Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI
A. DEFINISI/ PENGERTIAN NIFAS
Menurut Sarwono (2005) masa nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira
-kira setelah 6 minggu, akan eteapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali dalam waktu
3 bulan.
Masa nifas dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejka 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. ( Vivian Nanny,2011)
Menurut Willliams peurperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan
segera setelah melahirkan, meliputi minggu minggu berikutnya pada waktu alat alat
reproduksi kembali ke keadaaan tidak hamil atau kembali normal.
Masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, lamanya 6-8 minggu. (Mocgtar, 1998)
B. PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
Secara fisiologis, seorang wanita yang telah melahirakan akan perlahan kembali
seperti semula. Alat reproduksi sendiri akan pulih setelah enam minggu. Pada kondisi ini,
ibu dapat hamil kembali. Yang perlu diketahui ibu hamil, keluarnya menstruasi bukanlah
pertanda kembalinya kesuburan, karena sebelum mens datang, pada saat habis masa nifas,
orang bisa saja hamil. Adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah sebagai
berikut :
1. Tekanan Darah
Pada proses persalinan terjadi peningkatan + 15 mmHg untuk sistol dan10 mmHg
untuk diastole dan pada post partum akan kembali normal.
2. Suhu Badan
Pada pasca salin meningkat + 0,50C dan tidak lebih 390C. Setelah 12 jam pertama
persalinan umumnya kembali normal.
3. Denyut Nadi
Biasanya naik 60-80/8, bila lebih dari 100 denyut / menit dianggap tidak normal.

4. Perubahan Sistem Ginjal


Selama bersalin kandung kencing naik ke dalam abdomen dengan memperlonggar
ureter sedikit-sedikit sehingga memar, menyebabkan nyeri kencing dan kandung
3

kencing justru membesar. Pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urine
yang berlebih meneybabkan gangguan pada ginjal.
5. Perubahan Hematologis
Selama minggu terakhir kehamilan kadar fibrinogen dan plasma serta faktor
pembekuan darah meningkat. Hari pertama post partum kadar fibrinogen dan plasma
sedikit menurun, jumlah HB, hematokrit, eritrosit bervariasi pada post partum akibat
dari volume darah, volume placenta dan tingkat volume sel darah yang berubah-ubah
selama kelahiran dan post partum terjadi kehilangan darah + 200 250 ml
6. Perubahan Peritoneum dan dinding abdomen
Selama beberapa hari peritoneum yang membekas dibentuk menjadi lipatan dan
kerutan lig latum dan rotundum jauh lebih kendur.
7. Perubahan sistem endokrin
a.

b.

Hormon Plasenta
Menurun cepat setelah post partum, placenta lactogen tidak dapat dideteksi dalam
24 jam, HCG menurun dengan cepat dan menetap 10%.
Hormon Pitulitary
Prolaktin darah meningkat pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
mg

c.

Hipotalamik-Pitutary-Ovarium
Untuk wanita post partum yaitu menyusui dan tidak mempengaruhi lamanya
mendapatkan mens. Wanita lactasi mens I anovulasi, wanita tidak lactasi 50%
siklus I anovulasi

8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Pada kehamilan aliran darah dari ibu ke janin placenta, setelah placenta lahir aliran
darah terhenti sehingga volume darah ibu meningkat bertambahnya beban jantung
ibu.
9. Perubahan sistem gastrointestinal
Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 mg post partum. Sebagai upaya relaksasi
yang disebabkan pembesaran uterus selama kehamilan.

10. Perubahan sistem urinarius


Setelah 12 jam post partum biasanya terjadi kesulitan buang air kecil. Hal ini terjadi
karena penekanan pada basis kandung kencing selama post partum Dilatasi ureter dan
relaksasi otot

