Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PARU
A. Konsep Medis
1. Definisi
Menurut Christantie effendy ( 2003 ), tuberkulosis adalah infeksi penyakit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan
asam yang ditularkan melalui udara. Sebagian kasus, infeksi tuberculosis didapat
melalui inhalasi partikel kuman yang sangat kecil (sekitar 1-5 mm).
TBC Paru adalah
Penyakit infeksi yang terutama mengenai jaringan paru
dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yaitu : otak, ginjal, tulang. Penyebab infeksi
adalah kuman mycobacterium tuberculosa (Brunner & Suddarth 2000)
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Dinkes, 2006 ).
Jadi dapat disimpulkan TBC (tuberculosis) merupakan suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh microbacterium tuberculosis yang ditularkan melalui udara dan
jika tidak ada pengobatan yang efektif dapat mengakibatkan perjalanan penyakit
yang kronis dan bias menimbulkan kematian.
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu Mycobacterium
Tuberculosa. Setelah terinfeksi kuman tersebut kira-kira 50% kuman akan
berkembang menjadi TBC aktif dalam satu tahun, sisanya kuman ini akan
menyebabkan infeksi laten.
Adapun faktor yang mungkin terjadi antara lain :
a. Kontak langsung dengan penderita TBC aktif.
b. Menurunnya kekebalan tubuh
c. Kurang nutrisi yang adekuat.
d. Lingkungan dengan prevalensi TB yang tinggi
e. Pengobatan paru yang tidak tuntas.

3. Patofisiologi
Awalnya klien terinfeksi oleh tuberculosis yang disebut dengan infeksi
perimer. Infeksi primer biasanya terdapat pada apeks paru atau dekat lobus bawah.
Infeksi primer berukuran mikroskopis sehingga tidak tampak pada foto rontgen.

Tempat infeksi primer dapat mengalami proses degenerasi nekrotik tetapi bisa saja
tidak,yang menyebabkan pembentukan rongga yang terisi oleh massa basil tuberkell
seperti keju,sel-sel darah putih yang mati dan jaringan paru nekrotik. Pada
waktunya,material ini mencair dan dapat mengalir ke dalam percabangan
trakheobronkhial dan dibatukkan. Rongga yang terisi udara tetap ada dan mungkin
terdeteksi ketika dilakukan rontgen dada.
Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan dengan
membentuk jaringan parut dan pada akhirnya terbentuk lesi pengapuran yang disebut
sebagai Tuberkel Ghon. Lesi ini dapat mengandung basil hidup yang dapat aktif
kembali,meski telah bertahun-tahun dan menyebabkan infeksi sekunder.
Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil
tuberkel dan proteinnya. Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitifitas
sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes tuberkulin. Perkembangan
sensitivitas tuberkulin ini terjadi pada semua sel-sel tubuh 2 sampai 6 minggu setelah
infeksi primer. Dan akan dipertahankan selama basil hidup berada dalam tubuh.
Imunitas didapat ini biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih lanjut dan
terjadinya infeksi aktif.
Faktor yang mempunyai peran dalam perkembangan TB menjadi penyakit
aktif termasuk usia lanjut,imunosupresif,infeksi HIV, malnutrisi, alkoholisme dan
penyalahgunaan obat,adanya keadaan penyakit lain dan predisposisi genetik.
Selain infeksi primer yang progesif, infeksi ulang juga mengarah pada bentuk
klinis TB aktif. Tempat primer infeksi yang mengandung basil TB dapat tetap laten
selama tahun-tahun dan kemudian teraktifkan kembali jika daya tahan klien
menurun. Penting artinya untuk mengkaji kembali secar periodek klien yang telah
mengalami infeksi TB untuk mengetahui adanya penyakit aktif.

4. Pathway TB Paru

5. Tanda Dan Gejala


.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistemik:

a.

