BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Filosofis Hak Asasi Manusia
Setiap orang atau masyarakat tentu memiliki masalah. Ada masalah yang
bersifat sederhana dan praktis sehari-hari, ada pula masalah yang bersifat
fundamental filsafati. Seiring dengan perkembangan zaman, penyelesaian masalah
secara mitologis itu dipandang tidak memuaskan manusia. Kemudian, manusia
mencari penyelesaian dengan kemampuan sendiri yaitu berpikir. Kemampuan
berpikir menjadi ciri khas manusia. Tidak semua kemampuan berpikir bersifat
kefilsafatan.
Suatu pemikiran dikatakan bersifat kefilsafatan manakala memiliki ciri-ciri
tertentu. Pertama, berpikir kefilsafatan bersifat objektif, artinya memiliki objek
tertentu, baik objek materi maupun objek formal. Kedua, berpikir kefilsafatan
bersifat radikal. Radix artinya akar. Berpikir radikal berarti berpikir sampai ke
akar-akarnya sampai ditemukan hakikatnya. Ketiga, berpikir kefilsafatan
mempunyai ciri berpikir bebas. Artinya, berpikir kefilsafatan itu bebas dari
prasangka. Keempat, berpikir kefilsafatan bersifat komprehensif. Dalam
memikirkan objeknya, filsafat selalu melihat dari semua segi, dan tidak bersifat
parsial.
Bagi bangsa Indonesia, pilihan terbaik pada sistem filsafat hidup
sebagaimana terdapat di dalam pembukaan UUD 1945 itu merupakan pokok
kaidah Negara yang fundamental, yang memberikan asas moral dan budaya
politik, sebagai asas normatif pengembangan dan pengamalan IPTEK (Noorsyam,
1999) termasuk HAM. Asas normatif filosofis ini menjiwai dan melandasi UUD
negara, sekaligus sebagai norma dasar dan tertinggi di dalam Negara. Pancasila
sebagai norma dasar Negara atau pokok kaidah negara yang fundamental oleh
MPR tidak diamandemen (diubah). HAM dikembangkan berdasarkan sistem
filsafat hidup dan norma dasar Pancasila. Pemahaman atas HAM harus sesuai atau
tidak boleh bertentangan dengan norma dasar tersebut.
Pemikiran tentang hak asasi manusia yang bersifat kodrati, inheren dan
tidak dapat dicabut telah membawa pergeseran paradigma dalam pemahaman
menyeluruh tentang negara dan fungsinya. Hal ini pada akhirnya dibenarkan oleh
28).
Hak kebebasan beragama dan kepercayaan (pasal 29).
Hak atas pendidikan dan pengajaran (pasal 31).
Hak untuk memajukan kebudayaan nasional (pasal 32).
Hak bela negara (pasal 30).
Hak atas kemakmuran (pasal33).
Untuk melengkapi aturan tentang perlindungan hak
asasi
melalui
Ketetapan
MPR
No.
terpisahkan
dari
ketetapan
itu
memuat
(a)
pandangan
dan
sikap bangsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia, dan (b) Piagam Hak Asasi
dan
i t u meratifikasi
Bangsa-Bangsa
tentang
berbagai
Hak
As a s i
instrumen
manusia,
Perserikatan
sepanjang
pentingnya
tidak
gerakan
hak
asasi
manusia
( p a s a l 3 ) . D i s a m p i n g i t u j u g a d i p e r i n t a h k a n pembentukan Komisi
Nasional
Hak
Asasi
untuk m e l a k s a n a k a n
manusia
penyuluhan,
yang
secara
pengkajian,
khusus
bertugas
penelitian
dan
m e d i a s i t e n t a n g h a k a s a s i manusia.
Di samping hak asasi Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 juga
mencantumkan ketentuan tentang kewajiban-kewajiban seorang dalam hal Hak
Asasi manusia. Pada tanggal 23 September 1999 telah diterapkan pula
Undang Undang No.39Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi Manusia pada
dasarnya undang-undang ini memberi pengaturan lebih lanjut tentang jaminan hak
asasi manusia dan kewajiban warga negarasebagai mana telah diatur dalam UUD
1945 dan ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998tentang hak asasi manusia.
Undang Undang No.39/199 mengatur pula tujuan, fungsi, a s a s , a l a t
kelengkapan, persidangan, keanggotaan, hak dan kewajiban
a n g g o t a , s e r t a wewenang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM).
D a l a m p e r k e m b a n g a n t e r a k h i r m e l a l u i S i a n g Tah u n a n I ,
t a h u n 2 0 0 0 M P R R I telah memasukan berbagai ketentuan tentang hak
asasi yang semula telah tercantumdalam Ketetapan MPRmaupun
Undang UndangNo. 39/1999 di atas ke dalam pasal 28 UUD 1945.
Selengkapnya pasal-pasal amandemen tersebut adalah sebagai berikut.
Pasal 28 A
Setiap
orang
berhak
untuk
hidup
serta
berhak
m e m p e r t a h a n k a n h i d u p d a n kehidupanya.
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Pasal 28 C
(1)
k e b u t u h a n dasarnya,
berhak
mendapat
memajukan
dirin ya
Setiap
orangberhak
atas
pengakuan,
jaminan,
Setiap
orang
bebas
memeluk
agama
dan
tempat
tinggal
di
wilayah
negara
dan
(2)
hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi
u n t u k mengembangkan
pribadi
dan
lingkungan
mengolah
dan
menyampaikan
informasi dengan
kekuasannya,
serta
berhak
atas
rasa a m a n
dan
atau
perlakuan
dari
y a n g merendahkan derajat
lain.
Implementasi Hak Asasi Manusia
Ham merupakan salah satu contoh dari penerapan pancasila sila kedua.
memang
menunjukan
bahwa
pelaksanaan
penghormatan,
perlindungan, atau pengakuan Hak Asasi Manusia masih jauh dari memuaskan.
Hal tersebut tercermin dari kejadian berupa penangkapan yang tidak sah,
penculikan,
penganiayaan,
pemerkosaan,
penghilangan
paksa,
bahkan
Selain
itu,
terjadi
pula
penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum pejabat publik dan aparat negara. Mereka
yang seharusnya menjadi penegak hukum, pemelihara keamanan, dan pelindung
rakyat,
kadang
kala
justru
mengintimidasi,
menganiaya
atau
bahkan
menghilangkan nyawa rakyat. Adapun hak hak asasi manusia dapat dibedakan
menjadi: (1) Hak-hak asasi pribadi meliputi kebebasan menyatakan pendapat,
memeluk agama, bergerak, dan sebagainya; (2) Hak-hak asasi ekonomi yaitu hak
untuk memiliki sesuatu, membeli, dan menjual serta memanfaatkannya; (3) Hakhak asasi politik yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih, hak
untuk mendirikan partai politik dan sebagainya; (4) Hak-hak asasi untuk
mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Implementasi HAM dapat dipahami secara benar maka perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya HAM dalam kehidupan
10
sosial maupun kehidupan individu yang tercermin dalam sikap dan perilaku
sehari-hari, upaya tersebut harus diupayakan secara terus menerus ke setiap orang
sedini mungkin melalui pendidikan HAM baik pendidikan formal maupun non
formal. Implementasi HAM tidak hanya disadari dengan pikiran tetapi harus
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar tercipta keseimbangan hidup di
dalam masyarakat.
2.3 Hak Asasi Manusia dalam UU No. 39 Tahun 1999
Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada falsafah dan ideologi
pancasila, pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun
1999 tentang hak asasi manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan
hak asasi manusia. UU No. 39 Tahun 1999 mencantumkan asas-asas dasar hak
asasi manusia diantaranya. Beberapa asas dasar hak asasi manusia yangtercantum
dalam UU No. 39 Tahun1999 adalah:
a) Setiap
orang
berhak
atas
pengakuan,
jaminan,
perlindungan
dan
perlindungan
yang
sama
sesuai
dengan