Unud 1011 1790967196 Tesis PDF
Unud 1011 1790967196 Tesis PDF
ADRIANA NARA
NIM 1292161006
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ADRIANA NARA
NIM 1292161006
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
Lembar Pengesahan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
ii
Ketua
Anggota
:
1.
2.
3.
4.
iii
: Adriana Nara
Nim
: 1292161006
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila
dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
ADRIANA NARA
NIM: 1292161006
iv
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para penguji tesis, yaitu
Bapak Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp. And., Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya,
M. Repro, PA (K)., Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos, MM, yang telah memberikan
masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur c.q, Bupati Sumba Timur Bapak Drs. Gidion
Mbiliyora, M.Si, melalui Tim Diklat yang telah memberikan bantuan finansial dalam
bentuk BPPS sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan studi ini.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada seluruh keluarga terkasih,
mendiang (Papa dan Mama), Bunda Kati Hary Radjah, Mertua serta semua saudarasaudara yang dengan sabar dan setia mendukung memberikan semangat dan
mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan sampai menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta
Noplianus Kalendiwaoe, serta anak-anakku Reinhold, Reinhy dan Reinhard tersayang,
yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk
lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmatNya kepada
semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta
kepada penulis sekeluarga.
Penulis
vi
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN
KESEHATAN, SUMBER INFORMASI DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS PERSALINAN YANG MEMADAI
OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGU
KABUPATEN SUMBA TIMUR
Kebijakan pemerintah dalam MDGs adalah untuk menurunkan angka
kematian ibu. Upaya dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
mencanangkan Program Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Persalinan di
fasilitas kesehatan di Kabupaten Sumba Timur tahun 2013 sebesar 86,7 % dan non
fasilitas kesehatan 13,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang hubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai pada ibu
bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.
Desain penelitian ini cross-sectional, sampel penelitian sebanyak 85 orang,
diambil dengan metode Non-Probability Sampling tehnik consecutive sampling.
Variabel terikat adalah pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai sedangkan
pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, sumber informasi dan dukungan
keluarga sebagai variabel bebas. Data dikumpulkan dengan metode wawancara
dengan alat bantu kuesioner. Analisis data dilakukan secara bertahap meliputi analisis
univariat, bivariat (chi-square) dan multivariat (regresi logistik).
Responden penelitian sebagian besar berumur 21-34 tahun (76,5%),
berpendidikan SD (44,2%), bekerja sebagai petani (56,5%). Hasil uji bivariat
diketahui ada hubungan pengetahuan ibu bersalin (p=0,001), sikap (p<0,001), akses
pelayanan kesehatan (p<0,001), jumlah informasi (p=0,039), dukungan keluarga
(p<0,001) dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai. Pada analisis
multivariat, variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang
memadai adalah akses pelayanan kesehatan dengan p=0,018; OR=11,679; CI 95%=
1,365-99,891.
Simpulan ada hubungan yang sangat kuat antara akses pelayanan kesehatan
dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai. Sehingga perlu dilakukan
penjangkauan akses pelayanan kesehatan terutama sarana dan prasarana yang
mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin serta
melakukan penelitian lebih lanjut lagi.
Kata kunci: Akses Pelayanan Kesehatan, Pemanfaatan Fasilitas Persalinan.
vii
ABSTRACT
THE RELATION BETWEEN THE KNOWLEDGE, ATTITUDE, ACCESS OF
HEALTHY SERVICE, INFORMATION SORUCE AND FAMILY SUPPORT
WITH THE UTILIZATION OF GOOD BIRTH FACILITY BY PREGNANT
MOTHER IN AREA OF PUSKESMAS KAWANGU IN
EAST SUMBA REGENCY
The Goal of government policy in MDGs is to decrease the number of
mothers death. The program of the NTT government is to make the big revolution of
mothers and a childs healthy. In 2013, the number of birth that used the healthy
facilities in East Sumba is 86,7% and without used the healthy facilties is 13,3 %. The
aim of this research is to know the factors that relate with the utilization of birth
facility in Puskesmas Kwangu in East Sumba during 2014.
The design of this research is cross sectional, consist of 85 samples that
colleted by non probability sampling method or consecutive sampling. The bound
variable is the utilization of good birth facility and the free variable are knowledge,
attitude, access of healthy service, information source and family support. In thus
research, datas were gained by interview in questioner form. The data analysis is
processed in some stages; those are univariat analysis, bivariat (chi-square) and
multivariat.
In this research, almost respondents are 21-43 year (76,5%), the educated
elementary school (44,2%), farmers (56,5%). The bivariat test showed the relation
between the knowledge of mother (p=0.0001), attitude (p<0,001), the access of
healthy service (p<0,001), information (p=0,039), family support (p<0,001) with the
utilization of the good facility of birth. From the multivariat analysis, the variable that
relate with the utilization of the good birth facility are: p=0,018; OR=11,679; CI
95%=1,365-99,891.
The conclusion is there is the close relation between the access of healthy
service with the utilization of the good birth facility. So it is important to expand the
access of service healthy especially the tools and the infrastructure that support the
utilization of the good birth facility and furthermore to make the research for this goal.
Key words: the access of healthy service, the utilization of birth facility
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DALAM..
PRASYARAT GELAR.
ii
LEMBAR PENGESAHAN.
iii
iv
vi
ABSTRAK.
vii
ABSTRACT...
ix
DAFTAR ISI.
DAFTAR GAMBAR.
xi
DAFTAR TABEL.
xv
DAFTAR LAMPIRAN.
xvi
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
1.3.1
Tujuan Umum
1.3.2
Tujuan Khusus..
ix
1.4.1
Manfaat Teoritis/Akademik...
1.4.2
Manfaat Praktis..
19
Memadai
Oleh
Ibu
Hamil.................................................................................................
21
26
31
35
36
37
38
38
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel Penelitian
38
38
4.3.2 Sampel
39
Besar Sampel.
40
4.1.1
41
41
41
41
43
43
44
45
45
45
45
46
47
49
50
53
xi
55
56
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai.
57
59
61
64
65
68
69
7.2 Saran.
70
DAFTAR PUSTAKA..
71
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.2 Konsep Penelitian.
35
37
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
41
47
48
50
Tabel 5.4 Hasil Analisis Regresi Logistik dari Hubungan Pengetahuan, Sikap,
Akses Pelayanan Kesehatan, Sumber Informasi dan Dukungan
Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh
Ibu Bersalin di Puskesmas Kawangu tahun 2014
xiv
54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Kuesioner Penelitian
74
Lampiran II. Etical Clearance Penelitian dari Unit Penelitian dan Pengembangan
(LITBANG) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Lampiran III. Prosedur Penelitian..
