Outsourcing Dan Problematikanya Di Indonesia
Outsourcing Dan Problematikanya Di Indonesia
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat kapitalis umumnya ditandai oleh terciptanya polarisasi
sosial diantara para pemilik kapital dengan pekerja. Kebebasan kaum kapitalis
adalah kebebasan yang ditopang oleh penguasaan fakor-faktor produksi, dengan
faktor-faktor produksi kaum kapitalis memiliki kemampuan untuk memanipulasi
dan membeli kebebasan yang dimiliki komponen masyarakat lainnya. Termasuk
kebebasan yang dimiliki oleh para pejabat negara.
Kondisi dunia yang telah dihegemoni oleh kekuatan kapitalisme global
mencengkram seluruh sendi-sendi kehidupan. Dua sifat utama dari kapitalisme
yaitu eksploitatif dan ekspansif. Kedua wajah kapitalisme ini berjalan beriringan
sehingga pencapaian tujuan kapitalisme untuk meningkatkan akumulasi modal
semakin masive. Menurut Tabb, bahwa konstruksi kelembagaan untuk mengatur
tata dunia dilakukan melalui organisasi atau agen-agen internasional antara lain
WTO (World Trade Organization), GATT (General Agreement on Trade and
Tariff), Bank Dunia (World Bank), IMF (International Monetary Fund) dan
berbagai lembaga lainnya.
Globalisasi memperluas pergerakan modal dan memberi tempat yang makin
penting bagi korporasi besar dunia (MNCs). Di Indonesia kita menyaksikan
sebuah pergeseran yang menandai makin kuatnya ekspansi kapitalis global.
Hingga mencengkram seluruh basis perekonomian nasional, dari perekonomian
skala besar sampai perekonomian rakyat kecil. Ekspansi besar-besaran perusahaan
multi nasional disertai juga dengan tuntutan mekanisme kerja baru yang
memperkenalkan sistem hubungan kerja yang fleksibel dalam bentuk Outsourcing
dan kerja kontrak.
Semua mekanisme kerja dimaksudkan untuk meraih keuntungan yang lebih
besar dengan mengurangi tanggung jawab pemilik modal atau pengusaha terhadap
masa depan pekerjaannya. Kata kunci yang selalu mereka ungkapkan yaitu
efisiensi yang hampir identik dengan kue keuntungan yang makin besar.1
Indonesia pasca reformasi setelah tumbangnya rezim diktator, terbukanya alam
kebebasan memberikan efek positif bagi setiap warga negara untuk berserikat
1
Outsourcing yang dahulu kala merupakan salah satu bentuk penjajahan koloni
asing atas Indonesia di perusahaan-perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan Outsourcing, dan dasar hukum Outsourcing ?
b. Bagaimana mekanisme Outsourcing dalam industri di Indonesia ?,
bagaimana hubungan buruh serta kedudukan buruh dalam sistem
tersebut ?
c. Bagaimanakah persoalan hukum Outsourcing ?
d. Bagaimanakah penyelesaian kasus Outsourcing ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. OUTSOURCING
2.1.1. Pengertian Outsourcing
Dalam era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat
ini, maka perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya
melalui pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk
dapat memberi kontribusi maksimal sesuai sasaran perusahaan. Untuk itu
3
perusahaan berupaya fokus menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core
business), sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain. Proses
kegiatan ini dikenal dengan istilah Outsourcing.2
Pemborongan pekerjaan (Outsourcing) adalah penyerahan sebagian
pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan kepada perusahaan penerima
pemborongan pekerjaan kepada penyedia jasa pekerja/buruh melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan secara tertulis.3
Outsourcing adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu
proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa Outsourcing). Melalui
pendelegasian, maka pengelolaan tak lagi dilakukan oleh perusahaan, melainkan
dilimpahkan kepada perusahaan jasa Outsourcing.
Dapat dikatakan bahwa Outsourcing adalah salah satu hasil samping dari
Business Process Reengineering (BPR). BPR adalah perubahan yang dilakukan
secara mendasar oleh salah satu perusahaan dalam pengelolaannya, yang bukan
sekadar bersifat perbaikan. BPR adalah pendekatan baru dalam manajemen yang
bertujuan meningkatkan kinerja, yang sangat berbeda dengan pendekatan lama
yakni continuous improvement process (proses peningkatan berkelanjutan). BPR
dilakukan untuk memberikan respons atas perkembangan ekonomi secara global
serta kemajuan teknologi yang pesat, yang menimbulkan persaingan global yang sangat
ketat.
