1. Peraga. SEBAGAIMANA TELAH KITA ketahui dari .bab I, peraga dalam suatu
pertunjukan Reog Panaraga, jumlahnya tidak tetap. Tetapi peraga yang baku
sebenamya hanya tiga, yaitu: 1.1. Barongan {Singabarong), 1.2. Ganongan
(Bujangganong) , dan 1.3. Jathilan (penari kuda ke pang). Mereka merupakan
pelaku-pelaku pokok ; yang kehadirannya dalam suatu pertunjukan Reog Panaraga
mutlak. Tetapi setelah tema cerita Panji dikaitkan sebagai pendukung lakon, maka
jumlah peraga itu bertambah. Berapa, tergantung dari versi yang dibawakan.
Sampai sejauh ini yang kita catat yalah: 1.4. Kelana Sewandana, 1.5. Penthul dan
Tembem (atau Bancak dan Dhoyok) , 1.6. Panji {dalam wayang topeng, biasanya
menyamar sebagai Jaka Buluwo, Jaka Bodho, atau Jaka Lodra) , 1.7. Thethek Melek
(sepasang rasaksa-rasaksi) dan 1.8. Tledhek Jepre. Seperti dikatakan, peragaperaga tersebut masih dapat dikurangi atau ditambah menurut keperluan. Kita teliti
masing-masing peraga itu, ten1ang bentuk kedok atau to pengnya, busananya,
perwatakannya, peranan yang dilakukan , nama dan identifikasi, dan sebagainya.
1.1. Barongan. Ia merupakan peran yang paling utama dalam sebuah pertunjukan
Reog Panaraga. Menggambarkan suatu mahluk berkepala harimau dengan mahkota
bulu merak y_!!!g tersusun dalam bentuk' kipas rasaksa yang ting ginya mencapai
tidak kurang dari dua meter. Pemerannya memasukkan kepalanya ke dalam kedok
kepala harimau, mengikatnya kuat-kuat pada belakang kepalanya dengan seutas
kain sebagai tali, sedang giginya meng gigit sepotong kayu yang dipasang mati
melintang pada moncong kedok bagian dalam. Bagian atas dan pelipis kiri kanan
dalam, diberi bantalan untuk alas, sehingga letak kedok itu pas benar pada kepala
pemerannya dan mencegah rasa sakit atau kelecetan kulit. Kedoknya sendiri
terbuat dari kayu randhu atau dhadhap, jen~s kayu yang ringan, dan mancung
(seludang kelapa), bagian luar dilapisi kulit kepala harimau benar. (Lihat foto 6).
Busana selanjutnya adalah kain loreng besar-besar berwarna merah dan hitam
sebagai penutup punggung dan dada. Pemerannya sendiri mengenakan kaos
oblong loreng merah dan putih, sedang celananya pan jang berwama hitam diberi
garis-garis dan rumbai-rumbai merah dan kuning. Bagian muka ditutup dengan
rapek beludru hitam bersulamkan gambar-gambar hias, dan pinggirnya pun diberi
rumbai-ru1nbai merah dan kuning. Sabuknya dari kulit, berwarna hitam, selebar
telen1pap . Karena keseluruhan berat kcdok dhadhakmerak itu berkisar antara 30
sampai 50 kilogram, bahkan ada kalanya sampai 60, dapat kita bayang kan,
bctapa harus kuatnya seorang pen1eran barongan, teristimewa otot leher dan
gerahangnya, karena dalam menari kedua tangannya bebas sama sekali, hanya
kadang-kadang menyangga kalau sedang melakukan gerakan memutar dengan
ayunan yang cukup kencang. Pernah ditanyakan kepada seorang pemain barongan,
apakah untuk menyangga beban yang berat demikian menggunakan kekuatan
magi, maka jawabnya: tidak. Bagi Reog Panaraga magi adalah tabu. Sebab dengan
kekuatan magi, orang tidak sadar, padahal pen1ain reog harus melakukan
permainan dengan ke sadarannya yang penuh. Kalau menggunakan kekuatan
dalam, memang benar. Karena kekuatan dalam dapat dilatihkan. Pemain barongan
sudah terlatih sejak usia muda sekali. Nama yang diberikan kepada peran barongan
ini yang lajim adalah Singabarong (= singa atau harimau yang b~sar), kadangkala
juga Dhadhak merak (= karena mengenakan mahkota bulu merak yang megah),
tetapi juga disebut Rajanawa, (mungkin verbastering dari Rajawana (=raja hutan).