Gejala respiratorik, meliputi:


1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah
yang pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan
lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini

timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.


b. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
2) Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggubulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas
walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

6. Pemeriksaan Penunjang
Deteksi dan diagnosa TB dicapai dengan tes objektif dan pengkajian subjektif.
Infeksi TB primer sering tidak dikenali karena biasanya infeksi ini asimptomatis.
Lesi pengapuran dan tes kulit positif sering menjadi satu-satunya indikasi infeksi TB
telah terjadi. Pemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Kultur sputum. Positif untuk M. tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
b. Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam). Positif untuk basil tahan asam
c. Tes kulit Mantoux. Reaksi yang signifikan pada individu yang sehat biasanya
menunjukkan infeksi yang disebabkan oleh microbacterium yang berbeda.

d. Rontgen dada. Menunjukkan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas
paru,deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh atau cairan dari
suatu efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi,area
fibrosa.
e. Biopsi jarum jaringan paru. Positif untuk granuloma TB. Adanya sel-sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
f. AGD (analisa gas darah). Dikatakan abnormal bergantung pada letak
,keparahan,dan kerusakan paru residual.
g. Pemeriksaan fungsi pulmonal. Penurunan kapasitas vital,peningkatan ruang
rugi,peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi/fibrosa parenkim.
7. Komplikasi
a. Hemoptisis

berat

(pendarahan

dari

saluran

pernapasan)

yang

dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan


napas.
b. Kolaps lobus retaksi brinkial
c. Bronkhiektasis dan fibrosis fau : terjadi pelebaran bronkus dan terjadi
pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif
d. Pneumotorak spontan : kerusakan jaringan paru dan adanya udara di dalam
rongga pleura
e. Penyebaran infeksi

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak dirawat di
rumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang sedang dirawat,klien
mungkin akan tetap dirawat sampai kadar obat terapeutik telah ditetapkan. Beberapa
pasien yang di rumah sakit karena alasan :
a. Mereka sakit akut
b. Situasi kehidupan mereka dianggap beresiko tinggi
c. Mereka diduga tidak patuh terhadap pengobatan
d. Terdapat riwayat TB sebelumnya
e. Terdapat penyakit lain yang bersamaan dan bersifat akut
f. Tidak terjadi perbaikan setelah terapi
g. Mereka resisten terhadap pengobatan yang biasa.
Pengobatan dan perawatan singkat di rumah sakit diperlukan untuk memantau
keefektifan terapi dan efek samping obat-obat yang diberikan. Klien dengan diagnosa
TB aktif biasanya mulai diberikan 3 jenis medikasi untuk memastikan bahwa

organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosis dari beberapa obat cukup besar
karena basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama untuk
menyingkirkan atau mengurangi secara subtansial jumlah basil dorman atau
semidorman. Medikasi yang digunakan untuk TB dibagi menjadi preparat primer dan
preparat baris kedua. Preparat primer selalu diresepkan pertama kali sampai laporan
hasil kultur dan laboratorium memberikan data yang pasti. Klien dengan riwayat
terapi TB yang tidak selesai mungkin mempunyai organisme yang menjadi resisten
dan preparat sekunder harus digunakan. Lamanya pengobatan mempunyai
pendekatan 2 fase :
a. Fase intensif yang menggunakan dua atau tiga jenis obat,ditujukan untuk
menghancurkan sejumlah besar organisme yang berkembang biak dengan cepat
b. Fase rumatan,biasanya denagan dua obat diarahkan pada pemusnaan sebagian
besar basil yang masih tersisa.
Program pengobatan dasar yang direkomendasikan bagi klien yang
sebelumnya belum diobati adalah dosis harian isoniazid, rifampin dan pirazinamid
selama 2 bulan. Kultur sputum digunakan untuk mengevaluasi kesakilan terapi. Jika
kepatuhan terhadap pendosisan harian menjadi masalah,maka diperlukan protokol TB
yang memberikan medikasi 2 atau 3 kali seminggu. Program ini diberikan di klinik
untuk memastikan klien menerima obat yang diharuskan. Jika medikasi yang
digunakan tidak aktif,program harus dievaluasi kembali dan kepatuhan klien harus
dikaji. Medikasi yang digunakan untuk mengobati TB mempunyai efek samping
yang serius,bergantung pada obat spesifik yang diresepkan. Toleransi obat,efek obat
dan toksisitas obat bergantung pada faktor-faktor seperti usia,dosis obat,waktu sejak
obat terakhir digunakan,formula kimia dari obat,fungsi ginjal dan usus serta
kepatuhan klien. Klien penderita TB yang tidak membaik atau yang tidak mampu
menoleransi medikassi membutuhkan pengkajian dan pengobatan pada fasilitas
medis yang mengkhususkan dalam pengobatan TB paru berkomplikasi.
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mnecegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,

Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin,


Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

Aksi

Potensi

Isoniazid (H)

Bakterisidal

Tinggi

Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)


Per Minggu
Per Hari
3x
2x
5
10
15

Rifampisin (R)

Bakterisidal

Tinggi

10

10

10

Pirasinamid (Z)

Bakterisidal

Rendah 25

35

50

Streptomisin (S)

Bakterisidal

Rendah 15

15

15

Etambutol (E)

Bakteriostatik Rendah 15

30

45

Obat

Anti

TB

Esensial

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu


berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang
terdiri dari lima komponen yaitu:
a. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
b. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
c. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana
penderita harus minum obat setiap hari.
d. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
e. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Identitas Px meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam masuk RS, No.
Reg, ruangan, serta identitas yang bertanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Biasanya Px TB Paru ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan
menurun
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Pada umumnya Px TBC vering mengalami panas lebih dari 2 minggu sering
terjadi bentuk berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat banyak pada
malam hari dan hemaptoe
2) Riwayat kesehatan lalu
Px mempunyai riwayat tertentu seperti, Diare kronik, investasi cacing,
malaria kronik, campak dan infeksi HIV
d. Riwayat kesehtan keluarga.
Px keluarganya tidak mempunyai penyakit menular atau mempunyai penyakit
menular
e. Riwayat psikososial.
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis Px dengan timbul
gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya,
meliputi :
1) Perumahan yang padat
2) Lingkungan yang kumuh dan kotor
3) Keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan
f. Pola Fungsi Kesehatan
g. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Meliputi : kebiasaan merokok, banyaknya rokok yang dihabiskan, penggunaan


alkohol, tembakau dan kebiasaan olah raga.
h. Pola nutri dan Metabolisme
Meliputi : nafsu makan, diit khusus / suplemen, fluktuasi berat badan 6 bulan
terakhir, kesukaran menelan.
i. Pola eliminasi
Meliputi : kebiasaan eliminasi urine / defekasi, warna, konsistensi dan bau
sebelum MRS atau MRS.
j. Pola istirahat dan tidur
Meliputi : lama tidur Px sebelum MRS dan MRS, gangguan waktu tidur, merasa
tenang setelah tidur.
k. Pola aktifitas dan latihan
Meliputi : kegiatan Px dirumah dan di RS, serta lamanya aktivitas.
l. Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas, depersonalisasi.
m. Pola sensori dan kognitif
Meliputi :daya pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan kognitif Px
baik atau tidak.
n. Pola reproduksi sexual
Meliputi : penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola seksual Px,
pemeriksaan payudara setiap bulan sekali / 2 bulan, masalah seksual yang
berhubungan dengan penyakit.
o. Pola hubungan peran
Meliputi : hubungan dengan keluarga, rekan kerja dan teman atau masyarakat.
p. Pola penanggulangan stress
Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, adaptasi terhadap stres,
pertahanan diri terhadap dan pemecahan masalah.
q. Pola tata nilai dan kepercayaan
Meliputi : agama, keyakinan dan ritualitas.
r. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum.
Keadaan penyakit, kesadaran, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB.
2) Kepala dan leher
Bentuk, kelainan, tanda-tanda trauma, warna rambut dan kebersihan rambut.
- Mata
- Hidung

: Sklera, konjungtiva dan kornea.