Berdasarkan hukum ketenagakerjaan istilah Outsourcing sebenarnya bersumber
dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 64 Undang-undang No 13 Tahun 2004 tentang
ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa perusahaan dapat meyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyedia jasa pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
Di dalam praktiknya ketentuan tentang penyediaan jasa pekerjaan yang diatur
dalam peraturan diatas akhirnya memunculkan pula istilah Outsourcing (dalam hal ini
http://ariswan.wordpress.com/2008/05/23/Outsourcing-sebagai-solusi-dunia diakases
13/05/2015 16:58
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar. PT Pradnya Paramita: Jakarta 2007, Hal
147.
perjanjian
Outsourcing
dalam
bentuk
mempekerjakan
memahami
mengenai
Outsourcing
dapat
di
sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada
pekerjaan
Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan
Tidak menghambat proses produksi secara langsung
jasa
tenaga
kerja
mendapatkan
keuntungan
melalui
pemotongan sebagian hak yang diterima oleh pekerja pada perusahaan di mana
pekerja ditempatkan.
jasa pekerja/buruh
Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana
dimaksud pada butir a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 dan/atau
perjanjian waktu tidak tertentu yang tidak dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak
10
Perlindungan
upah
dan
kesejahteraan,
syarat-syarat
kerja,
serta
jasa pekerja/buruh
Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dibuat secara
tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Sebelum
berlakunya
undang-undang
ini,
sangat
banyak
terjadi
penyelewengan hukum dalam mengatur hubungan kerja dan syarat kerja antara
perusahaan outsourching dengan pekerja/buruh. Contoh yang menyolok adalah
dalam penerimaan /mempekerjakan satuan pengaman (sekuriti). Para satpam
tersebut umumnya direkrut dan dipekerjakan pada perusahaan lain, akan tetapi
mereka tidak mempunyai hubungan kerja yang tetap/pasti dengan perusahaan
Outsourcing. Mereka hanya mendapat upah pada saat mereka bekerja, sedangkan
apabila perusahaan tempat mereka bekerja memberhentikan, maka mereka tidak
lagi mendapat upah, meskipun masa kerja mereka telah lama.
Undang-undang nomor 13 tahun 2003 pada satu sisi telah berupaya untuk
melindungi pekerja/buruh dari ketidakpastian hukum dalam hubungan kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha Outsourcing, dan pada sisi lain telah juga
membuka peluang terjadinya efisiensi bagi pengusaha.
2.1.3
Sejarah Outsourcing
Pada dasarnya praktik dari prinsip-prinsip outsourcing telah diterapkan
sejak zaman Yunani dan Romawi. Pada zaman tersebut, akibat kekurangan
kemampuan pasukan dan tidak tersedianya ahli-ahli bangunan, bangsa Yunani dan
Romawi menyewa prajurit asing untuk berperang dari para ahli-ahli bangunan
untuk membangun kota dan istana.
Sejalan dengan terjadinya revolusi industri, maka perusahaan-perusahaan
berusaha untuk menemukan terobosan-terobosan baru dalam memenangkan
persaingan. Pada tahap ini, kemampuan untuk mengerjakan sesuatu saja tidak
cukup untuk menang secara kompetitif, melainkan harus disertai dengan
kesanggupan untuk menciptakan produk paling bermutu dengan biaya terendah.
11
Sekitar tahun 1950-an sampai dengan 1960-an, berbagai pertemuan ekonomi telah
mendorong kearah diversifikasi usaha, dengan tujuan mendapatkan keuntungan
dari perkembangan ekonomi dunia. Melalui diversifikasi diharapkan terjadi
efiensi untuk menciptakan keuntungan bagi dunia usaha.
Selanjutnya pada tahun 1970 dan 1980, perusahaan menghadapi
persaingan global, dan mengalami kesulitan karena kurangnya persiapan akibat
struktur manajemen yang bengkak. Akibatnya, risiko usaha dalam segala hal,
termasuk risiko ketenagakerjaan pun mengikat. Tahap ini merupakan awal
timbulnya pemikiran outsourcing di dunia usaha. Untuk meningkatkan keluwesan
dan kreativitas, banyak perusahaan besar yang membuat strategi baru dengan
konsentrasi pada bisnis inti, mengidentifikasikan proses yang kritikal, dan
memutuskan hal-hal yang harus di-outsource.
