Anda di halaman 1dari 8

1.

VULNUS LACERATUM
Definisi
Vulnus laceratum adalah luka atau rusaknya jaringan kulit luar akibat
bergesekan dengan benda-benda tajam dan keras (traumatik). Vulnus pada kuda
sering terjadi karena kuda memiliki aktivitas motorik yang tinggi dan jika berada
pada lingkungan kandang yang tidak terawat dengan baik (Adams et al. 1990). Kasus
vulnus dapat disebabkan oleh trauma benda tajam (paku, serpihan pohon, kawat
pagar) atau benda tumpul (batu, batang pohon, tali pelana). Ada beberapa jenis vulnus
berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi: saddle druck (luka pada
punggung akibat pemasangan pelana yang tidak sempurna), strackle (luka pada
bagian medial kaki), vulnus punctio (luka akibat tusukan benda tajam), vulnus
serrativa (luka akibat goresan kawat), vulnus incisiva (luka akibat tusukan benda
tajam), vulnus traumatica (luka akibat hantaman benda tajam). Saddle druck adalah
luka yang terdapat di punggung akibat pemasangan pelana dan umumnya terjadi pada
kuda tunggang.
Etiologi
Saddle druck disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pemasangan pelana
kuda yang tepat. Pemasangan pelana yang buruk dapat menyebabkan gesekan antara
pelana dengan punggung kuda yang berakhir dengan terjadinya luka pada punggung
kuda. Selain pemasangan pelana yang buruk, tunggangan yang buruk bisa menjadi
penyebab Saddle druck. Tekanan keras berkelanjutan menyebabkan robeknya kulit
dan jalan masuk infeksi sekunder. Penyebab lain adalah trauma setelah kawin, benda
asing seperti kawat, besi penutup kandang, atau benda asing lainnya.
Symptom
Gejala klinis yang tampak berupa vulnus sepanjang daerah gumba, bekas
pemakaian pelana (Anonimus 2011a). Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma
akan terjadi proses peradangan atau inflamasi. Reaksi peradangan akan terjadi apabila
jaringan terputus. Dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat
hebat. Penyebabnya cepat yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak

berbahaya (Anonim 2011b). Eksudat di daerah vulnus yang telah mukopurulen


merupakan indikasi telah terjadi infeksi sekunder dari bakteri lingkungan yang
menghasilkan nanah, misalnya Streptococcus dan Stahpylococcus. Gejala-gejala yang
muncul jika tidak segera ditangani dapat memicu terjadinya miasis.
Gejala klinis yang muncul bervariasi sesuai regio yang mengalami trauma. Pada
umumnya regio ekstremitas yakni tarsal, carpal dan phalanx. Sedangkan pada
phalanx adalah sikap berdiri yang tidak koordinatif. Gejala yang tampak dapat berupa
robeknya sebagian kulit, pengerasan daerah sekitar kulit dan kadang berbau busuk
dan eksudat di daerah vulnus menjadi mukopurulen jika telah berlangsung lama.
Pengobatan
Pengobatan luka dapat dilakukan dengan kompres dengan air hangat untuk
vasodilatasi sehingga aliran darah lancar sampai terjadi persembuhan luka.
Pengobatan selanjutnyakompres air dingin selama 2-3 hari (Adams et al. 1990). Hal
ini bertujuan untuk menurunkan temperatur akibat terjadinya inflamasi dan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga pengeluaran darah
terhenti. Luka dibersikan dengan mengunakan antiseptik Rivanol untuk menghindari
masuknya kuman pada saat pengobatan dan selanjutnya dioleskan antibiotik topikal
(amlegu dengan kandungan zat aktif Ampisilin, Levetran dan Gusanex) pada daerah
luka dengan tujuan mencegah infeksi sekunder selama proses persembuhan. Jika
pengobatan bertujuan untuk menumbuhkan jaringan baru, dapat diberikan
Bioplasenton pada daerah luka sebelum pemberian antibiotik topikal. Pengobatan
secara sistemik dilakukan dengan pemberian antibiotik Pyroxy (Oxytetracyclin) dan
antipiretik Anti Cold (Aminopyrine dan Sulpyrine). Selain itu, terapi pada kasus
vulnus dapat dilakukan dengan cara membersihkan luka menggunakan kain dan air
hangat, dilakukan penggosokan pada luka sampai jaringan yang nekrosis hilang.
Setelah terjadi perdarahan diberikan Rivanol, Iodium tincture serta diberi salep
Lefimycetine 10 g atau antibiotika lain dan pemberian B-complex inj 10 ml secara
IM. Selain itu, juga disemprotkan Limoxyn Spray agar tidak terjadi infestasi larva
lalat pada luka terbuka.