: Bentuk, bersih atau tidak ada polip atau tidak, daya

- Mulut

penciuman normal atau tidak.


: Bentuk, kebersihan, ada perdarahan atau tidak,

- Telinga
- Leher

mukosa bibir.
: Bentuk, kebersihan, daya pendengaran.
: Ada pembesaran kelenjar tynoid atau tidak ada
pembengkakan atau tidak.

3) Thorax
Bentuk Thorax Px TB paru biasanya tidak normal (Barrel chest)

4) Paru
Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya whezing atau
ronkhi, ada suara nafas Bronchial
5) Jantung
Didapatkan suara 1 dan suara 2 tunggal
6) Abdomen
Biasanya Px TB terdapat pembesaran limpha dan hati
7) Inguinal-Genetalia-Anus
Ada kemerahan atau tidak, ada leat atau tidak
8) Tulang belakang.
Ada kelainan atau tidak, ada edema atau tidak.
9) Kulit
Tidak didapatkan kelainan pada tekstur kulit, warna kulit, turgor kulit
menurun atau tidak
10) Ekstrimititas
Akral hangat dan dingin, ada edema dikaki atau tidak, nyeri waktu berjalan
s. Pemeriksaan penunjang
1) LED meningkat.
2) Leukosit meningkat.
3) Hb menurun.
4) X-foto
Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal atau hiler dengan atau

tanpa adanya infiltrat.


Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.

5) Pemeriksaan sputum / Bakteriologis


Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB Paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % Px TB yang dapat

di diagnoisis berdasarkan pemeriksaan ini.


Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di
lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu

pagi sewaktu (SPS).


6) Pemeriksaan mantoox test / uji tuberculin
Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.
Indurasi 10 mm atau lebih : reaksi positif.
Indurasi 5 mm 9 mm : reaksi meragukan.
Indurasi 0-5 mm : reaksi negatif.
7) Tes Tuberkulin dapat negatif pada Penyakit HIV / AIDS, malnutrisi berat,
TB milier, morbili meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis
2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Penurunan permukaan efektif


paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar-kapiler, Sekret kental, tebal,
Edema bronkial.
b. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
c. Nutrisi kurangd ari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang dari
kebutuhan tubuh, anorexia.
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
oksigen / kebutuhan, Kelemahan umum, Tirah baring lama / immobilisasi.
e. Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 :
Resiko tinggi infeksi
Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran
infeksi
2. Menunjukan tekhnik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkunganm yang aman
Intervensi :
Rasional :
MANDIRI
1. Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak 1. Membantu
aktif;

desiminasi

infeksi

melalui

perlunya

pasien

menyadari/menerima

mematuhi

program

bronkus untuk membatasi jaringan atau

untuk

melalui aliran darah/system limfatik)

berulang/komplikasi. Pemahaman bagaimana

dan

penyakit

potensial

penyebaran

infeksi

mencegah

pengobatan

disebarkan

melalui droplet udara selama batuk,

kemungkinan

bersin,

pasien/orang

meludah,

bicara,

tertawa,

menyanyi.

dan

transmisi
terdekat

untuk

kesadaran
membantu
mengambil

langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.


2. Orang-orang yang terpajan ini perlu program

2. Identifikasi orang lain yang berisiko,


contoh

pengaktifan

anggota

rumah,

sahabat

karib/teman.
3. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan
mengeluarkan
menghindari

pada

tisu

meludah.

terapi

obat

untuk

mencegah

penyebaran/terjadinya infeksi.
3. Prilaku yang diperlukan untuk mencegah
penyebaran infeksi.

dan
Kaji

pembuangan tisu sekali pakai dan

4. Dapat menbantu menurunkan rasa terisolasi

tekhnik mencuci tangan yang tepat.

pasien

dan

membuang

stigma

social

Dorong untk mengulangi demonstrasi.


sehubungan dengan penyakit menular
4. Kaji tindakan control infeksi sementara, 5. Reaksi demam indicator adanya infeksi lanjut
6. Pengetahuan tentang factor ini membantu
contoh masker atau isolasi pernapasan.
pasien untuk mengubah pola hidup dan
5. Awasi suhu sesuai indikasi
menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
6. Identifikasi factor resiko individu
terhadap

pengaktifan

berulang

tuberculosis, contoh tahanan bawah


(alkoholisme, malnutrisi/bedah bypass 7. Periode singkat berkhir 2-3 hari setelah
intestinal);

gunakan

obat

penekan

kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga

imun/kortikosteroid; adanya diabetes

atau penyakit luas sedang, resiko penyebaran

militus, kanker, kalium.