82
84
Lampiran IV. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten
Sumba Timur
85
86
87
xv
DAFTAR SINGKATAN
AKB
AKI
ANC
: Antenatal Care
BKKBN
BPS
CI
: Confodent Interval
D2
: Diploma 2
D3
: Diploma 3
Depkes RI
Dinkes
: Dinas Kesehatan
KB
: Keluarga Berencana
KH
: Kelahiran Hidup
KIA
KN
: Kunjungan Neonatal
: Meter
xvi
NTT
OR
: Odd Ratio
Perbup
: Peraturan bupati
Perwalkot
PNS
PONED
PONEK
Poskesdes
PPKBD
PT
: Perguruan Tinggi
PUS
Puskesmas
Riskesdas
RS
: Rumah Sakit
SD
: Sekolah Dasar
SDKI
xvii
SLTA
SLTP
Surkesdas
UHH
WHO
WUS
LAMBANG
%
: Persentase
: Probabilitas/kemaknaan
: Alpa/Tingkat kesalahan
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu penentu indikator
Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan,
ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia adalah 307/100.000 KH, SDKI 2007 adalah 228/100.000 KH dan hasil
SDKI 2012 adalah 359/100.000 KH. Angka ini masih sangat tinggi jika dibandingkan
dengan negara-negara lain seperti Malaysia 62/100.100 KH, Srilangka 58/100.000
KH, Philipina 230/100.000 KH. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB), pada
tahun 2004, Nasional 52/1000 KH turun menjadi 34/1000 KH tahun 2007 dan pada
tahun 2012 adalah 32/1000 KH. Walaupun ada penurunan tapi angka ini masih jauh
dibawah target nasional. Target MGDs tahun 2015 adalah AKI 102/100.000 KH
(BPS, 2012)
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) AKI adalah berjumlah 554/100.000
KH. Tahun 2007 berjumlah 306/100.000 KH, sedangkan pada tahun 2011 adalah
215/100.000 KH (Dinkes Prov. NTT, 2012). Sedangkan untuk AKB dari 62/1000 KH
turun menjadi 57/1000 KH dan pada tahun 2012 adalah 45/1000 KH (BPS, 2007).
Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa di Provinsi NTT sebesar
77.1% pertolongan persalinan dilakukan di rumah dengan persentase 46.2% ditolong
oleh dukun bersalin dan 36.5% ditolong oleh bidan. Cakupan pemeriksaan kehamilan
(Ante Natal Care/ANC) ibu hamil pada fasilitas kesehatan sebesar 87.9%, sedangkan
prosentasi cakupan pelayanan bayi baru lahir atau Neonatal KN-1 (0-7 hari) adalah
42.3% dan KN-2 (8-28 hari) sebesar 34.4% (Riskesdas, 2008).
Dengan belum tercapainya tujuan penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi melalui beberapa upaya diatas, maka pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), mencanangkan suatu strategi dan kebijakan revolusi dibidang
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan kepada setiap ibu yang melahirkan
dan bayi baru lahir melalui pendekatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang dilatih pada fasilitas kesehatan yang memadai yang dikenal dengan sebutan
Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Dinkes Prov. NTT, 2010).
Revolusi KIA mulai diberlakukan sejak tahun 2005, tetapi efektifnya program
ini mulai tahun 2009 setelah dilakukan revisi pada beberapa bagian. Sejak
diberlakukan program ini, angka cakupan persalinan di fasilitas kesehatan semakin
meningkat dari tahun ke tahun tetapi belum diimbangi dengan menurunnya angka
kematian ibu dan bayi baru lahir.
Puskesmas Kawangu adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan di
Kabupaten Sumba Timur yang melaksanakan program Revolusi KIA. Puskesmas
Kawangu merupakan puskesmas yang mempunyai cakupan wilayah kerja yang sangat
besar setelah Puskesmas Waingapu. Puskesmas Kawangu terletak dipinggiran kota
kabupaten sehingga ibu hamil yang berada diluar kota lebih mudah mengakses ke
puskesmas ini dibandingkan harus ke puskesmas yang berada di pusat kota. AKI di
Puskesmas Kawangu tahun 2011 berjumlah 1 orang, dengan jumlah persalinan di
fasilitas kesehatan 345 orang dan di non fasilitas kesehatan 67 orang. Tahun 2012
tidak ada kematian ibu dengan persalinan di fasilitas kesehatan sejumlah 362 orang
dan di non fasilitas kesehatan sejumlahk 40 orang. Sedangkan tahun 2013 kematian
ibu ada 1 orang dengan persalinan di fasilitas kesehatan sejumlah 371 orang dan non
fasilitas kesehatan sejumlah 27 orang (Puskesmas Kawangu, 2013).
Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, menyatakan bahwa ada
pengaruh antara faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, persepsi, budaya, akses
pelayanan kesehatan, sosial ekonomi, sumber informasi, dukungan keluarga,
dukungan tokoh masyarakat, tokoh agama, peran petugas kesehatan, sarana/fasilitas
pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Merujuk dari permasalahan dan program tersebut diatas bahwa pemanfaatan
fasilitas persalinan masih kurang baik, dengan masih adanya persalinan pada non
fasilitas kesehatan seperti di rumah serta didukung oleh hasil penelitian terdahulu,
maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses
pelayanan kesehatan, sumber informasi dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan
fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu Kabupaten
Sumba Timur tahun 2014.
1.3
Tujuan
Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Revolusi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Provinsi NTT
Revolusi KIA adalah salah satu bentuk upaya percepatan penurunan kematian
ibu melahirkan dan bayi baru lahir dengan cara-cara yang luar biasa melalui persalinan
pada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Program Revolusi Kesehatan Ibu
Anak atau KIA merupakan solusi untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Solusi ini dilakukan karena Angka Kematian Ibu dan Bayi masih tergolong sangat
tinggi. Kesehatan merupakan investasi dan hak asasi dan semua warga berhak atas
kesehatannya termasuk ibu melahirkan dan bayi baru lahir, maka kelalaian yang
mengakibatkan kematian merupakan tindakan pelanggaran Hak Asasi dan hilangnya
kesempatan investasi (Dinkes Prov. NTT, 2010).