C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS


Ada bebeapa fase adaptasi masa nifas yaitu :
1. Fase honey moon
Fase setelah anak lahir, terjadi hubungan yang intim antara ibu, ayah dan anak. Psikis
honey moon masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan
hubungan yang baru merasa bahagia dengan peran yang baru yaitu seagai ayah dan
ibu dan memerlukan hal hal yang romantis.
2. Bounding attachement (ikatan kasih)
Bounding adalah kasih sayang satu arah yang dirasakan ibu terhadap bayinya setelah
kelahiran dalam bentuk sentuhan, ciuman, berbisik, pelukan dan lain-lain. Attachment
adalah sentuhan saat pertama ibu memegang bayinya melalui : kontak mata
melihat, suara mendengar tangisan bayi, bau badan aroma ayah dan ibu,
pembawaan cacat bawaan. Bounding attachment terjadi pada Kala IV, diadakan
kontak pada ibu, ayah, anak dan tetap dalam ikatan kasih. Partisipasi suami dalam
proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih.
3. Fase Taking In
Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai dengan hari
kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada diri sendiri.
Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya
membuat ibu perlu istirahat cukup untuk mencegah gejala kurang tidur seperti
tersinggung. Hal ini membuat ibu pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Kesehatan ibu
tergantung pada tanggung jawab orang lain. Peningkatan nutrisi dibutuhkan karena
selera makan ibu biasanya bertambah atau berkurang.
4. Fase Taking Hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersiunggung jika komunikasinya
kurang hati-hati. Oleh sebab itu, ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri. Pada fase ini dapat terjadi depresi post
partum yang dapat terlihat dengan tingkah laku : menarik diri, tidak tertarik dengan

lingkungan sekitar dan menangis. Fase ini berakhir dengan kewajiban dan
penyesuaian aktifitas rutin.
5. Fase Letting Go
Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya, berlangsung 10 hari
setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.
Kadangkala ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya yang
disebut baby blues. Baby bloes syndrom atau post partum sindrom adalah sebagai
berikut : Baby blues syndrome atau postpartum syndrome adalah kondisi yang
dialami oleh hampir 50% perempuan yang baru melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi
sejak hari pertama setelah persalinan dan cenderung akan memburuk pada hari ketiga
sampai kelima setelah persalinan. Baby blues cenderung menyerang dalam rentang
waktu 14 hari terhitung setelah persalinan.

D. KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS


1. Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi
produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata memproduksi
ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status ggizinya
kurang biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting ,
karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab
ASI mengandung DHA.
a. Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum mencapai
500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung 600 kkal.
Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu
adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu
pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus
ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya

sebesar 700 kkal, sementara

sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak
selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya 80-90 % maka energy
dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar
400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal

energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan ibu
akan kembali normal dengan cepat.
b. Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar
20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam
lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam
ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu
dianjurkan makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C, B 1,
B2, B12, dan D
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana
kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara
lain :
1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
4) Mengonsumsi tablet zat besi
5) Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya.
2. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini
tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam
dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara
merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-angsur,
mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga pasien
dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien
dapat terpenuhi.
3. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil.
Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan
harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu malas

buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah
melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post partum.
Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air
besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak
boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
4. Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan personal
hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam
perawatan diri ibu post partum, antara lain :
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi.
b. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan ke
belakang, baru setelah itu anus.
c. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
e. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.
5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan
kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan
beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali melakukan
kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus tetap
melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.
6.

Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu
misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu
etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.

7.

Rencana KB
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak
memakai kontrasepsi yang mengandung hormon harus tidak menggunakan obat yang
mengganggu produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan.

8.

Latihan / Senam Nifas


Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu melakukan
senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal). Berikut ini ada
beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat senam nifas :
a. Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian
gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara
bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
b. Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot
bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke
perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Roleks
selama 10 hitungan.
c. Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil mengerutkan
otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama
10 hitungan.
d. Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas sambil
menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian
dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
e. Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa
mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15 kali
hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat
hidung, keluarkan lewat mulut.
f. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan perut
keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5
hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10
hitugan.

E. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS


Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

10

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.
F. TAHAPAN MASA NIFAS
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam
minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna
terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

G. KUNJUNGAN MASA NIFAS


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya

11

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:


Kunjungan

Waktu

Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah

6-8 jam post


partum

perdarahan yang disebabkan atonia uteri.


Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

II

6 hari post Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi
partum

dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

12
abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tandatanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III
IV

2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan
post partum pada kunjungan 6 hari post partum.
6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
post partum Memberikan konseling KB secara dini.

Sumber : (Anggraini, 2010)

Anda mungkin juga menyukai