7. Tekankan
pentingnya

infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.


tidak 8. Alat dalam pengawasan efek dan keefektifan

menghentikan terapi obat.

obat dan respons pasien terhadap terapi.


9. Adanya

8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur


ulang secara periodic terhadap sputum
untuk lamanya terapi.
9. Dorong memilih/mencerna makanan
seimbang. Berikan makan sering kecil

anoreksia

dan/atau

malnutrisi

sebelumnya merendahkan tahanan terhadap


proses

infeksi

penyembuhan.

dan
Makan

mengganggu
kecil

dapat

meningkatkan pemasukam semua.

makanaan kecil pada jumlah makanan 1. Kombinasi agen anti infeksi digunakan,
besar yang tepat.
KOLABORASI
1. Berikan agen anti

contoh 2 obat primer atau 1 primer tambah 1


dan obat skunder. INH biasanya obat dipilih
infeksi

sesuai

untuk pasien infeksi dan pada resiko terjadi

indikasi, contoh:
Obat utama: isoniazid (INH) etambutal

TB. Kemotrapi INC dan Refampin jangan

(Myambutol); rifampin (RMP/Rifadin).

pernah (selama 9 bulan). Dengan etambutal


(selama 2 bualn pertama) pengobatan cukup
untuk TB paru. Etambutal harus diberkan bila
sinstem saraf pusat atau takterkomplikasi,
penyakit diseminata terjadi atau bila dicurigai
resistensi INH. Terapi luas (sampai 24 bulan)
diindikasikan untuk kasus reaktifasi, reaktifasi
TB ekstrapulmonal, atau adanya masalah
medic lain, contoh diabetes militus atau
silicosis. Profilaksis dengan INH selama 12

bulan garus dipertimbangkan pada pasien


2. Pirazimida

(PZA/aldinamide);

amino

(PAS),

salisik

para-

sikloserin

(seromycin); streptomisin (strycin)


3. Awasi pemeriksaanlaboratorium, contoh
hasil usap sputum.

dengan HIV positif dengan PPD positif.


2. Ini obat skunder diperlukan bila infeksi
resisten terhadap atau tidak toleran obat
primer.
3. Pasien yang mengalami tiga usapan negative
(memerlukan 3-5 bulan), perlu mentaati

4. AST/ALT
5. Lapotkan ke departemen kesehatan
lokal

program

obat,

dan

asimtomatik

akan

diklasifikasikan tak-menyebar.
4. Efek merugikan terapi obat termasuk hepatitis
5. Membantu mengidentifikasi lembaga yang
dapat dihubungi untuk penurunan penyebaran
infeksi

Diagnosa 2 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Penurunan permukaan efektif paru,
atelektasis, Kerusakan membran alveolar-kapiler, Sekret kental, tebal, Edema bronkial.
Kriteria hasil :
10. Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea
11. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal (70 125 mg/dL)
12. Bebas dari gejala distres pernapasan
Intervensi :
Rasional :
1.
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
1. Kecepatan kebiasaan meningkat. Dispne dan terjadi
pernapasan dan ekpansi dada. Catat upaya peningkatan kerja napas. Pada awal atau hanya
pernafasan,

termasuk

penggunaan

otot tanda

EP

sub

akut)

kedalaman

pernafasan

bantu / penggunaan otot bantu / pelebaran bervaariasi tergantung derajat sesak nafas. Ekspansi
nasal
2.

2.
Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
bunyi napas adventisius

3.