Terjadinya kasus kematian maternal, merupakan dampak panjang yang bermula
dari tidak tepatnya tatanan sosial, kebijakan dan sumber daya potensial lainnya yang
berakibat pada minimnya akses dan cakupan pelayanan kesehatan, serta rendahnya
mutu pelayanan kesehatan. Pemerintah telah berupaya selama ini memberikan
pelayanan kesehatan melalui berbagai upaya, antara lain dengan penempatan bidan di
desa-desa, pembangunan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta Puskesmas
Keliling, tetapi belum memberikan suatu hasil yang menggembirakan, oleh karena
persalinan dengan komplikasi perdarahan, retensio plasenta, keracunan kehamilan
10
(eklamsia) dan kehamilan dengan penyulit lainnya yang tidak dapat ditolong oleh
tenaga bidan/perawat yang ada di desa. Hal-hal seperti itu hanya dapat diatasi bila
persalinan tersebut dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai (Prawiroharjo,
2002).
Secara umum Revolusi KIA bertujuan untuk tercapainya percepatan penurunan
kematian ibu melahirkan dan kematian bayi baru lahir melalui persalinan di fasilitas
kesehatan yang memadai. Salah satu bentuk Revolusi KIA adalah semua ibu harus
melahirkan bayinya pada fasilitas kesehatan yang memadai, agar mendapatkan
pertolongan memadai oleh tenaga terlatih. Hal ini penting karena penyebab kematian
ibu yang terbesar ialah akibat pendarahan saat melahirkan di rumah.
Sedangkan tujuan khusus dari Revolusi KIA adalah: Tersedianya data sasaran
ibu hamil, melahirkan dan bayi ditiap desa; Tersedianya Puskesmas PONED
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) dan Rumah Sakit PONEK (Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) di kabupaten/kota; Tersusunnya sistem
pelayanan dasar, esensial dan emergensi (obstetrik neonatal) bagi ibu hamil, ibu
melahirkan dan nifas serta bayi baru lahir; Terselenggaranya sistem pelayanan dasar,
esensial dan emergensi (obstetrik neonatal) bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas
serta bayi baru lahir; Terselenggaranya sistem rujukan obstetrik neonatal yang baik
bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan bayi baru lahir; Terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas serta bayi
baru lahir; Terselenggaranya persalinan yang selamat di fasilitas kesehatan yang
11
memadai; Menurunnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi baru lahir setiap
tahun (AKI 2010 : 227/100.000 KH, target tahun 2013 : 153/100.000 KH, dan AKB
2010 : 42/1000 KH, Tahun 2013: 27/1000 KH (Dinkes Prov. NTT, 2010).
Sasaran Revolusi KIA adalah semua ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas serta
bayi baru lahir yang ada di wilayah tersebut. Dalam Revolusi ada elemen penting yang
harus dipenuhi yaitu: orang yang menolong harus memadai (bidan, perawat, dokter),
peralatan kesehatan harus sesuai standar, obat dan bahan yang dibutuhkan tersedia,
bangunan yang sesuai dengan standar dan fungsi, sistem pelayanan yang bagus,
anggaran yang memadai (Dinkes Prov. NTT, 2010).
Strategi yang digunakan untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir dibagi 3 bagian yaitu: (1) Peningkatan mutu pelayanan (supply side).
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan jangkauan pelayanan kesehatan dalam
upaya pelaksanaan Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir maka
diusahakan ibu hamil sedekat mungkin pada sarana pelayanan baik pelayanan dasar
maupun pelayanan rujukan. Untuk itu dikembangkan 3 sistem peningkatan mutu
pelayanan dari supply side yaitu: (a) Rumah Tunggu adalah fasilitas tempat tinggal
bagi pasien beserta keluarganya selama menunggu pertolongan persalinan yang
letaknya dalam kompleks puskesmas/rumah sakit yang tujuannya untuk mendekatkan
sasaran pada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. (b) Puskesmas PONED
adalah puskesmas rawat inap yang mampu menyiapkan pelayanan kesehatan yang
bermutu di puskesmas pada umumnya dan pelayanan pertolongan persalinan serta
12
bayi baru lahir 24 jam/hari pada khususnya. (c) Rumah Sakit PONEK adalah
menyiapkan pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit pada umumnya dan
pelayanan kegawatdaruratan kebidanan serta bayi baru lahir 24 jam/hari pada
khususnya. (d) Sistem rujukan yang memadai adalah memantapkan kualitas rujukan
kegawatdaruratan kebidanan serta bayi baru lahir. (2) Pemberdayaan masyarakat.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan peningkatan kesadaran
masyarakat, penggerakan/pengorganisasian peran serta aktif masyarakat ditingkat
desa, (kader, dukun bayi, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan
lainnya) serta dukungan pemangku kepentingan dan aparat pemerintah setempat sesuai
dengan peran masing-masing sebagai berikut (a) Memberdayakan keluarga (suami,
istri dan anak) untuk memahami kesehatan reproduksi dan sadar, mau serta mampu
untuk hidup sehat melalui pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi, temu
wicara serta kunjungan rumah. (b) Memberdayakan kader posyandu, kader dasawisma
(kader PKK), Sub PPKBD (Pembantu Penyuluh Keluarga Berencana Desa) dan kader
lainnya untuk mendata sasaran ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui,
bayi baru lahir, PUS serta memberdayakan masyarakat untuk menginformasikan
keberadaan ibu hamil kepada petugas kesehatan. (c) Memberdayakan Kepala
Desa/Lurah, Badan Pemusyawaratan Desa/Kelurahan (BPD/L), Tim Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk sadar dan mau hidup sehat melalui
musyawarah desa/kelurahan, rapat tim PKK dengan muara pada penetapan peraturan
desa/kelurahan tentang kewajiban semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan
13
supervisi
terhadap
pelaksanaan
kebijakan
pelayanan
kesehatan
di
kabupaten/kota.
Bappeda provinsi berperan dalam meningkatkan koordinasi perencanaan
penganggaran, monitoring dan evaluasi untuk menunjang pelaksanaan programprogram SKPD lingkup Provinsi NTT melalui penggalangan kemitraan donor agency,
LSM, swasta serta masyarakat. (3) Pemantapan manajemen pelaksanaan revolusi KIA.