Sekitar tahun 1990, outsourcing telah mulai berperan sebagai jasa
pendukung. Tingginya persaingan telah menuntut manajemen perusahaan
melakukan perhitungan pengurangan biaya. Perusahaan mulai melakukan
outsource fungsi-fungsi yang penting bagi perusahaan, akan tetapi tidak
berhubungan langsung
outsourcing telah dikenal sejak zaman kolonial Belanda. Praktik ini dapat dilihat
dari adanya pengaturan mengenai pemborongan pekerjaan, sebagaimana diatur
dalam pasal 1601 b KUH Perdata. Dalam pasal itu disebutkan bahwa
pemborongan pekerjaan adalah suatu kesepakatan dua belah pihak yang saling
mengikatkan diri, untuk menyerahkan suatu pekerjaan kepada pihak lain dan
pihak lainnya membayarkan sejumlah harga. Namun dalam perkembangannya,
ternyata outsourcing berjalan sangat lambat. Bahkan sampai saat ini sebagian
besar perusahaan yang ada di Indonesia masih mengelola semua kegiatan bisnis
perusahaan secara internal, baik bisnis utama maupun tidak.
Salah satu faktor penghambat perkembangan tersebut adalah kurangnya
dukungan dari segi penciptaan peraturan. Kurangnya peraturan pendukung
berdampak pada lambannya sosialisasi serta rendahnya pemahaman masyarakat
atas keuntungan-keuntungan pemanfaatan outsourcing pada perusahaan.
12
Mengingat
bisnis
ketenagakerjaan,
maka
ketenagakerjaan
menjadi
outsourcing
berkaitan
peraturan-peraturan
faktor
penting
yang
dalam
erat
dengan
praktik
berhubungan
dengan
memacu
perkembangan
dengan system outsourcing pada saat ini, umumnya dilatarbelakangi oleh strategi
perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya produksi. Dengan menggunakan
system outsourcing ini, pihak perusahaan berusaha untuk menghemat pengeluaran
dalam membiayai sumber daya manusia yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.
Beberapa praktisi hukum ketenagakerjaan sebenernya banyak yang
mengkritik system outsourcing ini, karena secara legal formal perusahaan pemberi
13
14
a.
b.
c.
d.
e.
lainnya
f. Memungkinkan tersedianya dana kapital
g. Menciptakan dana segar
h. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi
i. Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri
j. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola sendiri.
Disamping beberapa keuntungan dari praktek Outsourcing sebagaimana
dikemukakan diatas, terdapat beberapa kerugian yang bisa diidentifikasi dari
Outsourcing antara lain :
a. Keberlanjutan mendapatkan pekerjaan tidak pasti
b. Sistem kontrak
c. Tidak adanya serikat pekerja8
2.2 Mekanisme Outsourcing Dalam Industri di Indonesia Serta Hubungan
Buruh dan Kedudukan Buruh Dalam Sistem Outsourcing
Perkembangan kapitalisme di era modern telah mencapai pada puncaknya
menghegemoni dunia. Kondisi ini didukung oleh kemajuan teknologi informasi
dan transportasi yang berkembang cukup pesat. Batas-batas Negara menjadi tidak
penting lagi, hanya batas formalitas teritorial yang ada, tetapi tidak mampu
membendung pernyebaran ide-ide, inovasi, teknologi sehingga dunia menjadi
sebuah kampung global. Menurut James J (2003 : 174), globalisasi merupakan
pengintegrasian
internasional
individu-individu
dengan
jaringan-jaringan
informasi serta institusi ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi secara cepat dan
mendalam, dalam takaran yang belum dialami sejarah dunia sebelumnya.
Outsourcing merupakan turunan dari kapitalisme global. Dikatakan juga
sebagai anak kandung yang lahir dari rahim kapitalis, kondisi ini tidak bisa
dilepaskan dari sifat dasar kapitalis yaitu eksploitatif dan ekspansif. Perusahaanperusahaan transnasional dan multi nasional, semakin kuat mengcengkram
Negara-negara yang sedang berkembang. Ekspansi dan eksploitasi yang besarbesaran dilakukan demi akumulasi modal. Sebagai contoh perusahaan NIKE
8
Suria Ningsih,Mengenal Hukum Ketenagakerjaan USU Press, Medan :2012, Hal :96
15
selama periode 1989-1994 membuka lokasi pabrik baru di Cina, Indonesia dan
Thailand dimana upah sangat rendah.