3.
Tinggikan kepala dan bantu mengubah
posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur
dan ambulasi sesegera mungkin

dada terbatas yang berhubungan dengan nyeri


pleuritis
Bunyi nafas menurun / tidak ada bila jalan napas
terdpat ronchi atau whezing.

Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan


memudahkan pernafasan. Pengubahan posisi dan
ambulasi meningkatkan pengisin udara segmen

4. Observasi pola batuk dan karakter sekret

paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.


4. Kongesti alveoli mengakibatkan batuk kering /

iritasi.
5. Dapat meningkatkan / banyak sputum dimana
5. Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam
gangguan ventilai dan ditambah ketidaknyamanan
dan latihan batuk
berlebihan
Diagnosa 3
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
Kriteria hasil :
13. Mempertahankan jalan napas pasien
14. Pasien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
15. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan napas
16. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan/situasi
17. Mengidentivikasi potensi komplikasi dan melakukan tindakan tepat
Intervensi :
Rasional :
- Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas,Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan
kecepatan,

irama

dan

kedalaman

dan akumulasi

penggunaan otot aksesori.

sekret

ketidakmampuan

untuk

membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan


penggunaan

otot

aksesori

pernafasan

dan

peningkatan kerja pernafasan.


Catat kemampuan mengeluarkan mukosa /- Pengeluaran sulit bisa sekret sangat tebal (misal :
batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, efek infeksi dan / tidak adekuat hidrasi). Sputunm
adanya hemoptisis.

berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh


kerusakan (kavitasi paru) atau luka bronkial dan

dapat memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.


Berikan pasien posisi semi / fowler tinggi.- Posisi membantu memaksimalkan ekpansi paru
Bantu pasien utnuk batuk dan latihan nafas dan
dalam.

menurunkan

maksimal

upaya

membuka

pernafasan. Ventilasi

area

atelektasis

dan

meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas


besar untuk dikeluarkan.
-

Bersihkan sekret dari mulut dan trakea,penghisapan sesuai keperluan.

Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat


diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan

sekret.
Pertahankan masukan cairan sedikitnyaPemasukan

tinggi

cairan

membantu

untuk

2500 ml / hari kecuali kontra indikasi.


-

mengencerkan

Lembabkan udara / oksigen inspirasi. Beri-

sekret,

membuatnya

mudah

dikeluarkan.
Mencegah pengeringan membran mukosa :

obat sesuai indikasi :


- Agen mukolitik ; asetilsistein

membantu pengenceran sekret.


Agen mukolitik menurunkan kekentalan sekret

- Brankodilatae, akstrefilm, teafilin

paru untuk memudahkan pembersihan.


Bronkidilatae meningkatkan ukuran

lumen

percabang trakeobronkoli, sehingga menurunkan


tahanan terhadap aliran udara.
- Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan

- Keatikosteroid

hipoksia dan bila respon inflamasi mengancam


-

hidup.
Bersihkan untuk atau membantu intubasiInkubasi
darurat.

diperlukan

bronkogenetik

TB

pada

dengan

kasus

edema

jarang
laring

perdarahan paru akut.


Diagnosa 4 :
Nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang dari kebutuhan
tubuh, anorexia.
Kriteria hasil :
18. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan
bebas tanda malnutrisi.
19. Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan
berat yang tepat.
Intervensi :
Rasional :
- Catat nurisi pasien pada penerimaan, catat- Berguna dalam mendefinsikan derajat / luasnya
turgor

kulit,

berat

badan

dan

derajat masalah dan pilihan intervensi yang tepat.

kekurangan berat badan, integritas mukosa


oral,

kemampuan

ketidakmampuan

menelan, adanya tonus usus, riwayat mual /


muntah atau diare.
- pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tidak disukai
-

membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan /


kekuatan

khusus,

pertimbangkan

keinginan

individu dapat memperbaiki masukan diet.


awasi masukan / pengeluaran dan berat- Berguna dalam mengukur keefktian nutrisi dan
badan secara periodik

dukungan cairan.