Manajemen Revolusi KIA dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten. (a) Tingkat
provinsi, menetapkan strategi Revolusi KIA untuk meningkatkan mutu pelayanan
serta akses ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dalam
upaya percepatan penurunan kematian ibu, bayi baru lahir dan bayi. (b) Tingkat
kabupaten, menerapkan kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan Revolusi KIA di
14
15
Ada beberapa poin krusial dalam pelaksanaan Revolusi KIA yaitu dari sisi
pemberi pelayanan dan dari sisi masyarakat sebagai penerima pelayanan. Dari sisi
masyarakat sebagai penerima pelayanan, poin krusial yang perlu dipikirkan adalah
mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) Siapa yang hamil dan dimana ibu hamil tersebut
berada? (2) Apakah ibu hamil, suami, keluarga atau orang yang berpengaruh mau agar
ibu hamil melahirkan di fasilitas kesehatan? (3) Apakah ada kemampuan masyarakat
untuk membawa ibu hamil ke fasilitas kesehatan?.
Pemberi/penyedia pelayanan atau dapat juga disebut sebagai fasilitas kesehatan
akan ditemui poin-poin krusial sebagai berikut: (1) Apakah fasilitas kesehatan
mempunyai kemampuan memberikan pelayanan yang sesuai standar? (2) Apakah
fasilitas kesehatan mempunyai kemampuan untuk mengantarkan ibu yang telah
melahirkan kembali ke rumahnya? (3) Apakah fasilitas kesehatan mempunyai
kemampuan untuk memberikan pelayanan ibu pasca persalinan di rumahnya?
Revolusi KIA harus dapat menjawab semua poin-poin krusial seperti tersebut di atas
agar tujuan yang ingin dicapai dapat terealisasi.
Alur pelayanan sebagai berikut: pasien (ibu akan melahirkan) dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai di puskesmas rawat inap dan bila
memerlukan penanganan lebih lanjut pada tingkat yang lebih tinggi maka dirujuk ke
rumah sakit. Untuk mendukung pelayanan di fasilitas kesehatan yang memadai pada
ke dua level tersebut di atas, akan disediakam rumah tunggu yang berfungsi sebagai
tempat penampungan sementara bagi ibu yang akan melahirkan dan bagi keluarga
16
yang mendampingi. Upaya ini harus dilakukan oleh semua pihak pada masing-masing
level/tingkatan
mulai
dari
pusat,
provinsi,
kabupaten/kota,
kecamatan
dan
17
hamil yang akan bersalin ke fasilitas kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED
dan RS PONEK), termasuk bila menunggu di Rumah Tunggu.
Setiap ibu hamil dengan kondisi normal, pada hari H-1 sudah berada di
Puskesmas PONED terdekat dan pulang ke rumah pada hari H+3; Setiap ibu hamil
dengan resiko tinggi, pada hari H-7 sudah berada di Rumah Tunggu Puskesmas
PONED terdekat dan pulang ke rumah pada hari H+7; Semua ibu hamil yang akan
melahirkan harus diantar dan didampingi oleh Bidan Desa/Perawat Pustu/Dukun Bayi
pada saat melahirkan ke Puskesmas PONED dan pada saat di rujuk ke RS PONEK.
Semua ibu nifas harus dikunjungi ke rumah oleh Bidan Desa/Perawat Pustu
secara teratur hingga 42 hari setelah melahirkan; Semua biaya persalinan yang
termasuk dalam kriteria miskin ditanggung oleh pemerintah; Biaya transport ibu yang
akan melahirkan dan dua orang pendamping (satu bidan dan satu orang keluarga
pendamping ibu melahirkan) dari Desa ke Puskesmas PONED ditanggung pemerintah;
Bidan Desa/Perawat Pustu/Dukun Bayi yang membawa dan mendampingi ibu hamil
yang akan melahirkan, ke Puskesmas PONED diberikan uang insentif sebesar jasa
pertolongan persalinan yang seharusnya mereka terima bila mereka menolong
persalinan di desa; Setiap kunjungan rumah ibu nifas diberikan insentif sebagai
pengganti transport sesuai peraturan yang berlaku; Semua kelahiran dan kematian
harus dicatat dan dilaporkan oleh Bidan Desa atau Perawat Pustu setiap bulan ke
Puslesmas dengan tembusan kepada camat; Semua perhitungan pembiayaan di klaim
18
19
20
PONED terdiri dari seorang dokter umum, seorang bidan, seorang perawat. (5) Jumlah
dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia minimal. (6) Mampu memberikan
pelayanan: preeklamsia, eklamsia, perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia,
kejang, hipoglikemia, hipotermi, tetanus neonatorum, trauma lahir, berat badan lahir
rendah, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll. (b) Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit PONEK adalah rumah sakit yang ditunjang dengan
ketersediaan alat dan tenaga sesuai dengan ketentuan yang mampu memberikan
pelayanan komprehensif kegawatdaruratan kebidanan dan bayi neonatus.
Kriteria Rumah Sakit PONEK yaitu: mempunyai tim PONEK, mempunyai
prosedur tetap pelayanan penerimaan dan penanganan pasien kegawatdaruratan
obstetrik dan neonatal, mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu,
mempunyai standar waktu tanggap (Standard Respon Time), UGD= 10 menit, kamar
bersalin= 30 menit, pelayanan darah= 1 jam, operasi= 30 menit, mempunyai kamar
operasi siaga 24 jam, mempunyai Unit Transfusi Darah siaga 24 jam, tersedia
pelayanan penunjang siaga 24 jam seperti: laboratorium, radiologi, ruang pemulihan,
obat dan alat penunjang, perlengkapan dan bahan harus berkualitas tinggi dan
berfungsi dengan baik serta mengutamakan sterilitas.
21
22
23
analisis minat ibu hamil ANC poliklinik kebidanan terhadap penggunaan pelayanan
persalinan, mendapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi yang terkuat adalah sarana
persalinan.
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Suami yang memberikan dukungan pada istri dalam
pemeriksaan kehamilan, akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan antenatal, hal ini
bahwa ibu yang memiliki dukungan suami akan lebih mau dan bersemangat untuk
memanfaatkan pelayanan antenatal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nilasari (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu
hamil memanfaatkan pelayanan antenatal, salah satunya karena faktor psikologis,
dimana dukungan moral dari suami memiliki andil yang besar.
Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian dari Burhaeny, faktor determinan
pemanfaatan pelayanan antenatal, didapatkan dari 48 responden yang memanfaatkan
pelayanan antenatal terdapat 67,4% responden yang mendapat dukungan dari
keluarga, sedangkan dari 39 responden yang kurang memanfaatkan pelayanan
antenatal terdapat 56,8 % yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Ini berarti
masih ada hubungan yang erat antara dukungan keluarga terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal. Selain dukungan keluarga, hal yang sangat berpengaruh juga
adalah dukungan dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat baik tokoh formal
24
maupun tokoh informal, seperti yang didukung oleh Sopacua (2005), penurunan AKI
dengan memakai metode pendekatan rembug (musyawarah) melalui strategi segitiga
pengaman, yaitu dengan melibatkan tiga komponen penting bidan desa, pamong, dan
ibu hamil dan keluarga. Dimana ketiga komponen ini saling bekerjasama dalam
menangani semua ibu hamil yang ada dalam wilayah kerjanya, bidan melakukan
pendataan pada semua ibu hamil yang ada, Pamong melakukan pengkajian apakah ibu
hamil tersebut sudah masuk dalam anggota Tabulin atau belum dan memastikan
semua persiapan untuk merujuk jika diperlukan dalam keadaan siap siaga, dari ibu
hamil dan keluarga harus aktif untuk melaporkan keadaan ibu hamil tersebut setiap
waktu.
Sebuah penelitian dari Astridya dan Pranata (2013), tentang analisis faktor
pemanfaatan polindes menurut konsep model Anderson dengan menggunakan tehnik
analisis uji chi-square dan regresi logistic multiple untuk memperoleh gambaran
hubungan antara karakteristik, status sosial rumah tangga, dan kemudahan akses
polindes terhadap pemanfaataan polindes. Uji chi-square menunjukkan terdapat
hubungan bermakna antara jarak tempuh, waktu tempuh, klasifikasi desa, pengeluaran
per kapita, pekerjaan, pendidikan, dan umur kepala rumah tangga terhadap
pemanfaatan Polindes. Penelitian ini diperkuat juga oleh Pelupessy (2013), tentang
hambatan pemanfaatan pelayanan jaminan persalinan di Puskesmas Rijali Kota
Ambon dengan metode penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi menunjukkan
bahwa, konsep hambatan dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC), karena ibu
25
untuk memeriksakan
kehamilan (K1) setelah trimester pertama dan waktu pelayanan di Puskesmas yang
terbatas (seminggu hanya dua kali). Konsep hambatan dalam pertolongan persalinan
yaitu masih kurangnya informasi tentang manfaat Jaminan Persalinan sehingga ketika
bersalin ibu hamil tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan di rumah sakit maupun di
puskesmas.
Upaya pencarian pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan
gambaran perilaku pola pemanfaatan pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang
dapat menggambarkan tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan di puskesmas dapat dilihat
dengan menggunakan beberapa indikator, antara lain beberapa kunjungan per hari
buka puskesmas dan frekuensi kunjungan puskesmas (BPS, 2007)
Hal ini berarti dengan meningkatnya kunjungan puskesmas disebabkan
adanya kesadaran individu dan masyarakat itu sendiri untuk mencapai serta
mendapatkan pelayanan kesehatan dari fasilitas kesehatan yang pemerintah siapkan.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu, jarak, biaya,
pengetahuan, fasilitas, kelancaran hubungan antara dokter dengan klien, kualitas
pelayanan dan konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Hanlon, pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh: (a)
Tersedianya sumber daya, (b) Pendapatan keluarga, (c) Jarak tempat tinggal dari pusat
pelayanan, (d) Persepsi sehat dari penerima dan pemberi pelayanan.
26
diatas menunjukkan
27
28
3.
guru, dukungan keluarga, sumber informasi dan tokoh masyarakat. Sikap petugas
kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting, sementara dukungan
keluarga juga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan perilaku.
Lawrence Green juga mengatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai
peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar
searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat
terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya.
Teori lain yang berkaitan dengan teori Lawrence Green, yaitu tentang Perilaku
Pemanfaatan Pelayanan.
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner dalam
Saifudin (2005), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari
orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus
yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi
dua yaitu:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
29
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor
dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Anderson (1995) yang, menjelaskan bahwa ada beberapa model
kepercayaan kesehatan dimana ketika setiap individu memanfaatkan pelayanan
kesehatan tergantung tiga kategori utama diantaranya:
1. Karakteristik Predisposisi (Presdiposing Characteristics)
Karateristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbedabeda. Hal ini disebabkan karena adanya ciriciri individu yang digolongkan kedalam
tiga kelompok yaitu (a) Ciriciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur. (b)
Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras dan
sebagainya. (c) Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan
kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
Selanjutnya Anderson percaya bahwa: (1) Setiap individu atau orang
mempunyai perbedaan karateristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit
dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. (2) Setiap individu
mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan
akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. (3) Individu
percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Karateristik
pendukung (enabling characteristics). Karakteristik ini mencerminkan bahwa
meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak
30
mengemukakan
beberapa
faktor
perilaku
yang
mempengaruhi
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir
Beberapa kajian yang telah dilakukan dan berdasarkan teori-teori yang
Selain itu juga faktor yang dapat memperkuat dalam pemanfaatan fasilitas
persalinan adalah dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan atau pertolongan persalinan, dukungan keluarga yang secara psikologis
akan menjadi andil juga dalam keputusan untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan
tersebut, serta tidak terlepas dari peran serta dari tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh
masyarakat serta peran serta semua pihak yang terkait bahkan masyarakat setempat.
31
32
Sehingga dengan adanya pengaruh dari semua faktor tersebut akan meningkatkan
pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dengan harapan akan menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi baru lahir.
33
terhadap objek tersebut berguna atau berharga baginya atau bila objek tersebut
dinilai baik untuk dirinya, maka kecenderungan memanfaatkan fasilitas
persalinan lebih besar.
3) Hubungan akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan
yang memadai. Akses yang mudah dijangkau ke fasilitas persalinan yang
memadai akan meningkatkan pemanfaatannya dibandingkan dengan yang sulit
dijangkau. Karena jika jangkauannya sulit dipikirkan pertimbangan-pertimbangan
yang akan mempengaruhi untuk menggunakan fasilitas persalinan tersebut,
seperti dari segi kendaraan, waktu tempuh sampai di tempat fasilitas pelayanan
dan biaya yang akan dikeluarkan.
4) Hubungan jumlah sumber informasi dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang
memadai. Sumber informasi merupakan suatu pesan yang diterima ibu hamil
dilihat dari asal informasi, cara mendapatkan informasi, media yang digunakan
dalam menyampaikan informasi dan siapa yang memberikan informasi, sehingga
dapat lebih jelas tentang kegunaan atau manfaat dari persalinan yang dilakukan di
fasilitas persalinan yang memadai.
5) Hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang
memadai. Dukungan yang diharapkan disini adalah dukungan dari orang terdekat
dengan ibu bersalin yang mempengaruhi psikologis ibu sehingga dapat
memberikan semangat atau dorongan dalam memanfaatkan fasilitas persalinan
yang memadai.
34
35
Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Kepercayaan
Variabel Dependen
Faktor Pemungkin
Pemanfaatan fasilitas
Sarana Kesehatan
persalinan yang
Akses Pelayanan Kes
Biaya
Jumlah Sumber Informasi
Faktor Penguat
Dukungan Keluarga
Dukungan Toma/Toga
Dukungan petugas
kesehatan
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
36
3.3
Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas
persalinan yang memadai oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kawangu
tahun 2014
2. Ada hubungan antara sikap ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas
persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014
3. Ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin dengan
pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas
Kawangu tahun 2014
4. Ada hubungan antara jumlah sumber informasi yang didapatkan oleh ibu
bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah
kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014
5. Ada hubungan antara dukungan keluarga ibu bersalin dengan pemanfaatan
fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun
2014.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif yaitu penelitian yang
bermaksud untuk mengukur faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas
pelayanan persalinan yang memadai oleh ibu hamil. Sedangkan rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasional (cross-sectional) yaitu peneliti
melakukan pengukuran variabel pada waktu yang sama dan dilakukan satu kali saja
(Sudigdo, 2011).
Populasi
(sampel)
Faktor resiko
Faktor resiko +
Efek +
Efek -
Efek +
Gambar 4.1
Rancangan penelitian cross-sectional
37
Efek
38
Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di wilayah kerja
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang melahirkan di
Puskesmas Kawangu tahun 2014 yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dan
eksklusi adalah:
1.
Kriteria inklusi
a.
b.
39
c.
2.
Krietria eksklusi
Ibu bersalin yang tidak bersedia menjadi responden.
4.3.3
Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dapat ditetapkan dengan menggunakan
Keterangan:
n
= Jumlah sampel
= Total Populasi
40
Probability Sampling dengan jenis teknik consecutive sampling dimana semua subjek
yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi Sudigdo (2011). Pada saat
pengumpulan sampel, peneliti akan menunggu pasien yang datang melahirkan di
Puskesmas Kawangu selama periode penelitian yaitu bulan Februari-April 2014.
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dijadikan sampel sampai besar sample
sebanyak 85 ibu bersalin terpenuhi.
41
Definisi Operasional
Tabel 4.1
Definisi Operasional Variabel dan Skala Penilaian
Variabel
Defenisi Operasional
o.
Alat Pengukuran/instrumen
Skala dan Penilaian
Pengetahuan
42
Sikap
Merupakan
pendapat
atau
pandangan yang berdasarkan
pendirian
dan
keyakinan
tentang pemanfaatan fasilitas
persalinan
yang
memadai
sehubungan dengan Revolusi
KIA
Jumlah
Akses
sumber
informasi
A= nilai 2, B= nilai 1
Pelayanan
Kesehatan
Dukungan
keluarga
kode 1
selamat.
43
Pemanfaatan
fasilitas
persalinan
yang
persalinan terjadi.
memadai
fasilitas
kesehatan
(rumah,
dukun, klinik)
Skala Data : Nominal
4.6
4.6.1
Prosedur Penelitian
Pengumpulan Data
44
4.6.2
4.7.2.1 Editing
Data yang sudah terkumpul sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu, apakah data tersebut sudah sesuai seperti apa yang diharapkan atau
tidak dengan harapan supaya jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut
(Aswar, 2005).
4.7.2.2 Koding
Pengkodean (koding) ini dipandang perlu karena data yang dikumpulkan
banyak macamnya apalagi jika cara pengumpulan data mempergunakan
pertanyaan yang bersifat terbuka. Untuk mempermudah semua itu maka datadata tersebut perlu diberikan simbol-simbol tertentu pada masing-masing
jawaban responden (Aswar, 2005).
4.7.2.3 Tabulasi
Tabulasi data bertujuan untuk mempermudah dalam menganalisa data yang
sudah terkumpul sesuai dengan tujuan penelitian karena kegiatan tabulasi akan
memberikan gambaran hasil berupa tabel-tabel yang sangat berperan dalam
menganalisa (Aswar, 2005).
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
: Selat Sumba
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
: Kecamatan Umalulu
Sebelah Barat
: Kecamatan Kambera
Topografi terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, keadaan tanahnya terdiri
dari daerah rawa-rawa, persawahan, perbukitan, pegunungan dan pemukiman dengan
memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2013 sebanyak 15.
825 jiwa dengan 3. 631 Kepala Keluarga yang tersebar didua kelurahan dan lima desa.
Jumlah ibu bersalin sebanyak 398 orang, yang melahirkan di fasilitas kesehatan
sebanyak 371 orang dan melahirkan di non fasilitas kesehatan sebanyak 27 orang.
46
47
Jumlah
(n=85)
Persentase (%)
9
65
11
10,6
76,5
12,9
35
25
21
4
44,2
29,4
24,7
4,7
25
48
12
29,4
56,5
14,1
48
Jumlah (n=85)
Persentase (%)
39
46
45,9
54,1
28
57
32,9
76,1
66
19
77,6
22,4
14
71
16,5
83,5
13
72
15,3
84,7
38
47
44,7
55,3
49
Berdasarkan
tabel
5.2,
distribusi
pengetahuan
responden
tentang
50
5.4
Variabel
Pengetahuan
Kurang
Nilai P
25
64,1
14
35,9
13
28,3
33
71,7
23
82,1
17,9
15
26,3
42
73,7
37
1
56,1
5,3
29
18
43,9
94,7
< 0,001
10
28
71,4
39,4
4
43
28,6
60,6
0,039
Tidak Mendukung
13
100
0,00
< 0,001
Mendukung
25
34,7
47
65,3
Baik
0,001
Sikap
Tidak Setuju
Setuju
Akses Pelayanan Kes.
Sulit
Mudah
Jumlah Sumber Informasi
Sedikit
Banyak
< 0,001
Dukungan Keluarga
51
52
53
persalinan
yang memadai
yang
merupakan
variabel
independent
54
Tabel 5. 4
Hasil Analisis Regresi Logistik dari Hubungan Pengetahuan, Sikap, Akses
Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga
dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh Ibu Bersalin di
Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu Tahun 2014
95 % CI
No
Variabel
Pengetahuan
OR
0,690
Lower
0,147
Upper
3,229
P
0,637
Sikap
4,026
0,691
23,471
0,122
11,679
1,365
99,891
0,018
2,124
0,391
11,548
0,383
Dukungan Keluarga
7,347
0,999
55
BAB VI
PEMBAHASAN
56
57
(SPM)
dimasing-masing
pelayanan
kesehatan
seperti
puskesmas
menyebutkan sebesar 90% persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan pada
fasilitas Kesehatan. Semakin tinggi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
semakin rendah resiko terjadinya kematian ibu maupun bayi baru lahir, oleh karena itu
sasaran dari pembangunan kesehatan salah satunya melalui Revolusi KIA yaitu
dengan strategi semua persalinan dilaksanakan pada fasilitas persalinan yang memadai
(Depkes, 2005).
6.2 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang
Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014
58
59
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmojo, 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan ibu bersalin dengan sikap setuju memilih
memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai sebesar 76,1%, sedangkan 32,9%
ibu bersalin dengan tidak setuju memilih fasilitas persalinan yang memadai.
Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan sikap dengan pemanfaatan
fasilitas persalinan yang memadai menunjukkan ada hubungan yang signifikan atau
bermakna (p< 0,001) antara sikap dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang
memadai oleh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kawangu. Hasil uji multivariat
60
dengan model regresi logistik dan dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan
pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai (p= 0,122; OR= 4,026).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ibu dengan sikap yang setuju belum tentu
akan memilih fasilitas persalinan yang memadai untuk melakukan persalinannya, hal
ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain misalnya akses ke fasilitas persalinan yang
memadai tersebut sulit terjangkau, serta persepsi lainnya.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Elvistron (2008)
menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara sikap dengan pemilihan
pertolongan persalinan. Penelitian lain oleh Komariah (2008), di Puskesmas
Sukoromo Mojoroto Kediri, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara sikap ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan ibu hamil (r= 0,149;
p= 0,032). Penelitian oleh Bungsu (2001) juga menyatakan bahwa keputusan
masyarakat memilih pertolongan oleh dukun bayi cenderung dipengaruhi oleh
kemudahan mendapatkan pelayanan dukun bayi, selain itu pelayanan dari dukun
bersifat all in. Perubahan sikap ibu bersalin kearah yang positif sangat tergantung
dari faktor dalam dan luar diri individu tersebut. Untuk menghasilkan sikap yang
positif dari ibu bersalin perlu memberikan pengetahuan dan informasi yang jelas baik
kepada ibu hamil, bersalin, keluarga dan masyarakat, sehingga ibu dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dengan
didukung oleh semua pihak yang terkait.
61
62
juga yang sama menemukan ibu hamil yang jarak rumahnya 247m mempunyai
kecenderungan memanfaatkan polindes/posyandu 1,147 kali dibandingkan dengan ibu
hamil yang jarak rumahnya > 247m Sugiharty dan Lestary (2011). Hal yang sama
hasil penelitian dari More (2011), tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di
Nigeria, menunjukkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh adalah jarak dan
ekonomi keluarga.
Penelitian dari Irasanty (2008) tentang pencegahan keterlambatan rujukan
maternal di Kabupaten Majene, menemukan bahwa faktor geografis, jarak dan
infrastruktur jalan sangat berpengaruh terhadap akses masyarakat untuk melakukan
rujukan khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan mereka harus
menggunakan sarana transportasi tradisional untuk melakukan rujukan maternal ke
sarana kesehatan.
Sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau sebenarnya akan
memberikan pengaruh kepada ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang
memadai. Green (1994) yang menyebutkan bahwa faktor sarana pelayanan kesehatan
sebagai salah satu faktor pendukung (enabling factor) dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat khususnya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin yang dilengkapi
dengan tenaga yang terlatih atau ahli, teknologi alat serta obat-obatan yang memadai
merupakan prasarat utama. Namun demikian prasarat tersebut belum menjamin
utilisasi pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak dijangkau. Pada dasarnya
63
angka kematian ibu dan bayi dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu komplikasi
dari ibu (maternal) dan kegagalan mendapatkan pelayanan medis yang memadai
akibat akses yang sulit dijangkau.
Faktor lain juga dapat disebabkan oleh keterbatasan fasilitas transportasi yang
tersedia pada Puskesmas Kawangu yaitu hanya memiliki 1 buah ambulance yang
digunakan untuk menjemput ibu yang mau melahirkan di fasilitas kesehatan dan
mengantar ibu yang sudah melahirkan di fasilitas kesehatan ke rumahnya. Sarana
transportasi umum yang sering digunakan adalah motor ojek dengan biaya yang
mahal. Pengelolaan sarana transportasi sesuai dengan perda yang ditetapkan bahwa
masyarakat harus menyediakan ambulance desa belum berjalan dengan baik, sehingga
dengan demikian hal tersebut menjadi kendala dalam melakukan akses ke fasilitas
kesehatan untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai.
64
65
Dukungan dapat diartikan sebagai salah satu diantara fungsi pertalian atau
ikatan sosial segi fungsional yang mencakup dukungan emosional, mendorong adanya
ungkapan dan perasaan, memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material.
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh
anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga
(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa
66
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika
diperlukan) (Friedman, 1998).
Hasil penelitian ini menunjukkan ibu bersalin dengan dukungan keluarga
yang mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan sebanyak 84,7% dan sebanyak
15,3% ibu bersalin yang keluarga tidak mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan
yang memadai.
Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan
pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai menunjukkan ada hubungan yang
signifikan (p< 0,001) antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas
persalinan yang memadai di Puskesmas Kawangu tahun 2014. Hasil uji multivariat
dengan model regresi logistik dan dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan pemanfaatan fasilitas persalinan (p = 0,999; OR= 7,347).
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun material untuk memotivasi orang tersebut
dalam melaksanakan kegiatan. Suami/keluarga yang memberikan dukungan pada istri
dalam pemeriksaan kehamilan, akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan antenatal,
hal ini ibu yang memiliki dukungan suami/keluarga akan lebih mau dan bersemangat
untuk memanfaatkan pelayanan antenatal.
67
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nilasari,
2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu hamil
memanfaatkan pelayanan, salah satunya faktor psikologis, dimana dukungan moral
dari suami/keluarga memiliki andil yang besar. Penelitian lain oleh Burhaeni (2013),
mendapatkan 67,4% responden yang memanfaatkan pelayanan antenatal mendapat
dukungan dari keluarga dan 32,9 % tidak memanfaatkan pelayanan antenatal karena
tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.
Walaupun pengetahuan ibu baik, sikap yang positif, akses pelayanan
kesehatan yang mudah dijangkau oleh ibu bersalin dan masyarakat lainnya serta
informasi yang didapatkan cukup tetapi jika tidak ada dukungan dari keluarga, maka
pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai tidak terwujud sesuai harapan.
Sehingga semua faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian lainnya, karena perbedaan
kondisi, sosial budaya dan karaktristik masyarakat setempat. Hal ini juga disebabkan
oleh karena dukungan yang diberikan oleh keluarga pada ibu bersalin bukan atas
kesadaran keluarga itu sendiri tetapi atas saran dari orang lain seperti dukun, petugas
kesehatan (bidan) dan orang berpengaruh dengan keluarga tersebut.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada responden ibu
bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja
Puskesmas Kawangu, dapat disimpulkan hasil uji bivariat menunjukkan:
1. Pengetahuan ibu bersalin mempunyai hubungan yang signifikan dengan
pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas
Kawangu tahun 2014.
2. Sikap ibu bersalin mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan
fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun
2014.
3. Akses pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin mempunyai hubungan yang
signifikan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja
Puskesmas Kawangu tahun 2014.
4. Jumlah sumber informasi yang didapatkan oleh ibu bersalin mempunyai hubungan
yang signifikan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah
kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.
5. Dukungan keluarga ibu bersalin mempunyai hubungan yang signifikan dengan
pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas
Kawangu tahun 2014.
68
69
7.2 Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur
Meningkatkan program suami siaga, desa siaga dan bekerjasama dengan dinas
terkait untuk memperhatikan sarana dan prasarana
agar mempermudah
70
4. Bagi ibu bersalin agar tetap berkomitmen menggunakan fasilitas persalinan yang
memadai sebagai tempat untuk melahirkan, sehingga proses persalinan dapat
berjalan dengan aman dan selamat.
5. Diharapkan pada peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam dengan variabel yang lain yang dapat mempengaruhi pemanfaatan
fasilitas persalinan yang memadai serta dengan rancangan penelitian yang berbeda.
71
DAFTAR PUSTAKA
72
73
74
Nomor Kuesioner
Kode Responden
Lembar Kuesioner
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES PELAYANAN
KESEHATAN, SUMBER INFORMASI DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS PERSALINAN YANG MEMADAI
OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGU
KABUPATENSUMBA TIMUR
A. Identitas Responden
Nama
:.
Umur
Alamat
:.
Pendidikan Terakhir:
1. Tidak pernah sekolah
5. Tamat SLTA/SMK
2. Tidak Tamat SD
6. Tamat D1/D2/D3
3. Tamat SD
7. Tamat PT/S1/S2/S3
4. Tamat SLTP
Pekerjaan :
1. Tidak Kerja
2. PNS
3. Wiraswasta
4. Petani
75
B. Pengetahuan
1. Menurut ibu apa itu fasilitas persalinan yang memadai?
a. Tempat bersalin yang alatnya lengkap dan ada tenaga yang sudah terlatih
serta siap 24 jam.
b. Tempat bersalin di semua sarana kesehatan yang ada tanpa alat lengkap
dan tenaga yang terlatih.
c. Tempat bersalin di rumah yang di tolong oleh bidan.
2. Yang termasuk fasilitas persalinan yang memadai adalah:
a. Puskesmas rawat inap/ ada ruang bersalin dan Rumah Sakit
b. Puskesmas Pembantu (Pustu)
c. Polindes
3. Apa tujuan bersalin di Puskesmas atau Rumah Sakit?
a. Agar kurangi kematian pada ibu dan bayi baru lahir
b. Agar ibu dapat biaya bersalin
c. Supaya persalinan di Puskesmas banyak
4. Apa manfaatnya ibu melahirkan di Puskesmas?
a. Supaya melahirkan dengan aman dan selamat
b. Karena mendapat biaya dari pemerintah
c. Karena di paksa petugas kesehatan
5. Menurut ibu, kapan ibu harus datang ke Puskesmas atau Rumah Sakit?
a. 2 hari atau 3hari sebelum tanggal tafsiran melahirkan.
76
77
a. Ya, memanfaatkan
b. Ragu-ragu
c. Tidak memanfaatkan
10. Menurut ibu siapa saja yang harus mendukung ibu hamil untuk melahirkan di
Puskesmas atau Rumah Sakit?
a. Petugas Kesehatan
b. Tokoh Masyarakat
c. Tokoh Agama
d. Keluarga
e. Semua Masyarakat
C. Sikap
No
Pertanyaan
SS
KS
TS
78
b. 1 KM
2. Jenis kendaraan apa saja yang dapat digunakan untuk ke Puskesmas atau
Rumah Sakit?
a. Bemo
3. Jenis kendaraan apa yang paling sering digunakan untuk pergi ke Puskesmas
atau Rumah Sakit?
a. Bemo
b. Motor Ojek
b. > 15 menit
5. Bagaimana kondisi jalan yang ibu lewati untuk mencapai Puskesmas atau
Rumah Sakit?
a. Baik (aspal/mulus)
lubang/tanah)
6. Bagaimana dengan ongkos/ biaya kendaraan yang ibu gunakan untuk sampai
di Puskesmas atau Rumah Sakit?
a. Murah
b. Mahal
79
b. Tidak pernah
b.
b.
c.
b.
b.
80
3 kali
b 3 kali
F. Dukungan Keluarga
1. Apakah suami/keluarga ibu setuju ibu melahirkan di Puskesmas atau Rumah
Sakit?
a.
Ya
b. Tidak
Ya
b. Tidak
3. Apakah suami ibu memberikan biaya transport untuk pergi ke Puskesmas atau
Rumah Sakit?
a.
Ya
b. Tidak
Ya
b. Tidak
b. Tidak
81
82
LAMPIRAN III
No
1
2
3
4
5
6
7
Kegiatan
Mengurus Ethical Clearance di kantor
Litbang FK/RSUP Sanglah
Mengurus Ijin Penelitian di kantor
Kesbangpol Kabupaten Sumba Timur
Penggandaan kuesioner penelitian
Pengumpulan data
Analisis data
Penyajian hasil analisis data
Penyajian hasil dan publikasi
Keterangan:
= Pelaksanaan kegiatan
Bulan
4