Terapi Saddle druck yang diberikan dengan prinsip membersihkan luka dan
mencegah infeksi sekunder. Pembersihan luka dilakukan dengan rivanol 0.1% dan
Iodium povidone 10% (iodine tincture) sebagai antiseptik. Kemudian diolesi
Levertran berfungsi sebagai antimiasis dan antibiotik (Anonim 2011a). Sedangkan
Menurut Kohnke (2006) dalam Anonim (2011a) kuda yang mengalami Saddle druck
bisa dikompres dengan es (ice pack) pada daerah luka selama 10-15 menit dilakukan
2-3 kali sehari untuk mencegah pendarahan lebih lanjut, mengurangi inflamasi, dan
mengurangi rasa sakit. Adams et al (1990) menjelaskan sebaiknya dilakukan
pemberian antibiotik topikal. Kuda sebaiknya tidak ditunggangi dahulu sampai
kebengkakan menghilang. Discharge inflamasi dapat dibersihkan dengan larutan
garam hangat (15 gram garam dalam 500 ml air hangat) atau H2O2 dan air hangat
dengan perbandingan 50:50. Setelah inflamasi mengering dapat diberikan antiseptik
kering atau salep 2 kali sehari. Selama proses persembuhan, luka ditutup dengan
mantel untuk menghindari lalat, meminimalisir infeksi sekunder, atau masuknya debu
ke dalam luka. Luka harus dijaga dlam kondisi kering hingga sembuh. Evaluasi
dilakukan setiap hari selama 3 hari masa perawatan. Umumnya hari pertama setelah
diobati sudah terjadi perubahan, seperti luas luka yang mengecil dan mengering.
Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Penyakit Abses. http://jenispenyakit.blogspot.com/2008/12/penyakitabses.html. [14 September 2011].
Anonim. 2010. Health Encyclopedia - Diseases and Conditions (Abscess).
http://www.healthscout.com/ency/68/9/main.html#SymptomsofAbscess [ 14
September 2011].
Anonim.

2011a. Kasus

Saddle

Druck

dan Permasalahannya

pada

Kuda.

http://meooong.com/liputan/25/07/2011/kasus-saddle-druck-danpermasalahannya-pada-kuda.html [25 Juli 2011].


Anonim.

2011b.

Teori

vulnuslaseratumlukarobek.

http://www.scribd.com/doc/35183213/Teori-vulnus-laseratum-luka-robek
Agustus 2011].

[3

Adams et al. 1990. Treatment and Medication for Horsemens.1st Ed. Equine Research
Publication. Texas, USA.
2. KOLIK
Definisi
Kolik merupakan gejala penyakit pada kuda yang ditandai dengan adanya rasa
sakit pada bagian abdomen. Rasa sakit pada abdomen dapat berasal dari organ
pencernaan atau selain organ pencernaan. Kolik bukan merupakan penyakit tetapi
merupakan sebuah kombinasi yang memperingatkan kita akan rasa sakit pada perut
kuda (Anonim 2011b). Menurut Sikar (2002), kolik dibedakan menjadi kolik sejati
dan kolik semu (palsu). Kolik sejati merupakan sindrom nyeri yang disebabkan
penyakit atau gangguan pada alat pencernaan di dalam rongga perut termasuk
peritoneum yang dapat bersifat sub akut dan akut. Kolik semu atau palsu merupakan
rasa nyeri yang disebabkan penyakit atau gangguan pada organ selain alat pencernaan
dalam tubuh.
Ada beberapa macam kolik yang perlu kita ketahui yaitu :
Kolik konstipasi (impaksio kolon)
Kolik konstipasi menduduki tempat tertinggi kejadian kolik pada kuda. Kolik jenis
ini terjadi karena asupan pakan yang kurang berkualitas, kurang jumlah air yang
diminum, kelelahan setelah pengangkutan, keadaan gigi yang kurang baik sehingga
pakan tidak dapat dikunyah dengan sempurna, pasca operasi, setelah pengobatan
cacing, dan pada anak kuda yang baru dilahirkan karena retensi mukoneum. Pada
kolik bentuk ini umumnya dapat dijumpai timbunan makanan atau benda-benda lain
dalam flexura pelvina.
Kolik Spasmodik
Kolik ini disertai dengan rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan
tetapi terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan peristaltik
usus dan spasmus sehingga menyebabkan tergencetnya syaraf. Kenaikan peristaltik
ini menyebabkan diare.

Kolik timpani (Flatulent Colic)


Kolik timpani ditandai dengan tertimbunnya gas yang berlebihan pada kolon dan
sekum. Pembebasan gas yang tertimbun terhalang oleh perubahan lain dari saluran
pencernaan.
Kolik obstruksi
Kolik bentuk ini ditandai dengan adanya ingesta yang terhalang di usus oleh adanya
batu usus atau bangunan-bangunan bola serat kasar. Kolik ini juga ditandai dengan
adanya rasa sakit yang berlangsung secara progresif. Pada kasus ini, jika kita
melakukan eksplorasi perektal maka akan dijumpai rektum yang kosong sedang
timbunan masa tinja terdapat di fleksura. Tonus otot rumen juga ditemukan menurun,
dan anus juga sering terbuka karena kendurnya spincter anus. Tinja tidak sampai ke
rektum, sehingga saat dipalpasi rektum terasa kosong. Gejala dehidrasi terlihat jelas
pada proses yang berlangsung beberapa hari. Kelemahan penderita disebabkan oleh
autotoksikasi.
Kolik lambung
Kolik ini terjadi akibat meningkatnya volume lambung yang berlebihan. Kolik
ditandai dengan ketidaktenangan, anoreksia total, rasa sakit yang terjadi mendadak
atau sedikit demi sedikit dan muntah. Kondisi sakit yang berlanjut menyebabkan
kelesuan dan shock akan terlihat dominan.
Kolik trombo-emboli
Kolik ini terjadi akibat gangguan aliran darah ke dalam suatu segmen usus,
sebagai akibat terbentuknya simpul-simpul arteri oleh migrasi larva cacing
Strongylus vulgaris.

Terbendungnya saluran darah oleh thrombus dan embolus

mengakibatkan terjadinya kolik spasmodik, sedangkan atoni segmen usus


mengakibatkan terjadinya kolik konstipasi.
Etiologi
Ada banyak penyebab terjadinya kolik pada kuda sehingga menjadi penting
untuk mengetahui secara tepat tipe serta penyebab dari kolik tersebut. Diagnosa yang

tepat terhadap tipe dan penyebab terjadinya kolik akan menghasilkan prognosa dan
terapi yang tepat pula.
Symptom
Gejala yang ditimbulkan dari rasa sakit pada kuda akibat kolik adalah sebagai
berikut :
1. Mengais-ngais tanah.
2. Nafsu makan turun.
3. Berkeringat.
4. Sering melihat daerah perut yang sakit.
5. Gelisah.
6. Menghentak-hentakan kakinya.
7. Berbaring.
Jika penyebab sakit tidak dihilangkan dengan segera, maka kuda akan merasa
lebih kesakitan dan akibatnya kuda akan mengais-ngais tanah dengan lebih kasar,
perut tampak kembung, otot mengalami tremor, pada kuda jantan akan berbaring dan
merelaksasikan penisnya namun tidak urinasi, berkeringat yang sangat banyak,
berbaring dan jarang bangun, berguling atau berbaring dengan punggungnya, duduk
dengan menggunakan pangkal pahanya (seperti anjing yang duduk), pernafasan dan
denyut jantung yang meningkat.
Anamnesa dari hampir tiap pemelihara kuda yang menderita kolik
mengatakan adanya penurunan nafsu makan dan ada kuda tidak mau makan sama
sekali.

Anamnesa lain adalah kuda mengalami kegelisahan.

Kuda yang sudah

menunjukkan gelaja kolik bila tidak segera ditangani dengan treatment yang tepat
akan mengakibatkan kejadian kolik yang parah. Kuda akan berkeringat hebat, nafas
terengah-engah dan pulsus akan meningkat hingga 100 kali permenit. Kejadian kolik
yang terlambat dalam pemberian terapinya akan menyebabkan kematian kuda.

Pengobatan
Terapi yang dapat diberikan kepada kuda-kuda dengan gejala kolik tersebut
antara lain dengan pemberian obat analgesik, antasida, diuretikum, larutan buffer,
obat pencahar, dan obat lainnya untuk mengatasi penyakit utama yang menyababkan
kolik. Obat analgesic yang biasa diberikan diantaranya Adimodon, Novalgin,
Novamidon, Dellamidon, dan Camidon yang semuanya mengandung Antalgin
dengan komposisi Metamhampyron (+klordiazepoksida). Indikasi obat-obat tersebut
adalah sebagai analgesik dan antipiretik untuk meredakan rasa nyeri hebat dan
demam. Analgesik merupakan obat yang utama dan pertama diberikan untuk
menanggulangi masalah kolik, sebelum dilakukan terapi terhadap penyakit utama
penyebab kolik. Vitamin B-Kompleks digunakan sebagai multivitamin dengan tujuan
meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki daya tahan tubuh. Antasida merupakan
obat dengan kandungan Aluminium Hidroksida 200mg yang berfungsi untuk
mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan akibat kelebihan asam lambung,
tukak lambung, gastritis, dan tukak usus dua belas jari dengan. Gejala-gejala tersebut
diantaranya mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, dan sensasi penuh pada lambung.
Diuretikum yang biasa digunakan adalah Furosemide. Penggunaan obat tersebut
dengan alasan adanya gangguan urinasi yang dapat menyebabkan rasa nyeri di
abdomen. Diuretikum lebih sering digunakan pada kuda jantan daripada pada kuda
betina. Meylon (NaHCO3) merupakan larutan buffer yang diberikan dengan tujuan
untuk mengatasi keadaan metabolik asidosis yang dapat terjadi pada beberapa kasus
ginjal, diabetes, dehidrasi, diare, dan ketidaklancaran sirkulasi darah.
Selain terapi obat untuk penanganan kolik, juga dilakukan terapi kateterisasi
dan pengeluaran feces dari rectum. Kedua terapi tersebut juga dapat digunakan
sebagai metode evaluasi feces dan urin untuk mengetahui penyabab utama kolik.
Kateterisasi membantu pengeluaran urine dari vesika urinaria sehingga dapat
mengurangi tekanan yang dapat menyebabkan rasa nyeri terhadap organ-organ di
sekitar vesika urinaria. Kateterisasi tersebut lebih sering dilakukan pada kuda betina
karena lebih mudah dalam pelaksanaannya, sedangkan untuk kuda jantan lebih sering
dengan memberikan balsam di sekitar penis dan preputium, bahkan jika hal tersebut

dirasa tidak bekerja maka perlu diberikan diuretikum. Setelah semua terapi diberikan
kuda kemudian di-longser untuk merangsang pengeluaran keringat, flatus, dan
memperlancar aktivitas saluran pencernaan sambil menunggu obat yang telah
diberikan akan bekerja.
Kuda yang mengalami kolik lebih baik diusahakan bebas dalam kandang dan
terhindar dari benda-benda keras yang dapat melukainya. Metode tubing dapat
dilakukan untuk membantu memasukkan obat yang harus ditelan oleh pasien. Metode
tubing dilakukan dengan menggunakan alat stomach tube yang langsung terhubung
ke lambung. Metode tersebut juga dapat dilakukan untuk mengeluarkan gas pada
kasus timpani. Pencegahan kolik dapat dilakukan dengan pakan dan minum yang baik
dan teratur, perawatan gigi, pemberian obat anti kecacingan secara teratur, dan tidak
mengganti pakan secara tiba-tiba (Sikar 2002).
Daftar Pustaka
Anonim.

2011a.

Equine

Colic.

http://

www.animalherbcompany.com/

articles/colic.htm. (11 September 2011).


Anonim. 2011b. Antasida doen. http://www.dechacare.com (13 September 2011).
Douglas

J.

2005.

The

Colic

www.equusite.com/articles/health/healthColicfacts.html.

Fact
(14

Sheet.
September

2011).
Sikar S. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner II. Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor. [Tidak diterbitkan].

Anda mungkin juga menyukai