Rajawana ini lajim pula dibalik menjadi Wanaraja, dan akhimya, karena orang suka
menambah-nambah, lalu menjadi Rahwanaraja, walaupun tidak ada sangkutannya
dengan raja Alengka dari siklus Ramayana. Sifat perwatakan barongan Reog
Panaraga adalah ganda. Dalam pertunjukan tarian tunggal, atau kalau sedang ikut
dalam perarakan, ia berperan sebagai burung merak yang mengigal, anggun,
angkuh, lembut dan luwes, tetapi juga memperlihatkan kegesitan dan kegarangan
burung merak yang sedang berlaga, kalau sedang menarikan tarian "merak ta
rung." Tetapi dalam peperangan melawan Jathilan, Bujangganong, atau Kelana
Sewandana, maka tingkah lakunya berubah menjadi harimau yang buas. Dalam
gerakan tarinya, sebenarnya lebih bersifat akrobatik dengan memamerkan
kekuatan otot, daripada menari. Tentang identifikasi peran Singabarong dalam
kaitannya dengan kisah Panji, terdapat bermacam-macam anggapan atau tapsiran:
(1) sebagai penjelmaan rokh Prabu Wijaya, raja Wengker, yang bermusuhan dengan
Airlangga, raja Kahuripan (Kedhiri). (2) alihrupa (metamorfosa) Bujanggalana, anak
Patih Bujangga leng dari Kedhirilaya, ketika memberontak melawan Ratu Kilisuci,
raja Kedhirilaya, karena lamarannya ditolak. Oleh kutuk ayahnya , Patih Bujang
galeng, maka Bujanggalana tidak dapat menanggalkan wujudnya sebagai
Singabarong. (3) alihrupa Adipati Gembong Amijaya, yang ditugaskan oleh Raja
Kedhiri menjaga tapal batas kerajaan Kedhiri di hutan Wengker. Tetapi siapakah dia
sebenarnya, akan diungkapan di belakang dalam bah V (Latar belakang sejarah).
1.2. Bujangganong. Pelaku Bujangganong mengenakan topeng gendruwon
berwama ..- merah, dengan sepasang mata melotot , hidung panjang, kumis
panjang, rambutnya pun panjang yang hanya tampak bagian muka dan samping
saja, karena sebagian kepalanya tertutup oleh kain merah (kadangkala hitam) yang
melekat pada topeng. Busana terdiri dari bajv kaos merah berlengan panjang,
celana hitam panjang sampai di bawah lutut dengan diberi hiasan rumbai-rumbai
merah dan kuning sepanjang jahitannya sebelah samping dan pada keliman mulut
celana. Bagian depan ditutup dengan sebuah rapek beludru hitam, berhiasan
sulaman benang perak dan emas. Pada tepinya benimbai rumbai n1erah dan
kuning puLa (Lihat foto 8). - Penampilan Bujangganong ini menakutkan, namun lucu
pula , mungkin karena sikap dan gerak-geriknya yang menggelikan dan selalu me
ngundang gelak tawa penonton. Gerak tarinya lebih bersifat gerakan akrobatik dan
pantomimik dengan hentakan-hentakan anggota badan yang serba keras dan antap
menurut irama kendhang. Namanya (atau pangkatnya) sebenarnya Bujaogga Anom
(Bujangga Muda), tetapi karena kedudukannya dalam reog sebagai gendruwon ,
maka nama itu disandikan menjadi Bujangganong, atau disingkat Ganong.
Kadangkala orang menyebutnya Ganung. ltulah sebabnya , maka peranan atau
tariannya disebut Ganongan atau Ganungan. Tentang identifikasinya banyak pula