Selidiki anareksia, mual dan muntah dan-

Dapat

mempengaruhi

catat kemungkinan hubungan obat. Awasi mengidentifikasi

pilihan

pemecahan

diet

masalah

dan
untuk

frekuensi, volume konsistensi feses.


meningkatkan pemasukan / penggunaan nutrient.
- Dorong dan berikan periode istirahat sering.- Membantu menghemat energi, khususnya bila
-

kebutuhan metabolik meningkat saat demam.


berikan perawatan mulut sebelum dan- Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum
sesudah tindakan pernafasan.

atau

obat

untuk

pengobatan

respirasi

yang

merangsang pusat muntah.


Diagnose 5
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai oksigen /
kebutuhan, Kelemahan umum, Tirah baring lama / immobilisasi
Kriteria hasil:
20. Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobata individu
21. Menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas
22. Melaporkan kemampuan melakukan toleransi aktivitas.
Intervensi :
Rasional :
- Anjurkan pasien / keluarga untuk- Mengidentifikasi area perhatinyna dan memudahkan
mengekspresikan perasaannya tentang cara pemecaha masalah.
perawat

di

rumah

sakit

dan

penyakitnya secara keseluruhan.


- berikan kesempatan pada keluarga-

Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan

untuk mengekspresikan perhatiannya kesempatan keluarga untuk memecahkan masalah untuk


dan diskusikan cara mereka dapat membantu mencegah terulangnya (kambuhnya) penyakti
membantu

sepenuhnya

terhadap pada pasien tersebut.

pasien.
-

Tentukan tujuan / harapan dari pasien /keluarga.

Harapan yang realistik atau adanya tekanan dari orang


lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasan
frustasi

Anjurkan pasien untuk membuatkeputusan

sehubungan

kehilangan

kontrol

diri

dan

mungkin

menganggu kemampuan koping.


Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa

dengan pengendalian dapat dilatihan pada saat perawatan

perawatannya, seperti ambulasi, waktu dilakukan.


beraktifitas, dan seterusnya.
- berikan dukungan pada pasien untuk-

Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

ikut berperan serta dalam perawatan


diri sendiri dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan usaha yang
dilakukan.
Diagnosa 6 :
Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
Kriteria hasil :
23. Pasien dapat tudur dan istirahat tanpa terbangun
24. Pasien tampak lebih segar
25. Tidak tampak lingkaran hitam disekitar mata pasien
Diskusikan perbedaan individual dalam Rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam tiap malam
kebutuhan tidur berdasarkan hal usia, nyatanya tiduk mempunyai fungsi dasar ilmiah individu
tingkat aktivitas, gaya hidup tingkat yang
stress.

dapat

rileks

dan

istirahat

dengan

mudah

memerlukan sedikit tidur untuk merasa segar kembali


dengan bertambahnya usia, waktu tidur. Total secara
umum menurun, khususnya tidur tahap IV dan waktu
tahap meningkat.

Tingkatkan relaksasi, berikan

Tidur akan sulit sampai tercapai relaksasi, lingkungan

lingkungan yang gelap dan terang,

rumah sakit dapat mengganggu relaksasi.

berikan kesempatan untuk memilih


penggunaan bantal, linen dan selimut,
berikan ritual waktu tidur yang
menyenangkan bila perlu pastikan
ventilasi ruangan baik, tutup pintu
ruangan bila klien menginginkan.
4. Evaluasi
a. Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea
b. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
c.
d.
e.
f.
g.
h.

dalam rentang normal (70 125 mg/dL)


Bebas dari gejala distres pernapasan
Mempertahankan jalan napas pasien
Pasien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan napas
Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan/situasi
Mengidentivikasi potensi komplikasi dan melakukan tindakan tepat

i. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium


normal dan bebas tanda malnutrisi.
j. Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.
k. Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobata individu
l. Menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas
m. Melaporkan kemampuan melakukan toleransi aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines
for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC. Jakarta.
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC.
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, (2000). Buku saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa. Edisi 8.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai