JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
Asersi Manajemen pada Piutang Usaha
a. Keberadaan atau keterjadian piutang usaha Keberadaannya atau keterjadiannya (existence or occurrence) Asersi tentang keberadaan atau terjadinya berhubungan dengan apakah aktiva atauutang perusahaan benarbenar ada pada tanggal neraca dan transaksi transaksi yang tercatat telah benarbenar terjadi selama periode tertentu. Keberadaan (eksistensi) suatu aktiva tidak hanya dilihat dari ujung fisiknya saja seperti kas, persediaan, dan aktiva tetap, namum ada pula yang tidak aja ujud fisiknya, misalnya piutang dan utang usaha. Sehubungan dengan saldo piutang diatas , manajemen hanya menyatakan bahwa piutang yang terdiri dana piutang usaha, benar benar ada pada tanggal neraca. Manajemen tidak menyatakan bahwaRp10.000.000, adalah jumlah yang benar. b. Kelengkapan piutang usaha Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas. c. Hak kepemilikan piutang usaha Asersi tentang hak(rights) dan kewajiban(obligations) berhubungan dengan apakahaktiva tersebut benar benar milik perusahaan dan semua utang adalah benar-benar kewajiban perusahaan pada tanggal neraca. Asersi ini menyatakan ,bahwa manajemen secara implisit menyatakan bahwapiutang dan aktiva aktiva lainnya yang dilaporkan pada neraca benar benar milikperusahaan , dan utang utang yang dilaporkan pada neraca benar benarkewajiban perusahaan secara sah. Dengan demikian asersi ini hanya berkaitandengan komponen komponen neraca khususnya aktiva dan utang. d. Penilaian piutang usaha Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen- komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.
e. Penyajian dan pengungkapan piutang usaha
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan
apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya. Tujuan Audit untuk piutang usaha Pada dasarnya tujuan utama audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, potensi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompenten yag cukup, auditor perlu mengidentifikasi dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat mengidentiikasi bukti apa yang dapat dihimpun dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut. a. Piutang usaha pada neraca saldo menurut umur cocok dengan jumlah pada file master dan jumlah total telah ditambahkan dengan tepat dan cocok dengan buku besar (Pengujian terinci). b. Piutang usaha yang dicatat adalah ada (Keberadaan). c. Piutang usaha yang ada telah dimasukkan semuanya (Kelengkapan). d. Piutang usaha secara mekanis adalah akurat (Akurasi). e. Piutang usaha diklasifikasikan dengan tepat (Klasifikasi). f. Piutang usaha dicatat dalam periode(pisah batas) yang sesuai (Pisah batas). g. Piutang usaha dinilai dengan memadai pada nilai yang dapat direalisir (Nilai yang direalisasi). h. Piutang usaha benar-benar sah dimiliki klien (Hak). i. Penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah memadai (Penyajian dan Pengukapan).