Ekspansi besar-besaran perusahaan transnasional diiringi juga dengan model
dan format kerja yang mereka persiapkan (outsourcing), untuk diterapkan di
wilayah pengembangan perusahaan. Ini merupakan implementasi dari ciri
globalisasi dimana perusahaan transnasional melakukan peningkatan konsentrasi
dan monopoli berbagai sumberdaya dan kekuatan ekonomi (Martin Khor, 2001 :
12). Karena itu globalisasi adalah proses yang tidak adil dengan distribusidistribusi keuntungan maupun kerugian yang juga tidak seimbang.
Dari penjelasan diatas dapat diasumsikan bahwa perkembangan outsourcing
di Indonesai sebagai salah satu negara berkembang merupakan imbas dari
hegemoni kapitalis. Outsourcing di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan sejak
tahun 1980-an, model kerja ini disahkan keberlakuannya melalui keputusan
Menteri Perdagangan RI No. 264/KP/1989 Tentang Pekerjaan Sub-kontrak
Perusahaan Pengelola di Kawasan Berikat.
Industri awal yang bersentuhan dengan outsource adalah industri
perminyakan. Bahan bakar yang dimanfaakan oleh konsumen akhir, mengalami
proses panjang dan melalui berbagai perusahaan outsourcing. Dimulai dari
pemilik konsesi lahan, eksplorasi hingga produksi, transportasi, semuanya
dilakukan oleh perusahaan yang berbeda (Komang Priambada, 2008 : 21).
Dewasa ini hampir seluruh industri baik kecil maupun skala besar yang
dimiliki oleh para kapitalis melalukan praktek outsourcing. Ada beberapa alasan
industri melakukan outsourcing yaitu pertama, efisiensi kerja dimana perusahaan
produksi dapat melimpahkan kerja-kerja operasional kepada perusahaan
outsourcing; kedua, resiko operasional perusahaan dapat dilimpahkan kepada
pihak lain. Sehingga pemanfaatan faktor produksi bisa dimaksimalkan dengan
menekan resiko sekecil mungkin; ketiga, sumber daya perusahaan yang ada dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan lain yang lebih fokus dalam meningkatkan
produksi; keempat, mengurangi biaya pengeluaran (capital expenditure) karena
dana yang sebelumnya untuk investasi dapat digunakan untuk biaya operasional;
16
kelima perusahaan dapat mempekerjakan tenaga kerja yang terampil dan murah;
keenam, mekanisme kontrol terhadap buruh menjadi lebih baik.
Pengesahan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003,
merupakan
landasan
hukum
bagi
pelegalan
sistem
outsourcing
yang
19
Jaminan Kematian
Jaminan Hari Tua
Jaminan
Kesehatan
(Bagi
buruh
dan
Keluarga)
Uang Makan
Transport
dan
Dapat
Dapat,
untuk
buruh
Hak Cuti:
Tidak dapat, buruh perempuan
perempuan yang hamil
Tahunan, Haid, dan
ketika
hamil
diputus
mendapat cuti 3 bulan
cuti hamil
kontraknya.
dengan dibayar upahnya
Tunjangan Hari Raya Dapat
Tidak Dapat
Dapat (dilindungi oleh
Pesangon
Tidak Dapat
Undang-Undang)
Buruh takut berserikat karena
Kebebasan berserikat Ada dan dapat dijalankan langsung
dapat
diputus
hubungan kerjanya
Perjanjian Kerja atau
Individu yang ditandatangani di
Kolektif melalui PKB
Kesepakatan Kerja
awal
Sumber : Position paper KBC (Komite Buruh Cisadane), April 2004, hasil
pendataan terhadap 150 perusahaan di Tangerang 2003-2004.
Keberadaan buruh berstatus outsorcing pada gilirannya akan melemahkan
perjuangan kolektif buruh melalui serikat buruh, sebagai elemen pemaksa bagi
terpenuhinya hak-hak buruh. Sebab, buruh outsourcing bergerak sebagai individu
yang mengadakan hubungan kerja dengan perusahaan secara langsung, atau buruh
yang disalurkan oleh lembaga outsourcing (jasa penyalur tenaga kerja), kepada
perusahaan, para pihak yang terlibat dalam perjanjian dalam hal ini adalah jasa
penyalur tenaga kerja dan perusahaan, sementara buruh outsorcing sendiri berada
di bawah kendali jasa penyalur.9
2.3 Persoalan Hukum Outsourcing di Indonesia
Pelakaksanaan Outsourcing atau pemborongan pekerjaan berhubunganerat
dengan ketenagakerjaan. Bahkan keterkaitantersebut dapat dikatakan sebagai
paket yang tidak terpisahkan, karena pada saaat outsourcing dilaksanaka, maka
pada saat itu pula pekerja mempunyai peranan untuk mewujudkannya. Beberapa
persoalan ketenagakerjaan yang sering terjadi dalam praktik outsourcing, yakni:
9
20
pengusaha
mensyaratkan
kontrak
kerja
kepada
pekerja.
Dalam
Upah yang Diterima Pekerja Jauh Lebih Rendah dari Jumlah yang Diterima
Pengusaha.
Mengingat dalam kegiatan outsourcing perjanjian kerjasama bukan
ditandatangani oleh pekerja dengan pemberi pekerjaan, melainkan antara
perusahaan tempat pekerja berkerja, selaku penerima pekerjan dengan perusahaan
pemberi pekerjaan, maka negosiasi terhadap upah/jasa pekerja tidak bias diketahui
oleh pekerja/buruh.
Oleh Karena bisnis perusahaan penerima pekerjaan adalah dengan
mempekerjakan pekerja/buruh untk kepentingan perusahaan lain, maka dari jasa
itulah perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh berasal
dari selisih antara upah/jasa yang diberikan oleh perusahaan pemberi pekerjaan
dengan yang dibayarkan kepada pekerja. Dengan demikian, tidak mungkin semua
upsh yang diterima dibayarkan kepada pekerja, melainkan akan dipotong sekian
puluh persen untuk keuntungan perusahaan.
Para pekerja umumnya tidak bias berbuat banyak mereka tidak punya
cukup keberanian untuk meminta perusahaan peneriam pekerjan bersikap terbuka
terhadap jumlah uang yang diterima atas tenaga kerja yang diserahkan. Ketika
persoalan ini diketahui oleh perusahaan pemberi pekerjaan, mereka juga tidak bias
secara langsung memaksaakan agar perusahaan penerima pekerjaan membayar
pekerjaannya secara layak. Bahkan sering terjadi, pemberi pekerjaan dan
penerima pekerjaan berkolusi untuk memberikan upah pekerja seminimal
mungkin, sehingga selisih dari upah/jasa tersebut bias mereka bagi-bagi.
Jika merujuk kepada peraturan, mungkin tidak ada undang-undang yang
dilanggar karena perusahaan telah memberikan upah pekerja sedikit di atas upah
minimum. Demikian juga dari segi bisnis, sesuai dengan prinsip ekonomi maka
perusahaan akan berusaha mendapatkan penghasilan yang sebesar-besarnya
dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Tetapi secara moral, tidak tidak etis
bial pendapatan pekerja tersebut dipotong oleh perusahaan dalam jumlah yang
besar, padahal mereka tidak melakukan tindakan yang sebanding. Untuk
menciptakan keteraturan dan keadilan, sebaiknya pemerintah membuta aturan
22
yang tegas mengenai batasan maksimum atas hak dan kewajiban perusahaan
penerima pekerjaan, termasuk besaran persentasi yang boleh dipotong dari upah
para pekerja. Dengam demikian, kepentingan pekerja bias lebih terlindungi, serta
pengusaha juga mendapat perlindungan atas kepastian haknya.
Pengembangan Keahlian Yang Terbatas
Kendala lain yang dihadapi dalam pelaksanaan outsourcing adalh
sulitnya melakukan pengembangam karir karena di perusahaan umumnya
pekerjaan yang dilakukan adalah satu jenis tertentu secara berulang. Apabila
seseorang bekerja pada perusahaan untuk memproduksi satu bentuk barang,
misalnya kotak televisi, maka hanya produk itulah yang setiap hari dilakukan
secara berulang. Setelah suatu model berlalu, diganti dengan model lain, tetapi
masih tetap bentuk kotak televisi. Demikian juga pekerjaan di bidang sekuriti,
sejak dipekerjakan itu yang dilakukannya.
