Disusun Oleh :
Nama : Citra Helda Anggia ( A31151077 )
Dosen : 1. Ir. Kasutjianingati, MSi
Teknisi : 1. Pak. Didik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan (tissue culture) merupakan salah satu metode perbanyakan
tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan terus berkembang dari mengkulturkan
biji berkembang dengan mengkulturkan jaringan dan terus berkembang hingga
mampu mengkulturkan satu sel dari tanaman. Dasar teknik kultur jaringan adalah
bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu kemampuan sel untuk
tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium aseptik
yangmengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang sesuai.
Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan
hampir dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara
lainnya, tidaklah heran jika impor bibit anggrek dalam bentuk flask sempat
membanjiri nursery-nursery anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi
di lini akademisi, lembaga penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu
penyebab teknologi ini menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena
adanya persepsi bahwa diperlukan investasi yang sangat mahal untuk
membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau feasible untuk
perusahaan.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya
adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan
wilayah Indonesia. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta
anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek
silangan yang memiliki nilai komersial tinggi.
Potensi tersebut akan menjadi tidak berarti manakala penebangan hutan dan
eksploitasi besar-besaran terjadi hutan kita, belum lagi pencurian terang-terangan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan (Tissue culture) adalah membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yangmempunyai sifat sama dengan induknya.
Juga Merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti protoplas, sel,
jaringan dan organ (daun,batang, akar, biji,bunga,buah) dan menumbuhkan dalam
kondisi aseptik (Rahardja 1989). Menurut Nugroho dan Sugito (2004) Bagian
tanaman yang akan dikulturkan disebut eksplan. Jadi eksplan bisa berupa mata
tunas, anthera, batang, daun dan akar yang masih muda dan terdiri dari sel-sel
meristematis, yang mana sel-selnya masih aktif membelah-belah dan apabila
dikulturkan pada media tumbuh yang sesuai secara in vitro, maka eksplan tersebut
akan tumbuh dan berkembang biak menjadi banyak.
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang
akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara
baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat,
zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa,
ekstrak buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan
arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam kultur jaringan tanaman adalah
bahwa kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan yang optimum sangat berbeda antar
spesies sehingga tidak ada satu medium pun yang dapat di anjurkan untuk
digunakan secara universal (Taji et al,. 1997). Oleh karenanya tidaklah
mengherankan bila dewasa ini terdapat ratusan komposisi medium yang telah
dikembangkan untuk berbagai spesies atau kultivar tanaman.
Tanaman yang tumbuh pada kondisi normal merupakan individu ototrop
sejati dan mampu mensintesis seluruh kebutuhan organiknya. Walaupun tanaman
yang ditumbuhkan secara in vitro sebenarnya mampu mensintesis senyawa
senyawa ini, namun tanaman tersebut memproduksinya dalam jumlah yang tidak
mencukupi, sehingga satu atau beberapa macam senyawa, misalnya vitamin harus
ditambahkan kedalam medium.
Selain senyawa senyawa organik, senyawa senyawa kompleks juga
sering digunakan didalam medium kultur jaringan tanaman, termasuk ekstrak ragi,
hidrilesat kasein, air kelapa, jus jeruk, daging buah nenas, dan banyak lagi yang
lainnya. Penambah satu atau lebih senyawa senyawa kompleks ini menghasilkan
Senyawa
A
B
C
D
E
F
Sukrosa
Pemakaian
Stok
Per
medium
500,00 mg
525,00 mg
250,00 mg
250,00 mg
(NH4)NO2
KNO3
KH2PO4
MgSO4. 7H2O
25,000 g
26,250 g
50,000 g
50,000 g
20,00 ml
20,00 ml
5,00 ml
5,00 ml
MnSO4.4H2O
(Ca2)3PO4
Fe3-Tartat
1,560 g
50,000 g
2,800 g
5,00 ml
5,00 ml
liter
7,00 mg
250,00 mg
28,00 mg
20,000,000
mg
7,000,000 mg
Agar
BAB 3
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Kultur Jaringan Tanaman ini dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 08 November 2016 pada pukul 07.00-09.00 WIB di Laboratorium Kultur
Jaringan Politeknik Negeri Jember.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
botol kultur
(NH )NO
Erlenmeyer
KNO
gelas ukur
KH PO
hot plate
MgSO 7H O
timbangan analitik
MnSO 4 H O
kertas label
(Ca2) PO
stir plate,
Fe3-Tartat
polpipet
Alkohol steril
autoclaf.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Bahan kimia
(NH4)NO2
KNO3
KH2PO4
MgSO4.7H2O
Ca3(PO4)2
MnSO4.4H2O
Fe3-Tarttrat
V&W
mg/l
Kepekatan
500
525
250
250
200
7.5
28
50x
50x
100x
100x
100x
200x
100x
Larutan stock
V&W
g/250
6,25
6,563
6,25
6,25
5
0.375
0,7
4.2 Pembahasan
Dalam hasil praktikum, dapat kita lihat bahwa dalam pembuatan larutan
stok untuk kultur jaringan diperlukan teknik khusus salah satunya dalam teknik
pencampuran senyawa-senyawa dan massa dari senyawa-senyawa tersebut.
Kebutuhan larutan stok diartikan sebagai kebutuhan akan jumlah bahan media dan
larutan stok yang harus dipenuhi pada waktu yang diperlukan pada beberapa
macam/tahap kegiatan kultur jaringan. Dalam pembuatan media untuk kultur
jaringan, langkah pertama yang dilakukan adalah membagi senyawa penyususn
media ke dalam masing-masing kelompok larutan stok sesuai dengan sifat dan
BAB 5
PENUTUP
5.1Kesimpulan
1. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan
larutan stok yang terdiri dari stok melalui beberapa tahapan antara lain:
penimbangan persenyawaan, pelarutan senyawa kimia dengan menggunakan
aquades, penetapan volume akhir, pelabelan dan panyimpanan pada lemari es.
2. Dengan adanya larutan stok dapat memberi keuntungan antara lain yaitu
menghemat waktu pekerjaan, menimbang bahan media setiap kali ingin
membuat media, mengatasi kesulitan menimbang dalam konsentrasi kecil.
3. Untuk larutan stok yang terdiri lebih dari satu persenyawaan maka proses
pelarutan dilakukan pada tempat yang berbeda, untuk mencegah terjadinya
reaksi kimia antara masing-msing persenyawaan misalnya reaksi penggaraman
yang dapat meyebabkan degradasi atau penurunan dari larutan stok itu sendiri.
4. Larutan stok merupakan larutan bahan-bahan komponen media yang
besarnya telah dikalikan menjadi beberapa konsentrasi dan berperan dalam
menghindari kesalahan penimbangan bahan-bahan yang diperlukan dalam
jumlah yang relatif kecil
DAFTAR PUSTAKA
http://hortusculture.blogspot.co.id/2014/11/laporan-pembuatan-media-kulturjaringan.html. diakses pada 17 November 2016
http://anakpintarunja.blogspot.co.id/2013/01/laporan-praktikum-mingguankultur.html diakses pada 17 November 2016