasuk The
Internasional Moneter Fund, The World Bank, The World Customs Organization
(WHO), the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD),
the Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan lain-lain.
Output dan NTB berlaku diperoleh dengan pendekatan biaya yang
didapatkan dari laporan keuangan badan internasional dan ekstra internasional
lainnya. Sementara, untuk output konstan diperoleh dengan metode deflasi
dengan deflator laju IHK umum.
Sumber data diperoleh dari laporan keuangan badan internasional dan
ekstra internasional lainnya yang berkantor pusat di Indonesia dan Statistik Harga
Konsumen.
62
BAB III
METODOLOGI
3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Peningkatan nilai tambah dari suatu bahan baku (input) menjadi produk
(output) menunjukkan adanya perkembangan perekonomian suatu wilayah.
Dalam statistik neraca nasional, perkembangan nilai tambah yang diciptakan oleh
berbagai sektor ekonomi seperti sektor pertanian, sektor industri pengolahan, jasa
jasa dsb, dicatat dalam bentuk Produk Domestik Regional Bruto.
Dengan demikian, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
hasil penjumlahan dari seluruh nilai tambah (value added) produksi barang dan
jasa dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu wilayah pada suatu periode
waktu tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau
dimiliki oleh penduduk daerah tersebut.
Di dalam literatur ekonomi terdapat perbedaan pengertian produk
domestik dengan produk regional, kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari
kegiatan produksi yang dilakukan di suatu daerah/wilayah, beberapa faktor
produksinya berasal dari daerah/wilayah lain, seperti tenaga kerja, mesin/alat
bahkan modal untuk investasi, dengan demikian nilai produksi di daerah/wilayah
atau domestik tidak sama dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk
tersebut.
Produk regional merupakan produk domestik setelah ditambah
pendapatan yang mengalir ke dalam daerah/wilayah tersebut, kemudian
dikurangi pendapatan yang mengalir ke luar daerah/wilayah. Atau dapat
dikatakan bahwa produk regional merupakan produk yang betul-betul dihasilkan
oleh faktor-faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal, entrepreneur) yang
dimiliki penduduk daerah/wilayah yang bersangkutan. Namun karena masih
63
terbatasnya data untuk memantau pendapatan yang mengalir dari/ke luar suatu
daerah/wilayah, maka antara produk domestik dengan produk regional sampai
saat ini diasumsikan sama.
PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. PDRB
atas dasar harga berlaku
64
65
atau
perkembangan
produktivitas
secara
nyata
dengan
Revaluasi
Ekstrapolasi
66
Deflasi
Metode deflasi digunakan untuk mendapatkan nilai tambah harga konstan, yaitu
dengan membagi nilai tambah harga berlaku dengan indeks harga masing-masing
tahun. Indeks harga yang dapat digunakan antara lain indeks harga komoditi yang
bersangkutan atau indeks harga yang diasumsikan sejalan dengan perkembangan
harga komoditi tersebut, seperti indeks harga konsumen (IHK), indeks
perdagangan besar (IHPB) dan lain lain. Di samping itu, indeks harga dapat pula
digunakan sebagai inflator untuk mendapatkan nilai tambah atas dasar harga
yang berlaku, yaitu mengalikan nilai tambah harga konstan dengan indeks harga.
3.1.2.4.
Untuk mendapatkan nilai tambah harga konstan dapat juga dilakukan dengan
mendeflate nilai output dan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Selisih
output dan biaya antara yang telah di deflate akan didapatkan nilai tambah atas
dasar harga konstan. Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi
terhadap biaya antara, hal ini disebabkan karena belum tersedianya data harga
berbagai jenis input yang digunakan dalam berproduksi. Oleh sebab itu dalam
estimasi nilai tambah atas dasar harga konstan, metode deflasi berganda belum
digunakan.
67
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
digunakan
untuk
melakukan
ini
menunjukkan
tingkat
perkembangan
pen-
Indeks
IP
i
t
0
3.3.2. Indeks Berantai
100
: Indeks Perkembangan
: Sektor 1, Sektor 9
: Tahun t
: Tahun dasar.
68
100 %
IB
i
t
t-1
:
:
:
:
Indeks Berantai
Sektor 1, Sektor 9
Tahun t
Tahun sebelumnya
100%
IH : Indeks Implisit
HB : Harga Berlaku
HK : Harga Konstan
69
BAB IV
KINERJA PEREKONOMIAN KOTA
DEPOK TAHUN 2010-2014
4.1. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Kota Depok pada tahun 2014 mengalami percepatan
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan
PDRB Kota Depok tahun 2014 mencapai 7,16 persen, sedangkan tahun
2013 sebesar 6,54 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh
lapangan usaha Kategori Jasa Kesehatan dan Jasa Sosial, yaitu sebesar
16,03 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada kategori Jasa
Perusahaan, dimana pada tahun 2014 hanya mencapai pertumbuhan
sebesar 0,41 persen.
Grafik 4.1
LPE Kota Depok Tahun 2010-2014 (Persen)
18,00
16,00
14,00
15,72
14,80
13,39
12,46
12,00
11,25
10,00
Berlaku
8,00
6,00
8,06
6,36
6,81
6,54
7,16
Konstan
4,00
2,00
0,00
2010
2011
2012
2013*
2014**
70
Ke Tujuh belas kategori sektor ekonomi di Kota Depok pada tahun 2014
mengalami pertumbuhan yang positif. Kategori yang mengalami pertumbuhan di
atas sepuluh persen adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (16,03 persen),
Informasi dan Komunikasi (15,36 persen), dan Jasa Pendidikan (12,86 persen).
negatif
pada
kategori
Administrasi
Pemerintahan,
71
Tabel 4.1.
Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Depok
Menurut Kategori Lapangan Usaha (persen), 2010-2014
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
4,47
1,80
0,27
0,48
2,25
Industri Pengolahan
5,13
3,39
4,75
3,57
5,05
4,46
2,85
6,70
7,75
7,79
6,52
7,50
2,02
4,23
4,43
7,67
6,99
12,61
7,81
7,69
7,50
10,78
10,50
10,26
9,78
5,47
7,97
3,05
3,60
3,64
F
G
H
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan Pergudangan
7,58
7,70
9,46
9,52
9,13
9,22
20,59
8,01
7,00
15,36
6,44
13,13
12,96
15,71
5,49
Real Estat
4,33
6,68
6,81
8,07
7,49
Jasa Perusahaan
6,09
10,96
1,62
4,30
0,41
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
3,98
0,53
8,87
(0,65)
1,21
Jasa Pendidikan
6,56
12,06
12,33
10,28
12,86
6,69
7,79
7,61
7,19
16,03
6,33
11,94
7,14
5,15
9,54
6,22
6,81
8,06
6,54
7,16
M,N
72
2010
2011
2012
2013*
2014 **
PDRB Berlaku
26,60
29,59
33,28
38,52
43,68
PDRB Konstan
26,60
28,41
30,70
32,71
35,05
Catatan :
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
73
Grafik 4.2
PDRB Kota Depok Tahun 2010-2014
(Triliun Rp)
50,00
43,68
45,00
38,52
40,00
33,28
35,00
29,59
30,00
26,60
25,00
28,41
30,70
32,71
35,05
Berlaku
Konstan
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
2000
2001
2002
2003
2004
Total nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dari kelompok primer
pada tahun 2014 mencapai Rp 634 milyar atau meningkat sebesar 12,28 persen
dibanding tahun sebelumnya, walaupun mengalami peningkatan, namun nilai ini
masih lebih rendah dibanding kenaikan pada tahun 2013 yang mencapai hingga
15,04 persen.
Adapun kelompok sektor sekunder dan kelompok tertier masing-masing
menghasilkan nilai tambah bruto sebesar Rp 23,13 triliun dan Rp 19,91 triliun,
atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 12,61 persen dan 14,34 persen
dibanding tahun sebelumnya.
Sama halnya dengan kelompok primer, pada kelompok sekunder dan
tersier kenaikan nilai tambah bruto masih lebih rendah dibandingkan pencapaian
pada tahun sebelumnya.
74
Tabel 4.3
PDRB Kota Depok
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Tahun 2013-2014 (Juta Rupiah)
HargaBerlaku
HargaKonstan
LAPANGANUSAHA
[1]
I.Primer
A.Pertanian,Kehutanan&
Perikanan
B.PertambangandanPenggalian
II.Sekunder
C.IndustriPengolahan
D.PengadaanListrik&Gas
E.PengadaanAir,Pengelolaan
Sampah,Limbah
F.Bangunan
III.Tersier
G.PerdaganganBesardanEceran
H.TransportasidanPergudangan
I.PenyediaanAkomodasidan
MakanMinum
J.InformasidanKomunikasi
K.JasaKeuangandanAsuransi
L.RealEstate
M,NJasaPerusahaan
O.AdministrasiPemerintahan
P.JasaPendidikan
Q.JasaKesehatan&Kegiatan
Sosial
R,S,T,U.JasaLainnya
KOTADEPOK
2013*
2014**
2013*
2014**
[2]
[3]
[4]
[5]
564.891,0
564.891,0
634.261,9
634.261,9
458.309,4
458.309,4
468.621,9
468.621,9
0,0
0,0
0,0
0,0
20.536.457,0 23.126.955,7 17.677.978,6 18.735.765,2
13.432.891,9 15.080.212,7 11.385.197,1 11.959.746,4
86.085,7
100.778,4
93.376,1
100.648,6
29.107,9
30.515,7
26.104,1
27.260,3
6.988.371,4 7.915.449,0 6.173.301,3 6.648.110,0
17.415.748,7 19.913.949,3 14.574.504,1 15.849.021,0
8.192.089,7 9.370.963,3 6.730.043,9 7.387.999,9
1.471.426,9 1.786.747,4 1.129.175,5 1.170.330,2
1.283.356,9
1.476.142,8
1.005.279,2
1.097.105,5
644.215,3
1.525.788,2
620.039,8
84.603,3
1.128.462,9
897.146,0
710.027,9
1.694.690,4
690.670,4
89.504,7
1.237.707,4
1.071.484,1
635.111,0
1.272.817,1
546.406,1
79.328,5
904.852,5
810.653,9
732.677,7
1.342.715,0
587.338,4
79.657,0
915.769,8
914.892,2
342.000,3
397.131,7
312.605,1
362.726,0
Untuk nilai tambah bruto atas dasar harga konstan, dimana faktor inflasi
harga sudah ditiadakan, nilai tambah bruto kelompok primer pada tahun 2014
mencapai Rp 468,21 milyar atau meningkat 2,25 persen dibanding tahun 2013,
sedangkan kelompok sekunder dan tertier masing-masing menghasilkan nilai
tambah bruto sebesar Rp 18,74 trilliun dan Rp 15,85 trilliun atau mengalami
kenaikan masing-masing sebesar 5,98 persen dan 8,74 persen dibanding tahun
sebelumnya.
75
4.3.
Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi
76
Kelompok
Primer
1,45%
PDRB
Kelompok
Sekunder
52,95%
Kelompok
Tersier
45,60%
77
Tabel 4.4.
Peranan PDRB Kota Depok
Menurut Kategori Lapangan Usaha (persen), 2010-2014
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1,68
1,58
1,48
1,47
1,45
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Industri Pengolahan
38,16
37,57
36,25
34,88
34,53
0,30
0,28
0,27
0,22
0,23
0,09
0,09
0,08
0,08
0,07
Konstruksi
17,87
17,53
18,15
18,14
18,12
18,74
19,29
19,95
21,27
21,46
3,68
3,71
3,46
3,82
4,09
2,93
2,96
3,23
3,33
3,38
1,71
1,87
1,79
1,67
1,63
3,24
3,38
3,72
3,96
3,88
Real Estat
1,67
1,64
1,61
1,61
1,58
Jasa Perusahaan
0,25
0,26
0,24
0,22
0,20
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
3,13
3,13
3,13
2,93
2,83
Jasa Pendidikan
2,20
2,29
2,34
2,33
2,45
0,95
0,94
0,95
0,89
0,91
3,42
3,46
3,35
3,18
3,18
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
M,N
78
4.4.
Tabel 4.5.
PDRB per Kapita Kota Depok, 2010-2014
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
15,15
16,23
17,59
19,63
21,48
100,00
107,13
116,10
129,55
141,74
7,13
8,38
11,58
9,41
7,13
79
LAMPIRAN
80
Lampiran
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2010-2014
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
446.845,4
467.313,2
491.046,2
564.891,0
634.261,9
B
C
D
E
0,0
10.150.003,2
78.962,3
22.835,7
0,0
11.119.666,4
82.350,3
25.333,9
0,0
12.066.323,0
89.794,1
26.226,5
0,0
13.432.891,9
86.085,7
29.107,9
0,0
15.080.212,7
100.778,4
30.515,7
4.752.861,8
4.986.390,3
5.188.655,5
5.707.666,8
6.040.916,3
6.639.379,1
6.988.371,4
8.192.089,7
7.915.449,0
9.370.963,3
979.579,4
778.641,8
455.680,3
860.787,3
443.707,2
67.456,5
832.212,6
1.099.149,6
876.724,5
553.767,2
1.001.119,9
486.257,8
76.178,1
927.453,4
1.152.714,1
1.074.984,6
597.072,6
1.238.677,2
537.044,1
78.959,3
1.041.681,1
1.471.426,9
1.283.356,9
644.215,3
1.525.788,2
620.039,8
84.603,3
1.128.462,9
1.786.747,4
1.476.142,8
710.027,9
1.694.690,4
690.670,4
89.504,7
1.237.707,4
583.981,6
251.419,3
910.489,7
678.438,7
279.198,4
1.025.391,2
779.128,5
315.826,0
1.113.789,6
897.146,0
342.000,3
1.226.619,6
1.071.484,1
397.131,7
1.388.879,2
26.601.854,4
29.594.664,9
33.283.562,4
38.517.096,7
43.675.166,9
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas Dasar Harga Konstan 2010
81
Lampiran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
446.845,4
454.892,2
456.124,2
458.309,4
468.621,9
B
C
D
E
0,0
10.150.003,2
78.962,3
22.835,7
0,0
10.494.364,3
81.215,3
24.548,8
0,0
10.993.072,7
86.659,0
25.045,7
0,0
11.385.197,1
93.376,1
26.104,1
0,0
11.959.746,4
100.648,6
27.260,3
4.752.861,8
4.986.390,3
5.084.849,3
5.523.822,0
5.726.022,7
6.103.829,4
6.173.301,3
6.730.043,9
6.648.110,0
7.387.999,9
979.579,4
778.641,8
455.680,3
860.787,3
443.707,2
67.456,5
832.212,6
1.057.636,0
838.599,6
549.505,6
973.780,0
473.334,2
74.850,5
836.584,3
1.089.895,2
917.925,7
593.543,8
1.100.017,3
505.583,2
76.060,2
910.758,0
1.129.175,5
1.005.279,2
635.111,0
1.272.817,1
546.406,1
79.328,5
904.852,5
1.170.330,2
1.097.105,5
732.677,7
1.342.715,0
587.338,4
79.657,0
915.769,8
583.981,6
251.419,3
910.489,7
654.419,6
271.016,0
1.019.210,7
735.086,0
291.628,3
1.091.997,8
810.653,9
312.605,1
1.148.231,1
914.892,2
362.726,0
1.257.809,2
26.601.854,4
28.412.628,6
30.703.249,3
32.710.792,1
35.053.408,1
Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (persen), 2010-2014
82
Lampiran
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1,68
0,00
38,16
0,30
0,09
17,87
18,74
3,68
2,93
1,71
3,24
1,67
0,25
3,13
2,20
0,95
3,42
1,58
0,00
37,57
0,28
0,09
17,53
19,29
3,71
2,96
1,87
3,38
1,64
0,26
3,13
2,29
0,94
3,46
1,48
0,00
36,25
0,27
0,08
18,15
19,95
3,46
3,23
1,79
3,72
1,61
0,24
3,13
2,34
0,95
3,35
1,47
0,00
34,88
0,22
0,08
18,14
21,27
3,82
3,33
1,67
3,96
1,61
0,22
2,93
2,33
0,89
3,18
1,45
0,00
34,53
0,23
0,07
18,12
21,46
4,09
3,38
1,63
3,88
1,58
0,20
2,83
2,45
0,91
3,18
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (persen), 2010-2014
83
Lampiran
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1,68
1,60
1,49
1,40
1,34
B
C
D
E
38,16
0,30
0,09
36,94
0,29
0,09
35,80
0,28
0,08
34,81
0,29
0,08
34,12
0,29
0,08
17,87
18,74
17,90
19,44
18,65
19,88
18,87
20,57
18,97
21,08
3,68
2,93
1,71
3,24
1,67
0,25
3,13
2,20
0,95
3,42
3,72
2,95
1,93
3,43
1,67
0,26
2,94
2,30
0,95
3,59
3,55
2,99
1,93
3,58
1,65
0,25
2,97
2,39
0,95
3,56
3,45
3,07
1,94
3,89
1,67
0,24
2,77
2,48
0,96
3,51
3,34
3,13
2,09
3,83
1,68
0,23
2,61
2,61
1,03
3,59
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (persen), 2010-2014
84
Lampiran
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
14,41
4,58
5,08
15,04
12,28
17,41
9,09
2,33
6,65
9,55
4,29
10,94
8,51
9,04
3,52
11,33
(4,13)
10,99
12,26
17,07
4,84
17,91
16,23
9,17
14,46
16,43
16,32
15,68
23,39
13,27
14,39
16,75
16,17
16,17
9,90
15,47
16,46
13,62
12,21
12,60
21,53
16,30
9,59
12,93
11,44
4,87
22,61
7,82
23,73
10,44
3,65
12,32
27,65
19,38
7,90
23,18
15,45
7,15
8,33
21,43
15,02
10,22
11,07
11,39
5,79
9,68
Jasa Pendidikan
P
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Q
R,S,T,U Jasa lainnya
16,80
11,34
13,13
16,17
11,05
12,62
14,84
13,12
8,62
15,15
8,29
10,13
19,43
16,12
13,23
14,19
11,25
12,46
15,72
13,39
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M,N
O
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Tabel 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (persen), 2010-2014
85
Lampiran
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1,15
1,80
0,27
0,48
2,25
(2,05)
3,69
(2,25)
9,92
3,39
2,85
7,50
4,75
6,70
2,02
3,57
7,75
4,23
5,05
7,79
4,43
14,11
12,44
6,99
10,78
12,61
10,50
7,81
10,26
7,69
9,78
7,33
10,39
24,81
8,80
12,16
9,05
5,29
18,87
12,59
18,40
7,97
7,70
20,59
13,13
6,68
10,96
0,53
12,06
7,79
11,94
3,05
9,46
8,01
12,96
6,81
1,62
8,87
12,33
7,61
7,14
3,60
9,52
7,00
15,71
8,07
4,30
(0,65)
10,28
7,19
5,15
3,64
9,13
15,36
5,49
7,49
0,41
1,21
12,86
16,03
9,54
6,66
6,81
8,06
6,54
7,16
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
86
Lampiran
Tabel 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (2010=100), 2010-2014
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
100,00
104,58
109,89
126,42
141,94
B
C
D
E
100,00
100,00
100,00
109,55
104,29
110,94
118,88
113,72
114,85
132,34
109,02
127,47
148,57
127,63
133,63
100,00
100,00
109,17
114,46
127,10
133,15
147,04
164,29
166,54
187,93
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
112,21
112,60
121,53
116,30
109,59
112,93
111,44
116,17
111,05
112,62
117,67
138,06
131,03
143,90
121,04
117,05
125,17
133,42
125,62
122,33
150,21
164,82
141,37
177,25
139,74
125,42
135,60
153,63
136,03
134,72
182,40
189,58
155,82
196,88
155,66
132,69
148,72
183,48
157,96
152,54
100,00
111,25
125,12
144,79
164,18
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
87
Lampiran
Tabel 8.
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Depok Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (2010=100), 2010-2014
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
100,00
101,80
102,08
102,57
104,87
B
C
D
E
100,00
100,00
100,00
103,39
102,85
107,50
108,31
109,75
109,68
112,17
118,25
114,31
117,83
127,46
119,38
100,00
100,00
106,99
110,78
120,48
122,41
129,89
134,97
139,88
148,16
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
107,97
107,70
120,59
113,13
106,68
110,96
100,53
112,06
107,79
111,94
111,26
117,89
130,25
127,79
113,95
112,75
109,44
125,87
115,99
119,94
115,27
129,11
139,38
147,87
123,15
117,60
108,73
138,81
124,34
126,11
119,47
140,90
160,79
155,99
132,37
118,09
110,04
156,66
144,27
138,15
100,00
106,81
115,42
122,96
131,77
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Tabel 9.
88
Lampiran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
100,00
102,73
107,66
123,26
135,35
100,00
100,00
100,00
105,96
101,40
103,20
109,76
103,62
104,71
117,99
92,19
111,51
126,09
100,13
111,94
100,00
100,00
102,04
103,33
105,50
108,77
113,20
121,72
119,06
126,84
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
103,93
104,55
100,78
102,81
102,73
101,77
110,86
103,67
103,02
100,61
105,76
117,11
100,59
112,61
106,22
103,81
114,38
105,99
108,30
102,00
130,31
127,66
101,43
119,87
113,48
106,65
124,71
110,67
109,40
106,83
152,67
134,55
96,91
126,21
117,59
112,36
135,15
117,12
109,49
110,42
100,00
104,16
108,40
117,75
124,60
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
89
Lampiran
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2,73
4,79
14,49
9,81
B
C
D
E
5,96
1,40
3,20
3,59
2,19
1,47
7,49
(11,03)
6,49
6,87
8,61
0,39
2,04
3,33
3,39
5,27
7,30
11,91
5,18
4,20
3,93
4,55
0,78
2,81
2,73
1,77
10,86
3,67
3,02
0,61
1,77
12,02
(0,18)
9,53
3,40
2,00
3,17
2,24
5,12
1,38
23,21
9,01
0,83
6,46
6,83
2,73
9,04
4,41
1,02
4,74
17,16
5,39
(4,46)
5,29
3,63
5,36
8,37
5,82
0,07
3,36
4,16
4,07
8,62
5,81
90