Keterbatasan pengembangan karir dalam bisnis outsourcing terjadi
karena adanya spesialisasi perusahaan. Spesialisasi itu benar-benra dilakukan
sehingga perusahaan bisa menghasilkan produk missal yang mempunyai
keunggulan ekonomi. Sangat jarang terjadi, dalam satu perusahaan outsourcing
terdapat beberapa jenis produk yang berbeda-beda. Di sinilah letak keunggulan
perusahaan outsourcing, namun secara tidak langsung hal ini telah menghambat
pengembangan keahlian, khususnya para pekerja/buruh.
2.4 Penyelesaian Kasus Outsourcing
Dalam pelaksanaan outsourcing (Alih Daya) berbagai potensi perselisihan
mungkin timbul, misalnya berupa pelanggaran peraturan perusahaan oleh
karyawan maupun adanya perselisihan antara karyawan outsource dengan
karyawan lainnya. Menurut pasal 66 ayat (2) huruf c UU No.13 Tahun 2003,
penyelesaian perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan
penyedia jasa pekerja. Jadi walaupun yang dilanggar oleh karyawan outsource
adalah peraturan perusahaan pemberi pekerjaan, yang berwenang menyelesaikan
perselisihan tersebut adalah perusahaan penyedia jasa pekerja.
23
Dalam hal ini perusahaan outsource harus bisa menempatkan diri dan
bersikap bijaksana agar bisa mengakomodir kepentingan karyawan, maupun
perusahaan pengguna jasa pekerja, mengingat perusahaan pengguna jasa pekerja
sebenarnya adalah pihak yang lebih mengetahui keseharian performa karyawan,
daripada perusahaan outsource itu sendiri. Ada baiknya perusahaan outsource
secara berkala mengirim pewakilannya untuk memantau para karyawannya di
perusahaan pengguna jasa pekerja sehingga potensi konflik bisa dihindari dan
performa kerja karyawan bisa terpantau dengan baik.10
Salah Satu Contoh Kasus Outsoucing di indonesia adalah sebagai berikut:
Di JICT, Jangan Ada Pekerja Outsourcing
Rabu, 21 April 2010 | 20:43 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Manajemen Jakarta International Container
Terminal (JICT) diminta segera menyelesaikan nasib ribuan karyawan
outsourcing di terminalnya yang sampai sekarang masih terkatung-katung untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.Sistem outsourcing harus segera dihapus
karena akan berdampak pada implementasi International Ships and Port Security
(ISPS) Code di Pelabuhan Tanjung Priok. Pekerja outsourcing harus diangkat
sebagai karyawan organik, kata Koordinator International Transport Workers
Federation (ITF) di Indonesia, Hanafi Rustandi, dalam siaran persnya di Jakarta,
Rabu (21/4/2010).
Dikatakannya, ITF sangat prihatin dengan sikap manajemen JICT yang
tidak peduli dengan nasib pekerja dengan mengabaikan nota pemeriksaan dari
Kementerian
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
(Kemenakertrans)
yang
Intinya,
JICT
diminta
melaksanakan
UU
No.13/2003
tentang
10
http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/05/outsourcing-dan-tenaga-kerja.html diakses
13/05/2015 21:39
24
ini
mencuat
setelah
ribuan
pekerja
outsourcing
di
25
outsourcing agar hiburannya itu laris katakanlah seperti itu. Upah yang diberikan
memang tidak begitu banyak, tetapi kebanyakan dari para pekerja outsourcing
dalam hal dunia hiburan ini semata-mata untuk kesenangan dan upah itu hanya
sekedar digunakan untuk uang jajan. Mereka-mereka yang direkrut untuk
menjadi pekerja outsourcing dalam dunia hiburan haruslah mempunyai kriteria
tertentu, misalnya haruslah muda, cantik, tampan, dan lain sebagainya. Tetapi kita
lihat kembali kasus diatas, mereka yang rata-rata telah bekerja selama kurang
lebih 20 tahun, dengan upah yang tetap, tanpa biaya dan jaminan kesehatan apa itu
adil untuk mereka yang sudah berumah tangga dan harus menafkahi keluarga
yang ada dirumah mereka? Jelas dan tentu itu tidak adil untuk para pekerja
outsourcing tersebut. Para pekerja outsourcing itu yang bekerja keras kemudian
menuntut upah dan ingin diangkat menjadi karyawan tetap hanyalah sia-sia dan
tak didengar oleh perusahaan, malah perusahaan itu memecat sekitar 300 pekerja
outsourcing itu. Bekerja selama 20 tahun itu tidaklah sebentar, bayangkan selama
20 tahun mereka bekerja dengan upah yang sama, bekerja sekuat tenaga
meningkatkan perusahaan menjadi perusahaan andalan adalah sesuatu yang sulit
dan itu hanya dibayar secuil persen saja dari kuntungan perusahaan. Pekerja
outsourcing yang bekerja di inti yang terkait langsung dalam proses produksi dan
berada di lini satu pelabuhan atau terminal peti kemas tetap dipandang sebelah
mata, didiskriminasi dengan karyawan tetap disana. Dengan para pendemo yang
berjumlah ribuan itu perusahaan tetap tutup telinga untuk sekedar mendengar
aspirasi para pekerja outsourcing tersebut. jika kamu tidak puas dengan
perjanjian atau upah yang kami berikan, silakan keluar dari sekarang, masih
banyak para pekerja yang membutuhkan pekerjaan diluar sana, kata-kata seperti
itu yang sering digunakan oleh para jasa pekerja outsourcing. Dengan kata lain,
para pekerja outsourcing ini tutup mulut dan menerima dengan lapangan dada
pekerjaan yang akan diterimanya nanti. Walau dengan upah yang minim, tanpa
jaminan sosial maupun kesehatan, mereka akan menerimanya karna hanya itulah
jalan untuk mendapat pekerjaan bagi para pekerja outsourcing ini yang juga
minim akan pendidikan.
Jika bicara solusi atau jalan keluar untuk masalah outsourcing ini, bisa
dikatakan cukup rumit. Karena memang sejak awal para pekerja outsourcing ini
27
sudah melakukan perjaanjian dengan para penyedia jasa, dan tertera tanda tangan
dan itu sebagai bukti bahwa mereka itu telah sepakat dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan, dan jika nantinya mereka ingin upah yang katakanlah
ditingkatkan, ada jaminan sosial dan kesehatan, bukti tanda tangan yang sah para
pekerja ouusourcing cukup diperlihatkan bahwa tuntutan para pekerja outsourcing
ini tidak sesuai dengan persyaratan sejak awal. Hanya perusahaan yang yang
katakanlah benar-benar mempunyai hati nuranilah yang mendengar dan
menghargai sekaligus mengabulkan tuntutan para pekerja outsourcing ini. Tapi
inilah sebuah bisnis, tak ada perusahaan yang ingin rugi apalagi bangkrut hanya
karena masalah para pekerja outsourcing yang setiap saat dapat diganti jika para
pekerja outsourcing ini tidak puas, misalnya upah yang diberikan, dan lain
sebagainya. Perusahaan hanya menginginkan keuntungan dan laba yang sebesarbesarnya dan terus memperluas agar dapat menguasai pasar dunia.Demikian
analisis mengenai salah kasus outsourcing yang terjadi di Indonesia.
28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Outsourcing merupakan bentuk nyata dari prinsip fleksibelitas pasar kerja dan
dapat ditemukan dihampir seluruh bagian dalam rangkaian proses produksi. Selain
itu outsoursing juga didefinisikan sebagai pengalihan sebagian atau seluruh
pekerjaan dan atau wewenang kepada pihak lain guna mendukung strategi
pemakaian jasa Outsourcing baik pribadi, perusahaan divisi atau pun sebuah unit
dalam perusahaan.
Pemborongan pekerjaan (Outsourcing) adalah penyerahan sebagian pekerjaan
dari perusahaan pemberi pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan
pekerjaan kepada penyedia jasa pekerja/buruh melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan secara tertulis
Berdasarkan hukum ketenagakerjaan istilah Outsourcing sebenarnya bersumber
dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 64 Undang-undang No 13 Tahun 2004 tentang
ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa perusahaan dapat meyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyedia jasa pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Berdasarkan
ketentuan pasal di atas, maka Outsourcing atau yang disebut dengan perjanjian
pemborongan pekerjaan dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu:
penyerahan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain untuk
dikerjakan ditempat di perusahaan lain tersebut, atau penyediaan jasa pekerja oleh
perusahaan penyedia jasa pekerja, yang dipekerjakan pada perusahaan lain yang
membutuhkan. Yang pertama titik-beratnya terletak pada produk kebendaan,
sedangkan yang kedua, lebih pada orang-perorangan yang jasanya dibutuhkan.
29
30
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/CiciCweety/makalah-Outsourcing
diakses 13/05/2015
31